Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh :
EKA NOVITA SARI
NPM : 17320011

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
T.A 2020/2021
A.PENGERTIAN DAN JENIS
1. Definisi
- Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan bahagia. (Budi Ana Keliat, 2009).
- Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan perasaan
tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, yang dapat diekspresikan
secara langsung maupun tak langsung. (Towsend, M.C. 2011).
- Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung (Schult & videbeck, 2009).
- Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan,
yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Scultz dan
Videback, 2009).
- Harga diri rendah adalah keadaan ketika individu mengalami evaluasi diri
negatif mengenai diri atau kemampuan diri. (Lynda Juall Carpenito-
Moyet, 2007)
2. Jenis
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan dapat terjadi
secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).Pada klien yang dirawat
dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a) Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan
tanpa persetujuan.
b. Kronik

2
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life
span history klien, penyebab HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya
sering disalahkan, kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima
dalam kelompok (Yosep, 2007)
Tanda dan Gejalanya :
a. Data subjektif : mengungkapkan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang laindan mengungkapkan malu dan tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu.
b. Data objektif : tampak ketergantungan pada orang lain, tampak sedih
dan tidak melakukan aktivitas yang seharusnya dapat dilakukan, wajah
tampak murung.

B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Faktor- faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
a) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
1) Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan
dan perkembangan atau penyakit)
3) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh
4) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterpi, transplantasi
b) Faktor predisposisi gangguan harga diri
1) Penolakan dari orang lain
2) Kurang penghargaan
3) Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu
dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
4) Persaingan antar saudara
5) Kesalahan dan kegagalan yang berulang
6) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
a. Faktor predisposisi gangguan peran
1) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,
perubahan situasi dan keadaan sehat sakit

3
2) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi
3) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku
peran yang sesuai
4) Peran yang terlalu banyak
b. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
1) Ketidak percayaan orang tua pada anak
2) Tekanan dari teman sebaya
3) Perubahan dari struktur sosial
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber
internal maupun eksternal klien, yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada tiga jenis transisi
peran :
c. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan penyesuaian diri.
d. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
e. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh : Kehilangan bagian
tubuh. Perubahan bentuk, ukuran, panampilan, dan fungsi tubuh.
Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal. Prosedur
medis keperawatan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah
(Stuart dan Sundeen, 2006)
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir

4
d. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri

D. PSIKOPATOLOGI/POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri:Harga diri rendah

Gangguan citra tubuh

E. PENATALAKSANAAN
1. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan
orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
2. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat
b. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
c. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk
gejala positif maupun gejala negative skizofrenia
d. Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
e. Tidak menyebabkan kantuk
f. Memperbaiki pola tidur
g. Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
h. Tidak menyebabkan lemas otot.

5
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone,
Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini
sudah dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud
meliputi :

1. Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg


a. Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik diri terganggu,
berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dam melakukan
kegiatan rutin.
b. Cara kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak khususnya
sistem ekstra piramidal.
c. Kontra indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran yang disebabkan CNS
Depresi.
d. Efek samping
- Metabolik ( Jaundice ) Sedasi
- Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik / parasimpatik, mulut
kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata
kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung).

6
- Gangguan ekstra piramidal ( distonia akut, akatshia, sindrom
parkinsontremor, bradikinesia rigiditas ).
- Gangguan endokrin ( amenorhoe, ginekomasti ).
2. Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang
1) Halloperidol ( HP ): 3 x 5 mg
a) Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada
lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada
anak-anak.
b) Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak
depresif, skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu
halloperidol juga mempunyai daya anti emetik yaitu dengan
menghambat sistem dopamine dan hipotalamus. Pada pemberian
oral halloperidol diserap kurang lebih 60–70%, kadar puncak
dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan menetap 2-4 jam.
Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi berlangsung lambat,
sebagian besar diekskresikan bersama urine dan sebagian kecil
melalui empedu.
c) Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.
d) Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi
reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-
kadang terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik
ringan, akatsia, dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah,
hipotensi ortostatik, gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing,
mengantuk, depresi, oedem, retensio urine, hiperpireksia,
gangguan akomodasi.
2) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
a) Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
b) Cara kerja

7
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan
kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di
susunan saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan
defisiensi dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus
striatum. Reseptor asetilkolin disekat pada sinaps untuk
mengurangi efek kolinergik berlebih.
c) Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain,
glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi
leher kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
d) Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan
kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium,
kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti
hipotensi ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit
seperti ruam kulit, urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal
seperti mulut kering, mual, muntah, distres epigastrik, konstipasi,
dilatasi kolon, ileus paralitik, parotitis supuratif. Pada perkemihan
seperti retensi urine, hestitansi urine, disuria, kesulitan mencapai
atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis seperti depresi,
delusu, halusinasi, dan paranoid.
3. Psikosomatik
a. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
b. Keperawatan
Biasanya yang dilakukan yaitu Therapi modalitas/perilaku merupakan
rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada
kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku menggunakan
latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial.Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal.Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya

8
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998).
c. Therapy aktivitas kelompok
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan
Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi
persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi
dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan
persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan
Akemat,2005).

F. PENGKAJIAN FOKUS
1. Menarik diri
i. Data Obyektif :
 Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul.
 Komunikasi kurang atau tidak ada.
 Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
 Berdiam diri dikamar/ tempat terpisah ; klien kurang mobilisasi.
 Menolak berhubungan dengan orang lain.
 Tidak melakukan kegiatan sehari- hari.
ii. Data Subyektif
 Klien mengatakan lebih suka sendiri daripada berhubungan dengan
orang lain.
2. Harga diri rendah.
a.Data Obyektif :
 Perasaan malu terhadap diri sendiri.
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik diri).
 Merendahkan martabat.
 Gangguan hubungan social, menarik diri, lebih suka sendiri.
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Menciderai diri akibat harga diri rendah serta tatapan yang suram.
b.Data Subyektif

9
 Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh, tidak
tahu apa-apa.
 Klien megungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
3. Gangguan citra tubuh
a.Data Obyektif :
 Menolak melihat, menyentuh bagian tubuh yang berubah.
 Menolak penjelasan perubahan tubuh.
 Persepsi negative terhadap perubahan tubuh.
 Mengungkapkan keputusasaan.
 Mengungkapkan ketakutan.
b.Data Subyektif
 Klien mengatakan malu terhadap dirinya sendiri.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi
halusinasi
Tujuan Khusus : -
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengancara :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya

10
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
d) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
e) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
f) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
g) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
h) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
i) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
4) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial\
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap :
 Klien – Perawat
 Klien – Perawat – Perawat lain
 Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
 Klien – Keluarga atau kelompok masyarakat
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai.

11
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
5) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat
berhubungan dengan orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan
oranglain
6) Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan
kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
2. Diagnosa II : harga diri rendah.
Tujuan umum: Kien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Tujuan khusus: -
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

12
1) Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
c) Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
a) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4) Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
b) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
b) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
3. Diagnosa II: Gangguan Citra Tubuh.
Tujuan umum: klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien
akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus : -
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya

13
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, perkenalan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
3) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
4) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya
sendiri
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
utamakan memberi pujian yang realistis
3) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan:
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang
ke rumah
d. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap
hari sesuai kemampuan
2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan:
1) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien

14
2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

I. DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC:


Jakarta.
2. Keliat, Budi Anna dll. (2001). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa..
EGC: Jakarta.
3. Schultz dan Videback. (2009). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th
edition. Lippincott- Raven Publisher: Philadelphia.
4. Stuart and Sundeen (2006), ”Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa”,
alih bahasa Hapid AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5. Townsend. (2011). Nursing Diagnosis in Psychiatric Nursing a Pocket
Guide for Care Plan Construction. Edisi V. Jakarta : EGC
6. Atom. 2013. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah. Diunduh dari
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/06/laporan-pendahuluan-
harga-diri-rendah.html pda hari sabtu, 27 September 2014

15

Anda mungkin juga menyukai