Anda di halaman 1dari 21

PEMBACAAN RONTGENT

Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran pada bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. Membaca Rontgen kepala, Cervical, Thorax, Abdomen, Ct-Scan tanpa kelainan


2. Membaca Rontgen kepala, Cervical, Thorax, Abdomen, Ct-Scan dengan kelainan (Pasien
dengan Trauma)

A. KEPALA dan TULANG


Fraktur pada tengkorak dapat berupa:
1. Fraktur impresi
2. Fraktur linear
3. Fraktur diastasis

Penilaian radiologi muskuloskeletal


1. adequency: pada radiografi muskuloskeletal yang adekuat, dapat di bedakan korteks,
dan medula tulang, terlihat trabekula, dan jaringan lunak
2. aligenment: di nilai kesegarisan antara tulang satu dengan yang lain pada persendian
3. Bones: dinilai bentuk, ukuran, batass, kontur dan densitas tulang
4. cartilage: dinilai tulang rawan dan persendian
5. soft tissues: di periksa adanya benda asing, pembengkakan, klasifikasi, penulangan

Teknik pemotretan
bila secara klinis di duga adanya fraktur harus di buar 2 foto, yaitu Anterior pasterior dan
lateral (AP/LAT) bila tidak mungkin misalnya keadaan umum pasien tidak mengizinkan
maka di buat 2 proyeksi tegak lurus satu sama lain. persendian proksimal dan distal harus
tampak pada foto

Interpretasi foto X-Ray

 Periksa adanya benda asing


 posisi fraktur
Sebatang tulang panjang terbagi menjadi 3 bagian, (bayangkan tulang panjang di bagi
3 bagian) yaitu :
1. 1/3 Proximal (1/3 bagian atas)
2. 1/3 Medial (1/3 bagian tengah)

3. 1/3 Distal (1/3 bagian bawah)


pada kasus fraktur, hal yang perlu di deskripsikan adalah: EFER (Environment, Fracture
Line, Extend, Relationship)
Enveronment (berdasarkan adanya luka/kontak dengan lingkungan):
1. Fraktur Terbuka: Bila terdapat luka dimana fragmen tulang mendesak ke otot dan
kulit sehingga adanya hubungan dengan dunia luar
2. Fraktur Tertutup: Dimana fraktur tidak disertai dengan adanya robekan jaringan kulit
sehingga ujung – ujung fragmen yang patah tidak langsung berhubungan dengan
dunia luar.

Fracture line (bentuk garis fatahannya):


1. Fraktur Transversal, fraktur yang memotong lurus pada tulang.
2. Greenstik, fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok.
3. Fraktur Spiral, fraktur yang berputar mengelilingi tungkai tulang.
4. Fraktur Obliq / miring, fraktur yang arahnya membentuk sudut melintasi tulang.
5. Fraktur Segmental, fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.
6. Fraktur Depresi, fraktur yang terjadi pada sebagian atau beberapa bagian tulang yang
tidak dapat digerakan (banyak dijumpai pada tulang tengkorak dan tulang muka).
7. Fraktur Kompresi, fraktur dimana permukaan tulang terdorong kearah permukaan
tulang lain.
8. Fraktur Avulsi, fragmen tulang tertarik oleh ligamen.
9. Fraktur Dislokasi, fraktur dengan komplikasi keluarnya atau terlepasnya tulang dari
sendi.
Extend (luas frakture)
1. Fraktur In-komplit, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tilang, sebagian
lagi biasanya hanya retak.
2. Fraktur Komplit, garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen
– fragmen tulangnya biasanya tergeser.
Relationship (hubungan) bergeser atau tidak: kalau bergeser displaced, kalau tidak
bergeser non displaced
B. CERVICAL
1. Hiperfleksi
2. Fleksi-rotasi
3. Hiperekstensi
4. Ekstensi-rotasi
5. Kompresi vertical

Beberapa kelainan yang sering ditemukan pada foto rontgen Cervical:


1. X ray cervical: listhesis VC4-VC5
2. Spinal cord injury: MRI: medulla spinalis putus

C. THORAX
Yang perlu diperhatikan dalam membaca rontgent thorax yaitu:
1. Perhatikan terlebih dahulu identitas pasien dan nomer rekam medis apakah sesuai
atau tidak.
2. Perhatikan tanda R (right) dan L (left) apakah posisi foto rontgen sudah benar.
3. Apakah eksposure sinar X-ray cukup atau berlebih atau kurang. Eksposure yang
cukup ditandai dengan os vertebralis thorakalis tampak terlihat sampai thorakalis ke
5. Eksposure yang berlebih akan menyebabkan hulangnya gambaran dari paru
sehingga tidak bisa terbaca. eksposure yang kurang akan menyebabkan paru tampak
putih (radiolusen) sehingga tidak bisa dibaca atau misdiagnosis.
4. Perhatikan posisi foto rontgen apakah berdiri atau berbaring. Bisa dilihat dari letak os
scapula.Jika os scapula di lateral maka posisi pasien berdiri. Posisi berdiri biasanya
dengan proyeksi posterior-anterior (PA). Posisi berbaring dengan proyeksi anterior-
posterior (AP)
5. Perhatikan apakah foto thorak cukup inspirasi atau tidak. Inspirasi yang cukup bisa
dilihat dari batas diafragma di antara sela iga 5 dan 6.
6. Perhatikan jalan napas. Trakea tampak sebagai radioopage diantara os vertebralis.
Normal berada di tengah os vertebralis.
7. Perhatikan tulang-tulang clavicula, scapula, sternum dan iga. Apakah terdapat fraktur.
Juga lihat sela iga apakah simetris atau mengalami penyempitan atau pelebaran. sela
iga yang menyempit bisa disebabkan ateletaksis. Sela iga yang melebar bisa
menggambarkan adanya pneumothorak atau emfisema.
8. Lihat posisi diafragma apakah simetris. lihat sudut diafragma dengan sela iga (sudut
costophrenicus) kanan dan kiri. Normalnya kedua sudut costophrenicus tampak
tajam. Jika tumpul mungkin terdapat efusi pleura.
9. Lihat udara di lambung. Normal terdapat di sebelah kiri bawah foto rontgen thorak.
10. Perhatikan gambaran paru apakah terdapat radio opaque atau radio lusen. Gambaran
radio lusen dengan air fluid level bisa merupakan efusi plura atau kista paru.
gambaran radio opaque tanpa gambaran corakan pembuluh darah bisa merupakan
pneumothorak. konfirmasi dengan pemeriksaan fisik dan kalau perlu foto thorak
lateral atau dekubitus.

Cara menilai Jantung pada Chest X-ray


1. Tentukan terlebih dahulu batas jantung kanan dan kiri. Batas jantung kanan normal
sejajar dengan garis parasternal kanan. batas jantung kiri normal kira-kira sejajar
dengan garis mid clavicula kiri.
Menentukan Cardiac-Thorasic Ratio

2. Tentukan rasio cardiac-thorasic (Cardiac Thoracic Ratio). Normal pada posisi berdiri
< 50% dan pada posisi berbaring < 55%. Jika lebih dari itu dikatakan kardiomegali.
Jika terdapat kardiomegali, lihat batas kiri bawah jantung dengan diafragma. Jika
tampak tertanam (grounded) dengan sudut yang tumpul dapat dikatakan pembesaran
ventrikel kiri. Jika tampak membulat (rounded) dengan sudut yang tajam dapat
dikatakan pembesaran ventrikel kanan. Kardiomegali berbentuk sepatu boot (Boot
shape) merupakan gambaran khas penyakit jantung hipertensi, kardiomegali
berbentuk tabung enlemeyer bisa jadi gambaran kardiomiopati atau efusi perikard
massif.

Selanjutnya jantung, nilai besar dan ukurannya, normal atau tidak. Ukuran bisa kita
nilai dengan menghitung CTR (Cardio Thoracic Ratio), normalnya pada orang
dewasa adalah 48%-50%, sedangkan pada anak-anak sebesar 52%-53%. Cara
menghitungnya adalah (a + b) : c.
1. aortic knuckle; 2. main pulmonal artery; 3. left appendage atrium 4. left ventricle; 5.
right atrium; 6. ascending aorta; 7. superior vein cava; 8. left atrium under carina; 9. right
ventricle; 10. arcus aorta; 11. bifurcation pulmonal artery; 12. left atrium; 13. left
ventricle
A.ascenden aorta, AA. arcus aorta, Az. azigous vein, LB. left border pulmonal
arteri, PA. main pulmonal artery, LA. left atrium, LV. left ventricle, RA. right
atrium, S. superior vein cava, SC. subclavia artery
3. Nilai struktur jantung, dari batas kiri jantung kita bisa tentukan dari atas ke bawah :
arcus Aorta-conus Pulmonalis-Atrium kiri-Left Ventrikel (disingkat APAL). Aorta
yang menonjol / prominen bisa jadi mengalami elongatio aorta. juga sering ditemukan
kalsifikasi aorta. biasanya pada pasien hipertensi kronik. Conus pulmonalis
merupakan gambaran dari main arteri pulmonal yang jika menonjol bisa jadi terdapat
hipertensi arteri pulmonal seperti pada pasien mitral stenosis, Atrial Septal Defect
(ASD) dan Primary Pulmonal Hypertension (PPH). Atrium kiri jika membesar akan
tampak gambaran double contour yang terlihat di batas jantung kanan. Double
contour terbentuk dari gambaran atrium kanan dan atrium kiri yang membesar.
Gambaran mitral heart configuration merupakan perpaduan gambaran kardiomegali
rounded dengan double contour yang merupakan ciri khas dari mitral stenosis. Dari
batas kanan jantung, kita bisa tentukan vena kava superior, aorta ascendens dan
atrium kanan.
4. Selain struktur jantung, kita juga harus menilai pembuluh darah yang terdapat di paru.
Kardiomegali berbentuk grounded dengan gambaran paru cefalisasi atau bat wing
bisa jadi gagal jantung kiri disertai edema paru. Kardiomegali berbentuk tabung
enlemeyer dengan gambaran paru yang bersih merupakan gambaran efusi perikard
massif atau tamponade jantung.

Beberapa kelainan yang sering ditemukan pada foto rontgen thorax:


1. Pneumotoraks: tampak bayangan hiperlusen (avaskuler) pada paru kanan ec fraktur
costa
2. Kontusi paru: fraktur costa, ada infiltrat di paru
3. Hidropneumotoraks: effusi pleura dan pnemotoraks, gambaran air fluid level (garis
mendatar di sisi kiri) menandakan udara diatas cairan
4. Right hemotoraks: opaq pada paru kanan, darah mengisi cavum pleura

D. ABDOMEN
1. Kontras
Dapat dilakukan dengan barium sulfat
2. Tanpa Kontras
Sering kali disebut foto polos abdomen

BNO (Bulk, nier, oberzicht)

Persiapan sebelum BNO

 Pasien di puasakan terlebih dahulu sebelum dilakukan foto untuk mengosongkan


isi usus dari feses sehingga tidak menghalangi dari kontur ginjal.
 Dapat diberikan 2 tablet dulcolax pada malam hari sebelum dilakukan
pemeriksaan BNO
 Kemudian pasien dipuasakan pada malam hari sebelum pemeriksaan

Syarat Foto BNO :

 Identitas pasien
 Diafragma dan simfisis pubis harus terlihat
 Dinding perut harus terlhat.

Hal-hal yang dinilai dalan Foto BNO.


1. Pre-peritoneal fat line

Pre-peritoneal fat line merupakan jaringan lemak yang memberikan bayang


radilusent di bagian lateral abdomen, yang berjalan dari atas ke bawah sepanjang
dinding abdomen tersebut.

2. PSOAS line

Merupakan bayanag opak yang dibentuk oleh Musculus PSOAS. Dari thorakal 12
sampai ke art. sacroiliaka. Keperluannya adalah untuk menilai reaksi / proses
retro peritoneal.

3. Kontur ginjal.

 Tampak jelas bila persiapan BNO dilakukan dengan benar.


 Batas kontur ginjal adalah: pool atas setinggi TH 12 dan Pool bawah setinggi
L3. Dimana ginjal kanan lebih rentah kira-kira 1 corpus vertebre dari ginjal
kiri.

4. Bayangan opak disepanjang traktus urinarius. Untuk menilai adanya batu.

IVP

Pemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan kontras secara


intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial yang disesuaikan
dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih.
Indikasi pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu
ginjal, konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak
terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Pemeriksaam PIV memerlukan persiapan yaitu :
1. 2 hari sebelum foto PIV penderita hanya makan bubur kecap
2. Minum air putih yang banyak
3. Jam 24.00 WIB minum obat pencahar/laksans untuk membersihkan kolon dari feses
yang menutupi daerah ginjal.
4. Selanjutnya puasa sampai dilakukan foto
5. Dilarang banyak bicara untuk mengurangi udara (gas) dalam lambung dan usus.
Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk
mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua
ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Sebelum pasien disuntikkan urofin
60% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Jika pasien alergi terhadap kontras
maka pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.
Dosis urografin 60 mg % untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu diberikan dosis
rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky anteroposterior
abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15 menit, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera
setelah pasien disuntik kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit.
Kemudian bendunag dibuka, langsung dibuat foto di mana diharapkan kedua ureter terisi.
Dilanjutkan dengan foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam.

Menurut Meschan, digunakan film bucky antero-posterior abdomen setelah penyuntikan,


ulangi pemotretan film antero-porterior abdomen dengan jarak waktu setelah disuntik
kontras intravena, masing-masing 4 menit, 8 menit, 25 menit, foto terlambat jika
konsentrasi dan eksresi sangat kurang pada 1-8 jam. Foto terakhir biasanya film berdiri.
Pada pasien hipertensi, film harus dibuat setelah penyuntikan 30 detik sampai 1 menit,
dan tiap-tiap menit setelah itu, untuk 5 menit pertama.

Beberapa ahli menyatakan bahwa PIV masih merupakan pencitraan yang terbaik untuk
memberikan gambaran secara vertikal mengenai struktur anatomi dari saluran kemih.
Akan tetapi kurang disukai karena adanya risiko alergi terhadap zat kontras.

Syarat-syarat seseorang boleh melakukan IVP yakni:


1. Tidak memiliki riwayat alergi
2. Fungsi ginjalnya baik. Cara untuk mengetahuinya yakni dengan mengukur kadar
BUN atau kreatininnya (<2). Karena kontras itu bersifat nefrotoksik dan dikeluarkan
lewat ginjal, jadi apabila ginjal rusak atau tidak berfungsi, akan sangat berbahaya bagi
pasien.
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi dari
traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi:
1. Kelainan kongenital
2. Radang atau infeksi
3. Massa atau tumor
4. Trauma

Pada pielografi normal akan diperoleh gambaran bentuk ginjal seperti kacang. Kutub
( pool ) atas ginjal kiri setinggi Th.11, bagian bawah, batas bawah setinggi korpus
vertebra L3. Ginjal kanan letaknya kira-kira 2 cm lebih rendah daripada yang kiri. Pada
pernafasan, kedua ginjal bergerak dan pergerakan ini dapat dilihat dengan fluoroskopi.
Arah sumbu ke bawah dan lateral sejajar dengan muskuli psoas kanan dan kiri. Dengan
adanya lemak perirenal, ginjal mendapat lebih jelas terlihat. Hal ini terutama dapat
dilihat pada orang gemuk. Pelvis renalis kemudian dilanjutkan dengan kalik
mayor, biasanya Dari kalik mayor dilanjutkan dengan kalik minor.
Jumlahnya bervariasi antara 6-14. Kedua ureter berjalan lurus dari pelvis renis ke
daerah pertengahan sakrum dan berputar ke belakang lateral dalam suatu arkus, turunke
bawah dan masuk ke dalam dan depan untuk memasuki trigonum buli- buli.

Tiga tempat penyempitan ureter yang normal, yaitu pada sambungan pelvis dan
ureter dengan buli-buli, dan ada persilangan pembuluh darah iliaka.

ivp menit ke 5

Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi nefrogram dan
sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal kanan dan kiri yang
terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-sedang saja. Pada menit ke-5,
contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit yang ada di ren, misalnya
pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.
5.

Menit ke 15
Penilaian ureter:
1. Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan kontraksi ureter
saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2. Posisi ureter
3. Kaliber ureter. Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm
4. Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu. Contoh penyakit pada
menit ke 15 diantaranya: hidroureter, ureterolithiasis, ureteritis.
5.
Menit ke 45 : Menilai buli-buli
1. Apakah dinding buli reguler? adakah additional shadow (divertikel) ataupun filling
defect (masa tumor) dan indentasi prostat.
gambaran dinding yang menebal ireguler dicurigai adanya sistitis kronis.
2. Contoh penyakit pada menit ke 45 yaitu cystitis, pembesaran prostat, massa
vesikolithiasis

3.
POST MIKSI
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli minimal?
Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan apakah terdapat
sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang lemah.Normalnya yaitu
sisa 1/3 dari buli-buli penuh

E. CT-SCAN
Yang perlu diperhatikan dalam membaca CT-Scan yaitu:
1. Menentukan CT Scan dengan atau tanpa kontras, biasanya kasus cedera kepala tanpa
kontras.
2. Menentukan dengan tepat identitas pasien,diagnosa, jam dan tanggal pembuatan
sesuai dengan pasien yang ada.
3. Membaca CT Scan dari lapisan luar kepala menuju ke lapisan dalam, Scalp→ Tulang
→ parenkim. Pada pembacaan Scalp, mencari adanya chephal hematom, dan tentukan
dengan tepat bagian mana yang terkena. Pada pembacaan Tulang, mencari adanya
tanda fraktur, impresi atau linier, bedakan dengan garis sutura yang ada. Pada
pembacaan parenkim, mencari adanya perdarahan epidural, subdural, contusional,
intraserebral, intraventrikel, hidrochepalu. Pada pengukuran adanya perdarahan, yang
diperhatikan adalah ketebalan hematom pada slice yang paling tebal, pengukuran
volume= (jumlah slice x tebal x panjang) : 2
semua ukuran dalam cm, yang di foto CT Scan biasanya mm, dikonversi menjadi cm.
Pergeseran/midline Shift dapat dihitung dengan menarik garis lurus dari crista galli ke
Protuberansia oksipitalis interna, tegak lurus dengan septum pellucidum.
Epidural Hematom
hiperdens biconcav (cembung), pergeseran midline shift
Subdural Hematom
hiperdens cekung mengikuti lengkung cranium dengan pergeseran midline shift

(gambar pertama merupakan perdarahan akut subdural, sedangkan kedua kronis, coba
bayangkan anatominya.maka akan lebih mudah mengingatnya.cirinya adalah bentuk
bulan sabit, walaupun tidak selalu)
Subarakhnoid Hemorrhage
hiperdens mengisi falx cerebri (liat daerah fissure silvii)

(di sebelah kanan merupakan epidural hematom, dan sebelah kiri merupakan
subarakhnoid hematom, sekali lagi bayangkan anatominya).

Contusio hepar: terdapat gambaran ruptur hepar


Pneumoperitoneum: terdapat gambaran udara di bawah lengkung diafragma kanan
(yang seharusnya tidak ada dan seharusnya diisi hepar)

4. Mencari tanda patah tulang basis, terlihat dari adanya fraktur pada os.sphenoid,
os.petrosa,os.paranasalis dan perdarahan sinus.
5. Menentukan tanda edema otak, dapat terlihat dari adanya 3 hal yaitu:
1. melihat sistem ventrikel yang ada
2. melihat sistem sisterna, terutama sisterna basalis
3. melihat adanya perbedaan lapisan white matter dan grey matter
6. Kesimpulan hasil pembacan, disebutkan dari yang paling memiliki arti klinis penting
diikuti oleh hal yang lain. Contoh : EDH pada Fronto Temporo Parietal D, tebal 2 cm,
vol 50cc, menyebabkan pergeseran/midline shift ke S sebesar 1cm, edema serebri,
FBC.

Anda mungkin juga menyukai