Anda di halaman 1dari 8

HEPATITIS

A. Definisi
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan
oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati. Hepatitis
virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus, identifikasi virus
penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C, D, E, F dan G terhitung
kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut (Ester, 2002). Hepatitis virus adalah istilah
yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel
hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang khas.
(Brunner & Suddarth, 2002)

B. Klasifikasi
1. Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi oral-
fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh
berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis.
Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2. Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan
seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah,
pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang
terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria
homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang
terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa. Masa inkubasi
mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
3. Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara
yang sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling
sering terinfeksi adalah pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah,
potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat
yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
4. Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap infeksi
kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV,
dan darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya individu
yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui secara pasti. HDV ini
meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau
perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk, dan paling
sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan hepatitis F dan G
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan hepatitis G
gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C.
Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui
transfusi darah jarum suntik.

C. Epidemiologi
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya (Sudoyo,
2007). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati
bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan
gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu
gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut
kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata
tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis
biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan. (Smeltzer, 2002)

D. Etiologi
Secara umum hepatitis disebabkan oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan
sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling dikenal
adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut lebih disukai
daripada istilah lama yaitu hepatitis “infeksiosa” dan hepatitis “serum”, sebab kedua
penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan nonparental (Price dan Wilson, 2005:
243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk
respons terhadap reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat
idiopatik (Sue hincliff, 2000: 205).

E. Faktor resiko
a. Individu yang berpergian ke daerah yang mengalami kejadian Hepatitis
b. Tenaga kesehatan
c. Hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi

F. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional
dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.
Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena
invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati
yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di uluh hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam
kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam
darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

G. Manifestasi Klinis
1. Hepatitis Virus Akut
umumnya pada bayi dan anak kecil asimtomatik. Pada anak besar dan remaja dapat
terjadi prodormal infeksi viral sistemik seperti anoreksia, nausea, vomiting, fatigue,
malaise, artralgia, mialgia, nyeri kepala, fotofobia, faringitis, batuk dan koriza. Dapat
mendahului timbulnya ikterus selama 1-2 minggu. Apabila hepar sudah membesar
pasien dapat mengeluh nyeri perut kanan atas.
Dibedakan menjadi 4 stadium yaitu :
a. masa inkubasi
b. Masa inkubasi berlangsung 18- 20 hari, dengan rata-rata kuran dari 28 hari
Gejalanya fatique, malaise, nafsu makan berkurang, mual, muntah, rasa tidak
nyaman didaerah kanan atas, demam (biasanya < 39derajat celcius), merasa dingin,
sakit kepala,flu, nasal discharge, sakit tenggorok dan batuk.
c. Pra ikhterik (prodromal)
Masa prodormal terjadi selama 4 hari sampai 1 minggu atau lebih
d. Ikhterik
- dimulai urin berwarna kuning tua, seperti the atau gelap
- feses berwarna seperti dempul.
- Warna sclera dan kulit menjadi kuning
e. Fase penyembuhan
Penyakit ini biasanya sembuh sendiri, ikhterik menghilang dan warna feses kembali
normaldalam 4 minggu setelah enset.
2. Hepatitis Bacterial
a. penderita mengeluh panas, terutama pada malam hari
b. nafsu makan berkurang
c. kadang-kadang tidak dapat BAB
d. Air kencing berwarna seperti the dan bola mata tampak kekuningan
e. Lidah tampak kotor disertai tremor halus
f. Bibir penderita kering dan tampak kotor
3. Hepatitis Obat-Obatan
tanda dan gejalanya menggigil, pabnas, gatal-gatal yang tidak diketahui
penyebabnya dan juga mengeluh rasa pegal-pegal di sendi, dan otot-otot yang lain
dapat pula diketahui gejala prodormal seperti hepatitis virus akut
( Mansjoer,2000 )
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemerikasaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Price (2006):
a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
e. Alkali fostatase: Agak meningkat.
f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi
hati).
h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
j. Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
m.Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim.
o. Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.

I. Penatalaksanaan Medis
Dalam penatalaksanaan untuk penderita hepatitis dapat harus dilakukan sesuai
dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1) Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
a) Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kekecualian diberikan kepada
mereka dengan umur tua dan keadaan umum yang buruk.
b) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di berikan
infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori ( 30 – 35
kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1 gr/kg BB ). Pemberin lemak sebenarnya tidak
perlu dibatasi.
c) Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin darah.
Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang berkepanjangan, dimana
transamenase serum sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi. Pada
keadaan ini dapat diberikan prednisone 3 x 10 mg selama 7 hari kemudian dilakukan
tapering off.
1. Berikan obat – obat yang bersifat melindungi hati.
2. Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
3. Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan golongan
fenotiazin.
4. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Bila
pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penanganan seperti koma
hepatik.
2) Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein
selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita akibat rangsangan virus
atau akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat, anti gen, mitogen, dan polimer
sintetik. Interferon mempunyai efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.

Penatalaksanaan Keperawatan
a.Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran hati
kenaikan bilirubin kembali normal.
b.Nutrisi yang adekuat
c.Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga sehingga
diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi
sensori.
d.Pengendalian dan pencegahan

J. Komplikasi
Hepatitis fulminan ditandai dengan gejala dan tanda gagal hati akut, penciutan hati,
kadar bilirubin serum meningkat cepat,pemanjangan waktu protrombin dan koma
hepatikum. Prognosis adalah kematian pada 60-80% pasien. Komplikasi tersering
adalah perjalanan klinis yang lebih lama hngga berkisar dari 2-8 bulan. Sekitar 5-10%
paasien heatitis virus mengalami kekambuhan setelah sembuh dari serangan awal.
Sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif atau kronis aktif bila terjadi
kerusakan hati seperti digerogoti (piece meal) dan terjadi sirosis. Terapi kortikosteroid
dapat memperlambat perluasan cidera hati namun prognosisnya tetap buruk. Komplikasi
lanjut hepatitis yang bermakna adalah berkembangnya karsinoma heatoseluler
sekunder.
Komplikasi hepatitis menurut (Sudoyo, 2007)adalah:
1.Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2 Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3.Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti
oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut
yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Dahlan SM. 2009. Penelitian Diagnostik. Jakarta: Salemba Medika. hlm.4-73.

Ester, M. (2002). Book of Nursing Diagnosis Edisi 10. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal. Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. W. (2007). Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 1. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Wening, S. (2008). Care Your Self Hepatitis . Jakarta: Penebar Plus.

Mustofa S, Kurniawaty E. 2013. Manajemen gangguan saluran serna : Panduan bagi dokter
umum. Bandar Lampung: Aura Printing & Publishing. hlm.272-7

Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. 2006. Panduan tatalaksana infeksi hepatitis B kronik.
Jakarta: PPHI.

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Jakarta: EGC. hlm 485-90.

Anda mungkin juga menyukai