Anda di halaman 1dari 62

Kelompok Keahlian : Perancangan dan Kontruksi Mesin

ANALISA TEGANGAN STATIS PADA GANTRY CRANE


KAPASITAS 1,5 TON

Diajukan untuk menempuh Tugas Akhir


Program Studi Teknik Mesin Program S-1

Bayu Andrianto
2114151031

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2019
STATIC STRESS ANALYSIS ON GANTRY CRANES
CAPACITYOF 1,5 TONS

Submitted for the final assignment


mechanical engineering bachelor study program

Bayu Andrianto
2114151031

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

MAJORING IN MECHANICAL ENGINEERING


FACULTY OF ENGINEERING
UNIVERSITY OF JENDERAL ACHMAD YANI
BANDUNG
2019

2
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : ANALISA TEGANGAN STATIS PADA


GANTRY CRANE KAPASITAS 1,5 TON
PENYUSUN : BAYU ANDRIANTO
NIM : 2114151031
KELOMPOK KEAHLIAN : PERANCANGAN DAN KONTRUKSI MESIN

Bandung, Juni 2019


Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

War’an Rosihan, ST., MT Besse Titing Karmiati , ST., M. Eng.


NID : 412142964 NID : 412184585

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : ANALISA TEGANGAN STATIS PADA


GANTRY CRANE KAPASITAS 1,5 TON
PENYUSUN : BAYU ANDRIANTO
NIM : 2114151031
KELOMPOK KEAHLIAN : PERANCANGAN DAN KONTRUKSI MESIN

Bandung, Juni 2019


Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

War’an Rosihan, ST., MT Besse Titing Karmiati , ST., M. Eng.


NID : 412142964 NID : 412184585

Ketua Penguji,

War’an Rosihan, ST., MT


NID : 412142964

Ketua Jurusan Teknik

Wirawan Piseno,ST.,MT.
NID.412142964

ii
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani, yang bertanda tangan dibawah
ini saya :
Nama : Bayu Andrianto
Nim : 2114151031
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Jenderal Achmad Yani, hak bebas royalti non-eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisa Tegangan Statik
pada Gantry Crane Kapasitas 1,5 ton.
Dengan hak bebas royalti non - eksklusif ini Universitas Jenderal Achmad Yani berhak
menyimpan, mengalih – mediakan atau format, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data (database), mendistribusikannya dan menampilkan atau mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas
Jenderal Achmad Yani, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Dibuat di : Bandung
Pada Tanggal : 28 Juni 2019

Yang menyatakan

Bayu Andrianto
2114151031

iii
ABSTRAK

Gantry crane merupakan jenis crane portal dan crane tersbut bisa bepindah dari
tempat satu ke tempat yang lain. Di tempat kerja gantry crane ini sangat memudahkan
dan menjadi solusi agar bekerja bisa lebih cepat dan efisien di karenakan crane tidak
berebut dengan oprator lain. Permasalahn yang akan di angkat adalah kelayakan
kekuatan pembeban dan faktor keamanan gantry crane yang sehingga gantry crane
tetap dalam keadaan aman saat digunakan. Dalam proses analisa tegangan statis dapat
menggunakan software yang dapat menghitung lebih cepat dan akurat. Pada penelitian
ini dilakukan simulasi beberapa jenis pembebanan pada gantry crane. Hasil simulasi
tegangan statis pada gantry crane kapasitas 1,5 ton menggunakan software kemudian
akan di bandingkan dengan hasil perhitungan secara manual. Utuk kelayakan
penggunan gantry crane di tempat kerja.

Kata Kunci : Gantry crane, tegangan statis, solidwork

iv
ABTRACT

Gantry crane is a type of tall legged upright portal crane that lifts objects with a hoist
mounted on a hoist trolley and can move horizontally on a rail or a pair of rails
mounted under a beam or work floor. A gantry crane has the end of a support beam
resting on a wheeled upright foot running on a rail above a foundation, usually on a
parallel side wall of a factory or an equally large industrial building. So that all cranes
can be moved along the building. Static stress analysis on gantry cranes is one solution
to avoid work failure. So that the gantry crane remains safe when in use. In the process
of static stress analysis can use solidwork software and Autodesk Inventor 2016 which
can calculate faster and more accurately. In this study a simulation of several types of
loading on gantry cranes was conducted. The static stress simulation results on the
gantry crane with a capacity of 1.5 tons using solidwork software and Autodesk
Inventor 2016 will then be compared with the results of the calculation manually.

Keys Word : Gantry crane, static stress, solidwork

v
LEMBAR PERSEMBAHAN

Wahai orang – orang yang beriman ! Apabila dikatakan kepadamu “Berilah


kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang beriman
diantara kamu dan orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah
Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al-Mujahadah :11)

“Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju syurga”
(HR.Muslim)

Maha suci Engkau ya Allah…


Segala puji bagi Mu yang telah menganugrahkan nikmat yang tiada henti
Untuk hamba-hamba Mu.
Golongkanlah kami kedalam golongan hamba-Mu yang senantiasa bersyukur…

Teruntuk Apa dan Mamah


Yang dengan penuh cinta dan sayang membimbingku dalam mengenal hidup
“Ya Allah, sayangilah mereka seperti halnya mereka menyayangiku semenjak
kecil…”
Termasuk kakak dan adikku…
yang memberikan motivasi untuk menjadi sosok adik dan kakak teladan
Teruntuk sahabat-sahabatku
yang memberikan semangat dalam menuntut ilmu
Terimakasih atas setiap doa dan pengorbanan
“Ya Allah, ridhoilah setiap langkah dan perbuatan baik mereka”
(Aamiin Ya Rabbalamin)

vi
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, kemudahan, dan segala karuniaNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul “Analisis Pembebanan

Statik pada Gantry Crane Kapasitas 1,5 Ton”. Sholawat dan salam semoga tetap

tercurah limpahkan kepada nabi besar habibana wanabiyana Muhammad SAW,

teladan dan panutan sepanjang masa serta kepada keluarganya, sahabatnya dan

seluruh umatnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa tulisan dalm proses penyusunan tugas akhir ini

tentunya tidak terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan

untuk perbaikan tugas akhir ini. Semoga tulisan ini dapat memberi wawasan dan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan sumbangan ilmiah yang

sebesar – besarnya bagi kita semua. Amiin.

Bandung, Juni 2019


Penulis

Bayu Andrianto
2114151031

vii
UCAPAN TERIMA KASIH

Terselesainya penulisan skripsi ini adalah berkat dukungan dari semua

pihak, baik secara moril, materiil, tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebanyak –

banyaknya kepada :

1. Teman - teman seperjuangan Fakultas Teknik Mesin 2015 atas kebersamaan,

semangat serta saling transfer ilmunya.

2. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dalam proses penyusunan

skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu semoga Allah

membalas semua kebaikannya.

Terimakasih untuk semuanya. Semoga Allah yang Maha Melihat senantiasa

meridhoi segala aktivitas kita. Akhir kata, semoga karya sederhana ini menjadi ilmu

yang bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi amal kebaikan

bagi kita semua serta semoga segala ikhtiar penulis dalam menyusun skripsi ini

menjadi amal shaleh yang terus berbuah. Amiin.

Alhmadulillah hirobbil’alamin.

Bandung, Juni 2019


Penulis

Bayu Andrianto
2114151031

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................iii
ABSTRAK .............................................................................................................. iv
ABTRACT................................................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN ...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR SIMBOL .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2

1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 3

1.5 Metode Analisa Data ....................................................................... 3

1.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 3

1.7 Lokasi............................................................................................... 4

2. LANDASAN TEORI ................................................................................... 5


2.1 Fasilitas Transportasi dalam Lokasi dan Pesawat Angkut ............... 5

2.1.1 Jenis Fasilitas Transportasi dalam Lokasi ............................ 5

2.1.2 Karakteristik Fasilitas Transportasi Permukaan dan Overhead


............................................................................................. 6

ix
2.2 Perlengkapan Penanganan Bahan .................................................... 7

2.2.1 Pelengkapan pengangkat...................................................... 8

2.2.2 Perlengkapan Pemindahan ................................................... 9

2.2.3 Perlengkapan Permukaan dan Overhead ............................. 9

2.3 Gantry Crane .................................................................................. 10

2.3.1 Pengertian gantry crane ..................................................... 10

2.3.2 Komponen utama gantry crane ......................................... 11

2.3.3 Mekanisme gerakan gantry crane...................................... 11

2.4 Analisa Beban ................................................................................ 12

2.4.1 Jenis – jenis pembebanan .................................................. 12

2.5 Kesetimbangan............................................................................... 14

2.6 Prinsip Kesetimbangan Benda Tegar ............................................ 15

2.6.1 Jenis – Jenis Tumpuan ....................................................... 16

2.6.2 Jenis – Jenis Batang Tumpuan ........................................... 18

2.7 Analisa Tegangan dan regangan .................................................... 19

2.8 Jenis – jenis Tegangan .................................................................. 19

2.8.1 Tegangan normal ............................................................... 19

2.8.2 Tegangan Geser ................................................................. 21

2.9 Momen Inersia ............................................................................... 22

2.10 Displacement ................................................................................. 22

2.11 Faktor Keamanan (Factor of Safety) ............................................. 23

2.12 Diagram Benda Bebas (DBB) ........................................................ 23

2.13 Teori Kegagalan Struktur ............................................................ 24

2.14 Material ......................................................................................... 28

2.14.1 Kekuatan Bahan ................................................................. 28

2.14.2 Karakteristik Dasar Pemilihan Bahan ................................ 28

x
2.14.3 Jenis – Jenis Profil Baja Struktural .................................... 29

2.15 Solidwork ....................................................................................... 34

2.15.1 Pengertian solidwork.......................................................... 34

2.15.2 Fungsi solidwork................................................................ 35

2.15.3 Tampilan solidworks.......................................................... 35

3. METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 37


3.1 Diagram Alur Penelitian ................................................................ 37

3.2 Penjelasan Diagram Alur ............................................................... 38

3.2.1 Mulai .................................................................................. 38

3.2.2 Analisa Masalah ................................................................. 38

3.2.3 Pengumpulan Data ............................................................. 39

3.2.4 Hasil Pengumpulan Data ................................................... 39

3.2.5 Analisa perbandingan dengan Software ............................ 41

3.2.6 Kesimpulan ........................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 42

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Modus Kegagalan Komponen ................................................................... 24


Tabel 2.2 Ukuran Baja WF ........................................................................................ 30
Tabel 2.3 Ukuran Baja U Channel ( Kanal U , UNP ) .............................................. 31
Tabel 2.4 Ukuran baja CNP ....................................................................................... 32
Tabel 2.5 Ukuran baja RHS (Rectangular Hollow Section) ...................................... 33
Tabel 2.6 Ukuran Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed (Hollow Kotak)
................................................................................................................................... 34
Tabel 3.1 Tabel hasil pengumpulan data ................................................................... 39

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Tata-letak fasilitas transport antar departemen pada suatu pabrik ............. 6
Bagan 2.2 Jenis-jenis perlengkapan penanganan bahan ............................................... 7
Bagan 2.3 Jenis perlengkapan utama pengankat .......................................................... 8
Bagan 2.4 Jenis – jenis pada Crane............................................................................. 9
Bagan 2.5 Jenis - jenis perlengkapan permukaan dan overhead ................................ 10
Bagan 3.1 Diagram alur penelitian ............................................................................ 38

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gantry Crane .......................................................................................... 11


Gambar 2.2 Pembebanan Terpusat ........................................................................... 13
Gambar 2.3 Pembebanan Terbagi Merata................................................................. 13
Gambar 2.4 Pembebanan Bervariasi uniform ........................................................... 13
Gambar 2.5 Sumbu balok dengan lenturan murni .................................................... 14
Gambar 2.6 Tumpuan engsel .................................................................................... 16
Gambar 2.7 Reaksi gaya tumpuan engsel................................................................. 16
Gambar 2.8 Tumpuan Rol ......................................................................................... 16
Gambar 2.9 Reaksi gaya tumpuan rol ....................................................................... 17
Gambar 2.10 Tumpuan Jepit ..................................................................................... 17
Gambar 2.11 Reaksi gaya tumpuan jepit ................................................................... 17
Gambar 2.12 Batang tumpuan sederhana ................................................................. 18
Gambar 2.13 Batang kantilever ................................................................................. 18
Gambar 2.14 Batang Overhang ................................................................................. 18
Gambar 2.15 Batang menerus ................................................................................... 18
Gambar 2.16 Tegangan normal ................................................................................. 20
Gambar 2.17 Tegangan tarik ..................................................................................... 20
Gambar 2.18 Tegangan tekan ................................................................................... 21
Gambar 2.19 Tegangan lentur pada S- Beam ............................................................ 21
Gambar 2.20 Diagram benda bebas .......................................................................... 23
Gambar 2.21 Representasi teori tegangan normal maksimum ................................. 25
Gambar 2.22 Representasi teori tegangan geser maksimum .................................... 26
Gambar 2.23 Grafik representasi teori tegangan distorsi energy ............................... 27
Gambar 2.24 Grafik perbandingan teori distorsi dengan teori tegangan normal
maksimum dan tegangan geser maksimum ............................................................... 27
Gambar 2.25 Baja Wide Flange ................................................................................. 29
Gambar 2.26 Baja Channel ( Kanal U , UNP ) ......................................................... 30
Gambar 2.27 Baja Channel ( Kanal C, CNP ) ........................................................... 31
Gambar 2.28 Baja RHS (Rectangular Hollow Section) ............................................ 32
Gambar 2.29 Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed ( Hollow Kotak ) . 33

xiv
Gambar 2.30 Steel Pipe ........................................................................................... 34
Gambar 2.31Tampilan awal SolidWorks................................................................... 35

xv
DAFTAR SIMBOL

ε = regangan
δ = defleksi yang terjadi (mm)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
σ = tegangan (Pa)
ε = regangan
E = modulus elastisitas (Pa)
P = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
σn = tegangan normal (N/m2)
Fn = gaya normal (N)
A = luas penampang (m2)
σt = tegangan tarik (N/m2)
Ft = gaya tarik (N)
A = luas penampang (m2)
σp = tegangan tekan (N/m2)
Fp = gaya tekan (N)
σ = tegangan lentur (N/m2)
M = momen lentur (N.m)
y = jarak terjauh dari sumbu (m)
I = momen inersia (m4)
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)
δ = defleksi yang terjadi (mm)
P = gaya (N)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
E = Modulus elastis (Pa)
I = moment inersia (Nm)
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises
S = Effective stress (MPa)

xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 KARTU BIMBINGAN

xviii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi dampak serta
manfaat yang besar bagi manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini dapat
dilihat dengan semakin banyaknya peralatan yang telah dibuat oleh manusia. Peralatan
tersebut dibuat dengan berbagai model, bentuk serta kemampuan dari segi pemakaian
yang relatif lebih unggul dibandingkan dengan peralatan konvensional. Misalnya
dalam kehidupan sehari-hari, seringkali terdapat kebutuhan sederhana untuk
memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lainnya. Apabila pemindahan terjadi
pada benda yang besarnya di luar kemampuan manusia seperti di area perindustrian
diperlukan alat bantu supaya benda dapat dipindahkan (Kurniawan, 2014) (Imran &
Kadir, 2017). Alat bantu ini harus memiliki kemampuan memindahkan benda dengan
tepat, tidak menimbulkan kerusakan pada benda serta tidak menimbulkan kecelakaan
kerja (Sutanto & Soeharsono, 2014) (Imran & Kadir, 2017).
Dari sekian banyak jenis alat bantu atau mesin pemindah yang ada, pesawat
angkat merupakan salah satu jenis alat untuk mengangkat, memindahkan serta
menurunkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan jarak yang
sudah diatur dan ditentukan (Rudenko, 1996). Pesawat angkat sering digunakan di area
perindustrian seperti pada bidang jasa perbaikan rotating equipment. Pesawat angkat
yang digunakan memiliki ciri, cara kerja dan dimensi yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi lapangan, jumlah, profil, dan dimensi objek yang akan di angkut
(Rudenko, 1996). Crane termasuk salah satu contoh dari pesawat angkat yang
berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan objek yang tidak mampu dipindahkan
oleh manusia. Terdapat beberapa jenis crane seperti, Overhead Crane, Gantry Crane,
dan Tower Crane (Rudenko, 1996).
Pada analisa pembebanan statik crane, salah satu faktor yang paling penting
adalah kekuatan crane terhadap beban maksimum termasuk mengetahui area kritikal
yang terjadi pada crane. Ketidakakuratan pada perancangan dapat menyebabkan
kegagalan pada crane, bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja (Sutanto &
Soeharsono, 2014) (Imran & Kadir, 2017). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
untuk memperoleh kapasitas maksimum pembebanan crane yang dapat digunakan

1
dengan aman. Crane yang dirancang yaitu gantry crane. Pembuatan model geometri
dan analisis kekuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak solid
work. Gantry crane yang dirancang berkapasitas 1,5 ton.
Gantry crane tidak hanya digunakan untuk menggantung turbine pada saat
pelepasan tetapi digunakan pula untuk melakukan proses pelepasan disc turbine atau
impeller dan digunakan oleh beberapa operator lain untuk memudahkan pekerjaan
mereka. Apabila crane digunakan oleh operator lain maka pelepasan impeller atau disc
turbine terhambat dan tidak bisa dilakukan. Maka dari itu, untuk memudahkan shaft
rotor menggantung secara vertical dibuatlah gantry crane untuk melancarkan
pekerjan lainnya. Gantry crane ini disebut juga unstaking pit karena ukurannya yang
lebih kecil dan hanya diperuntukan dalam pengangkutan rotor comperssor dan rotor
turbine kecil.
Gantry crane dibuat tanpa perencanaan dan analisa yang matang, perencanaan
alat ini dibuat secara verbal dan diperkirakan mampu mengangkut beban sebesar 1.5
ton dalam jangka waktu beberapa lama, alat ini sering digunakan bersama
pengangkutan beban rotor yang bervariasi. Oleh karena itu, perlu adanya analisa lebih
lanjut mengenai apakah gantry crane ini mampu menahan beban statik yang bervarian
dan sejauh mana gantry crane ini dapat menahan beban sampai batas maksimalnya
dengan membandingkan perhitungan manual dan analisa menggunakan software, agar
mengetahui layak tidaknya gantry crane tersebut digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
permasalahan yaitu, mengetahui tegangan maksimal (σ max) yang diakibatkan oleh
beban, faktor keamanan dan presentase perbandingan antara perhitungan manual dan
simulasi software dengan standar material yang digunakan pada struktur rangka gantry
crane.

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui layak atau tidaknya gantry crane
digunakan di tempat kerja. Serta mendapatkan nilai distribusi tegangan yang terjadi
pada gantry crane, baik mendapatkan nilai Factor Of Safety (FOS), tegangan

2
maksimal (σ max) maupun area kritikal akibat pembebanan statis dengan
membandingkan hasil perhitungan manual dan simulasi software.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah yang dibuat pada karya tulis ini adalah hal-hal yang akan
membatasi permasalahan yang akan atau tidak dibahas dalam karya tulis ini. Adapun
sebagai berikut :
a. Untuk keadaan struktur frame rangka diasumsikan dalam keadaan statis dan
keadaan penampang disemua struktur diasumsikan homogen,
b. Pengelasm dinyatakan sempurna
c. H-beam pada gantry crane dinyatakan sempurna tanpa adanya cacat material

1.5 Metode Analisa Data


Metode analisis data merupakan tahapan proses penelitian dimana data yang
sudah dikumpulkan di manage untuk diolah dalam rangka menjawab rumusan
masalah. Pada penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah kuantitatif
dengan pendekatan eksperimen menggunakan bantuan software solidwork dan
Autodesk Inventor 2016 dalam membuat sketsa. Metode analisa data kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivise,
digunakan untuk meneliti objek tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisa data bersifat kuantitatif atau statistic dengan tujuan dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan eksperimen dengan tujuan untuk menganalisa tegangan statis pada gantry
crane. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dilakukan dengan
melakukan menggunakan manipulasi yang bertujuan untuk mengetahui akibat
manipulasi terhadap objek yang diamati. Manipulasi yang dilakukan berupa
pemberian beberapa beban pada gantry crane dan setelah itu dapat dilihat pengaruhnya
(Sugiyono,2013).

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan pada pembuatan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :

3
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang : berisikan uraian tentang topik tugas akhir.
b. Rumusan masalah : memaparkan permasalahan yang mungkin
timbul dari topik tugas akhir yang dipilih.
c. Batasan masalah : menentukan batasan poin permasalahan yang
akan dibahas dalam topik tugas akhir.
d. Tujuan menjelaskan tujuan utama dari topik tugas akhir yang
dipilih.
e. Metode Analisa data : menentukan analisa data yang akan
digunakan dalam proses penyusunan tugas akhir
f. Sistematika penulisan : memaparkan susunan penulisan tugas akhir
g. Lokasi penelitian : tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisikan tentang teori dasar , kajian pustaka serta ulasan
penelitian yang ada terkait dengan topik tugas akhir.
Bab III Tahapan Pengumpulan Data
Bab ini berisikan gambaran mengenai data yang diperoleh, tahap –
tahap pengolahan serta metode – metode analisis suatu sistem.
Bab IV Hasil dan Analisa
Berisikan hasil-hasil yang terkait dengan parameter studi dan tujuan
dari tugas akhir serta analisa lebih lanjut dari hasil-hasil tersebut yang
diperkuat oleh penelitian terdahulu.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan secara menyeluruh dari hasil penelitian
beserta saran-saran untuk perbaikan atau aspek yang perlu dikaji lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1.7 Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. PT. TAKA TURBOMACHINERY
INDONESIA Jl. Soekarno – Hatta No. 797 Bandung Jawa Barat 40294

4
2. LANDASAN TEORI

Alat pemindah barang adalah peralatan yang digunakan untuk


memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat yang lain dalam jarak
yang tidak jauh. Alat pemindah barang hanya memindahkan muatan dalam jumlah,
besar, serta jarak tertentu dengan arah perpindahan barang vertikal, horizontal dan
atau kombinasi antar keduanya. Peralatan pengangkatan bahan digunakan untuk
memindahkan muatan di lokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi,
tempat penyimpanan dan pembokaran muatan, dan sebagainya (Rudenko, 1996).

2.1 Fasilitas Transportasi dalam Lokasi dan Pesawat Angkut


Jenis Fasilitas Transportasi dalam Lokasi
Operasi pemuatan dan pengangkutan setiap jenis usaha tergantung pada
fasilitas transportasi dalam dan luar lokasi operasi pabrik. Fasilitas transport luar
mendukung perusahaan dengan bahan baku, barang setengah jadi, bahan bakar, bahan
bantu dan sebagainya. Fasilitas transport mendistribusikan muatan ke seluruh lokasi
di dalam perusahaan, memindahkan bahan di antara proses yang terlibat langsung
dalam produksi, membawa produk jadi dan limbah keluar perusahaan (Rudenko,
1996).
Proses transport jenis ini tidak hanya memindahkan muatan dari satu tempat
ke tempat lain, tetapi juga mencakup proses muat dan bongkar muatan yakni
meletakkan muatan ke mesin pembawa muatan, menurunkan muatan pada tempat
yang dituju, menyimpan muatan di dalam gudang serta memindahkan muatan ke
peralatan pemroses. Fasilitas transport di dalam pabrik dibagi menjadi fasilitas
pemindah muatan antar departemen dan fasilitas pemindah muatan dalam departemen
(Rudenko, 1996).
Fasilitas transport antar departemen memindahkan muatan di antara
departemen. Misalnya antar departemen pembuatan bahan, permesinan dan
departemen bantuanya, departemen dengan gudang, lokasi muat dan bongkar dan
sebagainya. Diagram 2.1 menggambarkan tata letak fasilitas transport antar
departemen pada suatu pabrik. Fasilitas transport dalam departemen memindahkan

5
muatan di antara bagian. Misalnya, mesin dan tempat penyimpanan di dalam satu
departemen. Fasilitas transport antar operasi memindahkan muatan dari satu unit
pemrosesan ke unit lainnya dan berhubungan erat dengan proses produksi yang
dilakukan dalam suatu departemen atau perusahaan (Rudenko, 1996).
Tempat penyeleksi bahan baku

Departemen
perbaikan
Ruang penyimpanan Penyimpanan besi untuk gedung
batu bara untuk departemen pertuangan
ruang pemanas

ampas
Penyimpanan

Penyimpanan bahan cair


Penyimpanan biji besi
kayu

Penyimpanan pasir
Ruang pemanas

Penyimpanan serap

tuangan
Penyimpanan Departemen
Oven

Penyimpanan
Tempat kotoran billet perbaikan
pengering
gedung

batu bara
Sumber Daya Departemen Departemen
Bagian Serap

penuangan perancangan Pembuangan


Bengkel
Dalam proses Perancangan

batu bara untuk


penuangan Penuangan besi pola

penyimpanan

ruang peanas
Tempat perlengkapan

Ruang
bengkel
Dalam proses Peti
pencoran pembakaran
pasir
Tempat permesinan
dan pengerjaan kayu

Departemen mesin Penyimpanan serpihan besi


Tempat penyimpanan
utama
Proses penyelesaian lanjutan
bagaian – bagian tersebut Tempat penyelesaian produk
Tempat pembakaran
Departemen perakitan Tempat pengujian

Tempat Pembuang
pembuatan an
kotak
Tempat penggergajian kayu

Percabangan rel untuk penyeleksian

Bagan 2.1 Tata-letak fasilitas transport antar departemen pada suatu pabrik
(Sumber : (Rudenko, 1996))
Karakteristik Fasilitas Transportasi Permukaan dan Overhead
1. Kapasitas per jam yang dibutuhkan. Kapasitas pemindahan muatan yang
hampir tak terbatas dengan mudah dapat diperoleh pada jenis alat tertentu,
misalnya beberapa konveyor aksi berkesinambungan.
2. Arah dan jarak perpindahan. Berbagai alat dapat memindahkan muatan

6
ke arah horizontal atau vertikal ataupun dalam sudut tertentu.
3. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir dan antara. Pemuatan ke
kendaraan dan pembongkaran muatan di tempat tujuan sangat berbeda karena
beberapa jenis mesin dapat dimuat secara mekanis sedangkan pada mesin
lainnya membutuhkan alat bantu atau bantuan operator (manual).
4. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan.
5. Kondisi lokal yang spesifik termasuk luas dan bentuk lokasi, jenis dan
desain gedung, keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk
unit pemrosesan, debu, environment humidity, adanya uap dan berbagai jenis
gas lainnya (Rudenko, 1996).

2.2 Perlengkapan Penanganan Bahan


Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi ataupun produksi
harus memiliki fasilitas transport yang baik untuk menunjang proses pengangkatan
dan memindahkan muatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatakan kualitas dan
kuantitasnya sehingga diperlukan perlengkapan untuk penanganan bahan. Setiap
kelompok mesin yang bertugas untuk menangani barang dapat dibedakan berdasarkan
penggunaannya, keadaan muatan yang ditanganinya, arah gerakan kerja dan keadaan
proses penanganannya. Pengelompokan penanganan bahan dapat dibagi menjadi tiga
kelompok berdasarkan desainnya yang dapat dilihat pada bagan 2.1 (Rudenko,
1996).

Bagan 2.2 Jenis-jenis perlengkapan penanganan bahan

7
(Sumber : (Rudenko, 1996))
2.2.1 Pelengkapan pengangkat
Perlengkapan pengangkat adalah kelompok mesin untuk mengangkat
dan memindahkan muatan yang biasanya dalam satu bac (batch) dengan
menggunakan peralatan pengangkatnya. Perlengkapan pengangkat yang tersedia
dengan berbagai jenis membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Jika digolongkan
menurut jenis gerakannya (karakteristik kinematik) beban dianggap terpusat pada titik
bobot beban tersebut dan penggolongan mesin ditentukan oleh lintasan perpindahan
muatan yang berpindah pada bidang horizontal (Rudenko, 1996).
Perlengkapan pengangkat digolongkan menjadi :
1. Mesin pengangkat adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik yang
didesain sebagai perlatan SWA angkat, mengangkat dan memindahkan
muatan, sebagai mekanisme tersendiri bagi crane atau elevator.
2. Crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka
untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang
digantung secara bebas atau diikatkan pada crane
3. Elevator adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk
mengangkat muatan pada jalur pandu tertentu.
Alat Pengangkat

Mesin Pengangkat Crane Elevator


Alat pengangkat yang dapat bergerak

Crane yang dipasang pada lokomotif


Crane stasioner yang dapat berputar
Tepler satu rel untuk tujuan tertentu

Alat pengangkat yang tetap untuk

Baling baling penimbun manual


Crane yang bergerak pada rel
Alat pengangkat tangan tetap

Alat pengangkat troli tangan

Alat pengangkat yang tetap

Elevator loncar vertikal


Crane berpelampung
Crane tanpa lintasan

Crane tipe jembatan

Elevator tipe tiang


atau traktor lantai

Elevator kotak
Mesin Derek

Crane kabel
Crane Troli
Dongkrak

Kabel
Puli

Bagan 2.3 Jenis perlengkapan utama pengankat


(Sumber : (Rudenko, 1996))

8
Bagan 2.4 Jenis – jenis pada Crane
(Sumber : Rudenko,(1996))
2.2.2 Perlengkapan Pemindahan
Perlengkapan pemindah ialah kelompok mesin yang memindahkan muatan
dari tempat satu ke tempat lain secara berkesinambungan tanpa dilengkapi dengan
peralatan mengangkat (Rudenko, 1996).
2.2.3 Perlengkapan Permukaan dan Overhead
Perlengkapan permukaan dan overhead adalah kelompok mesin yang
memindahkan muatan dari tempat satu ke tempat lain tanpa memiliki peralatan
mengangkat dan biasanya menangangi muatan dalam satu bac (batch). Jenis
perlengkapan permukaan dan overhead dikelompokkan menjadi :
1. Truk tanpa rel adalah fasilitas transportasi pada daerah yang luas yang bergerak
diatas tanah.
2. Kendaraan yang berbadan sempit adalah fasilitas transportasi permukaan yang
bergerak di atas jalur rel yang sempit.
3. Peralatan penanganan silang adalah fasilitas transportasi permukaan yang
memindahkan kereta rel di dalam ruang lingkup suatu perusahaan.
4. Sistem lintasan overhead adalah stuktur jalur pembawa atau pemindah kabel
tempat truk yang bermuatan tersebut bergerak.

9
Peralatan permukaan dan overhead

Kendaraan yang Peralatan untuk Sistem lintasan


Truk tanpa rol
berbadan sempit penanganan overhead
silang
Truk yang dioperasikan dengan

Truk yang dioperasikan dengan

Truk untuk muatan satuan

Truk untuk muatan curah

Sistem lintasan overhead


Meja penyilangan
Penggulung tali

Gear Haulage*

Lintasan kabel
Meja pemutar
Trailler
Traktor

Derek

Bagan 2.5 Jenis - jenis perlengkapan permukaan dan overhead


(Sumber : Rudenko,(1996))

2.3 Gantry Crane


2.3.1 Pengertian gantry crane
Crane lintasan adalah jenis pesawat pengangkat yang dikontruksi atau dibuat
khusus untuk mengangkat dan menurunkan beban secara tegak lurus, memindahkan
secara mendatar dan hanya dapat bekerja pada area lintasannya (Zainuri, 2010).
Crane lintasan ini digunakan untuk memindahkan muatan satuan (unit load)
sepanjang lintasannya. Kapasitas angkat yang besar (heavy duty hosting crane) dan
jenisnya yang bermacam – macam menjadikan crane lintasan secara luas digunakan
sebagai mesin pengangkat di berbagai macam industri. Salah satu contoh crane
lintasan berdasarkan kontruksinya adalah gantry crane (Zainuri, 2010).
Gantry crane adalah jenis crane portal tinggi berkaki tegak yang mengangkat
benda dengan hoist yang dipasang di sebuah troli hoist dan dapat bergerak secara
horizontal pada rel atau sepasang rel dipasang di bawah balok atau lantai kerja. Sebuah
gantry crane memiliki ujung balok pendukung bertumpu pada kaki tegak beroda
berjalan pada rel diatas pondasi, biasanya pada dinding sisi pararel dari pabrik atau
bangunan industri yang sama besar. Sehingga bahwa seluruh crane dapat dipindahkan

10
di sepanjang bangunan. Sementara hoist dapat dipindahkan ke sana kemari ke seluruh
lebar bangunan (Arora & Shinde, 2007).

Gambar 2.1 Gantry Crane


(Sumber : (Rudenko, 1996))
2.3.2 Komponen utama gantry crane
Sebuah gantry crane memiliki tiga komponen utama yaitu speader, trolley dan
rubber tired gantry. Speader berfungsi untuk menjepit peti kemas pada saat
pengangkatan atau penurunan dari atau ke kapal. Trolley berfungsi sebagai tempat
bergantungnya speader dan kabin operator. Trolley dilengkapi motor yang
membuatnya dapat bergerak kearah kiri atau kanan sepanjang jarak pijak pada roda
gantry. Komponen yang ketiga adalah rubber tired gantry yang berfungsi agar dapat
bergerak leluasa berupa maju, mundur, belok ke kiri atau ke kanan (Rudenko, 1996).
2.3.3 Mekanisme gerakan gantry crane
Cara kerja gantry crane sebagai berikut :
1. Gerakan Hoist
Gerakan hoist adalah gerakan naik dan turun untuk mengangkat dan
menurunkan muatan yang telah dijepit oleh spreader yang diikat melalui tali
baja yang digulung oleh drum. Drum ini digerakkan oleh elektromotor.
Apabila posisi pengangkatan telah disesuaikan yang dikehendaki maka
gerakan drum ini dapat dihentikan oleh rem yang dilakukan pada handle dan
terdapat pada kabin operator.

11
2. Gerakan Transversal
Gerakan transversal adalah gerakan yang dilakukan oleh trolley saat membawa
muatan dengan arah dan pergerakanya sejajar dengan boom dan girder.
Melalui tali baja yang terlilit pada drum dengan penggerak ialah electromotor.
Sehingga trolley akan bergerak pada rel yang terletak diatas boom dan girder.
Gerakan ini akan berhenti jika arus listrik pada elektromotor diputus dan
sekaligus rem akan berkerja.
3. Gerakan Longitudinal
Gerakan longitudinal (gerakan yang dilakukan oleh gantry) yaitu gerakan
memanjang pada rel besi yang terletak pada permukaan tanah dilakukan
melalui roda gigi transmisi. Elektromotor akan memutar roda gantry dan
gantry akan bergerak secara maju mundur ke arah yang diinginkan. Setelah
jarak yang dicapai pada tempatnya maka arus listrik akan terputus dan rem
(Rudenko, 1996).

2.4 Analisa Beban


Setiap material pasti memiliki beban, dimana beban merupakan salah satu sifat
fisik dari material. Sifat fisik dari material ini akan menimbulkan suatu gaya atau berat
dari material tersebut. Beban dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu beban
operasional, beban dari alam atau lingkungan dan beban sustain (beban dari material itu
sendiri). Beban operasional adalah beban yang timbul akibat adanya gerakan dan operasi
dari material tersebut seperti beban yang timbul akibat putaran yang akan menghasilkan
torsi dan lain-lain. Beban dari alam atau lingkungan adalah beban yang diterima oleh suatu
material akibat kondisi alam atau lingkungan sekitar seperti beban yang diberikan akibat
angin, gempa dan lainnya. Sedangkan beban sustain adalah beban yang timbul akibat berat
yang ditimbulkan oleh material itu sendiri .
2.4.1 Jenis – jenis pembebanan
Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah
jenis beban yang diberikan kepadanya. Beban dapat dibagi atas beberapa jenis
berdasarkan daerah pembebanannya, yaitu :
1. Beban terpusat adalah pembebanan yang diberikan secara terpusat dan berada pada
satu titik dari suatu material. Beban terpusat ini daerah pembebanannya sangat kecil
dibandingkan dengan beban terdistribusi, contoh beban terpusat dapat dilihat pada
12
gambar dibawah ini

Gambar 2.2 Pembebanan Terpusat


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
2. Beban terdistribusi adalah jenis pembebanan yang daerah beban yang diberikan
secara merata pada seluruh bagian batang dinyatakan dalam (kg/m atau KN/m).
Contoh beban terdistribusi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.3 Pembebanan Terbagi Merata


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
3. Beban bervariasi uniform adalah jenis beban sepanjang batang yang besarnya
tidak merata. Contoh beban bervariasi uniform dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 2.4 Pembebanan Bervariasi uniform


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
Ada juga jenis pembebanan yang diklasifikasikan berdasarkan sistem kerjanya, yaitu
sebagai berikut :
1. Pembebanan dinamik Pembebanan secara dinamik adalah jenis pembebanan yang
dipengaruh oleh fungsi waktu. Besarnya pembebanan dinamik ini tidak tetap.
2. Pembebanan statik Pembebanan secara statik adalah jenis pembebanan yang tidak
dipengaruhi oleh waktu, besarnya beban yang diberikan adalah konstan.

13
2.5 Kesetimbangan
Kesetimbangan merupakan keadaan suatu partikel jika resultan semua
gaya yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi dua
gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah berlawanan
maka resultan gaya tersebut adalah nol. Hal tersebut menunjukkan partikel dalam
keseimbangan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya–gaya yang
bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya atau sistem gaya ekivalen
dengan nol. Sistem tidak mempunyai resultan gaya dan resultan kopel.
Keseimbangan suatu benda tegar secara analitis adalah sebagai berikut :
1. Jumlah gaya arah x = 0, ∑𝒇 = 𝟎 ( 2.1 )
2. Jumlah gaya arah y = 0, ∑𝒙 = 𝟎 ( 2.2 )
3. Jumlah momen M = 0, ∑𝑴 = 𝟎 ( 2.3 )

Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa benda tidak bergerak


dalam arah translasi atau arah rotasi (diam). Jika ditinjau dari Hukum III Newton,
maka keseimbangan terjadi jika gaya aksi mendapat reaksi yang besarnya sama
dengan gaya aksi tetapi arahnya saling berlawanan.

Gambar 2.5 Sumbu balok dengan lenturan murni


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
Tegangan normal dinyatakan σmax pada gambar 2.5. Tegangan normal yag lain
bekerja pada daerah penampang dihubungkan dengan tegangan di atas oleh suatu
perbandingan jarak dari sumbu netral. Segmen balok yang terlihat dalam gambar 2.5
harus dalam berada dalam keseimbangan, maka jumlah semua gaya dalam arah x yang
diambil secara horizontal harus nol yaitu Σf = 0.

14
2.6 Prinsip Kesetimbangan Benda Tegar
Pada dasarnya prinsip suatu struktur harus memiliki keseimbangan gaya, hal
ini diperlukan agar suatu struktur itu dapat bekerja sesuai fungsinya dalam menahan
ataupun memompa beban. Benda tegar tetap mengalami deformasi akibat beban
yang diterima. Deformasi yang terjadi umumnya kecil, sehingga tidak
mempengaruhi kondisi keseimbangan atau gerakan struktur yang ditinjau. Prinsip
benda benda tegar sebagai berikut :
1. Hukum Paralelogram
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat digantikan dengan satu
gaya (gaya resultan) yang diperoleh dengan menggambarkan diagonal jajaran
genjang dengan sisi kedua gaya tersebut. Hukum ini dikenal dengan hukum
jajaran genjang.
2. Hukum Transmisibilitas Gaya
Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah jika
gaya yang bereaksi pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang sama besar
dan arah sama tapi bereaksi pada titik berbeda, asal masih dalam garis aksi yang
sama. Hukum ini dikenal dengan hukum garis gaya
3. Hukum I Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak
ada gaya) maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak akan
tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Hukum ini dikenal dengan hukum
kelembaman.
4. Hukum II Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan nol
partikel tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan besarnya
gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan tersebut.
5. Hukum III Newton
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan
garis aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan Aksi = Reaksi

15
2.6.1 Jenis – Jenis Tumpuan
1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan
gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Pada umumnya reaksi pada
suatu tumpuan mempunyai dua komponen, satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertikal. Untuk menentukan kedua komponen ini,
dua buah komponen statika harus digunakan.

Gambar 2.6 Tumpuan engsel


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

Gambar 2.7 Reaksi gaya tumpuan engsel


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
2. Tumpuan Rol
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi
vertikal. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Penghubung terlihat pada gambar di bawah ini dapat melawan gaya
hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
beban vertikal sedangkan rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus
pada bidang cp.

Gambar 2.8 Tumpuan Rol


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
16
Gambar 2.9 Reaksi gaya tumpuan rol
(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertical, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang dan
mampu melawan gaya dalam setiap arah, kopel atau momen. Secara fisik
tumpuan diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu
dinding batu bata. Mengecor ke dalam beton atau mengelas ke dalam
bangunan utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2.10 Tumpuan Jepit


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

Gambar 2.11 Reaksi gaya tumpuan jepit


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
Hal yang harus diperhaikan pada dalam membuat suatu struktur adalah hukum
kesetimbangan gaya, yaitu :
ΣFx = 0 (2.4)
ΣFy = 0 (2.5)
ΣM = 0 (2.6)

17
2.6.2 Jenis – Jenis Batang Tumpuan
1. Batang tumpuan sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.

Gambar 2.12 Batang tumpuan sederhana


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
2. Batang kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.13 Batang kantilever


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana

Gambar 2.14 Batang Overhang


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)
4. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2.15 Batang menerus


(Sumber : http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/)

18
2.7 Analisa Tegangan dan regangan
Untuk menganalisa suatu struktur harus memperhatikan tegangan, regangan dan
deformasi yang terjadi. Tegangan adalah gaya persatuan luas dan juga dapat didefinisikan
sebagai berikut :
𝑷
𝝈= (2.7)
𝑨

Dimana :
σ = tegangan (N/m2)
P = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Regangan adalah perbandingan deformasi total terhadap panjang mula-mula suatu
struktur. Regangan juga dapat didefinisikan sebagai berikut :
𝜹
𝜺= (2.8)
𝑳

Dimana :
ε = regangan
δ= defleksi yang terjadi (mm)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
Sedangkan untuk elastisitas yang dijelaskan pada hukum Hooke adalah :
σ=ε.E (2.9)
Dimana :
σ = tegangan (Pa)
ε = regangan
E = modulus elastisitas (Pa)
Dari hukum Hooke dijelaskan bahwa transisi dari elatisitas menuju plastis
dinamakan kekuatan luluh (yield strength). jika diberikan penambahan beban diatas batas
kekuatan luluhnya maka struktur tersebut akan bersifat patah.

2.8 Jenis – jenis Tegangan


Tegangan pada umunya terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
2.8.1 Tegangan normal
Tegangan yang arah kerjanya dalam arah tegak lurus permukaan terpotong
batang. Tegangan normal dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

19
2.8.1.1 Gaya normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika
gaya dalam diukur dalam N sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan
tegangan adalah N/m2 .
𝑭𝒏
𝝈𝒏 = = ( 𝑵⁄ 𝟐 ) (2.10)
𝑨 𝒎
Dimana :
σn = tegangan normal (N/m2)
Fn = gaya normal (N)
A = luas penampang (m2)

Gambar 2.16 Tegangan normal


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
2.8.1.2 Beban tarik dan tekan
Apabila batang ditarik oleh gaya F seperti pada gambar 2.10 maka tegangan
yang akan terjadi adalah tegangan tarik. Tegangan tarik dapat ditulis dengan
persamaan :
𝑭𝒕
𝝈𝒕 = = ( 𝑵⁄ 𝟐 ) (2.11)
𝑨 𝒎
Dimana :
σt = tegangan tarik (N/m2)
Ft = gaya tarik (N)
A = luas penampang (m2)

Gambar 2.17 Tegangan tarik


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)

20
Tegangan tekan terjadi bila suat batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Tegangan tekan dapat ditulis :
𝑭𝒑
𝝈𝒑 = = ( 𝑵⁄ 𝟐 ) (2.12)
𝑨 𝒎
Dimana :
σp = tegangan tekan (N/m2)
Fp = gaya tekan (N)
A = luas penampang (m2)

Gambar 2.18 Tegangan tekan


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
2.8.2 Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, sejajar sumbu batang. Tegangan geser dapat disebabkan karena
adanya beberapa pembebanan seperti :
2.8.2.1 Momen lentur

Gambar 2.19 Tegangan lentur pada S- Beam


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
Gaya geser dan momen lentur tersebut akan menyebabkan tegangan geser
dan tegangan lentur. Besaran tegangan akibat lenturan pada balok
dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.
σ=M.y/I (2.13)
Dimana :
σ = tegangan lentur (N/m2)

21
M = momen lentur (N.m)
y = jarak terjauh dari sumbu (m)
I = momen inersia (m4)

2.9 Momen Inersia


Momen inersia adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap
porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen inersia berperan
dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika besar dan menentukan hubungan
antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut dan
beberapa besaran lain (Euler, 1765).
𝑏ℎ3
𝐼𝑥 = (2.14)
12
Dimana
= Momen Inersia (m⁴)
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)

2.10 Displacement
Displacement atau pergerakan yang terjadi akibat beban yang terdapat pada
rangka. Tinggi Rendahnya nilai pergerakan tergantung pada tinggi rendahnya Force
Load yang diberlakukan pada setiap part dari rangka mesin tersebut.
𝑏.ℎ3
𝐼 = (2.15)
36

I = displacement
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)

Setelah diketahui hasilpersamaan momen maka didapat nilai untuk defleksi


yang terjadi pada rangka gantry crane tersebut adalah :
𝑃.𝐿3
𝛿 = (2.16)
49.𝐸.𝐼

δ = defleksi yang terjadi (mm)


P = gaya (N)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)

22
E = Modulus elastis (Pa)
I = moment inersia (Nm)

2.11 Faktor Keamanan (Factor of Safety)


Faktor keamanan adalah faktor yang menunjukan tingkat kemampuan suatu
bahan teknik menerima beban dari luar yaitu beban tekan maupun beban tarik. Faktor
ini identic dengan perbandingan antara tegangan ijin (allowaeble stress) dengan
tegangan terbesar (maximum stress) yang terjadi.
Faktor Keamanan = tegangan terbesar (maximum stress)
tegangan ijin (allowaeble stress)
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan suatu
struktur, dimana kekuatan suatu bahan harus melebihi kekuatan sebenarnya (Hearn,
1997).
𝑺𝒚
𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒆𝒂𝒎𝒂𝒏𝒂𝒏 (𝒏) = (2.17)
𝝈𝒆

Dimana ,
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises

2.12 Diagram Benda Bebas (DBB)


Diagram benda bebas adalah diagram yang menggambarkan semua gaya-
gaya yang bekerja pada suatu partikel dalam keadaan bebas. Dalam menganalisis
persoalan mekanika diagram benda bebas ini sangat diperlukan untuk membantu
memahami dan menggambarkan masalah keseimbangan gaya dari suatu partikel.

Gambar 2.20 Diagram benda bebas


(Sumber : http://api2012.weebly.com)

23
2.13 Teori Kegagalan Struktur
Analisa kegagalan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
penyebab terjadinya kerusakan. Secara keseluruhan jenis kegagalan pada material
dapat terbentuk seperti fatigue, wear (keausan), korosi, fracture, impact dan lainnya.
Kegagalan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu beban statik dan beban mekanis,
sehingga sering timbulnya tegangan akibat beban yang melebihi yield strength. Pada
dasarnya kegagalan dapat terjadi dikarenakan besaran akibat kondisi operasi  sifat
kritis material.
Tabel 2.1 Modus Kegagalan Komponen
Besaran Akibat Kondisi Peristiwa Yang Akan
Sifat Kritis Material
Operasi Terjadi
Tegangan kerja Kekuatan luluh Deformasi plastis
w y
Tegangan kerja Kekuatan tarik Patah static
w u
Tegangan amplitudo a Batas lelah Patah lelah
(Fatigue limit) f
Tegangan dinamik lokal Kekuatan luluh Awal retak fatigue
’ = Kt. nom y
Intensitas tegangan
Fracture toughness Komponen yang retak lelah
K = .(a)
Kc atau KIc akan patah
Tegangan kerja Batas mulur Deformasi plastis akibat
w (Creep limit) creep (pada temp. tinggi)
Tegangan kerja Rupture Strength Patah akibat creep (pada
w temp. tinggi
Temperatur lingkungan Patah getas /Penggetasan
Temperatur transisi material
terlalu rendah (Embrittlement)
Lingkungan terlalu korosif Batas korosivitas Serangan korosi
Retak akibat korosi
Tegangan kerja Kekuatan thd korosi tegangan
Tegangan
w scc

Umumnya teori kegagalan terbagi menjadi tiga, yaitu :


1. Kegagalan statik / static failure
Kegagalan statik adalah kegagalan yang disebabkan adanya beban dari
luar secara statik seperti adanya pengaruh tekanan, beban, momen dan statik
lainnya.

24
2. Kegagalan fatigue / fatigue failure
Kegagalan fatigue adalah kegagalan yang terjadi karena dipengaruhi oleh
waktu dan juga akibat adanya pembebanan secara dinamik yang menyebabkan
suatu struktur menjadi lelah.
3. Kegagalan retak / fracture failure
Kegagalan yang terjadi dikarenakan pengaruh lingkungan.

Kegagalan secara statik dapat terbagi menjadi tiga teori, yaitu :


1. Teori tegangan normal maksimum (Von mises)
Kegagalan akan terjadi apabila tegangan utama maksimum sama atau
lebih besar dibandingkan tegangan normal maksimum. Untuk tegangan
normal positif, keadaan suatu material dikatakan luluh jika misal ada suatu
pembebanan dengan σmax.
σmax ≥ σyp (2.18)
Secara umum teori tegangan normal maksimum adalah sebagai berikut :

𝝈 𝒙 + 𝝈𝒚 𝝈𝒙 + 𝝈𝒚 𝟐
𝝈𝒎𝒂𝒙 = + √( ) + 𝝉𝒙𝒚𝟐 (2.19)
𝟐 𝟐

𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝜎𝑡 = 𝜎𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝜎𝑦 = 0
𝝈𝒚𝒑
𝑭𝒔 = (2.20)
𝝈𝒎𝒂𝒙

Gambar di bawah ini menjelaskan kriteria tegangan normal masimum.


Kegagalan akan terjadi jika kondisi tegangan akibat pembebanan berada diluar
batas. Berikut gambar penjelasan teori tegangan normal maksimum :

(a) Tegangan normal pada gambar 3D (b) Tegangan normal dalam 2D Gambar
Gambar 2.21 Representasi teori tegangan normal maksimum
(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)

25
2. Teori tegangan geser maksimum
Teori tegangan geser maksimum sering digunakan pada material yang bersifat
ulet. Besarnya nilai tegangan geser maksimum adalah setengah dari nilai
tegangan normal maksimum. Keadaan suatu material luluh jika misal ada suatu
pembebanan dengan 𝜏𝑚𝑎𝑥 .
𝝉𝒎𝒂𝒙 ≥ 𝟎, 𝟓 𝝈𝒚𝒑 (2.21)
Secara umum teori tegangan geser maksimum adalah sebagai berikut :
𝝈𝒙 + 𝝈𝒚 𝟐
𝝉𝒎𝒂𝒙 = √( ) + 𝝉𝒙𝒚𝟐 (2.22)
𝟐

𝟎,𝟓 𝒙𝝈𝒚𝒑
𝑭𝒔 = (2.23)
𝝉𝒎𝒂𝒙

Gambar di bawah ini menjelaskan kriteria tegangan geser masimum.


Kegagalan akan terjadi jika kondisi tegangan akibat pembebanan berada diluar
batas. Berikut gambar penjelasan teori tegangan geser maksimum :

(a) Tegangan normal pada gambar 3D (b) Tegangan normal dalam 2D


Gambar 2.22 Representasi teori tegangan geser maksimum
(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)

1. Distorsi energi
Aplikasi dari teori tegangan geser maksimum sering digunakan untuk kasus
pada material ulet. Keadaan suatu material akan luluh jika adanya suatu
pembebanan dengan S.
𝑺 ≥ 𝝈𝒚𝒑 (2.24)

26
Berikut grafik tegangan distorsi energi dalam 2D:

Gambar 2.23 Grafik representasi teori tegangan distorsi energy


(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
Teori distorsi energi dapat menggunakan teoritik sebagai berikut :
S2 = σ12 + σ22 + σ1 σ2 (2.25)
atau
S2 = σx2 + σxσy + σy2 + 3τxy2 (2.26)
𝝈𝒚𝒑
𝑭𝒔 = (2.27)
𝑺

Dimana :
S = Effective stress (MPa)
Penggunaan tiga teori kegagalan yang ada disesuaikan dengan material yang
dipakai. Untuk material getas, teori tegangan normal lebih efektif digunakan
sedangkan untuk material ulet teori tegangan geser dan teori distorsi energy lebih
efektif digunakan. Berikut grafik tegangan normal maksimum, tegangan
geser maksimum dan distorsi energi dalam satu grafik :

Gambar 2.24 Grafik perbandingan teori distorsi dengan teori tegangan normal
maksimum dan tegangan geser maksimum
(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)

27
2.14 Material
2.14.1 Kekuatan Bahan
Kekuatan bahan adalah ilmu yang mempelajari tentang kekuatan suatu
konstruksi. Dalam suatu rancangan atau konstruksi ilmu kekuatan bahan
berfungsi untuk :
1. Menentukan dimensi optimal
2. Menentukan beban maksimum
3. Menentukan bahan yang sesuai atau cocok dan mengontrol kekutan bahan
(Polman Bandung, 1991)
2.14.2 Karakteristik Dasar Pemilihan Bahan
Pemilihan komponen material dalam setiap perencanaan merupakan faktor
utama yang harus diperhatikan. Sebelum merencanakan kita harus memperhatikan
dan mengetahui jenis dan sifat bahan yang akan digunakan, misalnya tahan
terhadap korosi, tahan terhadap keausan, keuletan dan lain-lain.Tujuan pemilihan
material dimaksudkan untuk memilih bahan yang digunakan dalam pembuatan
komponen dapat ditekan seefisien mungkin dalam penggunaannya berdasarkan pada
dasar kekuatan dan sumber pengadaannya. Supaya material dapat memenuhi kriteria
yang diharapkan, perlu diperhitungkan beban yang terjadi pada material
tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan material adalah sebagai
berikut:
1. Efisiensi Bahan
Dengan memegang prinsip ekonomi dan berlandaskan pada perhitungan-
perhitungan yang memadai, diharapkan biaya produksi pada setiap unit sekecil
mungkin. Hal ini dimaksudkan supaya hasil produksi dapat bersaing dipasaran
terhadap produk lain yang sama spesifikasinya.
2. Bahan Mudah Didapat
Dalam perencanaan suatu produk, apakah bahan yang digunakan mudah didapat
atau tidak. Walaupun bahan yang direncanakan sudah cukup baik tetapi tidak
didukung oleh persediaan dipasaran , maka perencanaan akan mengalami
kesulitan atau masalah dikemudian hari karena hambatan bahan baku tersebut.
Untuk itu harus terlebih dahulu mengetahui apakah bahan yang akan digunakan

28
itu mempunyai komponen pengganti tersedia dipasaran.
3. Spesifikasi Bahan Yang Dipilih
Pada bagian ini penempatan bahan harus sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
sehingga tidak terjadi adanya beban yang berlebihan pada bahan yang tidak
mampu menerima beban tersebut. Dengan demikian pada perencanaan bahan
yang akan digunakan harus sesuai dengan fungsi yang berbeda antara bagian satu
dengan bagian yang lain, dimana fungsi dari masing-masing bagian tersebut
saling mempengaruhi antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
4. Kekuatan Bahan
Untuk menentukan bahan yang akan digunakan haruslah mengetahui dasar
kekuatan bahan serta sumber pengadaannya, mengingat pengecekan dan
penyesuaian suatu produk kembali kepada kekuatan bahan yang akan digunakan.
2.14.3 Jenis – Jenis Profil Baja Struktural
Kebutuhan konstruksi permanen, kokoh dan stabil secara kualitas menjadi
prioritas utama terselenggaranya pembangunan yang mapan dan menjadi dasar misi
utama proyek - proyek pembangunan konstruksi milik pemerintah maupun pihak
swasta. Salah satunya adalah dalam pemilihan profil baja dan dimensinya ikut
berperan dalam menentukan apakah struktur bangunan tersebut akan kokoh atau tidak.
Berikut merupakan jenis bahan baja yang biasa dipakai di Indonesia sesuai kebutuhan
konstruksi.
1. Wide Flange ( WF )

Gambar 2.25 Baja Wide Flange


( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Baja wide flang digunakan untuk membuat sebuah kolom , balok , tiang pancang ,
top and bottom chord member pada truss , composite beam atau coloum , kanti
liver kanopi dan sebagainya. Istilah lain baja wide flange (WF) yaitu IWF, WF,

29
H-Beam, UB, UC, balok H, balok I, balok W. Ukuran dari baja WF dapat di liat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Ukuran Baja WF

2. BajaChannel ( Kanal U , UNP )

Gambar 2.26 Baja Channel ( Kanal U , UNP )


( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Baja Channel digunakan hampir sama dengan baja WF , kecuali untuk kolom
jarang menggunakan baja ini karena strukturnya mudah mengalami tekukan pada

30
setiap sisi. Istilah lain baja UNP yaitu Kanal U, U-channel, Profil U. Ukuran baja
UNP dapat di liat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Ukuran Baja U Channel ( Kanal U , UNP )

3. Channel ( Kanal C, CNP )

Gambar 2.27 Baja Channel ( Kanal C, CNP )


( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-berat-
spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Baja channel C (CNP) digunakan untuk purlin (balok dudukan penutup atap), girts
(elemen yang memegang penutup dinding misalnya metal sheet), member pada
truss, rangka komponen arsitektural. Istilah lain pada baja channel yaitu balok

31
purlin, kanal C, C-channel, profil C. Ukuran baja CNP dapat di liat dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 2.4 Ukuran baja CNP

4. RHS (Rectangular Hollow Section) – cold formed ( Hollow Persegi )

Gambar 2.28 Baja RHS (Rectangular Hollow Section)


( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Baja ini digunakan untuk komponen rangka arsitektural (ceiling, partisi gipsum,
dan lain - lain), rangka dan support ornamen-ornamen non struktural. Istilah lain

32
dari baja ini yaitu besi hollow (istilah pasar), profil persegi, profil. Ukuran baja
jenis ini dapat di liat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.5 Ukuran baja RHS (Rectangular Hollow Section)

5. SHS (Square Hollow Section) – cold formed ( Hollow Kotak )

Gambar 2.29 Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed ( Hollow Kotak )
( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Kegunaan dan istilah lain hampir sama dengan RHS. Ukuran baja jenis SHS dapat
di liat dalam tabel di bawah ini :

33
Tabel 2.6 Ukuran Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed (Hollow
Kotak)

6. Steel Pipe

Gambar 2.30 Steel Pipe


( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Steel pipe digunakan untuk bracing (horizontal dan vertikal), secondary beam
(biasanya pada rangka atap), kolom arsitektural, support komponen arsitektural
(biasanya eksposed karena bentuknya yang silinder mempunyai nilai artistik).
Istilah lain pada baja ini yaitu steel tube, pipa hitam, pipa galvanis.

2.15 Solidwork
2.15.1 Pengertian solidwork
Solidworks adalah software CAD 3D yang sangat mudah digunakan. Software
ini merupakan software automasi design yang berbasis parametik yang memudahkan
penggunanya dalam mengedit file – file gambar yang dibuat. Solidworks dapat

34
mendesain gambar dengan sangat intuitif. Solidworks banyak digunakan oleh engineer
untuk membuat gambar part dan assembly (Prabowo, 2009). Solidworks merupakan
salah satu 3D CAD yang sangat populer saat ini di Indonesia. Banyak perusahaan
manufacturing yang mengimplementasikan software solidworks
2.15.2 Fungsi solidwork
Solidwork merupakan software yang digunakan untuk membuat design produk
dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti roda gigi, cashing handphone,
mesin mobil, dan sebagainya. Software ini merupakan salah satu opsi diantara design
software lainnya seperi catia, inventor, Autocad dan lain-lain. Bagi yang
berkecimpung di dunia teknik khususnya teknik mesin dan teknik industri, file ini
wajib dipelajari karena sangat sesuai dan prosesnya lebih cepat daripada menggunakan
autocad.
File solidwork bisa di eksport ke software analisis seperti Ansys, FLOVENT
dan lain lain . Design yang dibuat bisa disimulasikan, dianalisis kekuatan dari design
secara sederhana maupun dibuat animasinya. Solidworks dalam pengambaran atau
pembuatan model 3D menyediakan feature-based, parametric solid modeling.
Feature- based dan parametric mempermudah bagi penggunanya dalam membuat
model 3D. Hal ini akan membuat kita sebagai user bisa membuat model sesuai dengan
intuisi kita (Prabowo, 2009).
2.15.3 Tampilan solidworks
Tampilan software solidwork tidak jauh berbeda dengan software lain yang
berjalan diatas windows.

Gambar 2.31Tampilan awal SolidWorks


(Sumber : Prabowo, 2009 )

35
Solidworks menyediakan 3 templates utama yaitu:
1. Part
Part adalah sebuah objek 3D yang terbentuk dari feature – feature. Sebuah part
bisa menjadi sebuah komponen pada suatu assembly dan bisa digambarkan dalam
bentukan 2D pada sebuah drawing. Feature adalah bentukan dan operasi – operasi
yang membentuk part. Base feature merupakan feature yang pertama kali dibuat.
Extension file untuk part solidworks adalah SLDPRT.
2. Assembly
Assembly adalah sebuah dokumen dimana parts, feature dan assembly lain (sub
assembly) dipasangkan atau disatukan bersama. Extension file untuk solidworks
Assembly adalah SLDASM.
3. Drawing
Drawing adalah tempat yang digunakan untuk membuat gambar kerja 2D/2D
engineering Drawing dari single component ( part ) maupun Assembly yang sudah
kita buat. Extension file untuk solidworks drawing adalah SLDDRW.

36
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian


Metodologi penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode analisa
kuantitatif menggunakan pendekatan eksperimen. Analisis beban statis pada struktur
gantry crane seara garis besar dapat digambarkan pada bagan diagram alur dibawah
ini :

Mulai

Analisa Masalah

Pengumpulan Data

Hasil Pengumpulan

Proses Pembahasan

No

Von Mises,
Displacement,
FOS,
σ max

Yes

Perbandingan perhitungan manual dan


software

Analisa dan Pembahsan

37
A

Kesimpulan

Selesai

Bagan 3.1 Diagram alur penelitian

3.2 Penjelasan Diagram Alur


Untuk menganalisa kekuatan struktur pada gantry crane. dalam prosesnya
analisa dibuatkan suatu diagaram dari proses pertama hingga akhir untuk
mempermudah mendapatkan data dan kesimpulan.

3.2.1 Mulai
Dalam memulai penulis melakukan konsultasi dengan berbagai sumber, mulai
dari dosen serta para ahli dibidangnya dalam menentukan tema yang akan diangkat
sebagai bahan analisa penulis untuk memenuhi persyaratan kegiatan perkuliahan S1
Teknik Mesin di Universitas Jendral Achmad Yani. Dengan studi kasus sebuah
fenomena yang masih berlangsung, yaitu menganalin statis pada Gantry Crane, disini
penulis ingin menyajikan sebuah perjenlasan secara teknis dan terperinci perihal apa
dari dampak pembeban yang terjadi pada Gantry Crane itu sendiri terhadap
lingkungan kerja dan oprator , yang mungkin selama ini hanya dianggap berbahaya
bagi oprator.

3.2.2 Analisa Masalah


Dalam melakukan analisa maslah khususnya dalam tema yang di angkat ini,
yaitu analisa tegangan setatis pada Gantry Crane kapasitas 1.5 ton.Fakta di lapangan
oprator merasa ragu dalam penggunan Gantry Crane, maka dirumuskan permasalahan
yaitu, mengetahui tegangan von misses, displacement yang diakibatkan oleh beban,
faktor keamanan dan presentase perbandingan antara perhitungan simulasi dengan
standar material yang digunakan pada struktur rangka gantry crane dengan software.

38
Dan mendapatkan dapat menggetahui nilai Factor Of Safety (FOS) yang sesaui
standar, Serta kelayak atau tidaknya crane Tersebut di gunakan di tempat kerja.

3.2.3 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dengan menggunakan metode analisa Lexi J Moleong
dengan data kualitatif yang didapat dengan cara menelaah data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu pengukuran, penentuan jenis material,wawancara, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, gambar foto dan sebagainya.
Pengumpulan data dilakukan pada obyek langsung yaitu dengan mengukur Gantry
Creane. Adapun beberapa alat yang di gunakan untuk pengumpulan data ada 3 yaitu:

1) Meteran

2) Jangka Sorong

3) Welding Gauge

3.2.4 Hasil Pengumpulan Data


Setelah Pengumpulan data selesai maka di dapatkan nilai atau ukuran yang di
sajikan dalam bentuk table di bawah ini:
Tabel 3.1 Tabel hasil pengumpulan data

No Nama Prat Jenis Material Ukuran


Panjang 3600 mm
Frame Gantry
1 Cast Iron Lebar 1700 mm
Crane
Tinggi 4000 mm
Panjang 200 mm
2
Cantolan AISI 1020 Lebar 125 mm
Tinggi 20 mm

3.2.4 Proses dan Pembahsan


Data yang telah di ambil maka untuk memproses data tersbut di butuhkan
beberapa rumus yang akan di gunakan serta perhitungan menggunakan software
Data dan hasil pembahasan dikumpulkan dan dilakukan pengelompokan serta
koreksi ulang, jika terdapat data yang belum lengkap maka akan dilakukan simulasi
dan analisa serta perhitungan secara manual ulang sehingga data yang dihasilkan

39
benar-benar aman untuk pembebanan 1,5 ton pada gunakan pada Gantry Crane.
Untuk memahami dasar pembebanan makan kita gambarkan diagram benda bebas
agar mempermudah untuk medapatkan arah gaya. Dalam menganalisis persoalan
mekanika diagram benda bebas ini sangat diperlukan untuk membantu
memahami dan menggambarkan masalah keseimbangan gaya dari suatu partikel.

Dimana rumus perhitungan yang digunakan sebagai berikut :


Displacement atau pergerakan yang terjadi akibat beban yang terdapat pada
rangka.
𝑏.ℎ3
𝐼 = (2.15)
36

I = displacement
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)

Setelah diketahui hasilpersamaan momen maka didapat nilai untuk defleksi


yang terjadi pada rangka gantry crane tersebut adalah :
𝑃.𝐿3
𝛿 = (2.16)
49.𝐸.𝐼

δ = defleksi yang terjadi (mm)


P = gaya (N)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
E = Modulus elastis (Pa)
I = moment inersia (Nm)
Faktor keamanan adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan suatu
struktur, dimana kekuatan suatu bahan harus melebihi kekuatan sebenarnya (Hearn,
1997).
𝑺𝒚
𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒌𝒆𝒂𝒎𝒂𝒏𝒂𝒏 (𝒏) = (2.17)
𝝈𝒆

Dimana ,
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises

40
3.2.5 Perbandingan dengan Software
Setelah pengambilan data lengkap, selanjutnya dari data tersebut di masukan
ke software untuk di lakukan simulasi dan analisa pembebanan statis pada Gantry
Crane. Perhitungan pembebanan juga di lakukan perhitungan secara manual untuk
membandingkan hasil akhir dari proses simulasi dan analisa menggunakan software
dan perhitungan manual.

3.2.6 Analisa pembahasan

Data dan hasil pembahasan dikumpulkan dan dilakukan pengelompokan serta


koreksi ulang, jika terdapat data yang belum lengkap maka akan dilakukan simulasi
dan analisa serta perhitungan ulang secara manual, sehingga data yang dihasilkan
benar-benar aman untuk pembebanan 1,5 ton pada gunakan pada Gantry Crane.

3.2.6 Kesimpulan
Setelah Simulasi dan Anlisa serata perhitungan manual lengkap dan bisa
dipertanggungjawabkan maka proses penelitian dianggap selesai, data-data yang telah
didapat dan dikumpulkan sebagi refrensi penelitian

41
DAFTAR PUSTAKA

Akgun, G., Kurt, S., & Gerdemeli, I. (2013). DESIGN AND ANALYSIS WITH
NUMERICAL METHOD OF GANTRY CRANE MAIN BEAM.
International Conference on Innovative Technologies, IN-TECH 2013,
Budapest, 10.-12.09.2013.
Arora, C. K., & Shinde, V. V. (2007). Aspect Of Material Handling. New Delhi: Laxmi
Publications (P) LTD.
Munson, B., Okiishi, T., Huebsch, W., & Rothmayer, A. (2013). Fundamentals of
Fluid Mecanics Seventh Edision. United States of America: John Wiley &
Sons, Inc.
Munson, B., Young, D., & Okiishi, T. (2003). Mekanika Fluida Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Prabowo, S. A. (2009). Easy to Use Solidwork 2009. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.
Sowa, L., Skrzypczak, T., & Kwiaton, P. (2018). The effect of the gantry crane beam
cross section on the level of generated stresses. MATEC Web of Conferences
157,02047 (2018) MMS 2017, 1-8.

42

Anda mungkin juga menyukai