Lambang halal sudah menjadi standar dan barometer dunia yang menentukan kualitas produk.
Oleh karena itu,saat ini halal telat menjadi fenomena universal yang diapresiasi berbagai
bangsa.a
Dua hal tersebut merupakan kebutuhan dasar setiap insan. Makanan dan minuman halal adalah
keharusan,karena konsumsi keduanya menggambarkan ketaatan kepada sang pencipta.
Makanan halal di negeri ini berlimpah ruah,terutama di daerah yang mayoritas penduduknya
beragama Islam. Aneka hidangan khas Nusantara, seperti rendang,gulai, sayuran,dan sajian yang
dipanggang, tersedia dengan berbagai kelezatan yang luar biasa. Sumatera barat menawarkan
kelezatan sajian tersebut. Daerah lain juga punya kekhasan aneka hidangan yang menggugah
selera, sehingga menjadi daya tarik masyarakat dunia untuk datang ke Indonesia.
Isu kehalalan suatu produk dan jasa akan selalu melekat pada konsumen muslim. Dalam Al-
Qur'an, kata-kata halal adalah istilah umum yang mengacu pada kategori dibolehkan. Sedangkan
haram berarti dilarang berdasarkan Hukum Islam (Lowry,2006) produk halal tersebar dibeberapa
Industri, termasuk bahan makanan, kosmetik,fesyen,dan perawatan kesehatan. Namun,
sensitivitas halal akan meningkat ketika menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan
makanan. Ruang lingkup makanan halal mencakup daging,unggas, manisan, makanan kaleng
dan beku,susu,roti, makanan organik, produk herbal, serta minuman.
Dengan rantai nilai (value chain) halal maka harapan akan standar mutu, kualitas, pelayanan
produk dan jasa halal menjadi kenyataan. Semuanya berintegrasi mulai dari input, produksi,
distribusi, pemasaran, dan konsumsi. Produk makanan dalam inputnya harus terjamin halalnya
mulai dari saat diternak, pakan ternak, pupuk dan bahan kimia yang digunakan.
Menanggapi tren intandardisasi produk hal tersebut. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan UU
No.33/2014 tentang jaminan produk halal. Pada dasarnya, peraturan pemerintah terkait standar
produk khususnya makanan halal di Indonesia bukan tergolong baru. Indonesia telah memiliki
panduan sertifikasi halal yang diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia yaitu Requirements of
Halal Certification HAS 23000 (Policies, Procedure and Criteria). Selain itu, berbagai elemen
untuk memastikan rantai nilai halal produksi makanan.
Menurut David (2011/117), pengertian value chain ialah "Analisis rantai nilai mengacu pada
proses dimana perusahaan menentukan biaya yang terkait dengan kegiatan organisasi dari
pembelian bahan baku hingga produk manufaktur dan pada akhirnya adalah memasarkan
produk-produk tersebut ke pasar.
Menurut Pearce dan Robinson (2011/145), pengertian value chain ialah rantai nilai
menggambarkan cara memandang bisnis sebagai rantai kegiatan yang mengubah input menjadi
output yang bernilai pelanggan. Sedangkan Menurut Porter (1985: 33), "Rantai nilai memilah
sebuah perusahaan ke dalam kegiatan yang relevan secara strategis untuk memahami perilaku
biaya dan sumber diferensiasi yang ada dan potensial."Sebagai kesimpulan, value chain adalah
proses penghantaran produk dari input sampai hilir, dengan aktivita-aktivitas yang dapat dibagi-
bagi dan lebih efisien dibandingkan dengan pesaingnya''.
Berikut ialah aktivitas yang berada dalam rantai nilai perusahaan menurut Porter :
2) Operations
Aktivitas yang berhubungan dengan merubah bahan baku menjadi barang jadi, seperti:
pengemasan, pemasangan, perawatan, pengujian kembali, pengoperasian fasilitas, dan
pemeliharaan peralatan.
3) Outbound Logistics
Aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk
secara fisik kepada konsumen, seperti: penggudangan barang jadi, penanganan material,
pengoperasian kendaraan pengiriman barang, pemrosesan pemesanan, dan penjadwalan.
4) Marketing and Sales
Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan sarana yang dapat digunakan pembeli dalam
membeli sebuah produk, seperti: melalui iklan, promosi, tenaga penjualan, penetapan jumlah
kuota, hubungan penyalur, dan penetapan harga.
5) Service
Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan jasa untuk meningkatkan atau mempertahankan
nilai produk, seperti: instalasi, perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian produk.
Merujuk pada fungsi pembelian dari input yang digunakan dalam rantai nilai perusahaan, bukan
pada input yang dibeli itu sendiri, melainkan input yang mencakup bahan baku, pemasok, dan
bahan pendukung lainnya, serta aset seperti mesin, peralatan kantor, maupun gedung. Walaupun
input yang dibeli biasanya dihubungkan dengan aktivitas primer, input yang dibeli ada dalam
setiap aktivitas nilai termasuk aktivitas pendukung. Pembelian secara baik yang dilakukan oleh
perusahaan dapat mempengaruhi biaya dan kualitas input yang dibeli, dan juga aktivitas lain
yang dihubungkan dengan penerimaan dan pemakaian input, serta interaksi dengan para
pemasok.
2) Technology Development
Terdiri dari sejumlah aktivitas yang dikelompokkan secara luas mulai dari teknologi yang
digunakan dalam menyiapkan dokumen dan mendistribusikan barang jadi sampai dengan
teknologi yang melekat dalam produk yang dihasilkkan.
4) Firm Infrastructure
Terdiri dari sejumlah aktivitas yang meliputi : manajemen umum, perencanaan, keuangan,
akuntansi, hukum, urusan pemerintah, dan manajemen mutu. Infrastruktur berbeda dengan
aktivitas pendukung lainnya yang mendukung keseluruhan rantai nilai dan bukan aktivitas
individual. Bergantung pada apakah perusahaan terdiversifikasi atau tidak, infrastruktur
perusahaan mungkin berdiri sendiri atau dibagi antara unit usaha dan tingkat perusahaan.
Konsep value chain merupakan konsep yang dikembangkan oleh Porter pada tahun 1985
(Dagmar Recklies, 2001) (O'Brien & Maracas, 2011) yang memandang perusahaan sebagai suatu
rangkaian atau jaringan aktivitas dasar yang menambah niliai bagi produk atau jasanya dan dan
menambah margin nilai baik bagi perusahaan maupun bagi pelanggannya. Analisis value chain
menggambarkan aktivitas di dalam dan disekitar organisasi dan menghubungkannya pada
kekuatan persaingan perusahaan (Dagmar Recklies, 2001) (O'Brien & Maracas, 2011). Porter
mengelompokkan aktivitas perusahaan menjadi dua kelompok, yaitu primary activities dan
supporting activities (Dagmar Recklies, 2001) (O'Brien & Maracas, 2011). Primary activities
terdiri dari inbound logistics, operations, outbound logistics, marketing and sales, and service.
Setiap aktivitas ini saling terhubung dengan supporting activities agar dapat meningkatkan
efektivitas atau efisiensinya. Terdapat empat area utama dalam supporting activities, yaitu:
procurement, technology development, human resource management, and infrastructure.
Sertifikat halal baru sebatas pada produksi saja, sehingga perlu mencakup sisi pemasok, retiler,
hingga pedagang eceran. Standar biaya sertifikasi halal masih relatif mahal bagi pelaku usaha
mikaro. Sertifikat halal yang dikeluarkan di Indonesia belum di akui secara global, sehingga
perlu upaya mendukung mutual recognition dalam melakukan ekspor produk halal.
Kolaborasi antara pemangku kepentingan sketor publik dan swasta untuk mengkonsolidasikan
dan menyatukan standar sertifikasi halal secara nasional dan global. Optimalisasi teknologi untuk
mendukung pengembangan produksi halal ; makanan dan restoran halal detektor bahan baku
makanan.
- Regulasi sertifikasi halal hendaknya tidak memberatkan pelaku ekonomi, khususnya pelaku
UMKM.
Berikut ialah aktivitas yang berada dalam rantai nilai perusahaan menurut Porter :
2) Operations
Aktivitas yang berhubungan dengan merubah bahan baku menjadi barang jadi, seperti:
pengemasan, pemasangan, perawatan, pengujian kembali, pengoperasian fasilitas, dan
pemeliharaan peralatan.
3) Outbound Logistics
Aktivitas yang berhubungan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk
secara fisik kepada konsumen, seperti: penggudangan barang jadi, penanganan material,
pengoperasian kendaraan pengiriman barang, pemrosesan pemesanan, dan penjadwalan.
4) Marketing and Sales
Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan sarana yang dapat digunakan pembeli dalam
membeli sebuah produk, seperti: melalui iklan, promosi, tenaga penjualan, penetapan jumlah
kuota, hubungan penyalur, dan penetapan harga.
5) Service
Aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan jasa untuk meningkatkan atau mempertahankan
nilai produk, seperti: instalasi, perbaikan, pelatihan, dan penyesuaian produk.
Merujuk pada fungsi pembelian dari input yang digunakan dalam rantai nilai perusahaan, bukan
pada input yang dibeli itu sendiri, melainkan input yang mencakup bahan baku, pemasok, dan
bahan pendukung lainnya, serta aset seperti mesin, peralatan kantor, maupun gedung. Walaupun
input yang dibeli biasanya dihubungkan dengan aktivitas primer, input yang dibeli ada dalam
setiap aktivitas nilai termasuk aktivitas pendukung. Pembelian secara baik yang dilakukan oleh
perusahaan dapat mempengaruhi biaya dan kualitas input yang dibeli, dan juga aktivitas lain
yang dihubungkan dengan penerimaan dan pemakaian input, serta interaksi dengan para
pemasok.
2) Technology Development
Terdiri dari sejumlah aktivitas yang dikelompokkan secara luas mulai dari teknologi yang
digunakan dalam menyiapkan dokumen dan mendistribusikan barang jadi sampai dengan
teknologi yang melekat dalam produk yang dihasilkkan.
4) Firm Infrastructure
Terdiri dari sejumlah aktivitas yang meliputi : manajemen umum, perencanaan, keuangan,
akuntansi, hukum, urusan pemerintah, dan manajemen mutu. Infrastruktur berbeda dengan
aktivitas pendukung lainnya yang mendukung keseluruhan rantai nilai dan bukan aktivitas
individual. Bergantung pada apakah perusahaan terdiversifikasi atau tidak, infrastruktur
perusahaan mungkin berdiri sendiri atau dibagi antara unit usaha dan tingkat perusahaan.