Laporan Asuhan Keperawatan Pada Klien TN

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN.

M
DENGAN CEDERA OTAK RINGAN DI RUANG DAHLIA
RSU Dr H KOESNADI BONDOWOSO

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas


Praktek Profesi Keperawatan

Disusun Oleh:
Evi Kurniawati (19 0103 1027)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak. (Muttaqin, 2008), cedera kepala biasanya
diakibatkan salah satunya benturan atau kecelakaan. Sedangkan akibat dari
terjadinya cedera kepala yang paling fatal adalah kematian. Akibat trauma
kepala pasien dan keluarga mengalami perubahan fisik maupun psikologis,
asuhan keperawatan pada penderita cedera kepala memegang peranan penting
terutama dalam pencegahan komplikasi. Komplikasi dari cedera kepala
adalah infeksi, perdarahan.
Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat
trauma-trauma. Cedera kepala merupakan keadaan yang serius. Oleh karena
itu, diharapkan dengan penanganan yang cepat dan akurat dapat menekan
morbiditas dan mortilitas penanganan yang tidak optimal dan terlambatnya
rujukan dapat menyebabkan keadaan penderita semakin memburuk dan
berkurangnya pemilihan fungsi (Tarwoto, 2007). Sedangkan berdasarkan
Mansjoer (2002), kualifikasi cedera kepala berdasarkan berat ringannya,
dibagi menjadi 3 yakni cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera
kepala berat. Adapun penilaian klinis untuk menentukkan klasifikasi klinis
dan tingkat kesadaran pada pasien.
Cedera kepala menggunakan metode skala koma Glasgow (Glasgow
Coma Scale) (Wahjoepramono, 2005). Cedera kepala akibat trauma sering
kita jumpai di lapangan. Di dunia kejadian cedera kepala setiap tahunnya
diperkirakan mencapai 500.000 kasus dari jumlah di atas 10% penderita
meninggal sebelum tiba di rumah sakit dan lebih dari 100.000 penderita
menderita berbagai tingkat kecacatan akibat cedera kepala tersebut (Depkes,
2012). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat cedera
kepala, dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang
memerlukan perawatan di rumah sakit. Dua per tiga dari kasus ini berusia di
bawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dari wanita. Lebih dari
setengah dari semua pasien cedera kepala berat mempunyai signifikasi
terhadap cedera bagian tubuh lainnya (Smeltzer, 2002).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.M dengan Cedera Otak Ringan di
Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum dr H Koesnadi Bondowoso ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada kasus klien Tn.M dengan Cedera
Otak Ringan di Ruang Dahlia RSU dr. H Koesnadi Bondowoso.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengelolaan pada kasus Tn.M dengan Cedera Otak Ringan
di Ruang Dahlia RSU dr. H Koesnadi Bondowoso.
b. Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola.
c. Menarik kesimpulan dari proses penerapan asuhan keperawatan pada
Tn.M dengan Cedera Otak Ringan di Ruang Dahlia RSU dr. H
Koesnadi Bondowoso.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai perdarahan interstisial substansi atau tanpa diikuti terputusnya
konsistinuitas otak (Hudak & Gallo, 1996). Cedera kepala adalah suatu
gangguan traumatic pada kepala tulang tengkorak dan otak, pembuluh darah
dan selaput otaknya (Junaidi,1998). Cedera kepala adalah suatu penyebab
kematian dan kecacatan utama pada usia produktif dan sebagian besar terjadi
akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

B. Etiologi
Menurut Black (1997,741)
1. Kecelakaan kendaraan bermotor seperti kendaraan bermotor dan
mobil
2. Tembakan yang merupakan trauma tembus dan pukulan langsung
pada kepala yang merupakan truma pukulan
3. Jatuh dan kecelakaan olah raga
Menurut Syamsu Hidayat Cedera dapat terjadi karena benturan
langsung atau benturan tidak langsung pada kepala. Pada suatu benturan
dapat di bedakan beberapa macam kekuatan yakni komprei, aselerasi, di
deselerasi. Sulit di pastikan kekuatan mana yang paling berperan. Cedera
percepatan (aselerasi) terjadi jika benda sedang bergerak membentur
kepala yang sedang diam eperti trauma akibat pukulan benda tumpul atau
karena lemparan benda tumpul.
Menurut Tarwoto, dkk. (2007) cidera kepala dapat di sebabkan karena
kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga,
luka pada persalinan.
C. Klasifikasi cedera kepala
1. Cidera kepala ringan:
jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang
dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau
hematom.
2. Cidera kepala sedang: jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran
antara 30 menit sampai dengan 24 jam, dapat di sertai fraktur
tengkorak, disorientasi ringan.
3. Cidera kepala berat: jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari
24 jam, biasanya di sertai kontusio, laserasi atau adanya hematom,
edema serebral.

D. Patofisiologi
Cedera kepala bervariasi dari luka kulit yang sederhana seperti gegar otak,
luka terbuka dari tengkorak, di sertai kerusakan – kerusakan otak. Luasnya
luka buka merupakan indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum
dari cedera kepala yaitu dari tingkat ringan sampai tigkat berat ialah cedera
otak, devisit sensorik dan motorik. Peningkatan tekanan intrakranial,
kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak laniscemia dan hipoksia.
(Long,1996)
Pertimbangan paling penting cedera kepala manapun adalah apakah otak
tidak mengalami cedera, keadaan cedera ”minor” dapat menyebabkan
kerusakan otak bermakna cedera otak sering terjadi / tanpa fraktur tengkorak,
setelah pukulan / cedera pada kepala yang menimbulkan komosio, kotusio,
laserasi, hemoragi. Kromosio serebral setelah cedra kepala adalah hilangnya
fungsi neurologis sementara tanpa kerusakan struktur kromosio yang
umumnya meliputi periode tidak sadarkan diri selama beberapa detik sampai
beberapa menit. Getaran otak sedikit saja hanya akan menimbulkan pusing /
berkunang – kunang, atau dapat juga kehilangan kesadaran komplit sewaktu.
Jika jaringan otak silobus rasional yang aneh, dimana keterlibatan lobus
temporal dapat menimbulkan amnesia / disorientasi. Setelah cedera kepala,
darah berkumpul di daerah epidural (eksta dural) di antara tengkorak dan
dura. Keadaan ini sering di akibatkan dari fraktur tulang tengkorak yang
menyebakan arteri meningkat, tengah putus atau rusak (laserasi), di mana
arteri ini berada pada dura dan terngkorak daerah inferior menuju bagian tipis
tulang tengkorak, hemoragi karena arteri ini menyebabkan penekanan pada
otak.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:
Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:
Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)
Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)
Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan;
Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian
sembuh.
Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
Mual atau dan muntah.
Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
Perubahan keperibadian diri.
Letargik.
Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;
Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak
menurun atau meningkat.
Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan).
F. Rf
G. Rf
H. Fr
I. Frf
J. rfrfr

Anda mungkin juga menyukai