Anda di halaman 1dari 23

Iman dalam Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni

Oleh:
Kadek Sari Savitri ( P07120219094)
I Wayan Yogik Prayoga (P07120219095)
Ni Made Cahyaning Upadani (P07120219096)
Pande Gede Angga Gustina Aryanto (P07120219097)
Ni Komang Ayu Santi Wulandari (P07120219098)
I Putu Galih Kumara Yoga (P07120219099)
I Gusti Bagus Ade Oka Dwipayana (P07120219100)
M.Fadil Akbar (P07120219101)
Komang Nova Sadana Yoga (P07120219102)
Ni Made Arisasmita Candra Dewi (P07120219103)

Kelas : 1B
Jurusan : S.Tr Keperawatan

Kementrian Kesehatan RI

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan nilai mata kuliah
Agama. Judul makalah ini adalah “Iman dalam Ilmu Pengetahuan ,Teknologi dan Seni”
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :

1. selaku dosen yang mengajar di mata kuliah Agama, yang telah memberi dorongan,
motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada penulis.
2. Pihak Keluarga yang sepenuhnya telah membantu dan memberi dorongan moril maupun
materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 27 Oktober 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan,dan teknologi, Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan panca indera, ilustrasi dan firasat,sedangkan ilmu adalah pengetahuan
yang telah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan interpretasikan sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Dalam kajian
filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tapi tidak
memperdalam di sebut generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang
di temukan orang yang menguasai ilmu secara mendalam.Istilah teknologi merupakan produk ilmu
pengetahuan dalam sudut pandang budaya dan teknologi merupakan salah satu unsur budaya
sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik objektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak
netral lagi karna memiliki potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, di situlah letak perbedaan
antara ilmu pengetahuan dan teknologi.Teknologi dapat mebawa dampak positif berupa kemajuan
dan kesejahtraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa
ketimpang-timpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungan. Netralitas teknologi dapat di
gunakan untuk yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia atau di
gunakan untuk menghancurkan manusia itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud Iman, Ipteks, Amal sebagai kesatuan ?
b. Apa yang dimaksud dengan Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu ?
c. Bagaimana Peran Agama, Ipteks dalam kehidupan ?
d. Bagaimana Hubungan Agama Budha Dengan Ilmu Pengetahuan?
e. Bagaimana Perkembangan Teknologi menurut Agama Kristen?
f. Bagaimana Pemanfaatan Teknologi dan Informasi Dalam Agama Hindu?
g. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Ipteks Dalam Islam?
h. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Agama Katolik?
i. Bagaimana Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Agama Khonghucu?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah berjudul “Iman dalam Ilmu Pengetahuan , Teknologi dan
Seni” adalah membantu melihat permasalahan yang terjadi seperti :
a. Memahami tentang Ilmu teknologi dan seni secara umum
b. Mengerti tentang Iman, Ipteks dan Amal sebagai kesatuan
c. Lebih paham dengan kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu
d. Memahami peran Agama Budha, Kristen, Hindu, Islam, Katolik dan khonghucu dalam
perkembangan ipteks di dalam kehidupan

1.4 Manfaat Makalah


a. Melatih siswa untuk bisa membuat makalah
b. Bisa menjadi pedoman untuk belajar
c. Dalam pembelajaran mahasiswa lebih cepat mengerti karena sudah mencari materi terlebih
dahulu
d. Dapat membuka pemikiran Mahasiswa menjadi lebih luas
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Iman, Ipteks, dan Amal sebagai Kesatuan


Iman menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung ilmu bagi
orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman adalah membenarkan dan mengetahui
adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan
serta menjauhi segala larangan. Para sarjana berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,. Jadi bila diikuti jalan
pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Kitab suci itu merupakan sumber pengetahuan dan
ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science). Jika hasil teknologi sejak semula diduga
dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya
ditolak oleh islam. Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-nilai
fitrahnya. Ada 4 hal pandangan dalam etos kerja yaitu:
1. Niat (komitmen) sebagai dasar nilai kerja
2. Konsep ihsan dalam bekerja
3. Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia
4. Orang beragama yang kuat lebih disukai.
Gambaran keutuhan antara iman, Iptek, amal sebagai kesatuan, perumpamaan baik bagaikan
sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan
suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan
akar dari sebuah pohon yang menupang tegaknya ajaran Agama, ilmu bagaikan batang pohon yang
mengeluarkan dahan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu ibarat dengan teknologi dan seni.
IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal yang
baik, bukan kerusakan alam.
2.2 Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu
Pengertian yang kita petik dari kata ini bahwasanya menuntut ilmu pengetahuan adalah suatu
perintah sehingga dapat dikatakan suatu kewajiban. Harus kitasadari bahwa agama adalah
merupakan pedoman bagi kebahagiaan dunia akhirat,sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama
tidak semata ilmu yang menjurus kepadaurusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang mengarah kepada
duniawi.Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak menuntut ilmu
berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau
disebut ulama (orang yang memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu
(ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan.

2.3 Peran Agama dan Ipteks dalam Kehidupan


Kalau tantangan pertama adalah pluralisme dan tantangan kedua adalah sekularisme, maka
tantangan ketiga dalam hidup keagamaan di zaman ini adalah individualisme. Kemajuan teknologi
saat ini tidak hanya merambah ke struktur kehidupan dari kebersamaan menjadi individualis.
Sebetulnya mentalitas hidup yang disebut individualisme sudah muncul sejak zaman pencerahan
(aufklarung), dengan semboyannya:”Beranilah berpikir sendiri!” Namun perubahan ini juga
merombak konsep manusia itu sendiri (manusia diperbudak oleh teknologi). Perombakan itu juga
mengakibatkan renggangnya hubungan manusia dengan Tuhan, perubahan ini juga merubah cara
pandang manusia terhadap agama. Sehingga agama bukan lagi menjadi pedoman ataupun
penerang dan penentram jiwa, melainkan hanya sebagai pelengkap atau formalitas saja. Akibat
kondisi tersebut, maka timbullah asumsi bahwa agama perlu mengikuti perkembangan kemajuan
teknologi dari masa ke masa. Namun proses ini tidaklah berjalan dengan baik, meskipun mengikuti
proses berjalannya teknologi, banyak masalah yang terjadi. Ajaran-ajaran agama pada masa ini
mulai memudar dan tak berbobot, di gereja terjadi penciutan iman, bagi kaum yang muda maupun
yang tua, sehingga jumlah pengikutnya pun berkurang drastis. Salah satu alasannya adalah bahwa
mereka tidak menulusi iman dan menganggap bahwa hal pokok adalah pekerjaan mereka,
sedangkan agama hanyalah bagian sekunder dari hidup mereka.
 Hubungan Agama dan Ipteks
Berdasarkan tinjauan ideologi yang mendasari hubungan keduanya, terdapat 3 (tiga) jenis
paradigma :
1. Pertama,paradagima sekuler, yaitu paradigma yang memandang agama dan iptek adalah
terpisah satu sama lain. Sebab, dalam ideologi sekularisme Barat, agama telah
dipisahkan dari kehidupan .Agama tidak dinafikan eksistensinya, tapi hanya dibatasi
perannya dalam hubungan pribadi manusia dengan tuhannya. Agama tidak mengatur
kehidupan umum/publik. Paradigma ini memandang agama dan iptek tidak bisa
mencampuri dan mengintervensi yang lainnya.
2. Kedua, paradigma sosialis, yaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafikan
eksistensi agama sama sekali. Agama itu tidak ada, tidak ada hubungan dan kaitan apa
pun dengan iptek. Iptek bisa berjalan secara independen dan lepas secara total dari
agama. Paradigma ini mirip dengan paradigma sekuler di atas, tapi lebih ekstrem. Dalam
paradigma sekuler, agama berfungsi secara sekularistik, yaitu tidak dinafikan
keberadaannya, tapi hanya dibatasi perannya dalam hubungan vertikal manusia-tuhan.
Sedang dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara ateistik, yaitu dianggap tidak
ada dan dibuang sama sekali dari kehidupan.
3. Ketiga, paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar
dan pengatur kehidupan..paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun
segala pemikirannya berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita
pahami dari ayat pertama surah Al’Alaq ayat yang artinya “Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu Yang menciptakan.” Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk
membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala
pemikirannya itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islaminilah paradigma Islam yang
menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar segala pengetahuan seorang muslim. Paradigma
inilah yang telah mencetak muslim-muslim yang taat dan shaleh tapi sekaligus cerdas
dalam iptek.
2.4 Hubungan Agama Buddha dengan Ilmu Pengetahuan

a. Hubungan Agama Buddha dengan Ilmu Pengetahuan Modern


Agama Buddha dan ilmu pengetahuan telah dikemukakan banyak ahli memiliki hubungan
yang erat. Karena pada dasarnya, ilmu pengetahuan merupakan bagian dari agama dan agama
bagian dari ilmu pengetahuan. Terdapat banyak ilmu pengetahuan yang sepadan dengan agama
Buddha. Kesepadanan tersebut dapat dilihat dari perkembangan iptek, ilmu biologi, ilmu fisika
serta dalam kaitannya dengan alam semesta in. Namun, adanya kesepadanan tersebut, terdapat
pula perbedaannya. Jose Ignacio Cabezon, seorang profesor pakar Buddhisme Tibetan dan
Cultural Studies dari University of California pernah mengemukakan bahwa Buddhisme dan ilmu
pengetahuan memang tidak serupa, tidak mirip, namun keduanya saling melengkapi.
Menurut Cabezon, ilmu pengetahuan berkenaan dengan dunia eksterior, sementara
Buddhisme dengan dunia interior. Ilmu pengetahuan berurusan dengan materi, sedangkan
Buddhisme dengan batin. Ilmu pengetahuan adalah perangkat keras, sedangkan Buddhisme adalah
perangkat lunaknya. Ilmu pengetahuan bersifat rasional, sedangkan Buddhisme bersifat
eksperiansial, ilmu pengetahuan bersifat kuantitatif, sedangkan Buddhisme kualitatif.
Berdasarkan adanya perbedaan tersebut tidak menjadi pertentangan, karena pada dasarnya
ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan bagian dari ajaran Buddhisme. Seperti yang dikatakan
oleh Eisntein bahwa meskipun ranah agama dan ilmu dalam dirinya memisahkan diri satu sama
lain, namun diantara keduanya ada hubugan timbal balik serta ketergantungan yang benar. Situasi
itu dapat diungkap melalui suatu gambaran bahwa ilmu tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa
ilmu adalah buta (Einstein, 2004:177). Jadi, dengan demikian setiap agama memiliki kesesuain
dengan ilmu pengetahuan termasuk agama Buddha itu sendiri.
b. Relevansi Agama Buddha dengan Ilmu Pengetahuan Modern
Agama Buddha menjadi salah satu agama yang memiliki kesamaan dengan ilmu
pengetahuan. Percakapan yang dilakukan oleh filsuf dan penanya mengenai relevansi agama
Buddha dan ilmu pengetahuan dari arsip buddhis Berzin, tahun 1988, ia menjelaskan bahwa
hubungan yang khas selama ini berpusat pada tiga wilayah. Pertama, astrofisika yang utamanya
berkenaan dengan bagaimana semesta berkembang. Topik lainnya adalah fisika partikel, yang
berhubungan dengan bangunan atom dan zat. Ketiga, ilmu-ilmu saraf, yakni tentang cara otak
bekerja. Ketiganya adalah wilayah-wilayah utama.
Wilayah astrofisika merupakan penjelasan berkenaan dengan bagaimana alam semesta
berkembang. Pendapat fisikawan terkemuka Profesor Stephen Hawking menyatakan bahwa tidak
diperlukan sesosok Tuhan dalam penciptaan alam semesta. Alam semesta tercipta karena adanya
proses tersendiri. Proses terciptanya alam semesta dijelaskan dalam banyak teori. Teori yang telah
diterima oleh masyarakat dan ilmu pengetahuan ialah teori Big Bang.
Teori ini menjelaskan bahwa terbentuknya bumi berawal dari puluhan milyar tahun lalu
yang diawali dengan adanya gumpalan kabut raksasa yang meledak keluar angkasa sehingga
membentuk galaksi dan nebula. Nebula-nebula ini yang kemudian membeku sehingga membentuk
sebuah galaksi yaitu galaksi Bima Sakti dan terbentuknya sistem tata surya. Bagian ledakan kecil
yang keluar tadi mengalami kondensasi yang mendingin dan membentuk bumi dan planet lainnya.
Hal ini jelas bahwa alam semesta ini tercipta karena suatu proses bukan diciptakan oleh Tuhan.
Penciptaan yang dikemukakan dalam teori Big Bang memiliki relevansi dengan
Buddhisme. Proses ini dijelaskan dalam Agañña Sutta bahwa bumi tercipta dengan rentang waktu
yang sangat lama. Diawali dengan adanya makhuk-makhluk di alam abhasara yang kemudian
mencicipi sari tanah, dan tumbuh-tumbuhan yang muncul dalam waktu yang lama sehingga tubuh
menjadi padat, terlihat bentuk jenis kelamin, dan saat itu pula terlihat cahaya matahari, bulan, dan
bintang. Muncul pergantian waktu siang dan malam serta pergantian musim. Sejak saat itulah bumi
dan seluruh isinya terbentuk (D. III:27).
Selain dari wilayah astrofisika, wilayah pengetahuan fisika mengenai partikel atom yang
berhubungan dengan konsep anatta dalam ajaran Buddha juga menunjukkan bahwa segala sesuatu
tidak mempunyai inti yang kekal. Sama seperti partikel atom bahwa tidak dapat dikatakan bahwa
atom adalah sebuah yang tampak terlihat jelas dalam kasat mata. Atom membentuk partikel-
partikel elementer, membentuk suatu dunia potensialitas atau kemungkinan-kemungkinan
ketimbang dunia benda-benda atau fakta-fakta kita (Heinsberg, dalam McFarlane, 2004: 123).
Jadi, dengan demikian jelas bahwa atom tidak memiliki inti yang jelas seperti konsep anatta,
bahwa atom ini yang mampu membentuk partikel lain. Konsep ini jelas memiliki kesamaan dalam
konsep anatta.
Konsep atom tersebut bila dianalisa kembali memiliki keterkaitan dengan konsep
paticcasamuppada yaitu memiliki hubungan satu sama lain. Artinya, dari contoh tersebut adanya
atom akan menjadi partikel lain yang terbentuk, sehingga dari setiap atom itu menjadi sebab
adanya partikel lain. Seperti yang dikatakan oleh Heinsberg bahwa setiap partikel terdiri dari
semua partikel lain. Dikatakan bahwa proton terdiri dari tiga partikel kecil. Dapat dikatakan pada
suatu saat bahwa ia untuk sementara waktu terdiri dari tiga kuark, dan menjadi empat kuark, dan
satu antikuark, atau lima kuark dan seterusnya (Heinsberg, dalam McFarlane, 2004: 136).
Lebih dijelaskan oleh Cheng Chien bahwa setiap fenomena memuat fenomena lainnya dan
setiap fenomena memuat keseluruhan segenap fenomena lainnya. Artinya, segala sesuatu itu
memiliki hubungan saling ketergantuangan satu sama lain. Hal ini yang sesuai dengan ajaran
Buddha dalam paticcasamupada.
Wilayah ketiga yaitu mengenai ilmu syaraf yang mempelajari mengenai cara kerja otak.
Ahli saraf dan pengikut Buddha mencatat adanya hubungan kemunculan yang bertalian di antara
berbagai hal. Sesuatu itu ada (exist) bergantung pada si pengamat dan kerangka pola pikir yang
digunakan oleh orang tersebut untuk melihatnya. Terutama dalam pikiran seseorang.
Selain dari ketiga wilayah tersebut, masih banyak aspek ilmu pengetahuan yang memiliki
kesesuian dengan ajaran Buddha, misalnya epistemologi. Epistemologi menekankan pada sikap
menghargai kebebasan berpikir dalam menyelidiki asal, sumber-sumber, metode dan keabsahan
pengetahuan (Wijaya Mukti, 2003:9). Sumber ilmu dalam aliran epistemologi terdapat tiga jenis
aliran yaitu aliran rasionalis, empiris dan kritis.
Aliran rasionalis menyandarkan diri bahwa pengetahuan bersumber dari akal atau rasio dan
metodologinya menekankan pada pembuktian suatu ilmu pengetahuan. Aliran empiris menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan sejati merupakan pengalaman. Aliran ini menggunakan metodologi
dengan jalan deduksi dan pengamatan. Kemudian, aliran kritis berupaya mendamaikan pendirian
rasionalisme dan empirisme. Jadi, dari ketiga aliran ini dapat disumpulkan bahwa epistemologi
mendorong seseorang untuk mampu melakukan pembuktian dan pengamatan terhadap ilmu
pengetahuan, tidak hanya diterima begitu saja. Harus diteliti terlebih dahulu sumber asal dari ilmu
pengetahuan yang diperoleh.
Berdasarkan ketiga aliran ini memiliki relevansi dengan aliran para pemikir di India
sebelum adanya Sang Buddha, yaitu adanya aliran eksperiensialis yang menyatakan bahwa sumber
ilmu pengetahuan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman secara langsung (Wijaya Mukti,
2003:10). Aliran ini sesuai dengan Sang Buddha, karena beliau merupakan kaum atau aliran
eksperiensialis yaitu mengetahui secara langsung ajaran berdasarkan pengalaman yang dirasakan.
Artinya, pengetahuan tersebut diamati dan dibuktikan secara langsung.
Hal ini juga sesuai dengan epistemologi Buddhis yang dijelaskan oleh Sariputra bahwa
sumber ilmu diperoleh (pengertian yang benar) diperoleh dari kesaksian orang lain dan perenungan
secara bijaksana (M. I, 294 dalam Wijaya Mukti:17). Artinya untuk memperoleh pengetahuan yang
baik perlu menekankan pola berpikir secara kritis terhadap suatu pengetahuan untuk melakukan
analisa terhadap pengetahuan yang diperoleh.
Analisa itu dilakukan dengan melakukan perbandingan antara ilmu pengetahuan dengan
yang dialami dalam kehidupan sehari- hari (sesuai dengan aliran ekspriensialis). Contohnya
analisa mengenai asumsi bahwa terdapat dukkha (penderitaan) yang terdiri dari rasa sakit,
kesusahan dan kesengsaraan, dan asumsi bahwa segala sesuatu tidak memandang apa yang sedang
kita bicarakan, yang semua itu memiliki sebab. Sebab dari dukkha yang dialami oleh seseorang
diteliti sendiri dengan melakukan analisa dengan menanyakan apa yang menyebabkan menderita.
Sehingga akhirnya, seseorang mengetahui sebab penderitaan yang dirasakan.
Berdasarkan hal demikian, jelas bahwa ajaran Buddha mengajarkan untuk melakukan
analisa terhadap segala ajaran yang ada dalam kehidupan. Hal ini nampak seperti yang dijelaskan
dalam Kalama Sutta. Sang Buddha menjelaskan pada kaum Kalama untuk tidak percaya begitu
saja terhadap berita yang didengar, tradisi, kebiasaan turun temurun, ucapan yang dikatakan oleh
orang ahli, terhadap mitos-mitos, terhadap para guru bahkan Sang Tatagata sekalipun, melainkan
harus di uji terlebih dahulu kebenaran dari ajaran tersebut.
Inilah keistimewaan agama Buddha yang mampu memiliki kesesuaian dengan ilmu pengetahuan
modern dan menjadi agama yang besar dalam dunia modern. Albert Einsten juga menegaskan
bahwa agama yang mampu mengatasi kebutuhan ilmiah modern merupakan agama Buddha. Selain
itu, agama masa depan adalah agama Buddha, agama kosmis yang mampu melampaui sesosok
Tuhan personal serta menghindari dogmatisme, teologi, mencangkup alam dan spiritual.
c. Pengaruh Ilmu Pengetahuan Modern terhadap Sikap Seorang Buddhisme
Semakin banyaknya ilmu pengetahuan yang dimiliki, maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan seseorang. Semakin banyak ilmu yang dimiliki, semakin baik tingkat kecerdasan
seseorang. Dengan kecerdasan yang dimiliki, maka akan lebih mudah memahami ajaran Buddha.
Dengan mampu memahami ajaran Buddha, maka akan semakin mengerti dan mempraktikannya.
Praktik inilah yang memberi sumbangsih besar terhadap pengaruhnya bagi seorang buddhisme.
Pengaruh ilmu pengetahuan terhadap sikap seorang Buddhime lebih menyumbangkan pada
sikap menghargai terhadap kehidupan. Karena, pada dasarnya ajaran Buddha menekankan pada
sikap welas asih dan kasih kasih terhadap semua makhluk. Seseorang yang belajar ilmu mengenai
perkembangan makhluk hidup dimana terdapat sel-sel dalam tubuh berkembang dan pasti akan
mati, maka ia akan menghargai adanya perubahan yang terjadi dalam jasmani (Anicca).
Kemudian, bila mempelajari ilmu mengenai pembuahan dan kromoson, maka akan
menghargai antara laki-laki dan perempuan serta akan berusaha untuk tidak melanggar sila
buddhis. Pengaruh yang paling penting ialah dengan ilmu pengetahuan yang ada mampu menuntun
setiap manusia untuk hidup lebih baik (Wijaya Mukti, 2003:294).

2.5 Perkembangan Teknologi Menurut Agama Kristen

Coba kita lihat di dalam Alkitab bagaimana Allah berbicara mengenai teknologi. Di sini
Alkitab tidak akan berbicara secara spesifik mengenai teknologi, namun ini adalah bukti bahwa
Allah mendorong manusia untuk lebih berkembang.

1. Pertama, saat Allah memerintahkan Nuh untuk membuat kapal yang akan menjadi tempat tinggal
Nuh beserta seluruh keluarganya saat Allah menurunkan air bah. Bahkan dalam kisah tersebut,
Allah menentukan sendiri bagaimana ukuran maupun bahan yang digunakan untuk pembuatan
kapal.
2. Contoh lain bisa kita lihat dalam Keluaran 25:9. Di ayat tersebut Allah Tritunggal memerintahkan
Musa untuk membuat Kemah Suci. Allah juga memberikan petunjuk bagaimana dimensi, ruang,
dan bahan yang diperlukan untuk mendirikan Kemah Suci.
Dari dua contoh tersebut, kita bisa melihat bahwa Allah tidak menghalangi manusia untuk
mengembangkan teknologi, bahkan Ia menuntun manusia untuk berkembang dan menciptakan
sesuatu karena Ia menghendaki segala sesuatu dengan tujuan yang baik.

Namun, berbeda apabila motivasinya tidak benar. Kita akan melihat bagaimana respon Allah
terhadap perkembangan teknologi yang memiliki tujuan yang tidak baik.

1. Pada Kejadian 11:1-9, diceritakan bagaimana Allah memporak-porandakan menara Babel. Di sini
bukan berarti Allah tidak setuju dengan pendirian menara tersebut, namun Allah melihat apa
motivasi manusia saat mendirikannya, yaitu untuk mencari nama dan ingin menyamai Allah. Sikap
ini merupakan salah satu ciri-ciri sombong menurut Kristen dan sangat tidak dikehendaki oleh
Allah.
2. Dalam Yohanes 2:16, kita bisa melihat bahwa Allah menentang penggunaan Bait Suci yang tidak
sesuai dengan fungsinya, yaitu untuk menjadi area komersil.
Dari cerita-cerita di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa sejak awalnya manusia memang
diciptakan dengan akal budi dan daya cipta. Manusia diciptakan serupa dan se-gambar dengan
Allah yang merupakan pencipta manusia. Jadi Allah tidak akan membatasi kreasi manusia apabila
manusia memiliki motivasi yang benar untuk berkarya.

2.6 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam Agama Hindu

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan
kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan
informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor agama. Pendidikan agama di era modern
perlu didukung inovasi-inovasi baru seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi. Inovasi-inovasi tersebut erat kaitannya dengan kreativitas dalam memahami
substansi agama yang permanen dan sub informasi yang selalu berubah. Kedua hal tersebut
saling terkait dan kita dituntut untuk mampu menjelaskan kepada siswa secara terpadu.

Fasilitas yang dapat mendukung ke era itu perlu diupayakan misalnya komputer yang
dilengkapi dengan akses internet, kliping-kliping, artikel-artikel koran dan majalah yang
topik-topiknya berkaitan dengan masalah-masalah agama dan kemoderenan. Demikian pula
fasilitas-fasilitas teknologi lain yang dapat dipergunakan untuk keperluan serupa, antara
lain: televisi, radio, video, OHP, slide dan media lainnya sesuai dengan kondisi dan
kemampuan masing-masing sekolah.

a. Aspek- Aspek Agama Hindu dalam kaitannya dengan Kemajuan Teknologi

Tujuan agama Hindu adalah Moksa dan Jagat Hita yaitu kesejahteraan sekala niskala, maka
dalam mengejar kesejahteraan sekala niskala ini, mau tidak mau kita dihadapkan pada
teknologi karena mengikuti perkembangan dari zaman globalisasi ini. Agama Hindu akan
menerima perkembangan teknologi secara selektif, sepanjang tidak bertentangan dengan
nilai- nilai agama Hindu.Dalam agama hindu teknologi itu hanya sebagai sarana penopang/
penunjang untuk mencapai hakekat daripada tujuan hidup beragama di dalam pelaksanaan
upacara/ upakara agama. Di dalam kehidupan sebagai manusia beragama, teknologi
berpengaruh di dalam mencapai kesejahteraan hidup dan kehidupan.

Ajaran dari agama hindu yang digunakani sebagai tolok ukur dalam menerima/ menolak
Perkembangan teknologi itu, yaitu :

1. konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali konsep
tri semaya dibagi menjadi tiga yaitu penyesuaian dengan masa lampau ( athita ),
penyesuaian dengan masa yang akan datang ( anaghata ) dan penyesuaian dengan masa
sekarang ( warthamana ). Tri semaya merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt
dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil
perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang
akan datang
2. Tri Pramana mempunyai arti tiga cara umat hindu meyakini adanya Ida Sang Hyang
Widhi Wasa. Dimana cara-cara tersebut adalah Pratyaksa Pramana (berdasarkan
penglihatan langsung), Anumana Pramana (berdasarkan kesimpulan yang logis) dan
Agama Pramana (berdasarkan kesimpulan yang logis). Tri Pramana diperlukan agar para
umat yang beragama hindu yang mengaplikasikan nilai-nilai agama pada teknologi tetap
bisa percaya dengan adanya Tuhan.
3. Rasa, utsaha, dan lokika (akal).

Tri Samaya, Tri Pramana, rasa, utsaha dan lokika semua itu hal itu harus disesuaikan
dengan Desa (penyesuaian dengan tempat), Kala (penyesuaian dengan waktu) dan Patra
(penyesuaian dengan keadaan) daerah setempat. Karena di Bali mempunyai desa, kala,
patra yang berbeda-beda. Maka dari itulah perkembangan teknologi harus disesuaikan
dengan desa, kala, dan patra yang juga didukung dengan nilai-nilai dari ajaran agama.
Perlu ditetapkan masalah aspek- aspek agama dalam kaitannya dengan teknologi agar
masyarakat dapat dituntun dan dibina guna menjaga kemantapan beragama dan
melestarikan kebudayaan

b. Dampak dari Perkembangan teknologi dalam agama Hindu

Perkembangan teknologi dalam kehidupan agama hindu pasti menimbulkan


beberapa dampak yaitu :

1. Dampak Positif

 Penyebaran ajaran-ajaran agama hindu bisa dilakukan dengan mudah melalui


teknologi informasi
 Dengan menggunakan teknologi informasi bisa digunakan sebagai media
komunikasi yang mudah bagi para umat seagama maupun berbeda agama.
 Bisa membentuk sumber daya manusia yang intensif. Karena umat secara tidak
langsung memperoleh pengetahuan agama melalui penggunaan teknologi
informasi.

2. Dampak Negatif

 Bila tidak berpedoman pada agama hindu maka akan terjadi penyalahgunaan
terhadap perkembangan teknologi informasi.
 Melalui teknologi informasi, penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai tentang
ajaran agama hindu (salah penafsiran) akan lebih mudah tersebar.
 Tata krama dalam agama hindu tidak sepenuhnya bisa dipermudah dengan
menggunakan teknologi informasi.

c. Hambatan yang ditemukan dalam perkembangan teknologi denga agama hindu

Dalam perkembangan teknologi informasi yang diaplikasikan dengan nilai-nilai


agama hindu tidak selalu berjalan mulus. Ada beberapa hal yang dapat menghambat
kelancarannya yaitu :

1. Sosial budaya dimasing-masing daerah. Untuk mempertahankan kebudayaan kadang


masyarakat masih cukup sulit untuk menerima teknologi informasi dalam menjalani
aktivitasnya.
2. Tidak meratanya informasi. Bila penyebaran agama hindu dilakukan dengan
menggunakan teknologi informasi maka informasi yang diterima tidak bisa secara
merata. Karena ada beberapa daerah yang masih belum terjangkau oleh teknologi
informasi.
3. Teknologi internet sangat tergantung dari kualitas jaringan telekomunikasi yang di
negara kita masih belum memadai, sehingga hasil-hasil download, rekaman suara,
berkas elektronis citra lontar harus diatur kembali agar unjuk kerja sistem menjadi lebih
optimal dan proses ini sedikit mengurangi kualitas data terutama audio dan video,
4. Pengaksesan data masih memerlukan komputer yang harus dilengkapi dengan
perangkat akses internet sehingga layanan ini terbatas untuk kalangan yang memiliki
perangkat keras dengan konfigurasi yang dipersyaratkan.
2.7 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Iptek Dalam Agama Islam

Masa keemasan umat islam terjadi pada masa kelam masyarakat barat dimana ilmu
pengetahuan berkembang dengan pesat dikalangan umat muslim. Pada saat itu islam telah
memperluas wilayah hingga Eropa. Pada masa keemasan tersebut banyak ilmuwan muslim
yang melalukan riset dan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosofi para
ilmuwan Yunani. Periode Islam klasik (650-1250 M) dipengaruhi oleh pandangan tentang
tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadist. Kemudian
pandangan ini ternyata sejalan dengan filsafat sains bangsa Yunani kuno. Adapun beberapa
ilmuwan besar pada masa itu yang tercatat dalam sejarah agama islam diantaranya adalah :
 Al-razi dengan karyanya Al-Hāwī (850-923) yang merupakan sebuah ensiklopedi
mengenai
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas juga mengarang suatu
ensiklopedia atau kamus kedokteran dengan judul Continens,
 Ibnu Sina (980-1037) yang menulis buku-buku kedokteran yang diberi judul Al qonun atau
the Canon of Medicine yang kini menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa.

 Al-Khawarizmi atau Algorismus yang menulis buku Aljabar pada tahun 825 M, dan
merupakan buku standar ilmu matematika selama beberapa abad di Eropa. Ia juga yang
menemukan penggunaan angka desimal yang menggantikan angka romawi di Eropa.

 Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filosofi yang banyak menterjemahkan karya Aristoteles

 Al Idris (1100-1166) yang membuat 70 peta kerajaan Sicilia di Eropa.

 Jabir ibn hayyan dan Al biruni yang merupakan ilmuwan di bidang kimia.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas di wilayah Eropa sudah berlangsung sejak abad ke-12 M
dan menimbulkan gerakan kebangkitan atau masa renaisance. Masyarakat barat mulai
mengadopsi ilmu yang telah dikembangkan ilmu pada masa itu dan meskipun akhirnya islam
terusir dari Spanyol.
a. Islam dan ilmu pengetahuan alam
Dalam islam kita mengenal adanya ayat kauliyah dan kauniyah. Ayat kauniyah adalah
tanda-tanda kebesaran Allah yang tersirat dalam alam semesta sementara ayat kauliyah
adalah ayat yang tertulis dalam Alqur’an. Islam tidak terlepas dari keberadaan ilmu
pengetahuan alam dan dalam Alqur’an banyak ayat yang menyebutkan tentang ilmu dan
kejadian yang menyangkut ilmu fisika maupun Biologi seperti yang tertera dalam ayat
berikut

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung,
Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, Maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. seperti Itulah
Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, Mudah-mudahan kamu mengambil
pelajaran.” (QS. Al-A’raaf: 57)
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu
adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu? (QS. Fushilat: 53)

b. Islam dan Ilmu Pengetahuan sosial


Banyak cabang ilmu sosial yang dipelajari saat ini dan ilmu-ilmu tersebut juga tercantum
dalam Alqur’an. Islam mengenal adanya ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan cabang ilmu
sosial lainnya. Dalam islam diatur juga hal-hal mengenai perdagangan, demokrasi dan hal
lainnya yang menyangkut ilmu hukum dan sosial. Seperti halnya Allah mengatur ilmu
mawaris atau hukum waris dalam islam serta pembagian harta warisan menurut islam,
larangan riba, hukum pernikahan, perdagangan yang baik dan lain sebagainya. Adapun
berdasarkan ilmu pengetahuan sosial dan alqur’an, Allah menciptakan manusia sebagai
makhluk sosial dan hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah dan bergaul
dengan sesamanya. Sebagaiamana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini :
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

c. Islam dan ilmu Humaniora


Ilmu humaniora adalah ilmu yang menitikberatkan fokusnya pada manusia dan yang
menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu filsafat, seni, kesusateraan, kemiliteran,
teknologi dan lain sebagainya. Islam tidak hanya mencakup ilmu pengetahuan sosial dan
ilmu pengetahuan alam saja akan tetapi dalam islam terutama Alqur’an mencakup seluruh
aspek ilmu yang berkaitan dengan manusia dan tercantum di dalamnya jawaban atas
permasalahan-permasalah yang dihadapi manusia pada umumnya. Dengan
demikian perkembangan islam tidak dapat dipisahkan dengan ilmu pengetahuan itu
sendiri. Masyarakat muslim saat ini pun telah mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan
beberapa ilmuwan muslim mendapatkan penghargaan seperti Ahmad Zewail, peraih nobel
di bidang kimia atas temuannya di bidang femtokimia. Penghargaan tersebut selayaknya
memotivasi para pelajar muslim dan masyarakat muslim pada umumnya untuk tetap
berpegang teguh pada ajaran agama dan mepelajari ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi kehidupan apalagi kita tahu bahwa hukum menuntut ilmu adalah wajib.

d. Alasan Umat Islam harus menguasai Ipteks


1. Ilmu pengetahuan yg berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-negara barat.
Ini fakta, tdk bisa dipungkiri.
2. Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEKS di negara-
negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
3. Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan IPTEKS-
nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat Islam sibuk
sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.
2.8 Ilmu Pengetahuan Dalam Agama Katolik
Beberapa orang percaya kalau Gereja Katolik menentang kemajuan ilmu
pengetahuan. Jika Gereja Katolik menentang kemajuan ilmu pengetahuan, maka
selayaknya kita tidak akan menemukan ilmuwan Katolik, sponsor untuk penelitian ilmiah
oleh lembaga Katolik, dan juga ajaran Katolik yang menjelaskan tentang cara berpikir
secara ilmiah. Akan tetapi, justru banyak sekali kita menemukan hal-hal tersebut.

Secara historis, orang-orang Katolik terhitung di antara para ilmuwan yang paling
penting sepanjang masa, contohnya Rene Descartes yang menemukan geometri analitik
dan hukum refraksi, Blaise Pascal yang menemukan mesin penghitung, alat tekan
hidrolik, dan teori matematika probabilitas, imam Augustinian Gregor Mendel yang
menemukan genetika modern, Louis Pasteur yang menemukan mikrobiologi dan
menciptakan vaksin pertama untuk rabies dan antraks, pastor Nicolaus Copernicus yang
pertama kali mengembangkan secara ilmiah pandangan bahwa bumi berotasi
mengelilingi matahari, dan Monseigneur Georges Lemaitre yang pertama kali
memperkenalkan tentang Big Bang Theory.

Seseorang mungkin mencoba menjelaskan kalau ilmuwan Katolik tersebut hanya


seperti orang langka yang berani memberontak terhadap Gereja. Namun, Gereja Katolik
sebagai institusi, mendanai, mensponsori, dan mendukung penelitian ilmiah di Pontifical
Academy of Science dan di berbagai departemen ilmu pengetahuan di setiap universitas
Katolik di seluruh dunia, termasuk yang diatur oleh Paus, seperti The Catholic University
of America.
2.9 Ilmu Pengetahuan Dalam Agama Khonghucu

Ru Jiao atau agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang
disebut sebagai Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan
dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun
yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang
beriman. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) :
Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) : Maha Pemurah, Maha Pemberi
Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen).
Sifat kodrati atau watak sejati manusia (Xing) menurut Agama Konghucu adalah bersih dan
baik, karena berasal dari Tian sendiri. Agar sifat baik ini bisa terpelihara, maka manusia perlu
berupaya hidup di dalam Jalan yang diridhoi Tuhan (Jalan Suci,Dao). Menyadari bahwa agama-
agama diturunkan Tuhan lewat para nabi untuk kepentingan umat manusia, maka umat Konghucu
wajib hidup penuh susila, tepasalira, penuh toleransi dan penghormatan kepada umat agama lain.
Seperti halnya ajaran pokok agama lain, dalam agama Konghucu dikenal hubungan antara
manusia dengan Sang Khalik dan hubungan antara sesama manusia. Dalam kosa kata Agama
Konghucu disebut sebagai Zhong Shu, Satya kepada (Firman) Tuhan, dan Tepasalira (tenggang
rasa) kepada sesama manusia. Prinsip Tepasalira ini kemudian ditegaskan dalam beberapa
sabdanya yang terkenal, “Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan diberikan kepada orang lain”
dan “Bila diri sendiri ingin tegak (maju), berusahalah agar orang lain tegak (maju)”. Kedua sabda
ini dikenal sebagai “Golden Rule” (Hukum Emas) yang bersifat Yin dan Yang.
Dalam berbagai kesempatan Kongzi menekankan pentingnya manusia mempunyai “Tiga
Pusaka Kehidupan”, “Tiga Mutiara Kebajikan” atau “Tiga Kebajikan Utama”, yaitu : Zhi, Ren dan
Yong. Ditegaskan bahwa, “Yang Zhi tidak dilamun bimbang”, yang “Ren tidak merasakan susah
payah”, dan yang “Yong tidak dirundung ketakutan”.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni merupakan suatu hal yang tidak asing lagi
didengar, karena setiap hari kita bisa mendengar hal tersebut, Manusia sebagai makhluk Tuhan
yang paling sempurnakesempurnaan ini membuat manusia diberikan potensi untuk
mengembangkan, memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang telah diciptakan Tuhan
Yang Maha Esa untuk kita dengan ilmu pengetahuan teknologi dan seni yang kita miliki. . Dan
disetiap agama yang dianut yaitu Budha, Kristen,Hindu,Islam,Katolik dan Konghucu memiliki
keyakinan masing-masing dalam perkembangan IPTEKS. Oleh sebab itu marilah kita ikut serta
berperan dalam perkembangan IPTEKS

3.2 Saran
Untuk mengembangkan IPTEKS harus kita didasarI dengan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat memberikan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar
kita, dengan perkembangan IPTEKS yang semakin berkembang kita harus tetap menjaga nilai
Agama dan Seni yang kita miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Sudiarja, A.2006. AGAMA (DI ZAMAN) YANG BERUBAH, Yogyakarta : Kanisius


Mulder, MR, D, C.1989.IMAN DAN ILMU PENGETAHUAN, Jakarta : Gunung Mulia
https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_antara_agama_dan_ilmu_pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai