Anda di halaman 1dari 5

Nama : Thengku Indriyenni Maretha

Thaharah
Menurut bahasa thaharah berarti “bersuci”. Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah
adalah mensucikan diri, pakaian, tempat dari segala kotoran (najis) dan hadas, baik itu
hadas besar maupun hadas kecil sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat
islam.

Thaharah merupakan kedudukan yang paling utama dalam beribadah. Apabila seseorang
sudah bisa memahami thaharah maka sangat mudah ia untuk beribadah kepada Allah. Akan
tetapi jika seseorang belum memahami tentang thaharah maka sungguh ibadahnya tidak sah.
Karena setiap orang yang akan melakukan shalat, diwajibkan terlebih dahulu bertaharah
(bersuci). Seperti berwudhu, bertayamum atau mandi. Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat : 6

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan
kamu, tetapi Dia (Allah) hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Maidah: 6).

Pembagian Thaharah

Jika dilihat dari sifat dan pembagiannya, thaharah (bersuci) dibedakan menjadi dua bagian:

Pertama: Bersuci Lahiriah

Bersuci yang bersifat lahiriah yaitu menyucikan sesuatu yang lahir (dapat dlihat oleh mata)
seperti menyucikan badan, pakaian, atau tempat dari segala kotoran dan najis, dan bersuci
dari hadas besar maupun hadas kecil. Berikut tata cara menyucikannya:

1. Cara menyucikan najis adalah dengan air, hingga hilang bekasan najis tersebut.

2. Cara membersihkan hadas kecil adalah dengan berwudhu’

3. Cara membersihkan hadas besar adalah dengan mandi.

Kedua: Bersuci batiniah

Bersuci yang bersifat batiniah yaitu menyucikan (membersihkan) jiwa dari segala kotoran batin yang
meliputi segala perbuatan dosa dan maksiat seperti ‘ujub, sombong, angkuh, ria, takabbur, dendam, iri, dan
lain sebagainya. Cara menyucikan (membersihkan) batiniah tersebut adalah dengan bertaubat kepada
Allah SWT dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, dan memperbanyak berzikir, membaca Al-Qur’an,
dan shalat malam (tahajjud).
1. Wudhu
a. Pengertian dan Niat Wudhu
Menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah (syariah islam)
artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara tertentu yang dimulai
dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya
sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak
sah.

Niat Wudhu
"Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."

b. Syarat-syarat berwudhu
1. Islam
2. Sudah Baliqh
3. Tidak berhadas besar
4. Memakai air yang mutlak (suci dan dapat dipakai mensucikan)
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya kekulit, seperti tinta, cat, dan lain-lain

c. Rukun wudhu
Rukun berwudu ada 6 (enam)
1. Niat
2. Membasuh muka (dengan merata)
3. Membasuh tangan hingga sampai dengan kedua siku (dengan merata)
4. Mengusap sebagian kepala
5. Membasuh kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (dengan merata)
6. Tertib (berurutan)

d. Hal-hal yang membatalkan Wudhu


1. Keluarnya air kencing dan sesuatu yang dihukumi air kencing seperti cairan (yang belum
jelas) setelah kencing dan sebelum istibra' (tentang istibra' lihat buletin Al-Jawad nomor 7).
2. Keluarnya tinja, baik dari tempatnya yang tabi'i atau yang lain, banyak ataupun sedikit.
3. Keluarnya angin dari dubur, baik bersuara maupun tidak.
4. Tidur yang mengalahkan indera pendengar dan indera penglihat (hilang kesadaran).
5. Segala sesuatu yang menghilangkan kesadaran seperti gila, pingsan, mabuk, dan lain-
lainnya.
6. Istihadhah kecil dan sedang (bagi wanita).

e. Hal-hal yang disunahkan Wudhu


1. Disunnatkan bagi tiap muslim menggosok gigi sebelum memulai wudhunya krn
Rasulullah bersabda“Sekiranya aku tidak memberatkan umatku niscaya aku perintah mere-
ka bersiwak tiap kali akan berwudhu.” (Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani
dalam Al-Irwa’).
2. Disunnatkan pula mencuci kedua telapak tangan tiga kali sebelum berwudhu
sebagaimana disebutkan di atas kecuali jika setelah bangun tidur maka hukumnya wajib
mencucinya tiga kali sebelum berwudhu. Sebab boleh jadi kedua tangannya telah menyentuh
kotoran di waktu tidurnya sedangkan ia tidak merasakannya. Rasulullah bersabda “Apabila
seorang di antara kamu bangun tidur maka hendaknya tidak mencelupkan kedua tangannya
di dalam bejana air sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali krn sesungguhnya ia tidak
mengetahui di mana tangannya berada .”
3. Disunnatkan keras di dalam meng-hirup air dgn hidung sebagaimana dijelaskan di
atas.
4. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jenggot jika tebal ketika membasuh
muka.
5. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat
mencucinya krn Rasulullah bersabda “Celah-celahilah jari-jemari kamu.”.
6. Mencuci anggota wudhu yg kanan terlebih dahulu sebelum mencuci anggota wudhu yg
kiri. Mencuci tangan kanan terlebih dahulu kemudian tangan kiri dan begitu pula mencuci
kaki kanan sebelum mencuci kaki kiri.
7. Mencuci anggota-anggota wudhu dua atau tiga kali namun kepala cukup diusap satu
kali usapan saja.
8. Tidak berlebih-lebihan dalam pemakaian air krn Rasulullah berwudhu dgn mencuci
tiga kali lalu bersabda “Barangsiapa mencuci lbh maka ia telah berbuat kesalahan dan
kezhaliman.”

f. Hal-hal yang dianggap salah dalam pelaksanaan berwudhu


1. Berbicara saat berwudhu
2. Menelan air
3. Bermain-main dengan air
4. Asal kena air

2. Tayamum
a. Pengertian dan Niat Tayammum
Secara etimologis (bahasa), Tayammum berarti kehendak (al-qasdu), atau kehendak
melakukan hal tertenu. Dalam istilah fiqih, tayamum diartikan sebagai proses mengusapkan
debu atau tanah yang suci pada muka dan kedua tangan sebagai pengganti wudhu dan mandi
besar, untuk dapat melaksanakan ibadah, seperti sholat.
Tayamum wajib dilakukan pada saat air tidak ada, dalam perjalanan, atau kondisi ketika
seseorang tidak bisa menggunakan air.
Niat Tayamum
"Aku niat bertayammum untuk mengerjakan sholat , fardhu karena Allah ta'ala."

b. Syarat-syarat Tayammum
1. Tidak ada air dan sudah berusaha mencarinya, tetapi tidak ketemu
2. berhalangan menggunakan air, seperti sedang sakit, apabila terkena air penyakitnya akan
bertambah parah
3. Telah masuk waktu Shalat
4. Dengan tanah atau debu yang suci

c. Rukun Tayammum
1. Niat. Seseorang yang akan melakukan tayamum, supaya berniat karena akan melakukan
shalat atau ibadah lainnya. Tayamum di niatkan bukan sekedar menghilangkan hadas tetapi
lebih karenan keadaan dadurat.
2. Mengusap muka dengan tanah atau debu
3. Mengusap kedua tangan dengan tanah atau debu
4. Tertib berurutan mengusapnya berarti mendahlukan muka dari pada tangannya
d. Hal-hal yang membatalkan Tayammum
1. Segala hal yang membatalkan wudhu
2. Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayammum karena sakit
3. Murtad, keluar dari Islam
e. Hal-hal yang disunahkan Tayammum
1. Membaca basmalah (Bismillaahir-rahmaanir-rahiim)
2. Mendahulukan anggota yang kanan dari pada yang kiri
3. Menipiskan debu
f. Hal-hal yang dianggap salah dalam pelaksanaan Tayammum
1. Tidak dalam keadaan yang terlalu kepepet
2. Tidak membaca niat
3. Tidak beraturan
4. Menggunakan debu yang sembarangan

3. Mandi besar (Wajib)


a. Pengertian dan Niat Mandi Besar
Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl ( ‫) الغسسسل‬. Kata ini memiliki
makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh. Sedangkan secara istilah, para ulama
menyebutkan definisinya yaitu :
Memakai air yang suci pada seluruh badan dengan tata cara tertentu dengan syarat-syarat
dan rukun-rukunnya.
Adapun kata Janabah dalam bahasa Arab bermakna jauh ( ‫ ) الدبععدد‬dan lawan dari dekat ( ‫ضدد ال‬
‫ض‬
َ‫) قبراببة‬
Sedangkan secara istilah fiqih, kata janabah ini menurut Al-Imam An-Nawawi
rahimahullah berarti
Janabah secara syar'i dikaitkan dengan seseorang yang keluar mani atau melakukan
hubungan suami istri, disebut bahwa seseorang itu junub karena dia menjauhi shalat, masjid
dan membaca Al-Quran serta dijauhkan atas hal-hal tersebut.74
Mandi Janabah sering juga disebut dengan istilah 'mandi wajib'. Mandi ini merupakan
tatacara ritual yang bersifat ta`abbudi dan bertujuan menghilangkan hadats besar.
Niat mandi besar
"Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadats besar fardhu karena Allah Taala."

b. Syarat-syarat Mandi Besar


1. Islam.
2. Tamyiz (berakal sehat).
3. Mengetahui pekerjaan yang fardlu dalam mandi.
4. Air yang digunakan harus dengan air yang suci dan mensucikan (air mutlak).
5. Tidak ada sesuatu pada lahirnya yang menghalangi sampainya air ke seluruh kulit
tubuh.
6. Tetap niatnya hingga akhir sempurnanya mandi.
7. Tidak ada sesuatu akibat yang dapat merubah sifat air sampai ke kulit tubuh.
8. Mengalir airnya sampai ke seluruh tubuh.

c. Rukun Mandi Besar


1. Niat
2. Menghilangkan najis di badan sama ada yang jelas (‘ayni) atau tidak jelas (hukmi)
3. Menyampaikan air ke seluruh anggota badan dari hujung rambut sehingga ke hujung
kaki.
d. Hal-hal yang memakruhkan Mandi Besar
1. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Rasulullah saw. mandi dengan air satu sha’
(sekitar 3,5 liter).
2. Mandi di tempat yang najis, karena dikhawatirkan akan terkena najisnya.
3. Mandi dengan air sisa bersucinya wanita. Rasulullah saw. melarang mandi dengan air
sisa bersucinya wanita, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
4. Mandi tanpa penutup, misalnya dengan tembok atau yang lainnya. Berdasarkan dalil-
dalil berikut. Maimunah r.a. berkata, “Aku persiapkan air untuk Rasulullah saw. dan
menutupi beliau, kemudian beliau mandi.” (HR Bukhari). Jika sekiranya mandi tanpa
menggunakan penutup tidak dimakruhkan, pasti Maimunah tidak menutupi Rasulullah saw.
ketika sedang mandi. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla bersifat
malu, dan menutup (kesalahan hamba-Nya), menyukai sifat malu. Maka, jika salah seorang
dari kalian mandi, hendaklah menggunakan penutup.” (HR Abu Dawud).
5. Mandi dengan air yang tidak mengalir. Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah seseorang
di antara kalian mandi di air yang tidak mengalir, sedang dia junub.” (HR Muslim).

e. Hal-hal yang disunahkan Mandi Besar


1. Sebelum mandi membaca basmalah.
2. Membersihkan najis terebih dahulu.
3. Membasuh badan sebanyak tiga kali
4. Melakukan wudhu/wudlu sebelum mendi wajib
5. Mandi menghadap kiblat
6. Mendahulukan badan sebelah kanan daripada yang sebelah kiri
7. Membaca do'a setelah wudhu/wudlu
8. Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)

f. Hal-hal yang dianggap salah dalam pelaksanaan Mandi Besar


1. Tidak membaca niat
2. Tidak bersih
3. Tidak menghilangkan najis

g. Hal-hal yang mewajibkannya


1. Mengeluarkan air mani baik disengaja maupun tidak sengaja
2. Melakukan hubungan seks / hubungan intim / bersetubuh
3. Selesai haid / menstruasi
4. Melahirkan (wiladah) dan pasca melahirkan (nifas)
5. Meninggal dunia yang bukan mati syahid
Bagi mereka yang masuk dalam kategori di atas maka mereka berarti telah mendapat hadas
besar dengan najis yang harus dibersihkan. Jika tidak segera disucikan dengan mandi wajib
maka banyak ibadah orang tersebut yang tidak akan diterima Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai