Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengertian Manajemen dan Organisasi1


1. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang berasal dari kata dasar
“manage”. Definisi manage menurut kamus oxford adalah “to be in charge or make decisions
in a business or an organization” (memimpin atau membuat keputusan di perusahaan atau
organisasi). Dan definisi management menurut kamus oxford adalah “the control and making
of decisions in a business or similar organization” (pengendalian dan pembuatan keputusan di
perusahaan atau organisasi sejenis).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah “penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran” atau “pimpinan yang bertanggung jawab
atas jalannya perusaahaan dan organisasi. Pengertain manajemen menurut para ahli :
1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O’donnel, Manajemen adalah usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
2. Menurut R. Terry, Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.
3. Menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian
dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
tang telah ditetapkan.
4. Menurut James A.F. Stoner, Manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi
serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan demikian, istilah manajemen mengacu kepada suatu proses mengkoordinasi
dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif
dengan dan melalui orang lain. Proses menggambarkan fungsi-fungsi yang berjalan terus atau
kegiatan-kegiatan utama yang dilakukan oleh para manager.

2. Pengertian Organisasi

1
Amirullah, dkk., Pengantar Manajemen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004),hlm.82-83.
Organisasi berasal dari kata organon (yunani) yang berarti alat. Organisasi merupakan
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk
mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi
adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur
pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi
yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang
berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang , material, mesin, metode ,
lingkungan ), sarana- parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan “organisasi ialah setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat
dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat
seseorang / beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang yang disebut
dengan bawahan.” Dan menurut Chester L Bernard (1938) mengatakan bahwa “Organisasi
adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih ( Define organization as a system of
cooperative of two or more persons) yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama.”
Menurut Dimock, Mengatakan bahwa : Organization is the systematic bringing
together of interdependent part to form a unifid whole thought which authority, coordination
and control may be exercised to achive a given purpose, (Organisasi adalah Perpaduan secara
sistematis dari pada bagian-bagian yang saling ketergantungsn/berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasasn dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditentukan).
Dan dengan demikian, Organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama
antara orang-orang dalam rngka mencapai tujuan mersama, dengan mendayagunakan sumber
daya yang dimiliki.

B. Sejarah Singkat Perkembangan Manajemen2

2
Wiludjeng, Sri. Pengantar Manajemen( Yogyakarta: Garaha Ilmu,2007)
Beberapa orang melihat sejarah manajemen sebagai konseptualisasi modern yang
terlambat.Dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya
merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip manajemen di masa
pra-modern akhir. Perkembangan pemikiran manajemen pada pedagang-pedagang Sumeria
dan pembangun piramid Mesir yaitu para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi
permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka
melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri dengan skala mereka
yang kecil, tidak merasa terdorong untuk menghadapi permasalahan manajemen secara
sistematis. namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka Hindu-Arab (abad ke-5 hingga
ke-15) dan kodifikasi kesekretariatan entri ganda (1494) menyediakan perangkat untuk
penilaian, perencanaan dan kendali manajemen.
Abad 19, bidang pelajaran manajemen berkembang dari ekonomi dalam abad 19.
Pelaku ekonomi klasik Adam Smith dan John Stuart Mill memberikan teori teori pengaturan
sumber daya, produksi dan penetapan harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu
seperti Eli Whitney,James Watt dan Matthew Boulton mengembangkan teknik produksi
seperti Penetapan standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran bahan, dan
perencanaan kerja.
Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M.Laughlin dan lain-lain
memperkenalkan elemen manusia dengan teori pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan
kontrol pengembangan pekerja. Pada akhir abad 19, Pelaku ekonomi marginal Alfred
Marshall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke teori
manajemen. Pada 1900an manajer mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan
berdasarkan sains.
Abad 20, teori pertama tentang manajemen yang lengkap muncul sekitar tahun 1920.
Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam
manajemen dan hubungan satu sama lain. Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation), diterbitkan
tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang
menugaskan penelitian tentang organisasi. H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C Fry
memperkenalkan teknik statistika ke dalam manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett
mengkombinasikan teori statistika dengan teori mikro ekonomi dan lahirlah ilmu riset
operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”, mencoba pendekatan sains
untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya di bidang logistik dan operasi.
Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari beberapa bidang terpisah, termasuk:
manajemen sumber daya, manajemen operasi atau produksi manajemen strategi, manajemen
pemasaran, manajemen keuangan, manajemen informasi teknologi.

C. Fungsi-fungsi Manajemen3
Ada fungsi utama manajemen menurut George R.Terry (Modul Pengayaan Ekonomi
Peminatan untuk SMA/MA, halaman. 28) yaitu :
1. Memimpin (Leading)
Tugas seorang manajer adalah agar orang lain bertindak untuk tujuan organisasi.
fungsi ini meliputi:
 Mengambil keputusan (decision maker);
 Melakukan komunikasi (communicating);
 Memberikan motivasi (motivating);
 Memilih orang-orang (selecting people);
 Mengembangkan orang lain (developing people) melalui penilaian hasil kinerja,
memberikan saran dan pemberian latihan atau training.
2. Merencanakan (Planning)
Tugas dan kegiatan utama pencanaan meliputi :
 Forecasting atau meramalkan untuk waktu yang akan datang;
 Membuat target dan sasaran (seat goal or targeting);
 Programming (membuat acara) membuat rencana urutan kegiatan yang diperlukan
untuk pencapaian target;
 Schedulling (mengatur urutan waktu pelaksanaan atau time table);
 Budgeting (menyusun rencana anggaran biaya);
 Membuat Standard Operating Procedure (SOP) tentang pelaksanaan pekerjaan;
 Estabilishing and Interpreting Policies (menetapkan dan menafsirkan kebijakan-
kebijakan pelaksanaan pekerjaan)
3. Menyusun (Organizing)
Kegiatan mengatur dan menghubungkan suatu pekerjaan sehingga dilaksanakan lebih
efektif dan efisien meliputi:
 Design Organization Structure (Desain Struktur Organisasi),
 Menentukan job description dari masing-masing jabatan untuk mencapai sararan
organisasi;
3
Wiludjeng, Sri. Pengantar Manajemen( Yogyakarta: Garaha Ilmu,2007)
 Delegating Responsibility and Authority (mendelegasikan tanggung jawab dan
wewenang) menetapkan pertangungjawaban untuk hasil yang dicapai;
 Estabilishing Relationship (menetapkan hubungan-hubungan yang membedakan
antara atasan dan staff);
 Mendeskripsikan hal-hal yang dianggap efektif sehubungan dengan pemanfaatan
sumber daya manusia guna pencapaian sasaran.
4. Mengawasi (Controlling)
Melakukan pengawasan, pengendalian dan pengamatan meliputi:
 Developing Performance Standard (perkembangan pekerjaan);
 Measuring Performance (pengukuran hasil pekerjaan);
 Taking Corrective Action (melakukan tindakan perbaikan dan mengoreksi kesalahan)
Setiap fungsi manajemen atau seorang manajer harus mempunyai keempat keahlian
diatas dan harus mampu menerapkannya dalam suatu kegiatan organisasi yang terpadu untuk
mencapai tujuan utama perusahaan sesuai dengan prinsip manajemen.

D. Jenis-jenis Perencanaan dalam Perusahaan4


Jenis-jenis Perencanaan dalam perusahaan menurut Marwan Asri dan John
Suprihanto (dalam staff.uny.ac.id) jika dilihat dari tingkat hirarkinya dapat dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu Perencanaan Strategis, Perencanaan Taktis dan Perencanaan Operasional.
Berikut ini penjelasan singkat mengenai ketiga Perencanaan tersebut.
1. Perencanaan Strategis (Strategic Plans)
Perencanaan Strategis atau Strategic Planning menentukan kerangka visi suatu
organisasi dan cara-cara yang harus dilakukan oleh Organisasi tersebut untuk merealisasikan
visinya. Jangka waktu Perencanaan Strategis sekitar 3 tahun hingga 5 tahun (Jangka panjang).
Perencanaan Strategis menentukan tujuan jangka panjang suatu organisasi/perusahaan serta
strategi dan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Tujuan
Organisasi atau Tujuan Perusahaan yang ditetapkan merupakan penentuan arah perusahaan
secara keseluruhan sehingga Perencanaan Strategis ini dilakukan oleh Manajemen Puncak
atau Top Management Perusahaan. Perencanaan Strategis harus memiliki fleksibilitas dan
dapat mengakomodasi perkembangan organisasi di kemudian hari. Perencanaan Strategis ini

4
Rusdiana, H. A. Kewirausahaan Teori dan Praktek.( Bandung : Pustaka Setia,2014).
harus berisi kerangka kerja dan memberikan arah yang jelas untuk perencanaan di tingkat
yang lebih rendah.
2. Perencanaan Taktis (Tactical Plans)
Perencanaan Taktis atau Tactical Plans adalah Perencanaan yang memuat taktik-taktik
para manajer untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah direncanakan oleh Top
Management (Manajemen Puncak) dalam perencanaan strategis. Perencanaan Taktis
merupakan Perencanaan Jangka Menengah (biasanya kurang dari 3 tahun) yang dibuat dan
dikembangkan oleh Manajer tingkat menengah atau kepala bagian/kepala divisi. Perencanaan
Taktis merinci setiap tindakan yang harus dilakukan oleh setiap bagian/divisi dalam rangka
pencapaian sasaran yang ditetapkan oleh Top Management pada Perencanaan Strategisnya.
Perencanaan Taktis juga merencanakan pengalokasian sumber daya dan tugas-tugas untuk
setiap sub-unit dari masing-masing divisi atau departemen.

3. Perencanaan Operasional (Operational Plans)


Perencanaan Operasional merupakan Perencanaan yang berjangka waktu pendek
(kurang dari satu tahun), Tindakan-tindakan pada Perencanaan Operasional ini dirancang dan
dikembangkan spesifik untuk mendukung perencanaan strategis (Strategic Plans) dan
perencanaan Taktis (Tactical Plans). Perencanaan Operasional ini dilakukan pada karyawan di
tingkat terendah dari organisasi. Membuat perencanaan kecil sebuah organisasi dan merinci
bagaimana tujuan akan dicapai. Bahkan, semua titik dasar perencanaan terjadi di tingkat
operasional, yang sangat mempengaruhi dan menentukan, bersama dengan, hasil taktik.

Hambatan dalam Kegiatan Perencanaan


1. Ada 2 jenis hambatan dalam pengembanganan rencana efektif, yaitu :
2. Penolakan internal para perencana terhadap penetapan tujuan dan pembuatan rencana
untuk mencapainya.
3. Keengganan umum para anggota organisasi untuk menerima perencanaan karena
perubahan–perubahan yang ditimbulkanya.
4. Adapula hambatan hambatan dalam pembuatan rencana efektif, yaitu
Karena penetapan tujuan merupakan langkah esensi pertama dalam perencanaan, para
manajer yang tidak dapat menetapkan tujuan yang cukup significant akan gagal untuk
membuat perencanaan efektif. Berikut adalah alasan–alasan manajer ragu/gagal
menetapkan tujuan, yaitu :
5. Kurang pengetahuan tentang organisasi
6. Kurang pengetahuan tentang lingkungan
7. Ketidak mampuan melakukan peramalan secara efektif
8. Kesulitan perencanaan operasi operasi yang tidak berulang
9. Biaya
10. Takut gagal
11. Kurang percaya diri
12. Ketidaksediaan untuk menyingkirkan tujuan–tujuan alternative
13. Selain itu hambatan-hambatan dalam perencanaan efektif juga terjadi karena adanya
masalah kontemporer atau kelamahan dalam perencanaan itu sendiri. Berikut adalah
kritik kontemporen dalam perencanaan :
14. Perencanaan dapat menyebabkan kekakuan
15. Rencana tidak dapat dikemangkan untuk lingkungan yang dinamis
16. Rencana foral tidak dapat mengganti intuisi dan kreativitas
17. Perencanaan memfokuskan perhatia manajer pada persaingan dewasa ini, bukan
kemampuan bertahan hidup esok.
18. Perencanaan formal memperkuat kesuksesan, yag dapat menimbulkan kesalahan
19. Hanya perencanaan belumlah cukup.

E. Tujuan Pengorganisasian5
Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan penuh tanggungjawab. Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota organisasi
dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-
tugas yang dibebankan. Apabila pengorganisasian itu dilakukan secara serampangan, tidak
sesuai dengan bidang keahlian seseorang, maka tidak mustahil dapat menimbulkan
kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan itu. Ada beberapa tujuan pengorganisasian,
yaitu:
1. Membantu Koordinasi
Memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja secara koordinatif agar tujuan organisasi
dapat melaksanakan dengan mudah dan efektif. Koordinasi dibutuhkan tatkala harus
membagi unit kerja yang terpisah dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satu organisasi.
2. Memperlancar Pengawasan

5
Rusdiana, H. A. Kewirausahaan Teori dan Praktek.( Bandung : Pustaka Setia,2014)
Membantu pengawasan dengan menempatkan seorang anggota manajer yang
berkompetensi dalam setiap unit organisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan
di dalam organisasi secara keseluruhan sedemikian rupa agar dapat mencapai sasaran
kerjanya walaupun dengan lokasi yang tidak sama. Unit-unit operasional yang identik
dapat disatukan dengan sistem pengawasan yang identik pulasecara terpadu.

3. Maksimalisasi Manfaat Spesialisasi


Membantu seorang menjadi lebihahli dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu. Spesialisasi
pekerjaan dengan dasar keahlian dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi,
sehingga kemanfaatan produk dapat memberikan kepuasan dan memperoleh kepercayaan
masyarakat pengguna.
4. Penghematan Biaya
Tumbuh pertimbangan yang berkaitan dengan efisiensi. Dengan demikian pelaku organisasi
akan selalu berhati-hati dalam setiap akan menambah unit kerja baru yang notabene
menyangkut penambahan tenaga kerja yang relatif banyak membutuhkan biaya
tambahanberupa gaji/upah. Penambahan unit kerja sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan
nilai sumbangan pekerja baru dengan tujuan untuk menekan upah buruh yang berlebihan.
5. Meningkatkan kerukunan hubungan antar manusia
Masing-masing pekerja antar unit kerja dapat bekerja saling melengkapi, mengurangi
kejenuhan, menumbuhkan rasa saling membutuhkan, mengurangi pendekatan materialistis.
Untuk ini pihak manajer harus mampu mengadakan pendekatan sosial dengan penanaman
rasa solidaritas dan berusaha menampung sertamenyelesaikan berbagai perbedaan yang
bersifat individual.

F. Teori Motivasi dan Teori Kepempimpinan6

6
Wahyu, Fitri. 2012. Jurnal: Teori Motivasi Kerja Dan Teori Kepempimpinan. Yogyakarta: UNY.
1. Teori Motivasi
Adapun tingkatan teori tersebut adalah (WahyuFitri. 2012):
a. Teori Abraham H. Maslow
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.Maslow pada intinya berkisar
pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
 Fisiologis
Keamanan, keselamatan dan perlindungan
 Sosial, kasih sayang, rasa dimiliki
 Penghargaan, rasa hormat internal seperti harga diri, prestasi
Aktualisasi diri, dorongan untuk menjadi apa yang mampu ia menjadi.
Menurut maslow, jika seorang pimpinan ingin memotivasi seseorang, maka ia perlu
memahami sedang berada pada anak tangga manakah posisi bawahan dan memfokuskan pada
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu atau kebutuhan dia atas tingkat itu.
Teori yang sangat berpengaruh dalam teori humanistic ini adalah Theory of Human
Motivation yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (1954). Maslow mengemukakan
gagasan hirarki kebutuhan manusia, yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu deficiency
needs dan growth needs. Deficiency needs meliputi (dari urutan paling bawah) kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, dan kebutuhan akan
penghargaan.
b. Teori Motivasi – Higiene
Dikemukakan oleh psikolog Frederick Herzberg, yang mengembangkan teori
kepuasan yang disebut teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor
yang membuat orang merasa tidak puas atau faktor-faktor motivator iklim baik atau
ekstrinsik-intrinsik tergantung dari orang yang membahas teori tersebut.
Ilmuwan ini telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi
Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi,
yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini yang
dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya
intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan
faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan
seseorang.

c. Teori Motivasi kebutuhan McClelland


Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi
merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu
tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek
fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen
mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.
Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan
pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
2. Teori Kepempimpinan
Teori-teori ini adalah (Wahyu Fitri. 2012):
a. Teori Atribut Kepemimpinan
Teori atribusi kepemimpinan mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata merupakan
suatu atribusi yang dibuat orang atau seorang pemimpin mengenai individu-individu lain
yang menjadi bawahannya. Beberapa teori atribusi yang hingga saat ini masih diakui oleh
banyak orang yaitu:
 Teori Penyimpulan Terkait (Correspondensi Inference), yakni perilaku orang lain
merupakan sumber informasi yang kaya.
 Teori sumber perhatian dalam kesadaran (Conscious Attentional Resources) bahwa
proses persepsi terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamatan).
 Teori atribusi internal dan eksternal dikemukakan oleh Kelly & Micella, 1980 yaitu
teori yang berfokus pada akal sehat.
b. Teori Kepempimpinan Karismatik
Teori kepemimpinan karismatik dari House menekankan kepada identifikasi pribadi,
pembangkitan motivasi oleh pemimpin dan pengaruh pemimpin terhadap tujuan- tujuan dan
rasa percaya diri para pengikut. Teori atribusi tentang karisma lebih menekankan kepada
identifikasi pribadi sebagai proses utama mempengaruhi dan internalisasi sebagai proses
sekunder. Teori konsep diri sendiri menekankan internalisasi nilai, identifikasi sosial dan
pengaruh pimpinan terhadap kemampuan diri dengan hanya memberi peran yang sedikit
terhadap identifikasi pribadi. Sementara itu, teori penularan sosial menjelaskan bahwa
perilaku para pengikut dipengaruhi oleh pemimpin tersebut mungkin melalui identifikasi
pribadi dan para pengikut lainnya dipengaruhi melalui proses penularan sosial.
c. Teori Kepempimpinan Transformasi
Pemimpin pentransformasi (transforming leaders) mencoba menimbulkan kesadaran para
pengikut dengan mengarahkannya kepada cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi.
Burns dan Bass telah menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam organisasi dan
membedakan kepemimpinan transformasional, karismatik dan transaksional. Pemimpin
transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya
pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan
menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut
merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi
untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional
dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang
diindividualisasi serta stimulasi intelektual.

DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, dkk. 2004. Pengantar Manajemen.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wiludjeng, Sri. 2007. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Garaha Ilmu

Wahyu, Fitri. 2012. Jurnal: Teori Motivasi Kerja Dan Teori Kepempimpinan. Yogyakarta:
UNY.

Rusdiana, H. A. 2014. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Bandung : Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai