Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis prgresif di mana

tubuh tidak mampu melakukan metabolisme lemak,protein dan karbohidrat

yang mengarah pada keadaan hiiperglikemia( kadar glukosa darah yang

tinggi ) (Black dan Hawks,2014)

Komplikasi kronik diabetes mellitus yang sering terjadi karena adanya

kelainan pada saraf, pembuluh darah dan adanya infeksi yang menimbulkan

luka ( Fady,2015)

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM tipe 2, di bedakan

misalnya jenis kelamin,umur,dan faktor genetic,yang keduanya adalah faktor

resiko yang dapat diubah misalnya kebisaan merokok

(Bustan,2000).Penelitian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

menyatakan bahwa demografi.faktor perilaku dan gaya hidup,serta keadaan

klinis atau mental berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 ( Irwan,2010).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2016

menunjukan jumlah penderita diabetes mellitus sekitar 200 juta jiwa dan di

prediksi akan meningkat dua kali,366 juta jiwa tahun 2030.

Penatalaksanaan Medis diabetes mellitus Tujuan utama terapi

diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa

darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta

neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai


kadar glukosa daeah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan

gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam

penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

Tujuan terapi DM secara umum diantaranya yaitu mengembalikan

metabolisme gula darah menjadi normal, mencegah timbulnya komplikasi,

dan mendidik serta memotivasi penderita agar dapat merawat dirinya sendiri

dari penyakit tersebut (Lanywati, 2001). Kontrol glikemik yang buruk dan

inadekuat pada penderita DM merupakan masalah utama kesehatan dan

faktor risiko yang utama dalam berkembangnya komplikasi DM (Koro et al.,

2004).

Berbagai laporan didapatkan jumlah penderita diabetes mellitus (DM)

makin lama makin meningkat. Misalnya pada tahun 1998:150 juta; tahun

2000: 175 juta; dan tahun 2020: 300 juta penderita. Di kawasan ASEAN

didapatkan pula pola peningkatan yang sama. Prevalensi diabetes melitus di

Indonesia sebesar 1,5%-2,3% pada penduduk usia diatas 15 tahun.

Berdasarkan atas prevalensi 1,5% dapat diperkirakan bahwa jumlah minimal

3 penderita diabetes melitus di Indonesia pada tahun 1998 adalah 3,5 juta,

tahun 2000 adalah 4 juta, tahun 2010 adalah 5 juta dan tahun 2020 adalah

6,5 juta. Menurut DinKes jumlah kasus diabetes melitus yang ditemukan di

Propinsi Jawa Tengah kasus tertinggi diabetes melitus ádalah di Kota


Semarang yaitu sebesar 14,66% dibanding dengan keseluruhan diabetes

melitus di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah (Hendro Martono, 2000:88).

Fenomena yang terjadi pada penderita diabetes mellitus adalah

masalah kerusakan integritas kulit yang terjadi akibat keadaan dimana

seseorang individu mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan

epidermis dan dermis .keterlambatan penyembuhan luka biasa menimbulkan

kerentangan terjadinya infeksi,infeksi inilah yang dapat memperburuk dan

menimbulkan ganggren seringkali mengakibatkan kematian ataupun resiko

tinggi untuk di lakukan amputasi (Mayunani,2013

Menurut International Diabetes Mellitus Federation (IDF,2015)

prevalensi diabetes se-Indonesia di duduki oleh provinsi jawa timur karena

diabetes merupakan 10 besar penyakit terbanyak,jumlah penderita diabetes

mellitus menurut Riskesda mengalami peningkatan dari tahun 2007 sampai

tahun 2013 sebesar 330.512 penderita

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada kasus ini yaitu “ Pemberian Insulin

Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di Ruang Dahlia RSUD Masohi “

C. Tujuan studi kasus

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk melakukan Pemberian Insulin

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Ruang Dahlia RSUD Masohi

D. Manfaat studi kasus

a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuahan

keperawatan yang baik dan benar pada pasien dengan Diabetes

Melitus tipe II

b. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam

pengembangan dan mutu pendidikan dimasa yang akan datang

c. Bagi pasien dan keluarga

Pasien dapat mangatahui tentang penyakit yang diderita dan keluarga

dapat mengetahui cara merawat pasien dengan Diabetes Melitus Tipe

II

d. Bagi RSUD Masohi

Petugas kesehatan di RSUD Masohi dapat memberikan pelayanan

kesehatan pada pasien diabetes mellitus tentang pemberian insulin

sebagai dasar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di RSUD

Masohi sebagai referensi bagi perawat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan keperawatan diabetes melitus tipe ii

1. Pengkajian

a. Identitas

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seorang yang anggota

keluarganya memiliki riwayat diabetes. Diabetes tipe 1 ini biasa mulai

terdeteksi pada usia kurang dari 30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM

paling umum yang biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih

umum diantara dewasa tua dan biasanya disertai obesitas. Diabetes

gestasional merupakan yang menerapkan untuk perempuan dengan

intoleransi glukosa atau ditemukan pertama kali selama kehamilan (Black,

2014, pp. 632-63).

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki/ tungkai bawah, rasa raba yang

menurun, adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya

nyeri pada luka. (Bararah, 2013, p. 39)

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta

upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya. (Bararah,

2013, p. 39)

d. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada

kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pancreas. Adanya

riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis

yang pernah didapat maupun obat – obatan yang biasa digunakan oleh

penderita. (Bararah, 2013, p. 40)

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang

juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi insulin misalkan hipertensi, jantung. (Bararah, 2013, p.

40)

f. Riwayat Pengobatan

Pengobatan pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 menggunakan

terapi injeksi insulin eksogen harian untuk kontrol kadar gula darah.

Sedangakan pasien dengan diabetes mellitus biasanya menggunakan

OAD(Obat Anti Diabetes) oral seperti sulfonilurea, biguanid, meglitinid,

inkretin, amylonomimetik, dll (Black, 2014, p. 642).

g. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran

Pasien dengan DM biasanya datang ke RS dalam keadaan

komposmentis dan mengalami hipoglikemi akibat reaksi

pengguanaan insulin yang kurang tepat. Biasanya pasien

mengeluh gemetaran, gelisah, takikardia(60-100 x per menit),

tremor, dan pucat (Bararah, 2013, p. 40).

2) Tanda – tanda vital


Pemeriksaan tanda vital yang terkait dengan tekanan darah,

nadi, suhu, turgor kulit, dan frekuensi pernafasan. (Bararah,

2013, p. 40).

3) Sistem pernapasan

a) Inspeksi : lihat apakah pasien mengalami sesak napas

b) Palpasi : mengetahui vocal premitus dan mengetahui adanya

massa, lesi atau bengkak.

c) Auskultasi : mendengarkan suara napas normal dan napas

tambahan (abnormal : weheezing, ronchi, pleural friction rub

) (Bararah, 2013, p. 40).

4) Sistem kardiovaskuler

a) Inspeksi: amati ictus kordis terlihat atau tidak

b) Palpasi: takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, nadi perifer

melemah atau berkurang.

c) Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara

kasar, kardiomegali.

d) Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat

didiskripsikan dengan S1, S2 tunggal (Bararah, 2013, p. 40)

5) stem Persyarafaan

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

letargi, mengantuk, reflex lambat, kacau mental,

disorientasi. (Bararah, 2013, p. 41).

Pasien dengan kadar glukosa darah tinggi sering

mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf sering dirasakan seperti mati

rasa, menusuk, kesemutan, atau sensasi terbakar yang


membuat pasien terjaga waktu malam atau berhenti melakukan

tugas harian (Black, 2014, p. 680).

6) Sitem Perkemihan

Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit

saat proses miksi (Bararah, 2013, p. 41).

7) Sistem Pencernaan

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,

dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar

abdomen. (Bararah, 2013, p. 41).

Neuropati aoutonomi sering mempengaruhi Gl. Pasien mungkin

dysphagia, nyeri perut, mual, muntah, penyerapan terganggu,

hipoglikemi setelah makan, diare, konstipasi dan inkontinensia

alvi (Black, 2014, p. 681).

8) Sistem integumen

Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk,

memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.

Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas,

meraba tekstur rambut (Bararah, 2013, p. 40).

9) Sistem muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran massa otot, perubahan tinggi

badan, cepat lelah, lemah dan nyeri (Bararah, 2013, p. 41).

10) Sistem endokrin

Autoimun aktif menyerang sel beta pancreas dan produknya

mengakibatkan produksi insulin yang tidak adekuat yang

menyebabkan DM tipe1. Respon sel beta pancreas terpapar


secara kronis terhadap kadar glukosa darah yang tingai menjadi

progresif kurang efisien yang menyababkan DM tipe2 (Black,

2014, p. 634)

11) Sistem reproduksi

Anginopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ

reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks,

gangguan kualitas, maupun ereksi, serta memberi dampak pada

proses ejakulasi (Bararah, 2013, p. 38).

12) Sistem penglihatan

Retinopati diabetic merupakan penyebab utama kebutan pada

pasien diabetes mellitus (Black, 2014, p. 677).

13) Sistem imun

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi. Sejak terjadi infeksi,

infeksi sangat sulit untuk pengobatan. Area terinfeksi sembuh

secara perlahan karena kerusakan pembuluh darah tidak

membawa cukup oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibody

ke tempat luka. Infeksi meningkatkan kebutuhan insulin dan

mempertinggi kemungkinan ketoasidosis (Black, 2014, p. 677)

h. Pemeriksaan penunjang

1) Kadar glukosa darah

2) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

3) Glukosa plasma puasa >140/dl (7,8 mmol/L)

4) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post pradial

(pp) > 200 mg/dl)


i. Tes Laboratorium DM

Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostic, tes

pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi

a) Tes saring

Tes – tes saring pada DM adalah :

b) GDP(Gula Darah Puasa),GDS(Gula Darah Sewaktu)

c) Tes glukosa urin :

d) Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)

e) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase (Nurarif &

Kusuma, 2015, p. 190).

j. Tes diagnostic

Tes – tes diagnostic pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP(Glukosa

Darah 2 jam Post Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Nurarif & Kusuma,

2015, p. 190).

k. Tes untuk mendeteksi komplikasi

Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :

a) Mikroalbuminaria : urin

b) Ureum, kreatinin, asam urat

c) Kolesterol (total, LDL, HDL dan Trigliserida) : plasma vena

(puasa)(Nurarif & Kusuma, 2015, p. 190)

2. Diagnose

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi


secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah status kesehatan klien (Herdman, 2012).

Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

status nutrisi (kekurangan)

3. Intervensi

a. perencanaan dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses

keperawatan sebab perencanaan merupakan keputusan awal yang

memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan,

termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan tindakan

keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan untuk klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan

secara maksimal (Asmadi, 2008).

b. Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

status nutrisi (kekurangan )

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati

dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan

kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika

sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari

pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:

A. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.

B. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.

C. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai

(Asmadi, 2008).

B. Konsep diabetes mellitus

1. Defenisi

Diabetes melitus (DM) merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)yang terjadi

akibat kelainan sekresi insulin,atau kerja insulin atau keduanya (American

Diabetes Assosiation,2004 dalam Smelter dan Bare,2008)

Menurut American Diabetes Association, DM merupakan suatu kelompok

penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. DM juga disertai

dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut

(ADA, 2013; Perkeni, 2011).

Diabetes melitus ( DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika

pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau tubuh tidak efisien

menggunakan insulin itu sendiri.Insulin adalah hormon yang mengatur gula


darah.hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah adalah efek yang tidak

terkontrol dari diabetes dan dal sam waktu panjang dapat terjadi kerusakan

yang serius pada beberapa sistem tubuh,khususnya pada pembuluh

darah,jantung (penyakit jantung koroner),mata dapat terjadi kebutaan ,dapat

terjadi ggal ginjal,syaraf dapat terjadi srtok.( WHO,2011)

Diabetes meiltus (DM) adalah gangguan metabolisme yang di tandai

dengan hiperglikemia yang berhubungan denga abnormalitas metabolisme

karbohidrat ,lemak dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensifitas insulin atau keduanya menyebabakan

komplikasi kronis mikrovaskuler ,makrovaskuler dan neuropati (Nurarif dan

Kusuma,2015 p.188)

Diabetes Melitus adalah penyakit kronik progresif yang di tandai dengan

ketidakmampuan tubuh untuk melkukan metabolisme karbohidrat ,lemak dan

protein mengarah pada hiperglikemia ( kadar glukosa darah tinggi) diabetes

melitus kadang di rujuk sebagai “gula tinggi “ baik oleh pasien maupun

penyedia layanan kesehatan (Black,2014,p.631)

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik atau kelainan

heterogen dengan karakteristik kenaikan kadar glukosa dalam darah atau

hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein

yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau

keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,

saraf dan pembuluh darah (ADA, 2012; Perkeni, 2011; Soegondo dkk,

2004;dan Smeltzer, 2008).


2. Etiologi

Kombinasi antara faktor genetik, faktor lingkungan, resistensi insulin dan

gangguan sekresi insulin merupakan penyebab DM tipe 2. Faktor lingkungan

yang berpengaruh seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, stres, dan

pertambahan umur (KAKU, 2010). Faktor risiko juga berpengaruh terhadap

terjadinya DM tipe 2. Beberapa faktor risiko diabetes melitus tipe 2 antara lain

berusia ≥ 40 tahun, memiliki riwayat prediabetes ( A1C 6,0 % - 6,4 % ),

memiliki riwayat diabetes melitus gestasional, memiliki riwayat penyakit 10

vaskuler, timbulnya kerusakan organ karena adanya komplikasi, penggunaan

obat seperti glukokortikoid, dan dipicu oleh penyakit seperti HIV serta

populasi yang berisiko tinggi terkena diabetes melitus seperti penduduk

Aborigin, Afrika, dan Asia (Ekoe et al., 2013). Klasifikasi etiologi diabetes

melitus adalah sebagai berikut (Perkeni, 2011):

a. Tipe 1 (destruksi sel β).

b. Tipe 2 (dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif, dan

disertai resistensi insulin).

c. Diabetes tipe lain,yaitu:

1) Defek genetik fungsi sel β.

2) Defek genetik kerja insulin.

3) Penyakit eksokrin pankreas.

4) Endokrinopati.

5) Pengaruh obat.

6) Infeksi.

7) Imunologi.
8) Sindrom genetik lain seperti sindrom down.

9) Diabetes melitus gestasional.

3. Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang di makan

mengalami metabolisme sempurna menjadi co2 dan air .10% menjadi

glikogen dan 20% sampai 40% di ubah menjadi lemak. Pada diabetes melitus

semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin

.penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolisme yang terjadi

menjadi terganggu.keadaan ini meneybabkan sebagian glukosa tetap berada

dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglokemia (Rendi,2012)

Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh gagalnya hormon insulin

akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat di ubah menjadi glikogen

sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemia saat kadar

glukosa darah meningkat jumlah yang di filtrasi oleh glomelurus ginjal

melampaui kemampuan tubulus untuk melakukan reabsorbsi glukosa akibat

terjadi ekresi glukosa ke dalam urin yang di sebut glikoseria ,kandungan

glikosa yang tinggi juga menimbulkan tekanan osmotik yang menyebabkan

ekresi air dan elektrolit secara belebihan produksi insulin yang kurang juga

dapat menyebabkan menurunya transport glukosa ke sel sel sehingga sel sel

kekurangan makanan dan simpanaan karbohidrat,lemak dan protein menjadi

menipis karena di lakukan untuk pembakaran dalam tubuh ,maka klien akan

merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut

poliphagia.terjadi banyak lemak yang di bakar maka akan terjadi penumpukan

asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat

(Casanova,2014)
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan

yaitu

a. Resistensi insulin

Diabetes mellitus tipe 2 bukan di sebabkan oleh kurangnya

sekeresi insulin namun sel sel sasaran insulin gagal atau tidak

mampu merespons insulin secara normal keadaan ini lasim disebut

sebagai “resistensi insulin” resistensi insulin ini banyak terjadi

akibat dari obesitas dan kuranya aktifitas fisik serta penuaan

b. Disfungsi sel B pancreas

Pada awal perkembangan diabetes mellitus tipe 2 sel B

menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama artinya

sekresi insulin peratama gagal mengkompensasi resistensi insulin

,apabila tidak di tangani dengan baik pada perkembangan

nselanjutnya akan terjadi kerusakan sel sel B pancreas akan

terjadi secara pogresif seringkali akan menyebabkan defisiensi

insulin sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen

pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umunya

ditemukan kedu factor tersebut,yaitu resistensi insulin dan

defisiensi insulin .

Menurut ADA tahun 2014 kondisi ini di sebabkan oleh kekurangan insulin

namun tidak mutlak.ini berarti bahwa tidak mampu memproduksi insulin yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan yang di tandai dengan kurangnya el B atau

defisiensi insulin resistensi perifer (ADA,2014) resistensi insulin perifer berarti

terjadi kerusakan pada reseptor rersptor insulin sehingga menyebabkan


insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan pesan biokimia menuju sel

sel (CDA,2013)

4. Manifestasi Klinik

Menurut brunner dan Suddart (2011) Manifestasi klinis DM antara lain

a. Poliuri,polidipsi,dan polifagia

b. Keletihan dan kelemahan,perubahan pandangan secara

mendadak,sensasi kesumutan atau kebas di tangan atau kaki,kulit

kering,lesi kulit atau luka yang lamabat sembuh atau infeksi

berulang

c. Awitan diabetes tipe 1 dapat di sertai penurunan berat badan

mendadak atau mual ,muntah atau nyeri lambung

d. Diabetes tipe 2 di sebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif

dan berlangsung perlahan ( bertahun- tahun ) dan mengakibatkan

komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidak terdektesi selama

bertahun-tahun (misalnya penyakit mata,neuropatiperifer,penyakit

vaskuler perifer) komplikasi dapat muncul sebelum diagnosa yang

sebenarnya di tegakan

e. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes ( DAK) mencakup nyeri

abdomen mual,muntah,hiperventilasi,dan nafas bernafas berbau

buah .DAK yang tidak tertangani dapat menyebabkan perubahan

tingkat kesadaran ,koma dan kematian

5. Komplikasi

Komplikasi akan mempengaruhi berbagai organ dan sering terjadi pada

pasien DM tipe 2 karena tingginya kadar glukosa dalam darah. Komplikasi


DM tipe 2 ada yang bersifat akut dan kronis. Diabetes ketoasidosis,

hiperosmolar non ketotik, dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut,

sedangkan komplikasi kronis yang bersifat menahun, yaitu (Audehm et al.,

2014 dan Perkeni, 2011):

a. Makroangiopati, ditandai dengan komplikasi pada pembuluh darah

besar seperti otak dan jantung. Selain itu, sering terjadi penyakit

arteri perifer.

b. Mikroangiopati, ditandai dengan komplikasi pada pembuluh darah

kecil. Terdapat 2 bentuk komplikasi mikroangiopati, yaitu:

1) Retinopati, yaitu gangguan penglihatan bahkan sampai

kebutaan pada retina mata. Selain itu, gangguan lainnya seperti

kebutaan, makulopati (meningkatnya cairan di bagian tengah

retina), katarak, dan kesalahan bias (adanya perubahan

ketajaman lensa mata yang dipengaruhi oleh konsentrasi

glukosa dalam darah) (Perkeni, 2011).

2) Nefropati diabetik, yaitu komplikasi yang ditandai dengan

kerusakan ginjal sehingga racun didalam tubuh tidak bisa

dikeluarkan dan proteinuria (terdapat protein pada urin)

(Ndraha, 2014).

3) Neuropati, yaitu komplikasi yang sering terjadi pada pasien DM

tipe 2 yang ditandai dengan hilangnya sensasi distal dan

berisiko tinggi mengalami amputasi. Selain itu, sering dirasakan

nyeri pada malam hari, bergetar dan kaki terasa terbakar

(Perkeni, 2011). Penyempitan pembuluh darah 14 pada jantung


merupakan ciri dari penyakit pembuluh darah perifer yang diikuti

dengan neuropati (Ndraha, 2014).

6. Pemeriksaan diagnostic

Penetuan diagnosa diabetes melitus adalah dengan pemeriksaan gula

darah,menurut Sujono & Sukarmin

a. Gula darah puasa ( GDO) 70-110mg/dl. Kriteria diagnostik untuk

DM>140mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan atau >140

mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140mg/dl

b. Gula darah post prondial < 140 mg/dl digunakan untuk skrining atau

evalusai pengobatan bukan diagnostik

c. Gula darah sewaktu ,140mg

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes melitus adalah mencoba menormalkan

aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskuler serta neuropati tujuan terapeutik pada setiap tipe

diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal

Ada 5 komponen dalam penatalaksana diabetes

a. Diet

b. Latihan

c. Pemantauan

d. Terapi

e. Pendidikan

( Brunner dan Suddarth,2002)


C. Konsep pemberian insulin

Insulin ( bahasa latin insula “pulau” karena di produksi oleh pulau

pulau Langerhans di pancreas adalah hormone polipepeptida yang

mengatur metabolisme karbohidrat,selain merupakan “efektor” utama dalam

homeostasis karbohidrat hormone ini juga ambil bagian dalam meningkatkan

penggunaan protein .hormon tersebut juga memengaruhi jaringan tubuh

lainnya

Insulin merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa kasus

DM tipe 2 (Suherman, 2007). Penderita DM tipe 1 selalu diobati dengan

insulin karena sel beta pankreasnya inaktif. Keadaan seperti ketoasidosis,

gestasional, infeksi, pembedahan, dan gangguan hati atau ginjal juga tidak 6

dapat diatasi dengan OHO, sehingga harus diberikan insulin dengan segera

(Tjay & Rahardja, 2002).

Insulin menyebabakan sel biologi pada otot dan adiposity menyerap

glukosa dari sirkulasi darah melalui transporter “GLUT1 dan GULT4” dan

menyimpanya sebagai glikogen di dalam hati dan otot sebagai sumber energy

Kadar insulin yang rendah akan mengurangi peneyerapan glukosa

dan tubuh akan mulai menggunakaan lemak sebagaii sumber energy ,insulin

digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus .pasien

dengan diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen ( disuntikan

kebawah kulit/subkutan ) untuk keselamatanya karena kekurangan absolut

hormone tersebut pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat

produksi insulin rendah atau kebal insulin ,dan kadang kala membutuhkan
pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar

glukosa darah

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan yang

mengatur tingkat glukosa gula sederhana yang memberikan energi – dalam

darah. Tubuh manusia memerlukan jumlah mantap glukosa sepanjang hari,

dan glukosa yang berasal dari makanan yang orang makan. Orang tidak

menghabiskan seluruh glukosa yang ia makan dari makanan sekaligus, tetapi

harus membuat persediaan ketika sedikit makanan untuk menjaga aliran

tetap glukosa

Insulin memegang peranan yang sangat penting dalam proses

metabolisme karbohidrat, yaitu bertugas memasukkan glukosa kedalam sel

dan digunakan sebagai bahan bakar. Insulin diibaratkan sebagai anak kunci

yang dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, yang kemudian

didalam sel tersebut glukosa akan dimetabolisme menjadi tenaga. Bila insulin

tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel, yang mengakibatkan

glukosa tetap berada didalam pembuluh darah yang artinya kadar glukosa

didalam darah meningkat (Suyono, 2002). Pemberian insulin sebagai upaya

kolaboratif kepada penderita hiperglikemi hanya bisa dilakukan dengan cara

suntikan, jika diberikan melalui 4 oral insulin akan merusak di dalam lambung.

Setelah di suntikkan, insulin akan diserap kedalam aliran darah dan dibawa

kesluruh tubuh. Disini insulin bekerja menormalkan kadar gula darah (blood

glucose) dan merubah glukosa menjadi energi. Peran perawat kesehatan

merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan terhadap seseorang

sesuai kedudukannya dalam mengendalikan kadar gula darah pasien dengan

pemberian insulin. Peran perawat dalam dalam pengendalian kadar gula


darah yaitu memberikan pendidikan, pengetahuan serta perawatan dalam

implementasi kolaboratif untuk mengendalian kadar gula darah

Insulin adalah hormon alami yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin

dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah dan menggunakan glukosa darah

(gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang dibutuhkan untuk

menjalankan fungsinya (Rismayanthi, 2010). Insulin merupakan hormon yang

diproduksi oleh pankreas yang berfungsi mengontrol kadar glukosa (gula) di

dalam darah. Pada pasien yang mengidap diabetes, pankreas tidak cukup

atau sama sekali tidak memproduksi insulin, atau tidak mampu berfungsi

secara efektif ketika insulin tersebut diproduksi (CDA, 2008).


Standar Operasional Prosedur (SOP)

Tindakan Keperawatan : Memberikan Terapi Injeksi Insulin/ Insulin Pen

1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan

kadar gula darah pada Diabetes Mellitus

Insulin Pen : adalah insulin yang dikemas dalam bentuk

pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc insulin

2 Tujuan ü Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes

mellitus.

3 Hal-hal 1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya

yang disimpan dilemari es.

harus 2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan

diperhatik (misalnya : adanya perubahan warna).

an 3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan

benar.

4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting

insulin) harus diberikan dalam 15 menit sebelum

makan. Interval waktu yang direkomendasikan

antara waktu pemberian injeksi dengan waktu

makan adalah 30 menit.

5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali

hasil laboratorium (kadar gula darah).

6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan

hiperglikemia.
Khusus Untuk Insulin Pen :

1. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus

disimpan dalam suhu 2 – 8 °C dalam lemari

pendingin (tidak boleh didalam freezer).

2. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak

disimpan dalam lemari pendingin. Insulin Pen dapat

digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu

ruangan (sampai dengan suhu 25 °C) selama 4

minggu.

3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar

dengan api, sinar matahari langsung, dan tidak

boleh dibekukan.

4. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan

didalamnya tidak berwarna jernih lagi.

5. Kontraindikasi : Klien yang mengalami

hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human

insulin.

4 Alat yang 1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet).

dibutuhka 2. Vial insulin.

n 3. Kapas + alkohol / alcohol swab.

4. Handscoen bersih.

5. Daftar / formulir obat klien.

Pelaksana Tahap Pra Interaksi

an 1. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana

pemberian terapi injeksi insulin (Prinsip 6 benar : Nama


klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara

pemberian, dan pendokumentasian).

2. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan,

waktu kerja, dan masa efek puncak insulin, serta efek

samping yang mungkin timbul.

1. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.

2. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau

alergi terhadap human insulin.

3. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.

4. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah

ada pengerasan atau penurunan jumlah jaringan.

5. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan

pemberian terapi insulin.

6. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan

makanan yang telah dimakan klien.

Tahap Orientasi

1. Memberi salam pada pasien

2. Menjelaskan kepada klien tentang persiapan dan

tujuan prosedur pemberian injeksi insulin.

3. Menutup sampiran (kalau perlu).

Tahap Interaksi

1. Mencuci tangan.

2. Memakai handscoen bersih.

3. Penyuntikan insulin

Pemakaian spuit insulin


1. Megambil vial insulin dan aspirasi

sebanyak dosis yang diperlukan untuk

klien (berdasarkan daftar obat

klien/instruksi medik).

2. Memilih lokasi suntikan. Periksa

apakah dipermukaan kulitnya terdapat

kebiruan, inflamasi, atau edema.

3. Melakukan rotasi tempat/lokasi

penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat

sebelumnya.

4. Mendesinfeksi area penyuntikan

dengan kapas alcohol/alcohol swab,

dimulai dari bagian tengah secara sirkuler

± 5 cm.

5. Mencubit kulit tempat area penyuntikan

pada klien yang kurus dan regangkan kulit

pada klien yang gemuk dengan tangan

yang tidak dominan.

6. Menyuntikkan insulin

secara subcutan dengan tangan yang

dominan secara lembut dan perlahan.

7. Mencabut jarum dengan cepat, tidak

boleh di massage, hanya dilalukan

penekanan pada area penyuntikan

dengan menggunakan kapas alkohol.


8. Membuang spuit ke tempat yang telah

ditentukan dalam keadaan jarum yang

sudah tertutup dengan tutupnya.

Pemakaian Insulin Pen

a. Memeriksa apakah Novolet berisi tipe insulin yang

sesuai dengan kebutuhan.

b. Mengganti jarum pada insulin pen dengan jarum

yang baru.

c. Memasang cap Novolet sehingga angka nol (0)

terletak sejajar dengan indikator dosis.

d. Memegang novolet secara horizontal dan

menggerakkan insulin pen (bagian cap) sesuai dosis

yang telah ditentukan sehingga indicator dosis

sejajar dengan jumlah dosis insulin yang akan

diberikan kepada klien.Skala pada cap : 0, 2, 4, 6, 8,

10, 12, 14, 16, 18 unit (setiap rasa ”klik” yang

dirasakan perawat saat memutar cap Insulin Pen

menandakan 2 unit insulin telah tersedia).

e. Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah

dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi,

atau edema.

f. Melakukan rotasi tempat/lokasi penyuntikan insulin.

Lihat catatan perawat sebelumnya.

g. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan kapas

alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah


secara sirkuler ± 5 cm.

h. Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien

yang kurus dan regangkan kulit pada klien yang

gemuk dengan tangan yang tidak dominan.

i. Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan

tangan yang dominan secara lembut dan perlahan.

Ibu jari menekan bagian atas Insulin Pen sampai

tidak terdengar lagi bunyi ‘klik’ dan tinggi Insulin Pen

sudah kembali seperti semula (tanda obat telah

diberikan sesuai dengan dosis).

j. Tahan jarum Insulin pen selama 5-10 detik di dalam

kulit klien sebelum dicabut supaya tidak ada sisa

obat yang terbuang.

k. Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh

di massage, hanya dilalukan penekanan pada area

penyuntikan dengan menggunakan kapas alkohol.

Tahap Terminasi

1. Menjelaskan ke klien bahwa prosedur telah

dilaksanakan

2. Membereskan alat

3. Cuci tangan

Tahap Evaluasi

1. Mengevaluasi respon klien terhadap medikasi yang

diberikan 30 menit setelah injeksi insulin dilakukan.

2. Mengobservasi tanda dan gejala adanya efek samping


pada klien.

3. Menginspeksi tempat penyuntikan dan mengamati

apakah terjadi pembengkakan atau hematoma.

Tahap Dokumentasi

1. Mencatat respon klien setelah pemebrian injeksi

insulin.

2. Mencatat kondisi tempat tusukan injeksi insulin.

3. Mencatat tanggal dan waktu pemberin injeksi insulin

5 Referensi Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan

dengan Gangguan Siatem Endokrin. Jakarta. Salemba

Medika
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rancangan studi kasus

Desain penulisan karya tulis ilmiah ini adalah deskriktif dengan metode

studi kasus untuk memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan

Dengan Penerapan Prosedur Pemberian Insulin Pada Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 Diruang Dahlia RSUD MASOHI

B. Subjek studi kasus

Mengunakan 2 klien yang diamati secara mendalam dengan kriteria :

a). Kriteria Inklusi

1). Pasien dengan Positif diabetes Melitus tipe 2

2). Klien yang bersedia menjadi responden

C. Focus studi kasus

Fokus studi kasus dalam penelitian ini adalah Prosedur Pemberian Insulin

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

D. Definsi operasional

a). Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronis progresif di mana

tubuh tidak mampu melakukan metabolisme lemak,protein dan karbohidrat

yang mengarah pada keadaan hiiperglikemia( kadar glukosa darah yang

tinggi ) (Black dan Hawks,2014)


b). Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan yang

mengatur tingkat glukosa gula sederhana yang memberikan energi – dalam

darah. Tubuh manusia memerlukan jumlah mantap glukosa sepanjang hari,

dan glukosa yang berasal dari makanan yang orang makan. Orang tidak

menghabiskan seluruh glukosa yang ia makan dari makanan sekaligus, tetapi

harus membuat persediaan ketika sedikit makanan untuk menjaga aliran

tetap glukosa

E. Tempat dan waktu

a) Tempat

Penelitian ini akan di laksanakan di Wilayah Kerja RSUD MASOHI.

b) Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020

F. Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam studi kasus ini adalah :

1. Biofisiologis berupa : pemeriksaan tanda tanda vital

2. Observasi menggunakan model instrument antara lain:

a) Lembar chek list ( terlampir)

b) Catatan anecdotal (terlampir)

G. Penyajian data

Penyajian data dengan desain studi kasus deskriptif disajikan secara

tekstular / narasi dan dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari

subjek studi kasus yang merupakan data pendukungnya.


H. Etika studi kasus

a) Lima hak tersebut meliputi hak untuk self determination, hak terhadap

privacy dan dignity, hak terhadap anonymity dan confidentiality, hak

untuk mendapatkan penanganan yang adil dan hak terhadap

perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian.

b) Hak untuk self determination, klien memiliki otonomi dan hak untuk

membuat keputusan secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas

dari paksaan untuk berpartisipasiatau tidak dalam enelitian ini atau

untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

c) Hak untuk privacy dan dignity berarti bahwa klien memiliki hak untuk

dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan

terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan bagaimana

informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.

d) Hak anonymity dan confidentiality, maka semua informasi yang didapat

dari klien harus dijaga dengan sedemikian rupa sehingga informasi

individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan dengan klien, dan klien

juga harus dijaga kerahasiaan (confidentiality), maka peneliti

menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar

persetujuan mengikuti penelitian, biodata, kaset rekaman dan transkip

wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh

peneliti. Dalam penyusunan laporan penelitian, peneliti menguraikan

data tanpa mengungkap identitas klien (anonymous)

e) Hak terhadap penanganan yang adil memberikan individu hak yang

sama untuk dipilih atau terlibat dalam penelitian tanpa diskriminasi dan
diberikan penanganan yang sama dengan menghormati seluruh

persetujuan yang disepakati, dan untuk memberikan penanganan

terhadap masalah yang muncul selama partisipasi dalam penelitian.

f) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari ketidaknyamanan dan

kerugian mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan

peneliti harus menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk

meminimalkan bahaya atau kerugian dari suatu penelitian, serta

memaksimalkan manfaat dari penelitian (Macnee, 2004).

Anda mungkin juga menyukai