Bayu Andrianto
2114151031
Bayu Andrianto
2114151031
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing I Pembimbing II
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Penguji,
Wirawan Piseno,ST.,MT.
NID.412142964
ii
LEMBAR PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai mahasiswa Universitas Jenderal Achmad Yani, yang bertanda tangan dibawah
ini saya :
Nama : Bayu Andrianto
Nim : 2114151031
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Jenderal Achmad Yani, hak bebas royalti non-eksklusif (Non-Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisa Tegangan Statik
pada Gantry Crane Kapasitas 1,5 ton.
Dengan hak bebas royalti non - eksklusif ini Universitas Jenderal Achmad Yani berhak
menyimpan, mengalih – mediakan atau format, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data (database), mendistribusikannya dan menampilkan atau mempublikasikannya di
internet atau media lain untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta ijin dari
saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis atau pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas
Jenderal Achmad Yani, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran
hak cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Dibuat di : Bandung
Pada Tanggal : 28 Juni 2019
Yang menyatakan
Bayu Andrianto
2114151031
iii
ABSTRAK
Gantry crane merupakan jenis crane portal dan crane tersbut bisa bepindah dari
tempat satu ke tempat yang lain. Di tempat kerja gantry crane ini sangat memudahkan
dan menjadi solusi agar bekerja bisa lebih cepat dan efisien di karenakan crane tidak
berebut dengan oprator lain. Permasalahn yang akan di angkat adalah kelayakan
kekuatan pembeban dan faktor keamanan gantry crane yang sehingga gantry crane
tetap dalam keadaan aman saat digunakan. Dalam proses analisa tegangan statis dapat
menggunakan software yang dapat menghitung lebih cepat dan akurat. Pada penelitian
ini dilakukan simulasi beberapa jenis pembebanan pada gantry crane. Hasil simulasi
tegangan statis pada gantry crane kapasitas 1,5 ton menggunakan software kemudian
akan di bandingkan dengan hasil perhitungan secara manual. Utuk kelayakan
penggunan gantry crane di tempat kerja.
iv
ABTRACT
Gantry crane is a type of tall legged upright portal crane that lifts objects with a hoist
mounted on a hoist trolley and can move horizontally on a rail or a pair of rails
mounted under a beam or work floor. A gantry crane has the end of a support beam
resting on a wheeled upright foot running on a rail above a foundation, usually on a
parallel side wall of a factory or an equally large industrial building. So that all cranes
can be moved along the building. Static stress analysis on gantry cranes is one solution
to avoid work failure. So that the gantry crane remains safe when in use. In the process
of static stress analysis can use solidwork software and Autodesk Inventor 2016 which
can calculate faster and more accurately. In this study a simulation of several types of
loading on gantry cranes was conducted. The static stress simulation results on the
gantry crane with a capacity of 1.5 tons using solidwork software and Autodesk
Inventor 2016 will then be compared with the results of the calculation manually.
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
“Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju syurga”
(HR.Muslim)
vi
KATA PENGANTAR
Statik pada Gantry Crane Kapasitas 1,5 Ton”. Sholawat dan salam semoga tetap
teladan dan panutan sepanjang masa serta kepada keluarganya, sahabatnya dan
Penulis menyadari bahwa tulisan dalm proses penyusunan tugas akhir ini
tentunya tidak terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan
untuk perbaikan tugas akhir ini. Semoga tulisan ini dapat memberi wawasan dan
Bayu Andrianto
2114151031
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
pihak, baik secara moril, materiil, tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, dalam
banyaknya kepada :
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu semoga Allah
meridhoi segala aktivitas kita. Akhir kata, semoga karya sederhana ini menjadi ilmu
yang bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan serta menjadi amal kebaikan
bagi kita semua serta semoga segala ikhtiar penulis dalam menyusun skripsi ini
Alhmadulillah hirobbil’alamin.
Bayu Andrianto
2114151031
viii
DAFTAR ISI
1.7 Lokasi............................................................................................... 4
ix
2.2 Perlengkapan Penanganan Bahan .................................................... 7
2.5 Kesetimbangan............................................................................... 14
x
2.14.3 Jenis – Jenis Profil Baja Struktural .................................... 29
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Tata-letak fasilitas transport antar departemen pada suatu pabrik ............. 6
Bagan 2.2 Jenis-jenis perlengkapan penanganan bahan ............................................... 7
Bagan 2.3 Jenis perlengkapan utama pengankat .......................................................... 8
Bagan 2.4 Jenis – jenis pada Crane............................................................................. 9
Bagan 2.5 Jenis - jenis perlengkapan permukaan dan overhead ................................ 10
Bagan 3.1 Diagram alur penelitian ............................................................................ 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
Gambar 2.30 Steel Pipe ........................................................................................... 34
Gambar 2.31Tampilan awal SolidWorks................................................................... 35
xv
DAFTAR SIMBOL
ε = regangan
δ = defleksi yang terjadi (mm)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
σ = tegangan (Pa)
ε = regangan
E = modulus elastisitas (Pa)
P = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
σn = tegangan normal (N/m2)
Fn = gaya normal (N)
A = luas penampang (m2)
σt = tegangan tarik (N/m2)
Ft = gaya tarik (N)
A = luas penampang (m2)
σp = tegangan tekan (N/m2)
Fp = gaya tekan (N)
σ = tegangan lentur (N/m2)
M = momen lentur (N.m)
y = jarak terjauh dari sumbu (m)
I = momen inersia (m4)
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)
δ = defleksi yang terjadi (mm)
P = gaya (N)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
E = Modulus elastis (Pa)
I = moment inersia (Nm)
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises
S = Effective stress (MPa)
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
1. PENDAHULUAN
1
dengan aman. Crane yang dirancang yaitu gantry crane. Pembuatan model geometri
dan analisis kekuatan dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak solid
work. Gantry crane yang dirancang berkapasitas 1,5 ton.
Gantry crane tidak hanya digunakan untuk menggantung turbine pada saat
pelepasan tetapi digunakan pula untuk melakukan proses pelepasan disc turbine atau
impeller dan digunakan oleh beberapa operator lain untuk memudahkan pekerjaan
mereka. Apabila crane digunakan oleh operator lain maka pelepasan impeller atau disc
turbine terhambat dan tidak bisa dilakukan. Maka dari itu, untuk memudahkan shaft
rotor menggantung secara vertical dibuatlah gantry crane untuk melancarkan
pekerjan lainnya. Gantry crane ini disebut juga unstaking pit karena ukurannya yang
lebih kecil dan hanya diperuntukan dalam pengangkutan rotor comperssor dan rotor
turbine kecil.
Gantry crane dibuat tanpa perencanaan dan analisa yang matang, perencanaan
alat ini dibuat secara verbal dan diperkirakan mampu mengangkut beban sebesar 1.5
ton dalam jangka waktu beberapa lama, alat ini sering digunakan bersama
pengangkutan beban rotor yang bervariasi. Oleh karena itu, perlu adanya analisa lebih
lanjut mengenai apakah gantry crane ini mampu menahan beban statik yang bervarian
dan sejauh mana gantry crane ini dapat menahan beban sampai batas maksimalnya
dengan membandingkan perhitungan manual dan analisa menggunakan software, agar
mengetahui layak tidaknya gantry crane tersebut digunakan.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui layak atau tidaknya gantry crane
digunakan di tempat kerja. Serta mendapatkan nilai distribusi tegangan yang terjadi
pada gantry crane, baik mendapatkan nilai Factor Of Safety (FOS), tegangan
2
maksimal (σ max) maupun area kritikal akibat pembebanan statis dengan
membandingkan hasil perhitungan manual dan simulasi software.
3
Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang : berisikan uraian tentang topik tugas akhir.
b. Rumusan masalah : memaparkan permasalahan yang mungkin
timbul dari topik tugas akhir yang dipilih.
c. Batasan masalah : menentukan batasan poin permasalahan yang
akan dibahas dalam topik tugas akhir.
d. Tujuan menjelaskan tujuan utama dari topik tugas akhir yang
dipilih.
e. Metode Analisa data : menentukan analisa data yang akan
digunakan dalam proses penyusunan tugas akhir
f. Sistematika penulisan : memaparkan susunan penulisan tugas akhir
g. Lokasi penelitian : tempat dimana penelitian tersebut dilaksanakan
Bab II Landasan Teori
Bab ini berisikan tentang teori dasar , kajian pustaka serta ulasan
penelitian yang ada terkait dengan topik tugas akhir.
Bab III Tahapan Pengumpulan Data
Bab ini berisikan gambaran mengenai data yang diperoleh, tahap –
tahap pengolahan serta metode – metode analisis suatu sistem.
Bab IV Hasil dan Analisa
Berisikan hasil-hasil yang terkait dengan parameter studi dan tujuan
dari tugas akhir serta analisa lebih lanjut dari hasil-hasil tersebut yang
diperkuat oleh penelitian terdahulu.
Bab V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan kesimpulan secara menyeluruh dari hasil penelitian
beserta saran-saran untuk perbaikan atau aspek yang perlu dikaji lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.7 Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. PT. TAKA TURBOMACHINERY
INDONESIA Jl. Soekarno – Hatta No. 797 Bandung Jawa Barat 40294
4
2. LANDASAN TEORI
5
muatan di antara bagian. Misalnya, mesin dan tempat penyimpanan di dalam satu
departemen. Fasilitas transport antar operasi memindahkan muatan dari satu unit
pemrosesan ke unit lainnya dan berhubungan erat dengan proses produksi yang
dilakukan dalam suatu departemen atau perusahaan (Rudenko, 1996).
Tempat penyeleksi bahan baku
Departemen
perbaikan
Ruang penyimpanan Penyimpanan besi untuk gedung
batu bara untuk departemen pertuangan
ruang pemanas
ampas
Penyimpanan
Penyimpanan pasir
Ruang pemanas
Penyimpanan serap
tuangan
Penyimpanan Departemen
Oven
Penyimpanan
Tempat kotoran billet perbaikan
pengering
gedung
batu bara
Sumber Daya Departemen Departemen
Bagian Serap
penyimpanan
ruang peanas
Tempat perlengkapan
Ruang
bengkel
Dalam proses Peti
pencoran pembakaran
pasir
Tempat permesinan
dan pengerjaan kayu
Tempat Pembuang
pembuatan an
kotak
Tempat penggergajian kayu
Bagan 2.1 Tata-letak fasilitas transport antar departemen pada suatu pabrik
(Sumber : (Rudenko, 1996))
Karakteristik Fasilitas Transportasi Permukaan dan Overhead
1. Kapasitas per jam yang dibutuhkan. Kapasitas pemindahan muatan yang
hampir tak terbatas dengan mudah dapat diperoleh pada jenis alat tertentu,
misalnya beberapa konveyor aksi berkesinambungan.
2. Arah dan jarak perpindahan. Berbagai alat dapat memindahkan muatan
6
ke arah horizontal atau vertikal ataupun dalam sudut tertentu.
3. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir dan antara. Pemuatan ke
kendaraan dan pembongkaran muatan di tempat tujuan sangat berbeda karena
beberapa jenis mesin dapat dimuat secara mekanis sedangkan pada mesin
lainnya membutuhkan alat bantu atau bantuan operator (manual).
4. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan.
5. Kondisi lokal yang spesifik termasuk luas dan bentuk lokasi, jenis dan
desain gedung, keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk
unit pemrosesan, debu, environment humidity, adanya uap dan berbagai jenis
gas lainnya (Rudenko, 1996).
7
(Sumber : (Rudenko, 1996))
2.2.1 Pelengkapan pengangkat
Perlengkapan pengangkat adalah kelompok mesin untuk mengangkat
dan memindahkan muatan yang biasanya dalam satu bac (batch) dengan
menggunakan peralatan pengangkatnya. Perlengkapan pengangkat yang tersedia
dengan berbagai jenis membuatnya sulit digolongkan secara tepat. Jika digolongkan
menurut jenis gerakannya (karakteristik kinematik) beban dianggap terpusat pada titik
bobot beban tersebut dan penggolongan mesin ditentukan oleh lintasan perpindahan
muatan yang berpindah pada bidang horizontal (Rudenko, 1996).
Perlengkapan pengangkat digolongkan menjadi :
1. Mesin pengangkat adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik yang
didesain sebagai perlatan SWA angkat, mengangkat dan memindahkan
muatan, sebagai mekanisme tersendiri bagi crane atau elevator.
2. Crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka
untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang
digantung secara bebas atau diikatkan pada crane
3. Elevator adalah kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk
mengangkat muatan pada jalur pandu tertentu.
Alat Pengangkat
Elevator kotak
Mesin Derek
Crane kabel
Crane Troli
Dongkrak
Kabel
Puli
8
Bagan 2.4 Jenis – jenis pada Crane
(Sumber : Rudenko,(1996))
2.2.2 Perlengkapan Pemindahan
Perlengkapan pemindah ialah kelompok mesin yang memindahkan muatan
dari tempat satu ke tempat lain secara berkesinambungan tanpa dilengkapi dengan
peralatan mengangkat (Rudenko, 1996).
2.2.3 Perlengkapan Permukaan dan Overhead
Perlengkapan permukaan dan overhead adalah kelompok mesin yang
memindahkan muatan dari tempat satu ke tempat lain tanpa memiliki peralatan
mengangkat dan biasanya menangangi muatan dalam satu bac (batch). Jenis
perlengkapan permukaan dan overhead dikelompokkan menjadi :
1. Truk tanpa rel adalah fasilitas transportasi pada daerah yang luas yang bergerak
diatas tanah.
2. Kendaraan yang berbadan sempit adalah fasilitas transportasi permukaan yang
bergerak di atas jalur rel yang sempit.
3. Peralatan penanganan silang adalah fasilitas transportasi permukaan yang
memindahkan kereta rel di dalam ruang lingkup suatu perusahaan.
4. Sistem lintasan overhead adalah stuktur jalur pembawa atau pemindah kabel
tempat truk yang bermuatan tersebut bergerak.
9
Peralatan permukaan dan overhead
Gear Haulage*
Lintasan kabel
Meja pemutar
Trailler
Traktor
Derek
10
di sepanjang bangunan. Sementara hoist dapat dipindahkan ke sana kemari ke seluruh
lebar bangunan (Arora & Shinde, 2007).
11
2. Gerakan Transversal
Gerakan transversal adalah gerakan yang dilakukan oleh trolley saat membawa
muatan dengan arah dan pergerakanya sejajar dengan boom dan girder.
Melalui tali baja yang terlilit pada drum dengan penggerak ialah electromotor.
Sehingga trolley akan bergerak pada rel yang terletak diatas boom dan girder.
Gerakan ini akan berhenti jika arus listrik pada elektromotor diputus dan
sekaligus rem akan berkerja.
3. Gerakan Longitudinal
Gerakan longitudinal (gerakan yang dilakukan oleh gantry) yaitu gerakan
memanjang pada rel besi yang terletak pada permukaan tanah dilakukan
melalui roda gigi transmisi. Elektromotor akan memutar roda gantry dan
gantry akan bergerak secara maju mundur ke arah yang diinginkan. Setelah
jarak yang dicapai pada tempatnya maka arus listrik akan terputus dan rem
(Rudenko, 1996).
13
2.5 Kesetimbangan
Kesetimbangan merupakan keadaan suatu partikel jika resultan semua
gaya yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi dua
gaya yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah berlawanan
maka resultan gaya tersebut adalah nol. Hal tersebut menunjukkan partikel dalam
keseimbangan.
Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya–gaya yang
bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya atau sistem gaya ekivalen
dengan nol. Sistem tidak mempunyai resultan gaya dan resultan kopel.
Keseimbangan suatu benda tegar secara analitis adalah sebagai berikut :
1. Jumlah gaya arah x = 0, ∑𝒇 = 𝟎 ( 2.1 )
2. Jumlah gaya arah y = 0, ∑𝒙 = 𝟎 ( 2.2 )
3. Jumlah momen M = 0, ∑𝑴 = 𝟎 ( 2.3 )
14
2.6 Prinsip Kesetimbangan Benda Tegar
Pada dasarnya prinsip suatu struktur harus memiliki keseimbangan gaya, hal
ini diperlukan agar suatu struktur itu dapat bekerja sesuai fungsinya dalam menahan
ataupun memompa beban. Benda tegar tetap mengalami deformasi akibat beban
yang diterima. Deformasi yang terjadi umumnya kecil, sehingga tidak
mempengaruhi kondisi keseimbangan atau gerakan struktur yang ditinjau. Prinsip
benda benda tegar sebagai berikut :
1. Hukum Paralelogram
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat digantikan dengan satu
gaya (gaya resultan) yang diperoleh dengan menggambarkan diagonal jajaran
genjang dengan sisi kedua gaya tersebut. Hukum ini dikenal dengan hukum
jajaran genjang.
2. Hukum Transmisibilitas Gaya
Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah jika
gaya yang bereaksi pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang sama besar
dan arah sama tapi bereaksi pada titik berbeda, asal masih dalam garis aksi yang
sama. Hukum ini dikenal dengan hukum garis gaya
3. Hukum I Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol (tidak
ada gaya) maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel bergerak akan
tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Hukum ini dikenal dengan hukum
kelembaman.
4. Hukum II Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan nol
partikel tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan besarnya
gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan tersebut.
5. Hukum III Newton
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar dan
garis aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan Aksi = Reaksi
15
2.6.1 Jenis – Jenis Tumpuan
1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal dan gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan
gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Pada umumnya reaksi pada
suatu tumpuan mempunyai dua komponen, satu dalam arah horizontal dan
yang lainnya dalam arah vertikal. Untuk menentukan kedua komponen ini,
dua buah komponen statika harus digunakan.
17
2.6.2 Jenis – Jenis Batang Tumpuan
1. Batang tumpuan sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.
18
2.7 Analisa Tegangan dan regangan
Untuk menganalisa suatu struktur harus memperhatikan tegangan, regangan dan
deformasi yang terjadi. Tegangan adalah gaya persatuan luas dan juga dapat didefinisikan
sebagai berikut :
𝑷
𝝈= (2.7)
𝑨
Dimana :
σ = tegangan (N/m2)
P = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Regangan adalah perbandingan deformasi total terhadap panjang mula-mula suatu
struktur. Regangan juga dapat didefinisikan sebagai berikut :
𝜹
𝜺= (2.8)
𝑳
Dimana :
ε = regangan
δ= defleksi yang terjadi (mm)
L = panjang mula-mula sutau struktur (mm)
Sedangkan untuk elastisitas yang dijelaskan pada hukum Hooke adalah :
σ=ε.E (2.9)
Dimana :
σ = tegangan (Pa)
ε = regangan
E = modulus elastisitas (Pa)
Dari hukum Hooke dijelaskan bahwa transisi dari elatisitas menuju plastis
dinamakan kekuatan luluh (yield strength). jika diberikan penambahan beban diatas batas
kekuatan luluhnya maka struktur tersebut akan bersifat patah.
19
2.8.1.1 Gaya normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada benda. Jika
gaya dalam diukur dalam N sedangkan luas penampang dalam m2, maka satuan
tegangan adalah N/m2 .
𝑭𝒏
𝝈𝒏 = = ( 𝑵⁄ 𝟐 ) (2.10)
𝑨 𝒎
Dimana :
σn = tegangan normal (N/m2)
Fn = gaya normal (N)
A = luas penampang (m2)
20
Tegangan tekan terjadi bila suat batang diberi gaya F yang saling
berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Tegangan tekan dapat ditulis :
𝑭𝒑
𝝈𝒑 = = ( 𝑵⁄ 𝟐 ) (2.12)
𝑨 𝒎
Dimana :
σp = tegangan tekan (N/m2)
Fp = gaya tekan (N)
A = luas penampang (m2)
21
M = momen lentur (N.m)
y = jarak terjauh dari sumbu (m)
I = momen inersia (m4)
2.10 Displacement
Displacement atau pergerakan yang terjadi akibat beban yang terdapat pada
rangka. Tinggi Rendahnya nilai pergerakan tergantung pada tinggi rendahnya Force
Load yang diberlakukan pada setiap part dari rangka mesin tersebut.
𝑏.ℎ3
𝐼 = (2.15)
36
I = displacement
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)
22
E = Modulus elastis (Pa)
I = moment inersia (Nm)
Dimana ,
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises
23
2.13 Teori Kegagalan Struktur
Analisa kegagalan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
penyebab terjadinya kerusakan. Secara keseluruhan jenis kegagalan pada material
dapat terbentuk seperti fatigue, wear (keausan), korosi, fracture, impact dan lainnya.
Kegagalan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu beban statik dan beban mekanis,
sehingga sering timbulnya tegangan akibat beban yang melebihi yield strength. Pada
dasarnya kegagalan dapat terjadi dikarenakan besaran akibat kondisi operasi sifat
kritis material.
Tabel 2.1 Modus Kegagalan Komponen
Besaran Akibat Kondisi Peristiwa Yang Akan
Sifat Kritis Material
Operasi Terjadi
Tegangan kerja Kekuatan luluh Deformasi plastis
w y
Tegangan kerja Kekuatan tarik Patah static
w u
Tegangan amplitudo a Batas lelah Patah lelah
(Fatigue limit) f
Tegangan dinamik lokal Kekuatan luluh Awal retak fatigue
’ = Kt. nom y
Intensitas tegangan
Fracture toughness Komponen yang retak lelah
K = .(a)
Kc atau KIc akan patah
Tegangan kerja Batas mulur Deformasi plastis akibat
w (Creep limit) creep (pada temp. tinggi)
Tegangan kerja Rupture Strength Patah akibat creep (pada
w temp. tinggi
Temperatur lingkungan Patah getas /Penggetasan
Temperatur transisi material
terlalu rendah (Embrittlement)
Lingkungan terlalu korosif Batas korosivitas Serangan korosi
Retak akibat korosi
Tegangan kerja Kekuatan thd korosi tegangan
Tegangan
w scc
24
2. Kegagalan fatigue / fatigue failure
Kegagalan fatigue adalah kegagalan yang terjadi karena dipengaruhi oleh
waktu dan juga akibat adanya pembebanan secara dinamik yang menyebabkan
suatu struktur menjadi lelah.
3. Kegagalan retak / fracture failure
Kegagalan yang terjadi dikarenakan pengaruh lingkungan.
𝝈 𝒙 + 𝝈𝒚 𝝈𝒙 + 𝝈𝒚 𝟐
𝝈𝒎𝒂𝒙 = + √( ) + 𝝉𝒙𝒚𝟐 (2.19)
𝟐 𝟐
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝜎𝑡 = 𝜎𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝜎𝑦 = 0
𝝈𝒚𝒑
𝑭𝒔 = (2.20)
𝝈𝒎𝒂𝒙
(a) Tegangan normal pada gambar 3D (b) Tegangan normal dalam 2D Gambar
Gambar 2.21 Representasi teori tegangan normal maksimum
(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
25
2. Teori tegangan geser maksimum
Teori tegangan geser maksimum sering digunakan pada material yang bersifat
ulet. Besarnya nilai tegangan geser maksimum adalah setengah dari nilai
tegangan normal maksimum. Keadaan suatu material luluh jika misal ada suatu
pembebanan dengan 𝜏𝑚𝑎𝑥 .
𝝉𝒎𝒂𝒙 ≥ 𝟎, 𝟓 𝝈𝒚𝒑 (2.21)
Secara umum teori tegangan geser maksimum adalah sebagai berikut :
𝝈𝒙 + 𝝈𝒚 𝟐
𝝉𝒎𝒂𝒙 = √( ) + 𝝉𝒙𝒚𝟐 (2.22)
𝟐
𝟎,𝟓 𝒙𝝈𝒚𝒑
𝑭𝒔 = (2.23)
𝝉𝒎𝒂𝒙
1. Distorsi energi
Aplikasi dari teori tegangan geser maksimum sering digunakan untuk kasus
pada material ulet. Keadaan suatu material akan luluh jika adanya suatu
pembebanan dengan S.
𝑺 ≥ 𝝈𝒚𝒑 (2.24)
26
Berikut grafik tegangan distorsi energi dalam 2D:
Dimana :
S = Effective stress (MPa)
Penggunaan tiga teori kegagalan yang ada disesuaikan dengan material yang
dipakai. Untuk material getas, teori tegangan normal lebih efektif digunakan
sedangkan untuk material ulet teori tegangan geser dan teori distorsi energy lebih
efektif digunakan. Berikut grafik tegangan normal maksimum, tegangan
geser maksimum dan distorsi energi dalam satu grafik :
Gambar 2.24 Grafik perbandingan teori distorsi dengan teori tegangan normal
maksimum dan tegangan geser maksimum
(Sumber : Popov, Mekanika Teknik, Erlangga)
27
2.14 Material
2.14.1 Kekuatan Bahan
Kekuatan bahan adalah ilmu yang mempelajari tentang kekuatan suatu
konstruksi. Dalam suatu rancangan atau konstruksi ilmu kekuatan bahan
berfungsi untuk :
1. Menentukan dimensi optimal
2. Menentukan beban maksimum
3. Menentukan bahan yang sesuai atau cocok dan mengontrol kekutan bahan
(Polman Bandung, 1991)
2.14.2 Karakteristik Dasar Pemilihan Bahan
Pemilihan komponen material dalam setiap perencanaan merupakan faktor
utama yang harus diperhatikan. Sebelum merencanakan kita harus memperhatikan
dan mengetahui jenis dan sifat bahan yang akan digunakan, misalnya tahan
terhadap korosi, tahan terhadap keausan, keuletan dan lain-lain.Tujuan pemilihan
material dimaksudkan untuk memilih bahan yang digunakan dalam pembuatan
komponen dapat ditekan seefisien mungkin dalam penggunaannya berdasarkan pada
dasar kekuatan dan sumber pengadaannya. Supaya material dapat memenuhi kriteria
yang diharapkan, perlu diperhitungkan beban yang terjadi pada material
tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan material adalah sebagai
berikut:
1. Efisiensi Bahan
Dengan memegang prinsip ekonomi dan berlandaskan pada perhitungan-
perhitungan yang memadai, diharapkan biaya produksi pada setiap unit sekecil
mungkin. Hal ini dimaksudkan supaya hasil produksi dapat bersaing dipasaran
terhadap produk lain yang sama spesifikasinya.
2. Bahan Mudah Didapat
Dalam perencanaan suatu produk, apakah bahan yang digunakan mudah didapat
atau tidak. Walaupun bahan yang direncanakan sudah cukup baik tetapi tidak
didukung oleh persediaan dipasaran , maka perencanaan akan mengalami
kesulitan atau masalah dikemudian hari karena hambatan bahan baku tersebut.
Untuk itu harus terlebih dahulu mengetahui apakah bahan yang akan digunakan
28
itu mempunyai komponen pengganti tersedia dipasaran.
3. Spesifikasi Bahan Yang Dipilih
Pada bagian ini penempatan bahan harus sesuai dengan fungsi dan kegunaannya
sehingga tidak terjadi adanya beban yang berlebihan pada bahan yang tidak
mampu menerima beban tersebut. Dengan demikian pada perencanaan bahan
yang akan digunakan harus sesuai dengan fungsi yang berbeda antara bagian satu
dengan bagian yang lain, dimana fungsi dari masing-masing bagian tersebut
saling mempengaruhi antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
4. Kekuatan Bahan
Untuk menentukan bahan yang akan digunakan haruslah mengetahui dasar
kekuatan bahan serta sumber pengadaannya, mengingat pengecekan dan
penyesuaian suatu produk kembali kepada kekuatan bahan yang akan digunakan.
2.14.3 Jenis – Jenis Profil Baja Struktural
Kebutuhan konstruksi permanen, kokoh dan stabil secara kualitas menjadi
prioritas utama terselenggaranya pembangunan yang mapan dan menjadi dasar misi
utama proyek - proyek pembangunan konstruksi milik pemerintah maupun pihak
swasta. Salah satunya adalah dalam pemilihan profil baja dan dimensinya ikut
berperan dalam menentukan apakah struktur bangunan tersebut akan kokoh atau tidak.
Berikut merupakan jenis bahan baja yang biasa dipakai di Indonesia sesuai kebutuhan
konstruksi.
1. Wide Flange ( WF )
29
H-Beam, UB, UC, balok H, balok I, balok W. Ukuran dari baja WF dapat di liat
dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Ukuran Baja WF
30
setiap sisi. Istilah lain baja UNP yaitu Kanal U, U-channel, Profil U. Ukuran baja
UNP dapat di liat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.3 Ukuran Baja U Channel ( Kanal U , UNP )
31
purlin, kanal C, C-channel, profil C. Ukuran baja CNP dapat di liat dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 2.4 Ukuran baja CNP
32
dari baja ini yaitu besi hollow (istilah pasar), profil persegi, profil. Ukuran baja
jenis ini dapat di liat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.5 Ukuran baja RHS (Rectangular Hollow Section)
Gambar 2.29 Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed ( Hollow Kotak )
( Sumber : https://lahanindustri.wordpress.com/2017/08/25/dimensi-ukuran-
berat-spesifikasi-wide-flange-shape-iwf-h-beam/)
Kegunaan dan istilah lain hampir sama dengan RHS. Ukuran baja jenis SHS dapat
di liat dalam tabel di bawah ini :
33
Tabel 2.6 Ukuran Baja SHS (Square Hollow Section) – cold formed (Hollow
Kotak)
6. Steel Pipe
2.15 Solidwork
2.15.1 Pengertian solidwork
Solidworks adalah software CAD 3D yang sangat mudah digunakan. Software
ini merupakan software automasi design yang berbasis parametik yang memudahkan
penggunanya dalam mengedit file – file gambar yang dibuat. Solidworks dapat
34
mendesain gambar dengan sangat intuitif. Solidworks banyak digunakan oleh engineer
untuk membuat gambar part dan assembly (Prabowo, 2009). Solidworks merupakan
salah satu 3D CAD yang sangat populer saat ini di Indonesia. Banyak perusahaan
manufacturing yang mengimplementasikan software solidworks
2.15.2 Fungsi solidwork
Solidwork merupakan software yang digunakan untuk membuat design produk
dari yang sederhana sampai yang kompleks seperti roda gigi, cashing handphone,
mesin mobil, dan sebagainya. Software ini merupakan salah satu opsi diantara design
software lainnya seperi catia, inventor, Autocad dan lain-lain. Bagi yang
berkecimpung di dunia teknik khususnya teknik mesin dan teknik industri, file ini
wajib dipelajari karena sangat sesuai dan prosesnya lebih cepat daripada menggunakan
autocad.
File solidwork bisa di eksport ke software analisis seperti Ansys, FLOVENT
dan lain lain . Design yang dibuat bisa disimulasikan, dianalisis kekuatan dari design
secara sederhana maupun dibuat animasinya. Solidworks dalam pengambaran atau
pembuatan model 3D menyediakan feature-based, parametric solid modeling.
Feature- based dan parametric mempermudah bagi penggunanya dalam membuat
model 3D. Hal ini akan membuat kita sebagai user bisa membuat model sesuai dengan
intuisi kita (Prabowo, 2009).
2.15.3 Tampilan solidworks
Tampilan software solidwork tidak jauh berbeda dengan software lain yang
berjalan diatas windows.
35
Solidworks menyediakan 3 templates utama yaitu:
1. Part
Part adalah sebuah objek 3D yang terbentuk dari feature – feature. Sebuah part
bisa menjadi sebuah komponen pada suatu assembly dan bisa digambarkan dalam
bentukan 2D pada sebuah drawing. Feature adalah bentukan dan operasi – operasi
yang membentuk part. Base feature merupakan feature yang pertama kali dibuat.
Extension file untuk part solidworks adalah SLDPRT.
2. Assembly
Assembly adalah sebuah dokumen dimana parts, feature dan assembly lain (sub
assembly) dipasangkan atau disatukan bersama. Extension file untuk solidworks
Assembly adalah SLDASM.
3. Drawing
Drawing adalah tempat yang digunakan untuk membuat gambar kerja 2D/2D
engineering Drawing dari single component ( part ) maupun Assembly yang sudah
kita buat. Extension file untuk solidworks drawing adalah SLDDRW.
36
3. METODOLOGI PENELITIAN
Mulai
Analisa Masalah
Pengumpulan Data
Hasil Pengumpulan
Proses Pembahasan
No
Von Mises,
Displacement,
FOS,
σ max
Yes
37
A
Kesimpulan
Selesai
3.2.1 Mulai
Dalam memulai penulis melakukan konsultasi dengan berbagai sumber, mulai
dari dosen serta para ahli dibidangnya dalam menentukan tema yang akan diangkat
sebagai bahan analisa penulis untuk memenuhi persyaratan kegiatan perkuliahan S1
Teknik Mesin di Universitas Jendral Achmad Yani. Dengan studi kasus sebuah
fenomena yang masih berlangsung, yaitu menganalin statis pada Gantry Crane, disini
penulis ingin menyajikan sebuah perjenlasan secara teknis dan terperinci perihal apa
dari dampak pembeban yang terjadi pada Gantry Crane itu sendiri terhadap
lingkungan kerja dan oprator , yang mungkin selama ini hanya dianggap berbahaya
bagi oprator.
38
Dan mendapatkan dapat menggetahui nilai Factor Of Safety (FOS) yang sesaui
standar, Serta kelayak atau tidaknya crane Tersebut di gunakan di tempat kerja.
1) Meteran
2) Jangka Sorong
3) Welding Gauge
39
benar-benar aman untuk pembebanan 1,5 ton pada gunakan pada Gantry Crane.
Untuk memahami dasar pembebanan makan kita gambarkan diagram benda bebas
agar mempermudah untuk medapatkan arah gaya. Dalam menganalisis persoalan
mekanika diagram benda bebas ini sangat diperlukan untuk membantu
memahami dan menggambarkan masalah keseimbangan gaya dari suatu partikel.
I = displacement
b = Lebar (m)
h = Tinggi (m)
Dimana ,
Sy = Yield Strength
σe = Tegangan Von Mises
40
3.2.5 Perbandingan dengan Software
Setelah pengambilan data lengkap, selanjutnya dari data tersebut di masukan
ke software untuk di lakukan simulasi dan analisa pembebanan statis pada Gantry
Crane. Perhitungan pembebanan juga di lakukan perhitungan secara manual untuk
membandingkan hasil akhir dari proses simulasi dan analisa menggunakan software
dan perhitungan manual.
3.2.6 Kesimpulan
Setelah Simulasi dan Anlisa serata perhitungan manual lengkap dan bisa
dipertanggungjawabkan maka proses penelitian dianggap selesai, data-data yang telah
didapat dan dikumpulkan sebagi refrensi penelitian
41
DAFTAR PUSTAKA
Akgun, G., Kurt, S., & Gerdemeli, I. (2013). DESIGN AND ANALYSIS WITH
NUMERICAL METHOD OF GANTRY CRANE MAIN BEAM.
International Conference on Innovative Technologies, IN-TECH 2013,
Budapest, 10.-12.09.2013.
Arora, C. K., & Shinde, V. V. (2007). Aspect Of Material Handling. New Delhi: Laxmi
Publications (P) LTD.
Munson, B., Okiishi, T., Huebsch, W., & Rothmayer, A. (2013). Fundamentals of
Fluid Mecanics Seventh Edision. United States of America: John Wiley &
Sons, Inc.
Munson, B., Young, D., & Okiishi, T. (2003). Mekanika Fluida Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Prabowo, S. A. (2009). Easy to Use Solidwork 2009. Yogyakarta: CV. ANDI
OFFSET.
Sowa, L., Skrzypczak, T., & Kwiaton, P. (2018). The effect of the gantry crane beam
cross section on the level of generated stresses. MATEC Web of Conferences
157,02047 (2018) MMS 2017, 1-8.
42