Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh, Stuert dan Sudeen (1991). Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana
individu mengalami atau berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau
pandangan dirinya sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri merupakan
salah satu bentuk masalah kejiwaan yang sering terjadi. Gangguan konsep diri meliputi
gangguan pada: gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan harga diri.

Menurut data dari departemen kesehatan orang yang mengalami gangguan masalah kejiwaan
yang didalamnya termaksud orang-orang yang mengalami gangguan konsep diri yaitu sebesar
2,5 juta jiwa, yang diambil dari data rsj se-indonesia (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan
dan Pelayanan Medik Departemen Kesehatan, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi identitas diri ?
1.2.2 Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi identitas diri ?
1.2.3 Apa saja aspek – aspek status identitas diri ?
1.2.4 Apa itu tanda dan gejala gangguan identitas diri ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui defines identitas diri

1.3.2 Untuk mengehtahui faktor – faktor yang mempengaruhi identitas diri

1.3.3 Untuk mengetahui aspek –asoek status identitas diri

1.3.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala identitas diri

[Type text] Page 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Identitas Diri

Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa
kanak-kanak, masa remaja dan berlanjut pada masa dewasa. Keadaan ini merupakan pola
perilaku yang tertanam dalam dan berlansung lama, muncul sebagai respon yang kaku
terhadap rentangan situasi pribadi dan sosial yang luas.
Sedangkan gangguan identitas adalah kekaburan atau ketidak pastian memandang diri sendiri
Penuh dengan keraguan-raguan, sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan pada klien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit fisik maka identitas
terganggu karena :
 Tubuh klien di kontrol oleh orang lain
Misalnya : pelaksanaan pemeriksaan dan pelaksanaan tindakan tanpa penjelasan dan
persetujuan klien.
 Ketergantungan pada orang alin
Misalnya : untuk self-care perlu di bantu oleh orang lain sehingga otonomi/kemandiriaan
terganggu.
 Perubahan peran dan fungsi
Misal : klien menjalankan peran sakit,peran sebelumnya tidak dapat di jalankan.

Identitas diri adalah Stuert dan Sudeen (1991) : Identitas diri adalah kesadaran akan
diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua
aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang utuh, Menurut Keliat (1992) : seseorang
yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan yang memandang dirinya berbeda
dengan orang lain. Kemandirian timbul dari perasaan berharga (aspek diri sendiri),
kemampuan dan penyesuaian diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima
dirinya. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
berkembangan konsep diri. Hal yang terpenting dalam identitas adalah jenis kelamin, proses
menjadi seorang individu yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Papalia, 2008),
suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil

[Type text] Page 2


sepanjang rentang kehidupan (Desmita, 2008), Bila seseorang telah memperoleh identitas,
maka ia akan menyadari ciri-ciri khas kepribadiaanya, seperti kesukuan atau
ketidaksukuannya, aspirasi, tujuan masa depan yang diantisipasi, perasaan bahwa ia dapat
dan harus mengatur orientasi hidupnya (Desmita, 2008), dan merupakan pengorganisasian
dorongan-dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinan-keyakinan
(beliefs), dan pengalaman kedalam citra diri (image of self) yang konsisten yang meliputi
kemampuan memilih dan mengambil keputusan, baik menyangkut pekerjaan, orientasi
seksual, dan filsafah hidup (Woolfolk, dalam Yusuf, 2011).

Menurut Erikson, identitas diri berarti perasaan dapat berfungsi sebagai seseorang
yang berdiri sendiri tetapi yang berhubungan erat dengan orang lain. Ini berarti menjadi
seorang dari kelompok tetapi sekaligus memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kelompok
yang merupakan kekhususan dari individu itu. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak
atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang ayah? Apakah ia mampu
percaya dirisekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa
orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?
(Hurlock, 1980). Pertanyaan-pertanyaan ini tidak begitu penting pada masa anak-anak,
namun menjadi kian umum dan intens pada masa remaja. Tidak jarang ramaja menjadi ragu
terhadap eksistensi dirinya sendiri, sehingga pencapaian identitas diri merupakan salah satu
tugas yang penting dan mendasar dalam kehidupan remaja (Purwandi, 2004).

Erikson (Desmita, 2008) juga menyatakan salah satu tugas terpenting yang dihadapi
remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas
diri yang stabil pada akhir masa remaja. Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas yang
stabil, akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan
dan persamaan dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh
percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengambil keputusan penting,
mampu mengantisipasi tantangan masa depan, serta mengenal perannya dalam masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa identitas diri
adalah kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberi arti pada dirinya sebagai
seorang pribadi yang unik serta memiliki ciri-ciri berbeda dengan kelompoknya, memiliki
keyakinan yang relatif stabil, serta memiliki peran penting dalam konteks kehidupan

[Type text] Page 3


masyarakat. Identitas diri dapat berisi atribut fisik, keyakinan, tujuan, harapan, prinsip moral
atau gaya sosial.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Identitas

Soetijiningsih (2004) mengemukakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi


perkembangan identitas seseorang, yaitu;

1) Keluarga Orang tua adalah sosok yang penting dalam perkembangan identitas
remaja (Santrock, 2003). Salah satu faktor yang berkaitan dengan perkembangan identitas
remaja adalah iklim keluarga. Iklim keluarga yang sehat, yaitu interaksi sosioemosional
diantara anggota keluarga (ibu-ayah, orang tua-anak, dan anak- anak) sikap dan perlakuan
orang tua terhadap anak berjalan dengan harmonis dan penuh kasih sayang, remaja akan
mampu mengembangkan identitasnya secara realistik dan stabil (stabil). Sebaliknya, dengan
iklim keluarga yang kurang sehat, ramaja akan mengalami kegagalan dalam mencapai
identitasnya secara matang, mereka akan mengalami kebingungan, konflik atau frustasi
(Yusuf, 2011).

2) Reference group Reference group merupakan kelompok-kelompok yang terbentuk


ketika memasuki masa remaja. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok usia
sebaya (peer group) (Seotijiningsih. 2004). Misalnya kelompok agama atau kelompok yang
berdasarkan kesamaan minat tertentu. Teman sebaya merupakan kelompok acuan bagi
seorang anak untuk mengidentifikasi dirinya dan untuk mengikuti standar kelompok. Sejak
seorang remaja menjadi bagian dari kelompok teman sebaya tersebut, identitas dirinya sudah
mulai terbentuk, karena teman sebaya membantu remaja untuk memahami identitas diri
(jati/diri) sebagai suatu hal yang sangat penting (Yusuf, 2011). Melalui kelompok tersebut
remajadapat memperoleh nilai-nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
Kelompok tersebut dapat membantu remaja untuk mengetahui dirinya dalam
perbandingannya dengan orang lain sehingga mereka dapat membandingkan dirinya dengan
kelompoknya, nilai-nilai yang ada pada dirinya dengan nilai-nilai dalam kelompok yang
selanjutnya akan berpengauh kepada pertimbangan- pertimbangan apakah dia akan menerima
atau menolak nilai-nilai yanga ada dalam kelompok tersebut (Seotijiningsih, 2004). Studi-
studi kontemporer tentang remaja, juga menunjukkan bahwa hubungan yang positif dengan
teman sebaya diasosiasikan dengan penyesuaian sosial yang positif (Desmita, 2008).

[Type text] Page 4


3) Significant other Yaitu merupakan seorang yang sangat berarti, seperti sahabat,
guru, kakak, bintang olahraga atau bintang film atau siapapun yang dikagumi. Orang- orang
tersebut menjadi tokoh ideal (idola) karena mempunyai nilai-nilai ideal bagi remaja dan
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan identitas diri, karena pada saat
ini remaja giat-giatnya mencari model. Tokoh ideal tersebut dijadikan model atau contoh
dalam proses identifikasi. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-
nilai yang ada pada idolanya tersebut ke dalam dirinya. Sehingga remaja sering berperilaku
seperti tokoh idealnya dengan meniru sikap maupun perilakunya dan bahkan merasa seolah-
olah menjadi seperti mereka (Seotjiningsih, 2004).

2.3 Aspek-aspek Status Identitas

Jika memakai teori Marcia (Santrock, 2007) identitas diri pada remaja dapat berada
pada salah satu dari empat status identitas (diffusion, foreclasure, moratorium, dan
achievement). Selanjutnya, Marcia (Desmita, 2008) mengklasifikasikan siswa dalam kategori
status identitas berdasarkan pada dua pertimbangan:

(1) apakah mereka mengalami suatu krisis identitas atau tidak, dan (2) pada tingkat
mana mereka memiliki komitmen. Dalam studi empirik tentang perkembangan identitas
Marcia (Desmita, 2008) menginterview aspek-aspek identitas yaitu :

a. Aspek pekerjaan, merupakan kesadaran remaja akan keberadaan dirinya berkaitan


dengan kemampuan menyelesaikan konflik dalam memilih pekerjaan, b. Aspek keyakinan
agama, merupakan kesadaran remaja akan keberadaan dirinya berkaitan dengan kemampuan
menyelesaikan konflik dalam keyakinan agama, dan c. Aspek politik, merupakan kesadaran
remaja akan keberadaan dirinya berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan konflik dalam
menganut paham politik tertentu.

b. Aspek keyakinan agama, merupakan kesadaran remaja akan keberadaan dirinya


berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan konflik dalam keyakinan agama.

c. Aspek politik, merupakan kesadaran remaja akan keberadaan dirinya berkaitan


dengan kemampuan menyelesaikan konflik dalam menganut paham politik tertentu.

[Type text] Page 5


2.4 Tanda dan Gejala Gangguan Identitas Diri

Anak belajar tentang nilai, perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak
mengidentifikasi pertama kali dengan orang tua, dengan guru, teman seusia dan pahlawan
pujaan. Untuk membentuk identitas, anak harus mampu membawa perilaku yang dipelajari
ke dalam keutuhan yang koheren, konsisten,dan unik (Erikson, 1963). Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan di pengaruhi oleh situasi sepanjang hidup.
Selama masa remaja, tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri atau
identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan social. Jika remaja tidak
dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan social yang membantu mereka
mengidentifikasikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitas.
Seseorang dengan rasa identitas yang kuat, akan merasa terintegrasi bukan terbelah (Erikson,
1963).
Tanda dan gejala yang dapat di kaji :
1. Tidak ada percaya diri
2. Sukar mengambil keputusan
3. Ketergantungan
4. Masalah dalam hubungan interpersoanal
5. Ragu/tidak yakin terhadap keinginan
6. Projeksif (menyalahkan orang lain)

2.5 Asuhan Keperawatan Pada Konsep Diri

1. Pengkajian konsep diri


a. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang objektif dan teramati serta
bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga diri
yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
2. Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran kerja, dan
harapan peran kultural.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

[Type text] Page 6


a. Stresor pencetus
1. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan.
2. Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan
b) Transisi peran situasi
c) Transisi peran sehat /sakit

b. Sumber-sumber koping
Setiap orang mempunyai kelebihan personal sebagai sumber koping, meliputi :
1. Aktifitas olahraga dan aktifitas lain diluar rumah
2. Hobby dan kerajinan tangan
3. Seni yang ekspresif
4. Kesehatan dan perawan diri
5. Bakat tertentu
6. Kecerdasan
7. Imajinasi dan kreativitas
8. Hubungan interpersonal

d. Mekanisme koping
1. Pertahanan koping dalam jangka pendek
2. Pertahanan koping jangka panjang
3. Mekanisme pertahanan ego

Untuk mengetahui persepsi seseorang tentang dirinya, maka orang tersebut wajib bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
a. Persepsi psikologi:
1. Bagaimana watak saya sebenarnya?
2. Apa yang membuat saya bahagia atau sedih?
3. Apakah yang sangat mencemaskan saya?

[Type text] Page 7


b. Persepsi sosial:
1. Bagaimana orang lain memandang saya?
2. Apakah mereka menghargai saya bahagia atau sedih?
3. Apakah mereka membenci atau menyukai saya?

c. Persepsi fisik:
1. Bagaimana pandangan saya tentang penampilan saya?
2. Apakah saya orang yang cantik atau jelek?
3. Apakah tubuh saya kuat atau lemah?

Pendekatan dan pertanyaan dalam pengkajian sesuai dengan faktor yang dikaji:
1. Identitas: dapatkah anda menjelaskan siapa diri anda pada orang lain: karakteristik dan
kekuatan?
a. Body image:
1. Dapatkah anda menjelaskan keadaan tubuh anda kepada saya?
2. Apa yang paling anda sukai dari tubuh anda?
3. Apakah ada bagian dari tubuh anda yang ingin anda ubah?

b. Self esteem:
1. Dapatkah anda katakan apa yang membuat anda puas?
2. Ingin jadi siapakah anda?
3. Siapa dan apa yang menjadi harapan anda?
4. Apakah harapan itu realistis?
5. Signifikan apa respon anda, saat anda tidak merasa dicintai dan tidak dihargai?
6. Siapakah yang paling penting bagi anda?
7. Kompetensi: apa perasaan anda mengenai kemampuan dalam mengerjakan sesuatu untuk
kepentingan hidup anda?
8. Virtue: pada tingkatan mana anda merasa nyaman terhadap jalan hidup bila dihubungkan
dengan standar moral yang dianut?
9. Power: pada tingkatan mana anda perlu harus mengontrol apa yang terjadi dalam hidup
anda? Apa yang anda rasakan?

[Type text] Page 8


c. Role performance:
1. Apa yang anda rasakan mengenai kemampuan anda untuk melakukan segala sesuatu
sesuai peran anda? Apakah peran saat ini membuat anda puas?
2. Gangguan konsep diri.
3. Mekanisme koping jangka pendek (krisis identitas).
4. Kesempatan lari sementara dari krisis.
5. Kesempatan mengganti identitas.
6. Kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri (identitas yang kabur).
7. Arti dari kehidupan.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian seluruh konsep diri, dapat disimpulkan masalah keperawatan yaitu:
1. Gangguan harga diri : harga diri rendah situasional atau kronik
2. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh
3. Keputusasaan berhubungan dengan harga diri rendah
4. Gangguan harga diri ; harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak realistis
5. Perubahan penampilan peran berhubungan dengan harga diri rendah.

3. Intervensi keperawatan
Fokus tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif pada kehidupan yang terdiri dari
persepsi, keyakinan, dan kepribadian. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan nya juga hal
yang penting. Setelah mengevaluasi penilaian kognitif dan kesadaran perasaan, lainnya dari
masalah dan kemudian merubah perilaku.
Prinsip asuhan yang diberikan adalah pemecahan masalah yang terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan tingkat berikutnya, meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya,
meluruh ancaman dari sikap perawat terhadap klien, dan membantu klien memperluas dan
menerima semua aspek kepribadiannya.
1. Tindakan penerimaan yang tidak kaku dengarkan klien
2. Dorong klien mendiskusikan pikiran dan perasaannya
3. Beri respon yang tidak menghakimi
4. Tunjukkan bahwa kalian adalah individu yang berharga yang bertanggung jawab terhadap
dirinya dan dapat membantu dirinya sendiri.

[Type text] Page 9


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu kesatuan yang
utuh.
b) Identitas jenis kelamin berkembang sejak lahir secara bertahap dimulai dengan konsep
laki-laki dan wanita banyak dipengaruhi oleh pandangan dan perlakuan masyarakat terhadap
masing-masing jenis kelamin tersebut. perasaan dan prilaku yang kuat akan indentitas diri
individu.
c) Gangguan identitas diri adalah suatu proses perkembangan yang timbul pada masa kanak-
kanak, masa remaja, dan berlanjut pada masa dewasa.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang kami susun ini, kesempurnaan hanya milik Allah SWT,
sedangkan kekurangan selalu melingkupi makhluk-Nya, oleh karena itu kami sebagai
penyusun makalah ini berharap atas saran yang dapat membuat makalah serta kami selaku
tim penyusunnya menjadi lebih baik lagi.
Atas kritik dan saran yang saudara berikan, kami haturkan rasa terimakasih.

[Type text] Page 10


DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uin-

https://faridarahayua96.wordpress.com/2014/09/13/konsep-diri-identitas-diri/amp/

[Type text] Page 11

Anda mungkin juga menyukai