Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis malaria dari anamnesis orang yang bepergian atau tinggal di daerah endemik

dan gejala seperti denam. Tes apus darah mikroskopik merupakan baku emas
pemeriksaan tetapi terdapat juga tes yang lebih cepat, RDT (rapid detection test). Tes
lainnya bermanfaat untuk mencari komplikasi potensial atau diagnosis banding.

Riwayat Penyakit

Hal terpenting yang perlu ditanyakan terkait riwayat penyakit adalah riwayat bepergian
atau tinggal di daerah endemik malaria. Selain itu, perlu juga ditanyakan mengenai hal-
hal berikut:

 Status imunologi pasien


 Umur
 Kehamilan
 Alergi
 Penyakit lain yang diderita
 Obat-obatan yang dikonsumsi[7]

Gejala dan Tanda Klinis

Gejala klasik demam paroksismal tiap 48-72 jam, yaitu:

 dimulai dengan rasa kedinginan yang berlangsung sekitar 1-2 jam


 kemudian diikuti oleh demam tinggi
 setelah itu suhu tubuh secara perlahan akan menurun ke suhu normal, atau dapat dibawah
normal, dengan pengeluaran banyak keringat

Gejala demam paroksismal berbeda durasinya bergantung pada spesies nyamuk


Anopheles. Kebanyakan pasien, terutama pada infeksi dini malaria, tidak menunjukkan
simtom klasik, tapi mengalami beberapa demam dalam sehari. 聽

Gejala lain yang dapat menyertai, yaitu:

 flu-like illness
 sakit kepala
 muntah
 mialgia, artralgia
 merasa lemah[13]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik umumnya tidak spesifik pada malaria. Walau demikian, dapat
ditemukan konjungtiva mata pucat serta splenomegali.

Diagnosis Banding

Ada banyak penyakit tropis dengan demam yang harus dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding malaria:

Infeksi virus, seperti hepatitis, demam dengue, yellow fever



Infeksi bakteri, seperti Mycoplasma pneumoniae, demam tifoid



 Babesiosis
 Afrika Tripanosomiasis
 Ehrlichiosis
 Endokarditis karena infeksi bakteri, atau jamur
 Influenza
 Leptospirosis
 Meningitis

Toxic shock syndrome [17]


Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sediaan apus darah mikroskopik merupakan gold standard untuk


memastikan diagnosis malaria dengan sensitivitas 52,5% dan spesifisitas 77%. Apus
darah ini sebaiknya diambil dari darah perifer pada waktu pasien mengalami demam atau
parasitemia, terdiri dari tiga kali pemeriksaan sediaan apus tebal dan tipis dengan jarak
waktu 12-24 jam. Pada hasil negatif, pemeriksaan diulang 36 jam kemudian.[19,20]

Pemeriksaan Apus Darah Tebal

Pemeriksaan apus darah tebal dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman.
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes kuantitatif. Sediaan ini 20 kali lebih sensitif
dibandingkan apus tipis namun lebih tidak spesifik dan tergantung operator. Untuk itu,
pemeriksaan ini harus dilakukan oleh 2 operator untuk memastikan hasil pemeriksaan.

Parasitemia dihitung berdasarkan jumlah eritrosit yang terinfeksi, positif jika densitas
parasit >4% atau 200000/碌 L darah. Malaria berat jika densitas Plasmodium falciparum
>10%, dan Plasmodium knowlesi ~2%, atau 100000/碌 L walau tidak ada bukti disfungsi
organ.

Pemeriksaan Apus Darah Tipis


Pemeriksaan apus darah tipis kurang sensitif dibandingkan apus tebal namun bermanfaat
untuk mengidentifikasi spesies Plasmodium penyebab malaria. Pemeriksaan ini dikenal
sebagai tes kualitatif.[18]

Pemeriksaan Darah

Trias malaria, terutama untuk para pelancong ke daerah endemik:

 Trombositopenia
 Kadar laktat dehidrogenase meningkat
 Limfosit yang atipikal

Hemolisis pada malaria dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, dan pada
malaria berat dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Pada malaria berat atau malaria serebral, dapat terjadi hipoglikemia sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan gula darah.

Pemeriksaan darah lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fungsi hati, fungsi
ginjal, dan elektrolit (terutama sodium).

Rapid Diagnostic Test (RDT)

RDT merupakan tes imunokromatografi untuk mendeteksi antigen malaria berdasarkan


antibodi terhadap protein histidin parasite malaria. Tes ini memiliki kelebihan berupa
mudah dilakukan dan cepat tetapi kurang efektif pada jumlah parasit di bawah 100/ml
darah. Selain itu, dapat juga terjadi hasil positif palsu pada malaria selama sekitar 2
minggu karena masih adanya antigen yang bersirkulasi.[20]

 Tes imuno kromatografi berdasarkan antibodi terhadap protein histidin parasit malaria
 Sensitivitas 91,7% dan spesifisitas 96,7%
 Mudah dilakukan oleh petugas laboratorium
 Namun, tes ini kurang efektif 聽 ketika jumlah parasit dibawah 100/mL darah
 Bila hal ini terjadi, konfirmasi dengan tes skrining yang lainnya
 False positif dapat terjadi selama 2 minggu, atau lebih setelah pengobatan karena adanya
antigen yang bersirkulasi secara persisten

Polymerase Chain Reaction Assay

Pemeriksaan ini sangat spesifik dan sensitif dalam menentukan keberadaan Plasmodium
dalam darah individu yang terinfeksi dan mendeteksi spesies Plasmodium penyebab
infeksi. Namun pemeriksaan ini tidak selalu tersedia pada fasilitas kesehatan dan
memiliki harga yang cukup mahal.

Kultur Darah
Pasien yang tidak merespon dengan pengobatan perlu dilakukan kultur darah untuk
menemukan ada tidaknya koinfeksi.

Radiologi

Rontgen toraks perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya.


Selain itu, pada kecurigaan malaria berat, terutama bila ada manifestasi klinis respiratori,
rontgen toraks juga perlu dilakukan.

CT Scan kepala dilakukan bila ada kecurigaan edema serebral, atau perdarahan otak

Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal dilakukan bila pasien menunjukkan kesadaran terganggu, dan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis bakterial

Anda mungkin juga menyukai