Anda di halaman 1dari 8

SISTEM PEMBAYARAN PADA PUSAT PERMAINAN

MENGGUNAKAN KARTU RFID

Natanael Berlian Sulisthio; Tri Wibowo; Fery Suriajaya;


Rudy Susanto; Rico Wijaya

Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University


Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
rsusanto@binus.edu

ABSTRACT
The purpose of this research is to design a billing system at game centre using RFID card for the
payment method. Beside as a billing system, this system also manipulates signal of television remote to
switch on or switch off the television. Microcontroller controls the timer using GUI on PC as well as the
position of television to be be turned on using I2C communication. The result of this research shows 100%
success rate to display the serial number of RFID card while the maximum length between the
microcontroller and the television is 140cm.

Keywords: RFID, Qt, I2C, TV remote, timer

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk merancang sebuah sistem pembayaran pada sebuah pusat permainan
menggunakan kartu RFID sebagai media pembayarannya. Selain sebagai media pembayaran, sistem ini juga
memanipulasikan sinyal remote TV yang digunakan untuk menyala atau mematikan TV. Microcontroller
mengatur timer menggunakan GUI pada PC dan mengatur letak TV yang akan dinyalakan menggunakan
komunikasi I2C. Hasil percobaan menunjukan tingkat keberhasilan dalam menampilkan serial number dari
kartu RFID adalah sebesar 100% dan jarak maksimum dari microcontroller yang digunakan dalam menyala
atau mematikan TV adalah 140cm.

Kata kunci: RFID, Qt, I2C, remote TV, timer

6 Jurnal Teknik Komputer Vol. 21 No.1 Februari 2013: 6-13


PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dalam bisnis jasa di Indonesia dari masa ke masa semakin pesat.
Contoh bisnis jasa yang digemari remaja adalah warung internet dan rental Play Station, khususnya
Play Station III yang merupakan console Play Station tercanggih di Indonesia saat ini. Pada rental
Play Station, konsumen membeli jasa per jam dan bebas memilih game yang mereka inginkan.
Ketika customer memesan satu jam, televisi akan diset secara manual menyala untuk 1 jam, dan
akan mati secara otomatis ketika 1 jam berlalu. Adapula sebuah sistem otomatis pemutus listrik
yang dipasarkan terkait dengan sistem pembayaran dan pengaturan televisi pada suatu rental
(Rohandy, 2011). Hal tersebut tentunya mengundang pertanyaan bagi para konsumen, untuk
sebuah rental Play Station III yang tergolong menengah keatas sangat janggal jika pengaturan
televisi dilakukan secara manual, terlebih untuk sistem pembayarannya yang tidak praktis.

Di sisis lain, sistem otomatis yang memutus arus listrik tentu dapat merusak komponen
pada televisi dan merugikan pengelola rental. Demi kepuasaan konsumen dan kenyamanan pihak
pengelola yang memperhatikan daya tahan TV, muncul pemikiran untuk memperbaiki sistem
pembayaran dan menghubungkannya dengan layar televisi tanpa memutus arus listrik. Hal ini
tentunya juga memunculkan keinginan konsumen untuk menggunakan smart card yang pada saat
ini merupakan teknologi yang menyediakan kemudahan dalam sistem pembayaran dengan bentuk
fisik yang mudah dibawa, yang menjadikannya pilihan utama pada sistem prabayar saat ini (Sheng,
et al., 2010).

Smart card sebagai sarana pembayaran pada rental Play Station III mampu mempermudah
sistem pembayaran karena hanya diperlukan sebuah kartu RFID (Shobana, et al., 2010) saja untuk
menikmati layanan rental tersebut. Dengan begitu pengaturan pada televisi dapat dihubungkan
dengan penggunaan smart card ini.Untuk men-trigger mode standby pada televisi tidak perlu lagi
dilakukan secara manual namun dapat dilakukan dengan memberikan timer pada sebuah modul
yang terhubung dengan PC dan televisi, sehingga modul yang akan menentukan televisi menyala
ataupun standby. Modul tersebut akan memberikan sinyal yang serupa dengan sinyal yang dibentuk
oleh remote televisi tersebut, khususnya sinyal untuk men-trigger mode standby. Sinyal yang
dibentuk tersebut dimodulasi berdasarkan protokol Phillips RC-5.

METODE

Metode penelitian yang dilakukan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu desain piranti lunak
(software) dan serta pengukuran kinerja piranti keras (hardware).

Piranti Lunak (Software)


Pada penelitiaan piranti lunak aplikasi Qt yang dirancang terdapat sebuah RFID reader.
RFID reader digunakan untuk memperoleh serial number dari kartu tersebut (smart card)
(Muppalla, et al., 2012) (Gunda, et al., 2012) yang menjadi identitas dari user, kemudian user akan
didaftarkan dengan sejumlah saldo yang diisikan ke dalam database.

Maka dari itu, dirancanglah sebuah metode yang membagi menjadi tiga bagian yaitu: (1)
merancang agar program Qt dapat mengatur atau mengontrol RFID reader sesuai dengan yang
diharapkan; (2) program Qt dapat mengakses database sehingga dapat digunakan untuk
mengupdate nilai dari database tersebut; (3) program Qt mampu untuk mengirimkan suatu data
yang dapat dimengerti oleh modul AVR agar dapat menyalakan TV dengan waktu yang sesuai.

Sistem Pembayaran pada Pusat … (Natanael Berlian Sulisthio; dkk) 7


Piranti Keras (Hardware)
Protokol RC-5

RC-5 dikembangkan oleh Philips pada sebagai sebuah protokol komunikasi semi-
propietary untuk peralatan konsumen rumah tangga. Protokol ini juga diadopsi oleh banyak
perusahaan eropa dan amerika untuk digunakan dalam peralatan audio dan video yang dibuat oleh
perusahaan tersebut. Protokol lain yang banyak dipakai adalah NEC. Protokol ini banyak dipakai
oleh perusahaan jepang yang menambahkan header unik untuk setiap peralatan yang
diciptakan/dibuat oleh mereka. Keuntungan dari protokol NEC adalah tidak akan ada interferensi
antara remote dan peralatan yang dikendalikannya yang dibuat oleh perusahaan yang berbeda.
Keuntungan dari protokol RC-5 adalah apabila dilakukan/diikuti dengan benar maka semua remote
dapat digunakan untuk mengendalikan alat yang sama atau sebaliknya semua alat dapat
dikendalikan dengan remote yang sama, contoh dari protokol yang dipakai dalam penelitian ini ada
dalam Gambar 1 (Hei Tao Fung & Tony K Mak, 2011), (Bergmans, 2011).

Dalam Gambar 1, modulasi yang dilakukan merupakan modulasi dua fase, yaitu fase high
dan fase low. Modulasi ini dibentuk dengan periode 1,778 µs dengan masing-masing 889 µs untuk
setiap fasenya. Sinyal modulasi tersebut diberikan frekuensi pembawa infrared sebesar 37 KHz.
Sebuah logika “0” digambarkan dengan sinyal high dalam periode 889 µs diteruskan dengan sinyal
low dalam periode 889 µs, sedangkan logika “1” digambarkan dengan sinyal low dalam periode
889 µs diteruskan dengan sinyal high dalam periode 889 µs.

 
Gambar 1 Contoh protokol RC-5 pada televisi yang digunakan pada percobaan

Metode pengambilan data agar alat dapat mensimulasikan remote televisi yang sudah ada
dan dapat digunakan dalam sistem sebagai berikut: (1) mengambil sinyal dari remote televisi
menggunakan osiloskop; (2) memodulasi sinyal untuk menbuat sinyal tiruan, dalam hal ini peneliti
menggunakan microcontroller dan timer 555 sebagai pemodulasi sinyal; (3) membuat data yang
dapat diterima receiver televisi yang berfungsi untuk menstandby-kan televisi; (3) membuat modul
microcontroller master dan slave yang kemudian dapat berkomunikasi dengan I2C, blok diagram
dari sistem perangkat keras yang dibuat terdapat dalam Gambar 2 yang hasilnya ditampilkan pada
Gambar 3; (4) membuat komunikasi antara PC dengan microcontroller master dengan komunikasi
serial.

8 Jurnal Teknik Komputer Vol. 21 No.1 Februari 2013: 6-13


Gambar 2 Blok diagram dari sistem yang dibuat

Gambar 3 Hasil jadi alat yang dibuat

Aplikasi sistem dimulai ketika customer mendatangi tempat rental dan menemui meja
administrator. Customer akan ditanya apakah sudah menjadi member pada rental ini. Customer
yang belum terdaftar menjadi member akan ditanyakan oleh administrator, apakah customer
mempunyai kartu yang dapat dibaca oleh RFID atau tidak. Contoh kartu yang dapat digunakan
sebagai identitas atau kartu member yaitu E-KTP, Flazz card atau SIM. Jika customer tidak
mempunyai jenis kartu tersebut, customer dapat membeli kartu yang dapat digunakan untuk
bermain pada rental tersebut yang akan disediakan oleh administrator. Jika customer mempunyai
kartu berjenis E-KTP, Flazz card atau SIM, customer akan langsung diregistrasikan dan dapat
mengisikan sejumlah saldo untuk bermain.Customer yang sudah menjadi member dapat memilih
meja dan juga durasi bermain yang dinginkan, di mana terdapat empat pilihan meja, dan juga
empat paket durasi waktu bermain yaitu 30 menit, 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Jika customer

Sistem Pembayaran pada Pusat … (Natanael Berlian Sulisthio; dkk) 9


sudah mengisikan saldo dan ingin bermain, saldo akan dicek terlebih dahulu. Jika saldo tidak
mencukupi, customer harus men top-up sejumlah saldo untuk dapat bermain dengan paket yang
dipilih. Jika sudah mempunyai saldo yang cukup, customer bisa langsung menuju nomor meja yang
dipilih. Berikut adalah diagram alir sistem (Gambar 4).

Gambar 4 Diagram alir pengaplikasian alat di pusat permainan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian, dilakukan percobaan sebanyak 105 kali dengan jarak dan sudut yang
berbeda-beda sebagai berikut (Gambar 1):
10cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
20cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
30cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
40cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
50cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
60cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
70cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
80cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.

10 Jurnal Teknik Komputer Vol. 21 No.1 Februari 2013: 6-13


90cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
100cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
110cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
120cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
130cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
140cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.
150cm dengan jarak 0o, 30o, 45o, 60o, -30o, -45o dan -60o.

Gambar 5 Posisi dan sudut pengambilan data alat

Hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 1. Skenario pengujian untuk reader kartu: (1)
aplikasi yang dirancang dikoneksikan oleh RFID reader; (2) aplikasi memberikan command kepada
RFID reader untuk menampilkan serial number dari kartu yang ditempatkan; (3) aplikasi
menampilan serial number tersebut ke line edit yang sudah ditentukan.

Gambar 6 merupakan grafik dari hasil pengambilan data untuk menampilkan serial number
yang dimiliki oleh masing-masing kartu yang dibaca dengan menggunakan RFID reader. Dari
percobaan sebanyak 100 kali dengan menggunakan 4 macam RFID card yang berbeda yaitu kartu
Mifare 1K, Flazz card Binus University, e-KTP dan SIM, didapatkan hasil bahwa RFID reader
dapat menampilkan serial number dari seluruh kartu.

Skenario pengujian untuk pengiriman data dari piranti lunak menuju modul perangkat
keras master: (1) aplikasi dijalankan sebagai media pembayaran, kemudian penulis menentukan
waktu, dan juga nomor meja televisi yang akan digunakan; (2) modul master menerima data dari
komputer menggunakan komunikasi serial yang kemudian melanjutkan ke modul slave; (3) modul
slave yang dituju menampilkan jumlah waktu yang ingin digunakan sebagai bukti pengiriman data
dari komputer hingga ke modul master berhasil dilakukan.

Gambar 7 menunjukkan tingkat keberhasilan pengiriman data dari PC menuju modul AVR
master sebesar 100%. Hal ini dibuktikan dengan pengambilan data dengan menjalankan alat yang
yang sudah dirancang dapat berjalan hingga modul AVR slave menerima perintah yang sesuai
dengan penulis harapkan.

Sistem Pembayaran pada Pusat … (Natanael Berlian Sulisthio; dkk) 11


Tabel 1Hasil Percobaan Dengan Berbagai Jarak dan Sudut Kemiringan

Sudut Kemiringan  
Jarak   0°  ‐30°  ‐45°  ‐60°  30°  45°  60° 
nyala  mati  nyala  mati  nyala  mati  nyala  mati  nyala  mati  nyala  mati  nyala 
TV  TV  TV TV  TV  TV TV TV TV TV TV TV  TV  mati TV
10  √  √  √  √  √  √  √  √  √  √  √  √  √  √ 
20  √  √  √  √  √  √  ‐  ‐  √  √  √  √  √  √ 
30  √  √  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  √  √  √  √  ‐  ‐ 
40  √  √  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  √  √  √  √  ‐  ‐ 
50  √  √  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
60  √  √  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
70  √  √  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
80  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
90  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
100  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
110  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
120  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
130  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
140  √  √  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐  ‐ 
150  ‐  ‐  ‐ ‐  ‐  ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐  ‐  ‐ 
Legend : 
 30° merupakan sudut kemiringan sebesar 30° dari kiri TV   ‐30° merupakan sudut kemiringan sebesar 30° dari kanan TV  √  = berhasil  
 45° merupakan sudut kemiringan sebesar 45° dari kiri TV   ‐60° merupakan sudut kemiringan sebesar 60° dari kanan TV  ‐  =  gagal 
60° merupakan sudut kemiringan sebesar 60° dari kiri TV   ‐45° merupakan sudut kemiringan sebesar 45° dari kanan TV 

Gambar 6 Grafik keberhasilan menampilkan serial number kartu ke aplikasi

Gambar 7 Keberhasilan pengiriman data dari komputer ke modul master

12 Jurnal Teknik Komputer Vol. 21 No.1 Februari 2013: 6-13


SIMPULAN

Pada hasil percobaan penelitian ini didapatkan tingkat keberhasilan jarak maksimum
yang masih dapat dibaca adalah 140cm dan juga sudut yang dapat diterima sebesar 30O dari kanan
TV. Jarak maksimumnya mencapai 70cm. selain itu, penggunaan kartu flazz card, e-KTP dan
jugaSIM dapat digunakan sebagai media pembayaran.

Diharapkan ke depannya pengaplikasian RFID dapat menggunakan mode write di mana


saldo dapat dimasukan nilainya ke dalam kartu. Selain itu, database dapat dirancang lebih baik;
dalam hal ini bukan hanya sebagai media penyimpanan saldo tetapi sebagai database untuk bukti
penjualan. Modul slave juga perlu dirancang kembali agar dapat menambahkan interval waktu
sebelum waktu dari timer habis.

DAFTAR PUSTAKA

Bergmans, San. (2011). SB-Projects. Philips RC-5 Protocol. Diakses 12 Agustus 2012 dari
http://www.sbprojects.com/knowledge/ir/rc5.php.

Gunda, L., Masuka, L., Gonye, R., Mhlanga, S., & Nyanga, L. (2012). RFID-based automatic
tollgate system (RATS). CIE42 Proceedings, 102, 1-10, Cape Town, South Africa.

Hei Tao Fung & Mak, Tony K. (2011). Smart audio plug-in for enabling smart portable device to
be universal remote control. United States Patent Application Publication, 1-5, United
States

Muppalla, S., Chandra, Rajesh G., & Babu, Rajesh N. (2012). Tollgate billing and security of
vehicle using RFID. International Journal of Mathematics Trends and Technology, 3(3),
95 – 98, Andhra Pradesh, India.

Quan Zheng Sheng, Zeadally, Sherali., Zongwei Luo, Jen-Yao Chung, & Maamar, Zakaria. (2010).
Ubiquitous RFID: where are we? Information Systems Frontiers, 12 (5), 485 – 490, New
York, United States.

Rohandy, Ahmad. (2011). Software Indobilling Warnet: Billing Playstation, Billing PS2, Billing
PS3, Billing Billiard, Billing Pemutus Arus. Diakses 11-06-2012 dari
http://indobillingwarnet.blogspot.com/2012/06/billing-playstation-billing-ps2-billing.html.

Shobana, K., Sait, Naveen A., & Haq, Noorul A. (2010). RFID based vehicle toll collection system
for toll roads. International Journal of Enterprise Network Management, 4 (1), 3 – 15,
United Kingdom.

Sistem Pembayaran pada Pusat … (Natanael Berlian Sulisthio; dkk) 13

Anda mungkin juga menyukai