WAWASAN NUSANTARA
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun oleh :
Fawwaz Atha Dzakwan (Nim / 03021381924089)
Akhmad Shobari Akbar (Nim / 03021389240 )
Kelas / Prodi :
A/ T.Pertambangan
Dosen:
Dr.Dewa Made Suara,MM,MSi
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-
Nya saya mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas Ulangan Tengah Semester Pendidikan Kewargnegaraan .
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang pentingnya pancasila sebagai ideologi dalam membangun kesejahteraan
bangsa , yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri saya maupun yang datang dari luar.Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah dan dorongan semangat dari
teman-teman akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Universitas Sriwijaya. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
1.4 Manfaat
Wawasan Nusantara bisa kita bedakan dalam dua pengertian yakni pengertian
etiomologis dan pengertian terminologi.
Wawasan Nusantara berasal dari dua kata yaitu Wawasan dan Nusantara.Wawasan
berasal dari bahasa wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tatapan, tinjauan, atau
penglihatan indrawi. Jadi, wawasan dapat diartikan sebagai cara pandang, cara melihat,
cara menatap, atau cara meninjau. Sementara kata “Nusantara” merupakan gabungan dari
dua kata yaitu “nusa” yang berarti pulau dan “antara”.
Kata “nusa” dalam bahasa sanksekerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan
dalam bahasa Latin, kata “nusa” berasal dari kata “nesos” yang dapat diartikan sebagai
semenanjung atau juga dapat diartikan sebagai suatu bangsa.Merujuk pada pernyataan
tersebut, maka kata “nusa” juga memiliki keamaan arti dengan kata “nation” dalam
bahasa Inggris yang berarti bangsa. Dan dari sini dapat ditafsirkan bahwa kata “nusa”
memiliki dua arti, yaitu kepulaun dan bangsa.
Sedangkan kata kedua, yaitu “antara” memiliki padanan dalam bahasa Latin, “in”
dan “terra” yang berarti antara atau dalam suatu kelompok.”Antara” juga mempunyai
makna yang sama dengan kata “inter” dalam bahasa Inggris yang berarti antar (antara)
dan relasi.Sedangkan, dalam bahasa Sanksekerta, kata “antara”dapat diartikan sebagai
laut, seberang, atau luar.
Dari penjabaran diatas, penggabungan kata “nusa” dan “antara” menjadi kata
“nusantara” dapat diartikan sebagai kepulauan yang berada diantara laut atau bangsa-
bangsa yang dihubungkan oleh laut.
Berikut ini pengertian terminologi menurut para ahli atau tokoh dan lembaga
mengenai istilah tersebut.
1. Hasnan Habib
Wawasan nusantara adalah kebulatan wilayah nasional, termasuk satu kesatuan bangsa,
satu tujuan dan tekad perjuangan dan satu kesatuan hukum, satu kesatuan sosial budaya,
satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan hankam.
2. Wan Usman
Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah
airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1998
Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Lembaga Ketahanan Nasional Tahun 1999
Cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Ada sumber historis (sejarah), sosiologis, dan politis terkait dengan munculnya
konsep Wawasan Nusantara. Sumber-sumber itu melatarbelakangi berkembangnya
konsepsi Wawasan nusantara.
Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957 mengeluarkan deklarasi yang
selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi Djuanda. Isi deklarasi tersebut sebagai berikut:
"Bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-
pulau yang termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya
adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia dan
dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau nasional yang berada di
bawah kedaulatan mutlak Negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan
pedalaman ini bagi kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas
landas lautan teritorial (yang lebarnya 12 mil) diukur dari garis yang menghubungkan
titik-titik ujung yang terluar pada pulau-pulau Negara Indonesia. Ketentuan-ketentuan
tersebut di atas akan diatur selekas-lekasnya dengan Undang-undang"
Isi pokok deklarasi ini adalah bahwa lebar laut teritorial Indonesia 12 mil yang
dihitung dari garis yang menghubungkan pulau terluar Indonesia. Dengan garis teritorial
yang baru ini wilayah Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah. Laut di antara pulau
bukan lagi sebagai pemisah, karena tidak lagi laut bebas, tetapi sebagai penghubung
pulau.
Sebelum keluarnya Deklarasi Djuanda, wilayah Indonesia didasarkan
pada Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) atau
dikenal dengan nama Ordonansi 1939, sebuah peraturan buatan pemerintah Hindia
Belanda. Isi Ordonansi tersebut pada intinya adalah penentuan lebar laut lebar 3 mil laut
dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut
atau countour pulau/darat.
Dengan peraturan zaman Hindia Belanda tersebut, pulau-pulau di wilayah
nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut
di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Laut setelah garis 3 mil merupakan lautan
bebas yang berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-
pulau tersebut. Laut dengan demikian menjadi pemisah pulau-pulau di Indonesia.
Untuk melihat perbedaan kedua wilayah tersebut, lihatlah gambar berikut:
Gambar 1 Peta Indonesia Sebelum Deklarasi Djuanda
Gambar 2 Peta Indonesia Sesudah Deklarasi Djuanda
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia sebab antara satu
pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisah-pisah, sehingga pada 13 desember 1957
pemerintah mengeluarkan Deklarasi Djuanda. Dengan keluarnya pengumuman tersebut,
secara otomatis Ordonantie 1939 tidak berlaku lagi dan wilayah Indonesia menjadi suatu
kesatuan antara pulau-pulau serta laut yang menghubungkan antara pulau-pulau tersebut.
Tujuan Deklarasi Juanda sebagai berikut:
1. Perwujudan bentuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bulat dan utuh.
2. Penentuan batas-batas wilayah Negara Indonesia disesuaikan dengan asas Negara
kepulauan.
3. Peraturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
Negara kesatuan NKRI.
Dewasa ini konsepsi wawasan nusantara semakin kuat setelah adanya
keputusan politik negara yakni dimasukkannya ke dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945,
yang menyatakan “Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan
yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
dengan undang-undang”. Menurut pasal tersebut, negara Indonesia dicirikan berdasar
wilayahnya.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini dikemukakan bagian-bagian dari wilayah
negara tersebut, sebagai berikut:
1. Wilayah daratan termasuk tanah di bawahnya
Wilayah daratan adalah bagian dari wilayah negara dimana rakyat atau penduduk
negara itu bermukim secara permanen. Demikian pula diwilayah daratan itu pula
pemerintah negara melaksanakan dan mengendalikan segala kegiatan pemerintahannya.
Pada umumnya garis batas wilayah daratan ditetapkan berdasarkan perjanjian-perjanjian
garis batas wilayah antara negara-negara yang berbatasan. Ada pula garis batas wilayah
antara dua negara berupa sungai yang mengalir di perbatasan wilayah negara-negara yang
bersangkutan. Atau dapat pula garis batas wilayah pada sungai tersebut ditetapkan pada
bagian-bagian terdalam dari aliran sungai, yang disebut thalweg.
Termasuk pula dalam ruang lingkup wilayah daratan adalah tanah dibawah
daratan tersebut. Mengenai batas kedalaman dari tanah dibawah wilayah daratan yang
merupakan bagian wilayah negara, tidak atau belum terdapat pengaturannya dalam
hukum internasional positif. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa kedaulatan negara
atas tanah dibawah wilayah daratannya sampai pada kedalaman yang tidak terbatas.
Kedaulatan negara tersebut meliputi pula sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya.
2. Wilayah Perairan
Luas wilayah laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut
Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Sesuai dengan Hukum Laut
Internasional yang telah disepakati oleh PBB tahun 1982. Wilayah perairan laut Indonesia
dapat dibedakan tiga macam, yaitu zona Laut Teritorial, zona Landas kontinen, dan zona
Ekonomi Eksklusif.
a. Zona Laut Teritorial
Batas laut Teritorial ialah garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar ke
arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan, sedangkan lebar
lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik sama jauh dari garis
masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara garis dengan garis batas
teritorial di sebut laut teritorial.
Garis dasar adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung
pulau terluar. Sebuah negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut
teritorial, tetapi mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran lintas damai baik di
atas maupun di bawah permukaan laut.
Deklarasi Djuanda kemudian diperkuat/diubah menjadi Undang-Undang No.4 Prp.
1960.
b. Zona Landas Kontinen
Landas Kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi
merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150
meter. Indonesia terletak pada dua buah landasan kontinen, yaitu landasan kontinen Asia
dan landasan kontinen Australia.
Di dalam garis batas landas kontinen, Indonesia mempunyai kewenangan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di dalamnya, dengan kewajiban untuk
menyediakan alur pelayaran lintas damai. Pengumuman tentang batas landas kontinen ini
dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 17 Febuari 1969.
c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekonomi Eksklusif adalah jalur laut selebar 200 mil laut ke arah laut terbuka
diukur dari garis dasar. Di dalam zona ekonomi eksklusif ini, Indonesia mendapat
kesempatan pertama dalam memanfaatkan sumber daya laut. Di dalam zona ekonomi
eksklusif ini kebebasan pelayaran dan pemasangan kabel serta pipa di bawah permukaan
laut tetap diakui sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Laut Internasional, batas landas
kontinen, dan batas zona ekonomi eksklusif antara dua negara yang bertetangga saling
tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan titik yang sama
jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya.
Pengumuman tetang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia tanggal 21 Maret 1980. Melalui Konfrensi PBB tentang Hukum
Laut Internasional ke-3 tahun 1982, pokok-pokok negara kepulauan
berdasarkan Archipelago Concept negara Indonesia diakui dan dicantumkan dalam
UNCLOS 1982 (United Nation Convention on the Law of the Sea) atau konvensi PBB
tentang Hukum Laut.
Indonesia meratifikasi Unclos 1982 melalui UU No.17 th.1985 dan sejak 16
Nopember 1993 Unclos 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara sehingga menjadi hukum
positif (hukum yang sedang berlaku di masing-masing negara).
Berlakunya UNCLOS 1982 berpengaruh dalam upaya pemanfaatan laut bagi
kepentingan kesejahteraan seperti bertambah luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan
Landas Kontinen Indonesia. Perjuangan tentang kewilayahan dilanjutkan untuk
menegakkan kedaulatan dirgantara yakni wilayah Indonesia secara vertikal terutama
dalam memanfaatkan wilayah Geo Stationery Orbit (GSO) untuk kepentingan ekonomi
dan pertahanan keamanan.
3. Wilayah dasar laut dan tanah dibawahnya yang terletak dibawah wilayah
perairan
Wilayah negara meliputi juga dasar laut dan tanah di bawahnya yang terletak di
bawah wilayah perairan, berarti negara memiliki kedaulatan terhadap dasar laut dan tanah
di bawahnya, segala sumber daya alam yang terkandung di dalamnya adalah menjadi hak
dan kedaulatan sepenuhnya dari negara yang bersangkutan.
4. Wilayah ruang udara
Ruang udara adalah ruang yang terletak diatas ruang daratan dan atau ruang lautan
sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi dimana suatu negara mempunyai hak
yurisdiksi. Ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara merupakan satu kesatuan ruang
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia, telah meratifikasi Konvensi
Geneva 1944 (Convention on International Civil Aviation) sehingga kita menganut
pemahaman bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang lengkap dan eksklusif
terhadap ruang udara di atas wilayahnya, dan tidak dikenal adanya hak lintas damai. Jadi
tidak satu pun pesawat udara asing diperbolehkan melalui ruang udara nasional suatu
negara tanpa izin negara yang bersangkutan.
Secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan
bangsa yang bersatu ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus
menerus. Kepentingan nasional itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional,
tujuan nasional, maupun visi nasional. Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah untuk mewujudkan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sedangkan tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Visi nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No
VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri,
serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
Wawasan nusantara yang bermula dari Deklarasi Djuanda 1957 selanjutnya
dijadikan konsepsi politik kenegaraan. Rumusan wawasan nusantara dimasukkan dalam
naskah Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai hasil ketetapan MPR mulai tahun
1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Setelah GBHN tidak berlaku disebabkan MPR tidak lagi diberi kewenangan
menetapkan GBHN, konsepsi wawasan nusantara dimasukkan pada rumusan Pasal 25 A
UUD NRI 1945 hasil perubahan Keempat tahun 2002.
Wawasan nusantara pada dasarnya adalah pandangan geopolitik bangsa
Indonesia. Geopolitik berasal dari bahasa Yunani, dari kata geo dan politik. “Geo” berarti
bumi dan “Politik” politeia, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri (negara) dan
teia yang berarti urusan. Sementara dalam bahasa Inggris, politics adalah suatu rangkaian
asas (prinsip), keadaan, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau
tujuan tertentu. Tindakan, cara dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh kondisi geografi
tempat masyarakat hidup. Selanjutnya geopolitik dipandang sebagai studi atau ilmu.
Geopolitik secara tradisional didefinisikan sebagai studi tentang "pengaruh faktor
geografis pada tindakan politik”. Geopolitik dimaknai sebagai ilmu penyelenggaraan
negara yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah
atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari hubungan
antara faktor –faktor geografi, strategi dan politik suatu negara. Adapun dalam
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional (Ermaya Suradinata,
2001). Pandangannya tentang wilayah, letak dan geografi suatu negara akan
mempengaruhi kebijakan atau politik negara yang bersangkutan.
Terkait dengan hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pandangan atau teori-
teorinya tentang geopolitik. Di antaranya adalah teori Geopolitik Frederich Ratzel, teori
Geopolitik Rudolf Kjellen, teori Geopolitik Karl Haushofer , teori Geopolitik Halford
Mackinder, teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan dan teori Geopolitik Nicholas J.
Spijkman.
Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasar Archipelago Concept yaitu
laut sebagai penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang
utuh sebagai Tanah Air dan ini disebut negara kepulauan.
1) Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk aktivitas
dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya dapat dilaksanakan oleh
Negara-negara maju dengan Buttom Up Planning,sedang untuk Negara berkembang
dengan Top Down Planning karena adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia,
sehingga diperlukan landasan operasinal berupa GBHN. Kondisi Nasional
(Pembangunan) yang tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan
ancaman bagi integritas.
2) Dunia Tanpa Batas
a) Perkembangan IPTEK
Mempengaruhi pola , pola sikap dan pola tindak masyarakat dalam aspek
kehidupan.
b) Kenichi Omahe dalam buku Borderless Word dan The End of Nation State
menyatakan: dalam perkembangan masyarakat global,batas-batas wilayah Negara dalam
arti geografi dan politik relatif masih tetap.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan dengan
dunia tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan Nusantara , mengingat
perkembangan tersebut akan dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam pola pikir
, pola sikap dan pola tindak didalam bermsyarakat , berbangasa dan bernegara.
3) Era Baru Kapitalisme
Sloan dan Zureker
Dalam bukunya Dictionary of Economics menyatakan Kapitalisme adalah suatu
sistem ekonomi yang didasarkan atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan
kebebasan individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya sendiri berdasarkan
kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna diri sendiri.
Lester Thurow
Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan : untuk dapat bertahan
dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi baru yaitu keseimbangan (balance)
antara paham individu dan paham sosialis.
4) KesadaranWarga Negara
Pandangan Indonesia Tentang Hak dan Kewajiban
Manusia Indonesia mempunyai kedudukan , hak dan kewajiban yang sama.Hak
dan Kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
5) Kesadaran Bela Negara
Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang dilakukan adalah perjuangan non
fisik untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan ,kesenjangan social ,memberantas
KKN ,menguasai Iptek , meningkatkan kualitas SDM , transparan dan memelihara
persatuan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan materi di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Wawasan nusantara dapat diartikan secara etimologis dan terminologis.
2. Latar belakang munculnya wawasan nusantara dibagi menjadi latar belakang historis,
sosiologis, dan politis.
3. Wawasan nusantara penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar
terwujud persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3.2 Saran