PENDAHULUAN
A. Latar belakang
kelainan pada saraf, pembuluh darah dan adanya infeksi yang menimbulkan
luka ( Fady,2015)
menunjukan jumlah penderita diabetes mellitus sekitar 200 juta jiwa dan di
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
5. Pendidikan
dan mendidik serta memotivasi penderita agar dapat merawat dirinya sendiri
dari penyakit tersebut (Lanywati, 2001). Kontrol glikemik yang buruk dan
2004).
makin lama makin meningkat. Misalnya pada tahun 1998:150 juta; tahun
2000: 175 juta; dan tahun 2020: 300 juta penderita. Di kawasan ASEAN
3 penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 1998 adalah 3,5 juta,
tahun 2000 adalah 4 juta, tahun 2010 adalah 5 juta dan tahun 2020 adalah
6,5 juta. Menurut DinKes jumlah kasus diabetes melitus yang ditemukan di
B. Rumusan Masalah
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuahan
Melitus tipe II
II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
a. Identitas
terdeteksi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM
paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya
2013, p. 39)
yang pernah didapat maupun obat – obatan yang biasa digunakan oleh
40)
f. Riwayat Pengobatan
terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
2013, p. 40).
3) Sistem pernapasan
4) Sistem kardiovaskuler
kasar, kardiomegali.
5) stem Persyarafaan
6) Sitem Perkemihan
7) Sistem Pencernaan
8) Sistem integumen
9) Sistem muskuluskeletal
2014, p. 634)
membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody
h. Pemeriksaan penunjang
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes
a) Tes saring
j. Tes diagnostic
Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Nurarif & Kusuma,
2015, p. 190).
a) Mikroalbuminaria : urin
2. Diagnose
3. Intervensi
memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,
4. Implementasi
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011
5. Evaluasi
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika
sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
(Asmadi, 2008).
1. Defenisi
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau tubuh tidak efisien
terkontrol dari diabetes dan dal sam waktu panjang dapat terjadi kerusakan
Kusuma,2015 p.188)
melitus kadang di rujuk sebagai “gula tinggi “ baik oleh pasien maupun
yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau
saraf dan pembuluh darah (ADA, 2012; Perkeni, 2011; Soegondo dkk,
terjadinya DM tipe 2. Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain
obat seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit seperti HIV serta
Aborigin, Afrika, dan Asia (Ekoe et al., 2013). Klasifikasi etiologi diabetes
4) Endokrinopati.
5) Pengaruh obat.
6) Infeksi.
7) Imunologi.
8) Sindrom genetik lain seperti sindrom down.
3. Patofisiologi
glikogen dan 20% sampai 40% di ubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus
akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat di ubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemia saat kadar
ekresi air dan elektrolit secara belebihan produksi insulin yang kurang juga
dapat menyebabkan menurunya transport glukosa ke sel sel sehingga sel sel
menipis karena di lakukan untuk pembakaran dalam tubuh ,maka klien akan
(Casanova,2014)
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan
yaitu
a. Resistensi insulin
sekeresi insulin namun sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
defisiensi insulin .
Menurut ADA tahun 2014 kondisi ini di sebabkan oleh kekurangan insulin
namun tidak mutlak.ini berarti bahwa tidak mampu memproduksi insulin yang
sel (CDA,2013)
4. Manifestasi Klinik
a. Poliuri,polidipsi,dan polifagia
berulang
sebenarnya di tegakan
5. Komplikasi
besar seperti otak dan jantung. Selain itu, sering terjadi penyakit
arteri perifer.
(Ndraha, 2014).
6. Pemeriksaan diagnostic
b. Gula darah post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
7. Penatalaksanaan
aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi
e. Pendidikan
lainnya
gestasional, infeksi, pembedahan, dan gangguan hati atau ginjal juga tidak 6
dapat diatasi dengan OHO, sehingga harus diberikan insulin dengan segera
glukosa dari sirkulasi darah melalui transporter “GLUT1 dan GULT4” dan
menyimpanya sebagai glikogen di dalam hati dan otot sebagai sumber energy
dan tubuh akan mulai menggunakaan lemak sebagaii sumber energy ,insulin
produksi insulin rendah atau kebal insulin ,dan kadang kala membutuhkan
pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar
glukosa darah
dan glukosa yang berasal dari makanan yang orang makan. Orang tidak
tetap glukosa
dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, yang kemudian
didalam sel tersebut glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan
glukosa tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa
suntikan, jika diberikan melalui 4 oral insulin akan merusak di dalam lambung.
Setelah di suntikkan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa
kesluruh tubuh. Disini insulin bekerja menormalkan kadar gula darah (blood
dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah
(gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk
dalam darah. Pada pasien yang mengidap diabetes, pankreas tidak cukup
atau sama sekali tidak memproduksi insulin, atau tidak mampu berfungsi
mellitus.
benar.
hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :
minggu.
boleh dibekukan.
insulin.
4. Handscoen bersih.
Tahap Orientasi
Tahap Interaksi
1. Mencuci tangan.
3. Penyuntikan insulin
klien/instruksi medik).
sebelumnya.
± 5 cm.
6. Menyuntikkan insulin
yang baru.
atau edema.
Tahap Terminasi
dilaksanakan
2. Membereskan alat
3. Cuci tangan
Tahap Evaluasi
Tahap Dokumentasi
insulin.
Medika
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Desain penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriktif dengan metode
Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah Prosedur Pemberian Insulin
D. Definsi operasional
dan glukosa yang berasal dari makanan yang orang makan. Orang tidak
tetap glukosa
a) Tempat
b) Waktu
F. Pengumpulan data
G. Penyajian data
tekstular / narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari
a) Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination, hak terhadap
b) Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk
c) Hak untuk privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk
dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan
individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien
sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan
diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh