Anda di halaman 1dari 15

“ Sistem Pendidikan Langgar, Pesantren Dan Madrasah Di Masa

Sekarang “
( sejarah dan perkembangan pendidikan )

DISUSUN OLEH
oleh : kelompok 3
1. Alika shafa marwa ( 06071281924017 )
2. Nyayu marfu’ah ( 06071381924049 )
3. Muhammad firliyadi muttaqin ( 06071381924058 )

Dosen pengampu : 1. Risma Anita Puriani, M.Pd


2. Ratna Sari Dewi,M.Pd

Jurusan : Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT Yang telah melimpahkan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa adanya sesuatu kendala
apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah pengetahuan. Kami
menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, kami menerima
kritik dan saran yang membangun kemajuan bersama.

Palembang,24 januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4
A.latar belakanng........................................................................................4
B.Rumusan masalah...................................................................................4
C.Tujuan masalah.......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
A. A. Sistem Pendidikan Madrasah............................................................5
B. Surau/langgar..........................................................................................8
C. Pesantren................................................................................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................14


A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Daftar pustaka......................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Madrasah merupakan lembaga pendidikan alternatif bagi para orang tua


untuk menjadi tempat penyelenggaraan pendidikan bagi putra-putrinya. Bahkan pada
beberapa daerah tertentu jumlah madrasah meningkat cukup tajam dari tahun ke tahun.
Pendidikan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari siklus kehidupan manusia,
sebuah fitrah dari makhluk yang dianugrahi akal dan pikiran. Proses pendidikan berjalan
sejak dalam kandungan sampai keliang lahat (meninggal dunia). Pendidikan bisa
didapat dimana saja dan kapan saja. Proses pendidikan yang paling efektif adalah
melalui pendidikan formal. Dimana sekolah/pesantren merupakan perwujudan nyata
pendidikan yang dilakukan secara berjenjang atas dasar sistem dan kebijakan tertentu.

Pendidikan Islam senantiasa menjadi sebuah kajian yang menarik bukan hanya
karena memiliki kekhasan tersendiri dibanding jenis pendidikan yang lain, semisal
pendidikan umum, namun juga karena kaya akan konsep- konsep yang tidak kalah
bermutu dibandingkan dengan pendidikan modern. Dalam hazanah pemikiran
pendidikan Islam, kita temukan tokoh- tokoh besar dengan ide- idenya yang cerdas dan
kreatif yang menjadi inspirasi dan kontribusi yang besar bagi dinamika pendidikan
Islam, khususnya pesantren dan madrasah di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia?
2. Bagaimana Sejarah dan Dinamika Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana Sejarah dan Dinamika Lembaga-lembaga
Pendidikan Islam di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan Madrasah
1 Kelahiran Madrasah Di Dunia Islam
Madrasah merupakan isim makan dari “darasa” yang berarti “tempat duduk
untuk belajar”. Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau
perguruan tinggi. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam, mulai didirikan dan
berkembang di dunia Islam sekitar abad ke-5 H atau abad ke-19 M. Pada zaman
pemerintahan Bani Umayyah, umat Islam sudah mempunyai semacam lembaga
pendidikan Islam yang disebut “kuttab”. Para guru yang mengajar pada kuttab ini pada
mulanya adalah orang-orang non-muslim, terutama orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Lahirnya madrasah-madrasah di dunia Islam, pada dasarnya merupakan usaha
pengembangan dan penyempurnaan zawiyah-zawiyah, dalam rangka menampung
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan jumlah pelajar yang semakin
meningkat yang berlangsung sampai sekarang.

2 Lahir Dan Berkembangnya Madrasah Di Indonesia


Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam mempunyai beberapa
latar belakang, di antaranya :
a) Sebagai manifestasi dan realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam
b) Usaha penyempurnaan terhadap sistem pendidikan yang lebih memungkinkan
lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah secara umum
c) Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang
terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi.
3 Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Madrasah merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang didalam
kurikulumnya memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, dimana mata
pelajaran agama pada madrasah lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran
agama pada sekolah umum.
Sejarah dan perkembangan madrasah akan dibagi dalam dua periode, yaitu :

5
a. Periode Sebelum Kemerdekaan
Pendidikan dan pengajaran agama Islam dalam bentuk pengajaran Al-Qur’an dan
pengajian kitab yang diselenggarakan di rumah-rumah, surau, masjid, pesantren, dan
lain-lain. Pada perkembangan selanjurtnya mengalami perubahan bentuk baik dari segi
kelembagaan, materi pengajaran, metode maupun struktur organisasinya, sehingga
melahirkan suatu bentuk yang baru yang disebut madrasah.
Latar belakang pertumbuhan madrasah di Indonesia dapat dikembalikan pada
dua situasi yaitu:
a) Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia
b) Respons pendidikan Islam Islam terhadap kebijakan pendidikan hindia-belanda.
Madrasah-madrasah yang didirikan pada periode sebelum kemerdekaan ini adalah:
1) Madrasah Adabiyah (Adabiyah School)
2) Sekolah Agama (Madras School)
3) Madrasah Diniyah (Diniyah School)
4) Madrasah Muhammadiyah
5) Arabiyah School
6) Sumatera Thawalib
7) Madrasah Diniyah Putri
8) Madrasah Salafiyah
9) Madrasah-Madrasah Lainnya.

b. Periode Sesudah Kemerdekaan


Setelah kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, kemudian pada
tanggal 3 januari 1946 dibentuklah Departemen Agama yang akan mengurus masalah
keberagamaan di Indonesia termasuk didalamnya pendidikan, khususnya madrasah.
Namun pada kemerdekaan selanjutnya madrasah walaupun sudah berada dibawah
naungan Departemen Agama tetapi hanya sebatas pembinaan dan pengawasan
Walaupun pendidikan Islam telah berjalan lama, namun masih terasa disisihkan dari
sistem pendidikan nasional. Keadaan ini berlangsung samapai dengan dikeluarkannya

6
SKB 3 Menteri tanggal 24 Maret 1975 yang tersohor itu, yang berusaha mengembalikan
ketertinggalan pendidikan Islam untuk memasuki mainstream pendidikan nasional.
Kebijakan itu membawa pengaruh yang sangat besar bagi madrasah. Dengan SKB
tersebut, madrasah memperoleh defenisi yang semakin jelas sebagai lembaga
pendidikan yang setara dengan sekolah sekalipun pengelolaannya tetap berada dibawah
Departemen Agama.
Usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan pembinaan madrasah baik kualitas
maupun kuantitasnya dilakukan dalam bidang sebagai berikut :
1) Penegerian madrasah
2) Pembinaan diversifikasi kelembagaan madrasah
3) Pembinaan pendidikan dan pengajaran

4 Sistem Pendidikan Dan Pengajaran Di Madrasah


Perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau pendidikan langgar dan
sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah modern merupakan sistem pendidikan dan
pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses tersebut berlangsung secara
berangsur-angsur dan mengikuti sistem klasikal.
Kemudian lahirlah madrasah-madrasah yang mengikuti sistem perjenjangan dan
bentuk-bentuk sekolah modern. Kurikulum madrasah dan sekolah-sekolah agama masih
mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan persentase
yang berbeda. Pada waktu pemetintah Republik Indonesia, Kementerian Agama yang
mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah
melalui kementerian agama, merasa perlu menentukan kriteria madrasah.
Pengetahuan umum yang diajarkan di madrasah adalah :
a) Membaca dan menulis (huruf latin), bahasa Indonesia
b) Berhitung
c) Ilmu bumi
d) Sejarah Indonesia dan dunia
e) Olah raga dan kesehatan.

7
5 Pembinaan Dan Pengembangan Madrasah
Pendidikan dan pengajaran merupakan suatu kewajiban yang tegas-tegas
menjadi ketentuan dalam Islam bagi pemeluknya, besar kecilnya peran Islam sangat
bergantung pada berhasil tidaknya pendidikan dan pengajaran yang dilancarkan.
Madrasah yang pada hakikatnya merupakan salah satu alat dan sumber
pendidikan serta pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah mendapat perhatian dan bantuan yang
nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari pemerintah.
Berdasarkan hal tersebut, jenjang pendidikan pada madrasah tersusun sebagai
berikut:[8]
a) Madrasah rendah atau madrasah ibtidaiyah, adalah madrasah yang memuat
pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajarannya, lama
pendidikan 6 tahun.
b) Madrasah lanjutan tingkat pertama atau Madrasah Tsanawiya adalah madrasah
yang menerima murui-murid tamatan madrasah rendah atau sederajat dengan itu, serta
memberi pendidikan dalam ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok, lama
pendidikannya 3 tahun
c) Madrasah lanjutan atas atau Madrasah Aliyah adalah madrasah yang menerima
murid-murid tamatan madrasah lanjutan pertama atau yang sederajat memberi
pendidikan dalam ilmu pengetahuan agama Islam sebagai pokok, lama belajar 3 tahun.

B. Surau/Langgar,
Kata surau bermula dari istilah Melayu-Indonesia dan penggunaanya meluas
sampai di Asia Tenggara. Sebutan surau berasal dari Sumatera Barat tepatnya di
Minang Kabau. Sebelum menjadi lembaga pendidikan Islam, istilah ini pernah di
gunakan (warisan) sebagai tempat penyembahan agama Hindu-Budha. Pada masa
awalnya, surau juga digunakan sebagai tempat penyembahan ruh nenek moyang.
Keberadaan surau cenderung mengambil tempat di puncak atau daratan yang tinggi

8
untuk melakukan kontemplasi (asketis) para warga yang sedang bermunajat kepad yang
Maha Agung.

Surau/langgar dalam sejarah Minangkabau diperkirakan berdiri pada 1356 M,


yang dibangun pada masa Raja Adityawarman di kawasan bukit Gonbak. Seperti kita
tahu dalam lintasan sejarah Nusantara, bahwa pada masa ini adalah masa keemasan bagi
agama Hindu-Budha, maka secara tidak langsung dapat dipastikan bahwa eksistensi dan
esensi surau kala itu adalah sebagai tempat ritual bagi pemeluk agama Hindu-Budha.

Surau dalam sistem adat Minangkabau adalah kepunyaan suku atau kaum
sebagai pelengkap rumah gadang yang berfungsi sebagai tempat bertemu, berkumpul,
rapat, dan tempat tidur bagi anak laki-laki yang telah akil baliqh dan orang tua yang
uzur. Fungsi surau ini semakin kuat posisinya karena struktur masyarakat Minangkabau
yang menganut sistem Matrilineal, menurut ketentuan adat bahwa laki-laki tak punya
kamar di rumah orang tua mereka, sehingga mereka diharuskan tidur di surau.
Kenyataan ini menyebabkan surau menjadi tempat penting bagi pendewasaan generasi
Minangkabau, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun keterampilan praktis lainnya.

Fungsi surau tidak berubah setelah kedatangan Islam, hanya fungsi


keagamaannya semakin penting yang diperkenalkan pertama kali oleh Syekh
Burhanuddin di Ulakan, Pariaman. Pada masa ini, eksistensi surau di samping sebagai
tempat shalat juga digunakan Syekh Burhanuddin sebagai tempat mengajarkan agama
Islam, khususnya tarekat (suluk).

Sebagai lembaga pendidikan tradisional, surau menggunakan sistem


pendidikan halaqah. Materi pendidikan yang diajarkan pada awalnya masih di seputar
belajar huruf hijaiyah dan membaca Al-Qur’an, di samping ilmu-ilmu keislaman
lainnya, seperti keimanan, akhlak dan ibadah. Pada umumnya pendidikan ini
dilaksanakan pada malam hari.

Secara bertahap, eksistensi surau sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami


kemajuan. Ada dua jenjang pendidikan surau pada era ini, yaitu:

9
1. Pengajaran Al-Qur’an. Untuk mempelajari Al-Qur’an ada dua macam tingkatan
 Pendidikan Rendah, memahami ejaan huruf Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an,
cara berwudhu, tata cara sholat, keimanan, dan akhlak (kisah-kisah nabi dan
orang sholeh lainnya).
 Pendidikan Atas, pendidikan membaca Al-Qur’an dengan lagu, kasidah,
berzanji, tajwid dan kitab perukunan.

2. Pengajian Kitab

Materi pendidikan pada jenjang ini meliputi; ilmu sharaf dan nahu, ilmu fikih,
ilmu tafsir, dan ilmu-ilmu lainnya. Cara mengajarkannya adalah dengan membaca
sebuah kitab Arab dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Setelah itu
baru diterangkan maksudnya. Penekanan pada jenjang ini adalah pada aspek hafalan.
Agar siswa cepat hafal, maka metode pengajarannya dilakukan melalui cara melafalkan
materi dengan lagu-lagu tertentu. Pelaksanaan pendidikan pada jenjang ini biasanya
dilakukan pada siang maupun malam hari.

Dalam perkembangannya, surau pernah mengalami pasang surut. Ketika akhir


abad XVIII, yang ditandai dengan semboyan kembali kepada ‘ajaran syari’at’. Surau
pernah dihancurkan oleh pemuda-pemuda yang tidak setuju terhadap keberadaan surau.
Sebab, surau dituduh sebagai lahan subur untuk kegiatan tahayyul, bid’ah, dan hurafat
(TBC). Tekanan dari gerakan tajdid semacam ini membawa implikasi buruk bagi
kelembagaan surau dan pengajaran Islam. Perlawanan dari kelompok yang cenderumg
berfikir ‘puritan’ berakhir karena memperoleh musuh baru yang lebih dahsyat
ketimbang hanya seputar kegiatan TBC, yakni kolonialisme. Mereka yang semula
memusushi surrau akhirnya mengalihkan perhatian untuk membendung dan memerangi
para kolonial. Sehingga sedikit demi sedikit gerakan ‘anak muda’ itu terkuras untuk
menghadapi penjajah. Dalam pandangan mereka musuh yang paling berbahaya adalah
missionaris kolonial.

10
Dalam posisinya sebagai lembaga pendidikan Islam, posisi surau sangat
strategis, baik dalam proses pengembangan Islam maupun pemahaman-pemahaman
terhadap ajaran-ajaran Islam. Bahkan surau telah mampu mencetak para ulama besar
Minangkabau dan menumbuhkan semangat nasionalisme, terutama dalam mengusir
kolonialisme Belanda. Di antara para alumni Pendidikan Surau itu adalah Haji Rasul,
AR. At. Mansur, Abdullah Ahmad dan Hamka.

C. Pesantren
Istilah “pesantren” berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an berarti
tempat tinggal para santri. Prof John berpendapat bahwa istilah santri berasal dari bhasa
Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedang C.C. Berg berpendapat bahwa istilah tersebut
berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku- buku
suci Agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.
Kata shastri berasal dari kata shastra yang berarti buku- buku suci, buku- buku agama
atau buku- buku tentang pengetahuan.
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua di Indonesia, setelah rumah
tangga (keluarga). Walaupun perhatian para ahli peneliti baru dilakukan terhadap pesantren
yang dimulai akhir-akhir ini, sudah banyak jumlah buku,majalah atau makalah yang
berkembang, namun masih banyak rahasia-rahasia dalam pesantern yang belum terungkap.
Dimana bagian yang belum terungkap itu adalah bagian yang memang sulit untuk
diungkapkan.

Pesantren muerupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam dimana di dalamnya


terjadi interaksi antara kyai atau ustadz sebagai guru dan para santri sebagai murid dnegan
mengambil tempat dimajid atau dihalaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan
membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama masa lalu (kitab kuning).

1. Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam

Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu
benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim.

11
Secara informal lembaga pesantren di Indonesia telah berfungsi sebagai keluarga yang
membentuk watak dan kebribadian santri. Pesantren juga telah melaksanakan pendidikan
keterampilan melalui kursus- kursus untuk membekali dan membaantu kemandirian para
santri dalalm kehidupan masa depannya sebagai muslim yang juga dai dan pembina
masyarakat. Secra keseluruhan, pesantren selalu dijadikan contoh dan panutan oleh
masyarakat dalam segala hala yang dilakukan atau dianjurkan untuk dilaksanakan oleh
masyarakat, sehingga keberadaan pesantren di Indonesia itu telah berperan menjadi potensi
yang sangat besar dalam pengembangan masyarakat, terutama masyarakt muslim lapisan
menengah kebawah .Sebagai lembaga pendidikan Islam pesantren memiliki lima elemen
pokok, yaitu pondok tempat menginap santri, masjid, santri, pengajaran kitab- kitab klasik dan
kyai.

Prinsip- prinsip pendidikan yang diterapkap di pesantren diantaranya yaitu

1) Filsafat pendidikan teosentris, yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa semua
kejadian, proses dan kembali pada kebenaran Tuhan.
2) Kesukarelaan ( keikhlasan) dan pengabdian
3) Kearifan hidup
4) Kesederhanaan
5) Hubungan guru, santri, orang tua dan masyarakat
6) Mengatur kegiatan bersama
7) Kebebasan terpimpin
8) Kemandirian
9) Mengamalkan ajaran agama
10) Tanpa ijazah
11) Ilmu pengetahuan diperoleh disamping dengan ketajaman akal juga sangat tergantung
kepada kesucian hati dan berkah kyai

Berkaitan dengan peran tradisionalnya pesantren kerap diidentifikasi dengan peran dalam
masyarakat Indonesia, yaitu

a) Sebagai pusat berlangsungnya transmisi ilmu- ilmu Islam tradisional

12
b) Sebagai penjaga dan pemelihara keberlangsungan Islam trasdisional
c) Sebagai pusat reproduksi ulama

2. Sistem Pendidikan di Pesantren

Sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang


bersifat nonklasikal, yaitu model system pendidikan dengan menggunakan metode
pengajaran sebagai berikut:

a) Metode sorongan, yaitu bentuk belajar- mengajar dimana kyai hanya menghadapi
seorang santri atau sekelompok kecil santri yang masih dalam tingkat dasar.

b) Metode wetonan dan bandongan, ialah metode mengajar dengan sistem ceramah. Di
daerah luar jawa metode ini disebut halaqah, yaitu murid mengelilingi guru yang membahas
kitab

c) Metode musyawarah, yaitu sistem belajar dalam bentuk seminar untuk membahas setiap
masalah yang berhubungan dengan pelajaran santri di tingkat tinggi

Seiring dengan perubahan ruang dan waktu sistem pendidikan pesantren mengalami
pergeseran- pergeseran baik dari kelembagaan pesantren, metodologi sampai pola hidup di
pesantren mengalami perubahan. Namun demikian lembaga pendidikan ini sampai saat ini
masih tetap bertahan karena mampu menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang
terjadi. Upaya- upaya pembaharuan pesantren telah banyak dilakukan dari waktu ke waktu
untuk menunjukkan eksistensi dan pengembangannya dalam menghadapi problematikanya.

13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai
salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan
masyarakat muslim. Secara informal lembaga pesantren di Indonesia telah berfungsi
sebagai keluarga yang membentuk watak dan kebribadian santri. Sebagai lembaga
pendidikan Islam pesantren memiliki lima elemen pokok , yaitu pondok tempat
menginap santri, masjid, santri, pengajaran kitab- kitab klasik, dan kyai.

Madrasah adalah bentuk perkembangan dari model pendidikan Islam tradisional


yaitu pesantren. Kehadiran madrasah merupakan salah satu upaya pembaharuan
pendidikan Islam di Indonesia. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa madrasah
merupakan lembaga pendidikan modern di tengah pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga- Lembaga Pendidikan


Islam Di Indonesia, (Jakarta : Grasindo, 2001), h. 194

Zuhairini dkk, 2011, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara

Daulay Haidar P., 2006, Pendidikan Islam: Dalam System Pendidikan Nasional di

: Nata Abuddin, 2010,Iilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Prenada Media Group.

15

Anda mungkin juga menyukai