Anda di halaman 1dari 3

Autobiografi Rohani

Tuhan berkarya dalam keseluruhan perjalanan hidup saya. Pengalaman cinta dan dikasihi
Tuhan, sudah saya alami dan rasakan dari awal perjalanan hidup saya. Mengenal siapa Tuhan
bukanlah merupakan hal baru ketika saya memilih untuk mengikuti panggilan-Nya. Tuhan yang saat
ini saya kenal, masih sama dengan Tuhan yang dari masa kecil saya imani lewat keluarga yang telah
mendidik dan mengajarkan banyak hal tentang pribadi dari Tuhan sendiri.
Berefleksi kembali tentang seluruh perjalanan hidup saya dari awal sejak saya dilahirkan
sudah merupakan suatu pengalaman cinta yang saya terima lewat orang tua saya. Pengalaman masa
kecil yang saya alami tidak seperti apa yang saya inginkan, masa kecil yang sungguh boleh
memberikan kepuasan bagi saya diusia saat itu. Melihat teman-teman seusia yang memiliki banyak
waktu bermain dan segala keinginan mereka selalu dipenuhi oleh orang tuanya membuat saya
cemburu dan marah jika tidak mendapat apa yang saya inginkan. Melihat sikap saya yang seperti ini
bukan hanya orang tua melainkan semua anggota keluarga mengatakan kalau saya bukanlah keluarga
mereka. Saat itu usia saya 3 tahun, untuk anak usia ini tentu apa yang didengar dari keluarga sendiri
akan terus diingat dan disimpan, bahkan waktu itu saya sempat lari dari rumah dan tinggal dirumah
oma saya sampai tidak ingin pulang. Rasa sakit hati terus saya rasakan saat bertemu dengan mereka.
Tuhan berbicara lewat peristiwa ini. Saya boleh melihat kehendak Tuhan didalamnya bahwa Tuhan
ingin agar saya sadar diri dan tidak banyak menuntut.
Tuhan hadir dalam diri saya lewat pengalaman-pengalaman yang saya alami baik
pengalaman suka maupun duka. Tanpa saya sadari pengalaman masa kecil saya terus terbawa sampai
dibangku sekolah. Menuntut orang tua umtuk mengikuti semua kemauan saya karena ingin sama
dengan teman-teman yang lain. Hal ini membuat saya merasa tidak puas dengan kasih sayang dari
orang tua karena apa yang saya inginkan tidak mereka penuhi. duka saya alami bersama keluarga
ketika Tuhan memanggil adik saya diusianya yang masih sangat kecil, belum menikmati dan
merasakan perhatian dari keluarga. Peristiwa ini membuat orang tua saya sangat merasa kehilangan.
Situasi dalam keluarga menjadi kacau. Mama kehilangan pekerjaan dan papa belum bisa menerima
kepergian adik saya. Situasi ini membuat saya berpikiran bahwa Tuhan tidak ada bersama kami dalam
kesulitan.
Seperti para murid yang mengalami kasih Allah dalam keseharian hidup mereka, sehingga
dengan, sehingga dengan keinginannya sendiri mau menjadi pengikut Yesus “Penjala ikan menjadi
penjala manusia”. Yesus memanggil dan memilih murid-muridnya bukan karena kemapanan hidup,
melainkan karena mereka mampu melihat dan mengalami kebesaran kasih Allah dalam diri Yesus.
Bercermin dari kehidupan para rasul, perjalanan hidup sayapun seperti para rasul. Berasal dari
keluarga yang biasa-biasa, mempunyai banyak kekurangan tetapi toh Tuhan memanggil dan memilih
saya.
Lewat pengalaman-pengalaman hidup yang juga merupakan pengalaman iman, entah itu
mengecewakan, menggembirakan dari situ saya boleh menemukan rahmat Allah dalam setiap
pengalaman yang merupakan pergumulan dalam diri saya. Disaat saya mengalami pengalaman
menggembirakan saya berefleksi dan bertanya Apakah pengalaman-pengalaman menggembirakan ini,
akan terus saya alami?? Diwaktu lain ketika saya mengalami pengalaman yang mengecewakan, saya
kembali bertanya dalam diri apakah saya mampu melewati pengalaman ini??
Rasa kecewa, marah, putus asa, merasa ditinggalkan pernah saya alami dikehidupan saya
sebelum masuk biara dan lebih lagi saya alami saat bersama dengan rekan-rekan sepanggilan. Pada
saat-saat seperti itu saya kurang menyadari kehadiran Tuhan dalam peristiwa-peristiwa itu, saya
menyadari bahwa saya kurang memupuk relasi akrab dengan Tuhan. Disadarkan dari pengalaman-
pengalaman yang mengecewakan saya berusaha memupuk relasi yang akrab dengan Tuhan. Bersikap
jujur, terbuka, rendah hati dan dan lepas bebas merupakan hal-hal yang membantu saya untuk boleh
melihat apa yang Tuhan kehendaki lewat pengalaman-pengalaman hidup saya. Membiarkan kehendak
Tuhan yang terjadi di dalam hidup bukan kehendak saya yang dipaksakan.
Pengalaman disetiap komunitas yang pernah saya tempati, para suster dalam komunitas selalu
mendukung kehidupan rohani saya dengan memberikan jam-jam khusus untuk doa baik bersama
maupun pribadi. Intinya, pada saat saya mengalami berbagai macam masalah atau kesulitan saya
kembali pada motivasi bahwa Tuhan yang memanggil saya adalah setia.
Seperti para murid-murid Yesus bukan hanya dipilih melainkan merekapun diutus keseluruh dunia
untuk mewartakan kasih Allah. Seperti para murid sayapun diutus oleh Tuhan melalui Societas
ditengah dunia yang menantang kesetiaan saya pada panggilan ini. Diutus berarti saya bermisi diluar
atau ditempat dimana Tuhan menghendaki.
Pengalaman saya sebagai seorang student ditengah-tengah komunitas karya dan lingkungan
perutusan yang sangat menantang, rasa takut sering saya rasakan. Pertama, takut dengan perutusan
yang diberikana, karena sama sekali tidak tau dan tidak ada gambaran tentang perutusan itu, kedua
takut karena ditempatkan dikomunitas karya, bukan takut dengan rekan-rekan suster, melainkan takut
dengan situasi yang akan dihadapi, Apakah saya bisa membagi waktu study dengan waktu bersama-
sama dalam komunitas. Mengingat tugas yang diberikan banyak menghabiskan waktu ditempat study.
Dengan berani dan jujur menceritakan situasi ditempat study, para susterpun memahami situasi kami,
tapi saya selalu berusaha untuk membagi waktu dengan baik baik hidup bersama maupun dalam tugas
perutusan dua-duanya bisa dijalani dengan baik.
Sadar bahwa ini merupakan tugas yang berasal dari Tuhan, saya terus menerus mencoba dari
hari ke hari menerima dan mencintai tugas perutusan. Kegagalan sering saya alami dalam tugas tetapi
saya menyadari bahwa itu bagian dari proses hidup saya. Meskipun terkadang dalam berproses saya
sering merasa putus asa, tapi saya merasakan bagaimana penyertaan Tuhan melalui rekan-rekan suster
di komunitas maupun teman-teman dalam study. Dukungan lewat doa, sapaan maupun teguran
menjadi penyemangat bagi saya. Sadar bahwa saya tidak berjalan sendiri, ada orang-orang yang selalu
membantu dan mendampingi saya dalam perutusan ini, saya semakin mencintai perutusan saya dan
selalu bersyukur kepada Tuhan bahwa melalui tugas ini saya mampu mewujudnyatakan pelayanan
kepada Tuhan lewat sesama.
Keberadaan saya ditengah-tengah komunitas, tidak semuanya seperti apa yang diharapkan
oleh komunitas. Beda pendapat dengan yang lainnya menjadi hal yang sering terjadi dalam
kebersamaan. Banyak hal yang diharapkan atau dituntut oleh komunitas untuk saya bisa lakukan
sebagai seorang suster yunior. Terkadang saya memberontak dan merasa tidak adil, namun saya
kembali mengambil waktu pribadi untuk berefleksi dan menemukan bahwa saya dibentuk dari hal-hal
dan pengalaman-pengalaman yang menantang. Pengalaman yang tidak jauh berbeda saya alami pada
saat terjun dalam karya kerasulan. Membagi waktu dalam tugas dan dalam kebersamaan di komunitas
dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan didalam rumah tidak lagi menjadi masalah bagi saya karena
saya sudah terbiasa dan terlatih untuk dengan cerdas membagi waktu. Kurang lebih pengalaman hidup
doa saat ini saya rasakan Tuhan yang berkarya karena saya sanggup melewati pengalaman-
pengalaman itu dan terutama saya masih tetap setia sampai saat ini.

Sr. Giasinta Wengkang, JMJ


Yunior

Anda mungkin juga menyukai