Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

WAWASAN NUSANTARA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh :
Fawwaz Atha Dzakwan (Nim / 03021381924089)
Akhmad Shobari Akbar (Nim / 03021389240 )

Kelas / Prodi :
A/ T.Pertambangan

Dosen:
Dr.Dewa Made Suara,MM,MSi

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas Ulangan Tengah Semester Pendidikan Kewargnegaraan .
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang pentingnya pancasila sebagai ideologi dalam membangun kesejahteraan
bangsa , yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri saya maupun yang datang dari luar.Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah dan dorongan semangat dari
teman-teman akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Sriwijaya. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Palembang, 27 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................4


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................4
1.3 Tujuan .....................................................................................................................5
1.4 Manfaat ...................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................6
2.1 Pengertian Wawasan Nusantara ............................................................................6
2.1.1 Secara Etimologis ....................................................................................... 6
2.1.2 Secara Terminologi ....................................................................................6
2.2 Latar Belakang Adanya Wawasan Nusantara ....................................................... 7
2.2.1 Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara ............................................7
2.2.2 Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara ......................................11
2.2.3 Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara ............................................13
2.3 Kedudukan, Fungsi, Dan Tujuan Wawasan Nusantara ......................................14
2.3.1 Kedudukan Wawasan Nusantara .............................................................. 14
2.3.2 Fungsi Wawasan Nusantara .....................................................................15
2.3.3 Tujuan Wawasan Nusantara .....................................................................15
2.4 Esensi Dan Urgensi Wawasan Nusantara ........................................................... 15
2.4.1 Esensi Wawasan Nusantara ......................................................................15
2.4.2 Urgensi Wawasan Nusantara ...................................................................16
2.5 Dinamika dan Tantangan implementasi Wawasan Nusantara ............................. 16
2.5.1 Dinamika Wasantara ....................................................................................16
2.5.2 Tantangan Implementasi Wasantara ............................................................ 19
BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................21
3.2 Saran ..................................................................................................................... 21
Daftar Pustaka .................................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan Negara yang terdiri


dari wilayah daratan dan perairan. Wilayah daratan Indonesia meliputi kepulauan yang
terdiri dari sekitar 17.508 pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke dengan
luas daratan sekitar 2.027 juta km2, sedangkan wilayah perairannya terdiri dari lautan
dengan luas perairan sekitar 3.166 juta km2. Jadi total keseluruhan wilayah Indonesia
adalah 5.192 juta km2.
Secara geografis, Indonesia diapit oleh dua benua yaitu Benua Asia dan
Benua Australia serta diapit oleh dua samudra yaitu samudra Hindia dan samudra
Pasifik.Indonesia terletak diantara 60 LU-110 LS dan 950 BT-1410 BT dan beriklim
tropis karena berada di Garis Khatulistiwa.Di Indonesia terdapat dua musimyaitu musim
hujan dan musim kemarau.
Indonesia juga memiliki berbagai macam suku, adat istiadat, kebudayaan,
bahasa,keyakinan serta kesenian. Oleh karena itu, NKRI dijuluki sebagai
Negara multicultural. Sehingga, menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mempunyai mata
pencaharian dan cara berpikir yang berbeda-beda. Karena hal-hal tersebutlah membuat
rakyat Indonesia harus mempelajari Wawasan Nusantara sebagai bukti cinta kepada
tanah air.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari wawasan nusantara?


2. Bagaimana latar belakang adanya wawasan nusantara?
3. Bagaimana kedudukan, fungsi, dan tujuan wawasan nusantara?
4. Bagaimana esensi dan urgensi wawasan nusantara?
5. Bagaimana dinamika dan tantangan wawasan nusantara?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari wawasan nusantara.

2. Untuk mengetahui latar belakang adanya wawasan nusantara.

3. Untuk mengetahui kedudukan, fungsi, dan tujuan wawasan nusantara.

4. Untuk mengetahui esensi dan urgensi wawasan nusantara.

5. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan wawasan nusantara.

1.4 Manfaat

Bagi pembaca diharapkan makalah ini mampu menambah pengetahuan pembaca


mengenai wawasan nusantara sehingga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari sebagai wujud cinta tanah air. Bagi penyusun, melatih kemampuan penulis dalam
menyusun makalah tepat waktu dan menambah wawasan nusantara penyusun sehingga
diharapkan juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena
mahasiswa berperan sebagai agen perubahan untuk menjadikan Indonesia menjadi negara
yang lebih baik.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian yakni pengertian
etiomologis dan pengertian terminologi.

2.1.1 Secara Etimologis

Wawasan Nusantara berasal dari dua kata yaitu Wawasan dan Nusantara.Wawasan
berasal dari bahasa wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tatapan, tinjauan, atau
penglihatan indrawi. Jadi, wawasan dapat diartikan sebagai cara pandang, cara melihat,
cara menatap, atau cara meninjau. Sementara kata “Nusantara” merupakan gabungan dari
dua kata yaitu “nusa” yang berarti pulau dan “antara”.
Kata “nusa” dalam bahasa sanksekerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan
dalam bahasa Latin, kata “nusa” berasal dari kata “nesos” yang dapat diartikan sebagai
semenanjung atau juga dapat diartikan sebagai suatu bangsa.Merujuk pada pernyataan
tersebut, maka kata “nusa” juga memiliki keamaan arti dengan kata “nation” dalam
bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dan dari sini dapat ditafsirkan bahwa kata “nusa”
memiliki dua arti, yaitu kepulaun dan bangsa.
Sedangkan kata kedua, yaitu “antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin, “in”
dan “terra” yang berarti antara atau dalam suatu kelompok.”Antara” juga mempunyai
makna yang sama dengan kata “inter” dalam bahasa Inggris yang berarti antar (antara)
dan relasi.Sedangkan, dalam bahasa Sanksekerta, kata “antara”dapat diartikan sebagai
laut, seberang, atau luar.
Dari penjabaran diatas, penggabungan kata “nusa” dan “antara” menjadi kata
“nusantara” dapat diartikan sebagai kepulauan yang berada diantara laut atau bangsa-
bangsa yang dihubungkan oleh laut.

2.1.2 Secara Terminologi

Berikut ini pengertian terminologi menurut para ahli atau tokoh dan lembaga
mengenai istilah tersebut.
1. Hasnan Habib
Wawasan nusantara adalah kebulatan wilayah nasional, termasuk satu kesatuan bangsa,
satu tujuan dan tekad perjuangan dan satu kesatuan hukum, satu kesatuan sosial budaya,
satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan hankam.
2. Wan Usman
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1998
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Lembaga Ketahanan Nasional Tahun 1999
Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

2.2 Latar Belakang Adanya Wawasan Nusantara

Ada sumber historis (sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan munculnya
konsep Wawasan Nusantara. Sumber-sumber itu melatarbelakangi berkembangnya
konsepsi Wawasan nusantara.

2.2.1 Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara

Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan deklarasi yang
selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Isi deklarasi tersebut sebagai berikut:
"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya
adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia dan
dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional yang berada di
bawah kedaulatan mutlak Negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan
pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas
landas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Ketentuan-ketentuan
tersebut di atas akan diatur selekas-lekasnya dengan Undang-undang"
Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar laut teritorial Indonesia 12 mil yang
dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia. Dengan garis teritorial
yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah. Laut di antara pulau
bukan lagi sebagai pemisah, karena tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung
pulau.
Sebelum keluarnya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia didasarkan
pada Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) atau
dikenal dengan nama Ordonansi 1939, sebuah peraturan buatan pemerintah Hindia
Belanda. Isi Ordonansi tersebut pada intinya adalah penentuan lebar laut lebar 3 mil laut
dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut
atau countour pulau/darat.
Dengan peraturan zaman Hindia Belanda tersebut, pulau-pulau di wilayah
nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut
di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Laut setelah garis 3 mil merupakan lautan
bebas yang berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-
pulau tersebut. Laut dengan demikian menjadi pemisah pulau-pulau di Indonesia.
Untuk melihat perbedaan kedua wilayah tersebut, lihatlah gambar berikut:
Gambar 1 Peta Indonesia Sebelum Deklarasi Djuanda
Gambar 2 Peta Indonesia Sesudah Deklarasi Djuanda
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu
pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisah-pisah, sehingga pada 13 desember 1957
pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda. Dengan keluarnya pengumuman tersebut,
secara otomatis Ordonantie 1939 tidak berlaku lagi dan wilayah Indonesia menjadi suatu
kesatuan antara pulau-pulau serta laut yang menghubungkan antara pulau-pulau tersebut.
Tujuan Deklarasi Juanda sebagai berikut:
1. Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bulat dan utuh.
2. Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara
kepulauan.
3. Peraturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara kesatuan NKRI.
Dewasa ini konsepsi wawasan nusantara semakin kuat setelah adanya
keputusan politik negara yakni dimasukkannya ke dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945,
yang menyatakan “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
dengan undang-undang”. Menurut pasal tersebut, negara Indonesia dicirikan berdasar
wilayahnya.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini dikemukakan bagian-bagian dari wilayah
negara tersebut, sebagai berikut:
1. Wilayah daratan termasuk tanah di bawahnya
Wilayah daratan adalah bagian dari wilayah negara dimana rakyat atau penduduk
negara itu bermukim secara permanen. Demikian pula diwilayah daratan itu pula
pemerintah negara melaksanakan dan mengendalikan segala kegiatan pemerintahannya.
Pada umumnya garis batas wilayah daratan ditetapkan berdasarkan perjanjian-perjanjian
garis batas wilayah antara negara-negara yang berbatasan. Ada pula garis batas wilayah
antara dua negara berupa sungai yang mengalir di perbatasan wilayah negara-negara yang
bersangkutan. Atau dapat pula garis batas wilayah pada sungai tersebut ditetapkan pada
bagian-bagian terdalam dari aliran sungai, yang disebut thalweg.
Termasuk pula dalam ruang lingkup wilayah daratan adalah tanah dibawah
daratan tersebut. Mengenai batas kedalaman dari tanah dibawah wilayah daratan yang
merupakan bagian wilayah negara, tidak atau belum terdapat pengaturannya dalam
hukum internasional positif. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa kedaulatan negara
atas tanah dibawah wilayah daratannya sampai pada kedalaman yang tidak terbatas.
Kedaulatan negara tersebut meliputi pula sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya.
2. Wilayah Perairan
Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut
Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut
Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982. Wilayah perairan laut Indonesia
dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona Laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona
Ekonomi Eksklusif.
a. Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke
arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar
lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis
masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas
teritorial di sebut laut teritorial.
Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung
pulau terluar. Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut
teritorial, tetapi mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di
atas maupun di bawah permukaan laut.
Deklarasi Djuanda kemudian diperkuat/diubah menjadi Undang-Undang No.4 Prp.
1960.
b. Zona Landas Kontinen
Landas Kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi
merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150
meter. Indonesia terletak pada dua buah landasan kontinen, yaitu landasan kontinen Asia
dan landasan kontinen Australia.
Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk
menyediakan alur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas kontinen ini
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Febuari 1969.
c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka
diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat
kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zona ekonomi
eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan
laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas
kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang bertetangga saling
tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan titik yang sama
jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya.
Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980. Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum
Laut Internasional ke-3 tahun 1982, pokok-pokok negara kepulauan
berdasarkan Archipelago Concept negara Indonesia diakui dan dicantumkan dalam
UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea) atau konvensi PBB
tentang Hukum Laut.
Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17 th.1985 dan sejak 16
Nopember 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi hukum
positif (hukum yang sedang berlaku di masing-masing negara).
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan
Landas Kontinen Indonesia. Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk
menegakkan kedaulatan dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertikal terutama
dalam memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan ekonomi
dan pertahanan keamanan.
3. Wilayah dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak dibawah wilayah
perairan
Wilayah negara meliputi juga dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di
bawah wilayah perairan, berarti negara memiliki kedaulatan terhadap dasar laut dan tanah
di bawahnya, segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah menjadi hak
dan kedaulatan sepenuhnya dari negara yang bersangkutan.
4. Wilayah ruang udara
Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang lautan
sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak
yurisdiksi. Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara merupakan satu kesatuan ruang
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi
Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita menganut
pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang lengkap dan eksklusif
terhadap ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya hak lintas damai. Jadi
tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan melalui ruang udara nasional suatu
negara tanpa izin negara yang bersangkutan.

2.2.2 Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara


Berdasar sejarah, wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan.
Deklarasi Djuanda 1957 merupakan perubahan atas Ordonansi 1939 yang berintikan
mewujudkan wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, tidak lagi terpisah pisah.
Sebagai konsepsi kewilayahan, bangsa Indonesia mengusahakan dan memandang
wilayah sebagai satu kesatuan. Namun seiring tuntutan dan perkembangan, konsepsi
wawasan nusantara mencakup pandangan akan kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya,
dan pertahanan keamanan, termasuk persatuan sebagai satu bangsa. Sebagaimana dalam
rumusan GBHN 1998 dikatakan Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ini berarti lahirnya konsep wawasan nusantara juga dilatarbelakangi oleh kondisi
sosiologis masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia beragam dan terpecah-pecah sebelum
merdeka. Bahkan antarbangsa Indonesia sendiri mudah bertikai dan diadu domba oleh
Belanda melalui politik devide et impera.
Berdasar pada kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, wawasan nusantara
yang pada awalnya berpandangan akan “kesatuan atau keutuhan wilayah” diperluas lagi
sebagai pandangan akan “persatuan bangsa”. Bangsa Indonesia tidak ingin lagi terpecah-
pecah dalam banyak bangsa. Untuk mewujudkan persatuan bangsa itu dibutuhkan
penguatan semangat kebangsaan secara terus menerus.
Semangat kebangsaan Indonesia sesungguhnya telah dirintis melalui peristiwa
Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928,
dan berbasil diwujudkan dengan Proklamasi Kemerdekaan bangsa pada tanggal 17
Agustus 1945. Oleh karena itu, jauh sebelum Deklarasi Djuanda 1957, konsep semangat
dan kesatuan kebangsaan sudah tumbuh dalam diri bangsa.
Bahkan semangat kebangsaan inilah yang berhasil membentuk satu bangsa
merdeka. Hal di atas, keadaan sosiologis masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan
penjajahan yang memecah belah bangsa, telah melaterbelakangi tumbuhnya semangat
dan tekad orang-orang di wilayah nusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas,
satu kebangsaan yakni bangsa Indonesia . Semangat bersatu itu pada awalnya adalah
bersatu dalam berjuang membebaskan diri dari penjajahan, dan selanjutnya bersatu dalam
wadah kebangsaan Indonesia.
Ketika bangsa Indonesia merdeka tahun 1945 dengan dilandasi semangat
kebangsaan dan rasa persatuan sebagai satu bangsa, ternyata wilayahnya belum
merupakan satu kesatuan. Wilayah negara Indonesia merdeka di tahun 1945 masih
menggunakan peraturan lama yakni Ordonansi 1939, di mana lebar laut teritorial
Indonesia adalah 3 mil tiap pulau. Akibatnya, wilayah Indonesia masih terpecah dan
dipisahkan oleh lautan bebas.
Oleh sebab itu, perlu diupayakan bagaimana agar terjadi satu kesatuan wilayah
guna mendukung semangat kebangsaan ini. Salah satunya dengan konsep wawasan
nusantara yang diawali dengan keluarnya Deklarasi Djuanda 1957. Dengan demikian
Wawasan Nusantara tidak hanya wawasan kewilayahan tetapi juga berkembang sebagai
wawasan kebangsaan. Esensi wawasan nusantara tidak hanya kesatuan atau keutuhan
wilayah tetapi juga persatuan bangsa.

2.2.3 Latar Belakang Politis Wawasan Nusantara

Secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan
bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus
menerus. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional,
tujuan nasional, maupun visi nasional. Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sedangkan tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Visi nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No
VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri,
serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
Wawasan nusantara yang bermula dari Deklarasi Djuanda 1957 selanjutnya
dijadikan konsepsi politik kenegaraan. Rumusan wawasan nusantara dimasukkan dalam
naskah Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai hasil ketetapan MPR mulai tahun
1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Setelah GBHN tidak berlaku disebabkan MPR tidak lagi diberi kewenangan
menetapkan GBHN, konsepsi wawasan nusantara dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A
UUD NRI 1945 hasil perubahan Keempat tahun 2002.
Wawasan nusantara pada dasarnya adalah pandangan geopolitik bangsa
Indonesia. Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. “Geo” berarti
bumi dan “Politik” politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian
asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau
tujuan tertentu. Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografi
tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik dipandang sebagai studi atau ilmu.
Geopolitik secara tradisional didefinisikan sebagai studi tentang "pengaruh faktor
geografis pada tindakan politik”. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan
negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah
atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara faktor –faktor geografi, strategi dan politik suatu negara. Adapun dalam
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya Suradinata,
2001). Pandangannya tentang wilayah, letak dan geografi suatu negara akan
mempengaruhi kebijakan atau politik negara yang bersangkutan.
Terkait dengan hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pandangan atau teori-
teorinya tentang geopolitik. Di antaranya adalah teori Geopolitik Frederich Ratzel, teori
Geopolitik Rudolf Kjellen, teori Geopolitik Karl Haushofer , teori Geopolitik Halford
Mackinder, teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan dan teori Geopolitik Nicholas J.
Spijkman.
Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar Archipelago Concept yaitu
laut sebagai penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang
utuh sebagai Tanah Air dan ini disebut negara kepulauan.

2.3 Kedudukan, Fungsi, Dan Tujuan Wawasan Nusantara

2.3.1 Kedudukan Wawasan Nusantara

Kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai berikut:


a. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran
yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi penyesatan dan
penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional.
b. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional yaitu sebagai berikut:
1. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar Negara berkedudukan sebagai
landasan idiil.
2. UUD`45 sebagai landasan konstitutsi Negara, berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
3. Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan visional.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional, berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
5. GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai kebijaksanaan dasar nasional,
berkedudukan sebagai landasan operasional.

2.3.2 Fungsi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-


rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi
penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2.3.3 Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala


aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional
daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Hal
tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok,
suku bangsa, atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui dan
dipenuhi, selam tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan
masyarakat banyak.

2.4 Esensi Dan Urgensi Wawasan Nusantara

2.4.1 Esensi Wawasan Nusantara


Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan
persatuan bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan nusantara merupakan
perwujudan dari sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia.
Setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak
secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-
produk yang dihasilkan oleh lembaga negara.

2.4.2 Urgensi Wawasan Nusantara

Wawasan nusantara sangat penting untuk bangsa indonesia karena wawasan


nusantara merupakan arah bagi penyelenggaraan nasional untuk mencapai tujuan
nasional dalam mewujudkan cita-cita nasional. Dengan demikian wawasan nusantara
berfungsi sebagai panduan dan pedoman dasar bagi penyelenggaraan bagi kehidupan
yang memberikan motivasi dorongan untuk mencapai tujuan. Wawasan nusantara juga
melandasi perjuangan bangsa indonesia untuk bersatu dalam mencapai tujuan
nasionalsecara utuh, menyeluruh dan terpadu. Maka untuk menjamin agar kesatuan
Indonesia selalu terpelihara, bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara.
Pandangan itu adalah satu konsepsi geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa
Kepulauan Nusantara yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa
di atasnya beserta seluruh penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan-keamanan.
Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara
harus diaktualisasikan dan tidak tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka.

2.5 Dinamika dan Tantangan implementasi Wawasan Nusantara

2.5.1 Dinamika Wasantara

Dengan adanya konsepsi Wawasan Nusantara wilayah Indonesia menjadi sangat


luas dengan beragam isi flora, fauna, serta penduduk yang mendiami
wilayah itu. Namun demikian, konsepsi wawasan nusantara juga
mengajak seluruh warga negara untuk memandang keluasan wilayah dan
keragaman yang ada di dalamnya sebagai satu kesatuan. Kehidupan
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan dalam
kehidupan bernegara merupakan satu kesatuan. Luas wilayah Indonesia
tentu memberikan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mengelolanya.
Hal ini dikarenakan luas wilayah memunculkan potensi ancaman dan
sebaliknya memiliki potensi keunggulan dan kemanfaatan.

Simak pemberitaan media berikut ini.


70% Daerah Tertinggal di Timur Indonesia Metrotv news.com, Jakarta: Hingga
2014, masih ada 113 kabupaten yang belum berhasil lepas dari ketertinggalan.
Sekitar 70% di antaranya berada di wilayah timur Indonesia. “Kendala utama
untuk mengentaskan kabupaten tersebut adalah kualitas SDM yang rendah dan
sulitnya wilayah geografis,” sebut Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal
Helmy Faishal Zaini, di Jakarta, Rabu (19/2). Rendahnya kualitas SDM di wilayah
tertinggal tercermin dari angka melek huruf yang reratanya masih di bawah 30%.
Rendahnya kualitas manusia, menurut Helmy menjadi kendala utama. Pasalnya
untuk membenahi kekusutan bidang SDM itu dibutuhkan waktu tahunan. “Kalau
kurang listrik atau jalan sih, mungkin bisa langsung dibangun. Tapi kalau untuk
melatih SDM perlu waktu lebih lama,” tuturnya. Kendala utama yang lain adalah,
wilayah tersebut terlalu terisolasi. Sehingga biaya investasi yang dikeluarkan
menjadi sangat besar dan tidak sesuai dengan imbal baliknya. Dia mencontohkan
ada suatu kampung dengan letak posisi sangat terisolasi yang hanya dihuni oleh
100 penduduk. Kalau PLN diminta membangun listrik di sana dengan panjang
lintasan ke lokasi hingga 70 km, lanjut dia, PLN tentu akan menolak. Untuk
wilayah seperti itu, solusi yang disediakan, lanjut Helmy, adalah dengan
mendirikan pembangkit listrik tenaga surya. Deputi Pengembangan Sumber Daya
Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) Agus Salim Dasuki
menambahkan, rerata tingkat melek huruf di daerah tertinggal, khususnya seperti
di Papua, memang sangat rendah. Guna mengatasi hal tersebut, bekerja sama
dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2013 lalu
dilakukan program pelatihan baca tulis dan pendidikan keterampilan di 20
kabupaten tertinggal. Kemendikbud diberi tugas mendidik 18 ribu orang dan
KPDT 16 ribu orang. “Sistem pengajaran dilakukan dengan sistem training of
trainer,” sebutnya. Untuk tahun ini, program tersebut akan diperluas hingga ke 60
kabupaten. Lebih jauh Agus menambahkan, rerata Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang diukur dari tingkat kesehatan dasar, lama pendidikan dan daya beli
wilayah teringgal masih rendah, yakni 69,6 point. Jumlah ini masih jauh di bawah
rerata IPM nasional yang mencapai 72,77. Agus mengatakan, untuk mendongkrak
IPM daerah tertinggal ke IPM nasional pada saat ini memang sangat berat. Dia
memprediksi, setidaknya dibutuhkan waktu hingga 16 tahun untuk mencapai itu.
Untuk itu, katanya, hingga 2014, pemerintah hanya berharap IPM di daerah
tertinggal bisa mencapai point 70,00. (Cornelius Eko Susanto) Sumber :
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/02/19/3/217163/70-
Daerah-Tertinggal-di-Timur-Indonesia
Berdasar isi berita di atas, cobalah Anda kemukakan potensi ancaman apa sajakah
yang kemungkinan muncul dan potensi keuntungan apa yang didapat dari wilayah
yang berciri nusantara ini. Lakukan dengan menyusun ringkasan tertulis seperti di
bawah ini:
Wilayah Indonesia berciri Nusantara Potensi keuntungan (positif) Potensi
ancaman ( negatif ) 1. 1. dst dst
mengidentifikasi potensi positif dan negatif dari wilayah Indonesia yang berciri
nusantara. Potensi positif yang ada tentu saja perlu digali, diolah, didayagunakan, dan
dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Misal, Kabupaten Simalungun
merupakan salah satu daerah di Sumatera Utara yang memiliki cukup banyak potensi
panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai energi listrik. Sedangkan potensi negatif
perlu diantisipasi, ditanggulangi, dan dijaga agar tidak merusak atau mengganggu
kelangsungan hidup masyarakat. Misal, daerah Klaten dan Magelang yang rawan dari
ancaman letusan gunung Merapi. Wawasan nusantara telah menjadi landasan visional
bagi bangsa Indonesia guna memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa.
Upaya memperkokoh kesatuan wilayah dan persatuan bangsa akan terus menerus
dilakukan. Hal ini dikarenakan visi tersebut dihadapkan pada dinamika kehidupan yang
selalu berkembang dan tantangan yang berbeda sesuai dengan perubahan zaman.
Dinamika yang berkembang itu misalnya, jika pada masa lalu penguasaan wilayah
dilakukan dengan pendudukan militer maka sekarang ini lebih ditekankan pada upaya
perlindungan dan pelestarian alam di wilayah tersebut. Tantangan yang berubah,
misalnya adanya perubahan dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan di dunia
maya.

2.5.2 Tantangan Implementasi Wasantara

1) Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas
dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh
Negara-negara maju dengan Buttom Up Planning,sedang untuk Negara berkembang
dengan Top Down Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia,
sehingga diperlukan landasan operasinal berupa GBHN. Kondisi Nasional
(Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan
ancaman bagi integritas.
2) Dunia Tanpa Batas
a) Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek
kehidupan.
b) Kenichi Omahe dalam buku Borderless Word dan The End of Nation State
menyatakan: dalam perkembangan masyarakat global,batas-batas wilayah Negara dalam
arti geografi dan politik relatif masih tetap.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan
dunia tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara , mengingat
perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir
, pola sikap dan pola tindak didalam bermsyarakat , berbangasa dan bernegara.
3) Era Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan Kapitalisme adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan
kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan
kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.
Lester Thurow
Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance)
antara paham individu dan paham sosialis.

4) KesadaranWarga Negara
Pandangan Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan , hak dan kewajiban yang sama.Hak
dan Kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
5) Kesadaran Bela Negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non
fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan ,kesenjangan social ,memberantas
KKN ,menguasai Iptek , meningkatkan kualitas SDM , transparan dan memelihara
persatuan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan materi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Wawasan nusantara dapat diartikan secara etimologis dan terminologis.
2. Latar belakang munculnya wawasan nusantara dibagi menjadi latar belakang historis,
sosiologis, dan politis.
3. Wawasan nusantara penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
terwujud persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

3.2 Saran

Disarankan kepada pembaca untuk mulai menerapkan wawasan nusantara dalam


kehidupan sehari-hari agar terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Marsono. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila untuk Perguruan


Tinggi. Jakarta: In Media.
Dikti. 2014. Pedoman Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Mata Kuliah
Wajib Umum. Jakarta: Dikti.
http://miracle-biebs.blogspot.co.id/2012/05/tzmko-1939-dan-deklarasi-djuanda-
1957.html
http://muhammadgonibala.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-wawasan-
nusantara.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara

Anda mungkin juga menyukai