Dokumen - Tips Makalah Hematemesis
Dokumen - Tips Makalah Hematemesis
KELOMPOK 10
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Hematemesis adalah muntah darah berwarna merah kehitaman menyerupai bubuk air
kopi, dimana darah bercampur dengan asam lambung. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, misalnya tukak lambung atau pecahnya pembuluh darah balik disekitar lambung dan
tenggorokan sebagai akibat dari penyakit hati. Melena adalah buang air besar dengan kotoran
seperti ter atau aspal, lengket bercampur dengan darah tua.
Keduanya ini sebagai akibat perdarahan saluran makan bagian atas. Lokasi
hematemesis dimulai dari pharing sampai intestin ditempat perlengketan ligamentum treitz.
Perdarahan saluran cerna merupakan salah satu masalah emergensi di bidang
gastroenterologi. Manifestasi klinisnya dapat sangat bervariasi mulai dari ringan, hanya
sedikit muntahan bahan berwarna hitam seperti kopi atau sedikit gumpalan darah dalam
muntahan, sampai perdarahan sangat massif dan menimbulkan renjatan angka kematian
relative masih tinggi walaupun modalitas terapeutik semakin berkembang. Laporan di Negara
maju masih memperlihatkan angka kematian sekitar 10% untuk dominasi populasi karena
kasus tukak peptik. Di Indonesia dengan dominasi perdarahan varises esophagus dapat di
prediksi angka kematian lebih tinggi(dalam hal ini umumnya sirosis hepatis).
LAPORAN KASUS
Bu minah 75 tahun datang dengan keluhan muntah hitam sejak 2 hari yang lalu
.Pasien juga mengeluh BAB warna hitam .Selama ini pasien mengaku menderita anemia dan
rutin minum obat suplementasi zat besi .Pasien juga mengaku sering sakit kepala , terkadang
suka minum paracetamol jika sakit kepala demam disangkal ,namun pasien mengeluh selama
ini tidak nafsu makan BB turun cukup banyak.
BAB II
PEMBAHASAN
TERMINOLOGI
1. Muntah hitam
Muntah yang berwarna hitam yang menunjukkan adanya perdarahan saluran
gastrointestinal yang sudah bercampur dengan asam lambung
2. Paracetamol
Obat analgesic dan atipiretik yang basa
3. BAB hitam
Pengeluaran feses yang warna hitam oleh karena perdarahan saluran cerna bagian atas
4. Anemia
Keadaan dimana Hb dalam sel darah merah dibawah normal
MASALAH
1. Wanita usia 75 tahun
2. Hematemesis melena
Pada pasien ini ditemukan keluhan muntah hitam dan BAB berwarna hitam.
3. Anemia
Hasil anamnesis dengan pasien didapatkan pasien mengaku menderita anemia
4. Pemakaian suplementasi zat besi
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengkonsumsi suplementasi zat besi
untuk mengatasi anemia
5. Sering sakit kepala
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengaku sering sakit kepala.
6. Pemakaian paracetamol
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengkonsumsi paracetamol untuk
mengatasi sakit kepala.
7. Tidak nafsu makan
8. BB turun cukup banyak
HIPOTESIS
Berdasarkan anamnesis dan data yang didapatkan dari pasien. Hipotesis dari pasien ini :
1. Keganasan
2. Sirosis hepatis
Pasien dengan sirosis hati datang ke dokter dengan sedikit keluhan, dapat tanpa keluhan
sama sekali atau dengan keluhan penyakit lain. Keluhan yang terakhir ini dapat timbul
tidak khas sehingga kita menduga bukan penyakit hati yang jadi penyebabnya. Beberapa
keluhan dan gejala yang sering timbul pada sirosis antara lain kulit berwarna kuning, rasa
capai, lemas, nafsu makan menurun, gatal, mual, penurunan berat badan, nyeri perut, dan
mudah berdarah (akibat penurunan produksi faktor – faktor pembekuan darah). Pasien
sirosis juga dapat mengalami keluhan dan gejala akibat komplikasi sirosis hatinya. Pada
beberapa pasien, komplikasi ini dapat menjadi gejala pertama yang membawa pasien ke
dokter. Pasien sirosis dapat tetap berjalan kompensata selama bertahun – tahun, sebelum
berubah menjadi dekompensata. Sirosis dekompensata dapat dikenal dari timbulnya
bermacam komplikasi seperti ikterus, perdarahan varises, asites atau ensefalopati.
3. Ulkus peptikum
Ulkus Peptikum atau tukak lambung adalah terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas
di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, submukosa hingga lapisan otot dari
suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan asam
lambung/pepsin.
Gambaran Klinis :
Secara umum pasien ulkus peptikum biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah suatu
sindrom klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna mual, muntah
kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat rasa
kenyang. Pada dispepsia akibat gangguan motilitas keluhan yang paling menonjol adalah
perasaan kembung, rasa penuh ulu hati setelah makan, cepat merasa kenyang disertai
sendawa. Pada dispepsia akibat refluks keluhan yang menonjol berupa perasaan nyeri ulu
hati dan rasa seperti terbakar. Pasien ulkus peptikus memberikan ciri – ciri keluhan seperti
nyeri ulu hati / epigastrium, rasa tidak nyaman disertai muntah. Nyeri epigastrium
merupakan gejala umum ulkus peptikum tetapi keluhan ini tidak sensitif atau spesifik
untuk digunakan sebagai alat diagnostik.
ANAMNESIS TAMBAHAN
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Konsistensi tinja
2. Merokok
VASKULARISASI ABDOMEN
Perdarahan abdomen dilakukan oleh aorta abdominalis. Aorta abdominalis bercabang 3 yaitu
trunkus coelliacus, a. Mesentrica superior, dan a.mesentrica inferior.
Trunkus coelliacus
dextra dextra
a. Hepatica
sinistra
a. cystica
A.MESENTRICA SUPERIOR
1. A. pancreatico duodenalis inferior. Arteri ini mendarahi caput pangcreas, duodenum pars
descendens dan duodenum pars inferior dan akan beranatomose dengan a. pancreastico
duodenalis superior
2. A. intestinalis, berjumlah 12 - 15 buah, cabang menuju jejenum dan ileum. Umumnya
arteri ini akan membentuk arcade, dimana untuk jejenum 1 - 2 buah ( panjang dan jarang),
sedangkan untuk ileum bejumlah dapat sampai 5 buah (pendek dan rapat ).
3. A. ileocolica, terletak pada fosse iliaca kanan. Cabang superior beranastomose dengan a.
solica dextra. Arteri ini akan memberi cabang ke ileum sebagai a. ileac. Ke appedix
sebagai appendicular arteri, a. colica untuk escending colon dan a.cecalis anterior dan
posterior untuk anterior dan posterior rectum
4. A. colica dextra untuk daerah ascending colon.
5. A. colica media untuk daerah transversum colon.
dan ini akan bermuara langsung ke dalam vena cava inferior. Vena renalis baik kiri maupun
kanan akan bermuara langsung ke dalam vena cara inferio. Vena porta akan menerima darah
gaster, intestinum tenue dan intestenum crassum maupun dari lien. Pertemuan antara v. lien
dengan v.mesenterica superior, disebut vena porta dengan panjang sekitar 3,5 cm. Pada hati
melalui v.hepatica akan menuju v.cava inferior. Aliran venous dari curvatura minor gaster
(vena gastrica)akan langsung mengalirkan darahnya kevena porta. Aliran venous dari
curvatura mayor (v. gastroepiploica sin) melalui v. lien menuju v. porta dan v. cava inferior.
V. mesenterica inferior. Akan memasuki v. lien menuju v. porta dan masuk vena cava v.
pancreatico duodenalis superior, memasuki v.gastroepiploica dextra, menuju v. mesenterica
superior, seterusnya menuju v. porta dan v.cava inferior dan jantung dan baru keseluruh
tubuh. V. pancreatico duodenalis inf. Memasuki v.mesenterica superior, menuju v. sporta, v.
cava inferior menuju jantung.
V. jejunalis menuju v.intestinalis, menuju v. mesenterica superior langsung ke vena porta ke
V. cava inferior. Aliran venous ileum, menuju v.ileocolice seterusnya ke vena mesenterica
superior dan v. porta, v.cava inf. Venous colon ascendens mengalirkan isinya menuju
v.mesenterica superior (V. ileocoecalis dan v. colica dextra), menuju v. poorta ke vena cava
inferior. Vena colen transversum bagian kanan dan tengah akan mengalirkan isinya ke vena
mesenterica superior menuju v. porta ke v. cava inf venous colon ascenden dan seterusnya ke
vena mesenterica inferior.
ANATOMI SALURAN CERNA
1. Lambung
Lambung disebut juga gaster yang secara anatomis berupa kantong dibawah diafragma.
Terletak secara oblik dari kanan ke kiri menyilang di abdomen atas tepat dibawah diafragma.
Dalam keadaan kosong lambung menyerupai tabung berbentuk J, dan bila penuh berbentuk
seperti buah pir raksasa. Kapasitas normal lambung adalah 1 sampai 2 L. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pilorikum atau pilorus. Sebelah kanan atas
lambung terdapat cekungan curvatura minor dan bagian kiri bawah terdapat curvatura major .
Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan yang
terjadi.Sfingter cardia atau sfingter esofagus bawah, mengalirkan makanan masuk kedalam
lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Daerah lambung
tempat pembukaan sfingter cardia dikenal sebagai daerah cardia. Disaat sfingter pilorikum
terminal terelaksasi, makanan masuk kedalam duodenum dan ketika berkontraksi sfingter ini
akan mencegah terjadinya aliran balik isi usus ke dalam lambung.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serta hati, empedu dan limpa)
terutama berasal dari arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang merpercabangkan cabang –
cabang yang menyuplai curvatura mayor dan minor.Dua cabang arteri yang penting dalam
klinis adalah arteri gastroduodenalis dan arteri pankreatikaduodenalis yang berjalan
sepanjang bulbus posterior duodenum.Aspek klinisnya adalah jika terjadi ulkus pada dinding
posterior duodenum dapat mengerosi arteri ini dan dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.Darah vena dari lambung dan duodenum, serta yang berasal dari pankreas, limpa
dan bagian lain saluran gastrointestinal, berjalan ke hati melalui vena porta.
usus halus mempunyai dua lapisan yaitu lapisan luar yang terdiri dari serabut – serabut
longitudinal yang tipis, dan lapisan dalam yang terdiri dari serabut – serabut sirkular.Penataan
yang demikian mambantu gerakan peristaltik usus halus.Lapisan submukosa terdiri atas
jaringan ikat, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung
pembuluh darah dan kelenjar.
Perdarahan usus halus oleh arteri mesentrika superior dicabangkan dari aorta tepat
dibawah arteri seliaka.Arteri ini memperdarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang
diperdarahi oleh arteri gastroduodenalis dan cabangnya, arteri pankreatikoduodenalis
superior.Darah dikembalikan lewat vena mesentrika superior yang menyatu dengan vena
lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi oleh cabang – cabang sistem saraf otonom. Rangsangan
parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantar
nyeri, sedangkan serabut – serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik,
yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam
lapisan muskularis, dan pleksus Meissner dilapisan submukosa.
Pendarahan usus besar sebelah kanan (sekum, kolon asenden, dan dua pertiga kolon
transversum) oleh arteri mesentrika superior, dan sebelah kiri (sepertiga kolon transversum,
kolon desenden, kolon sigmoid dan bagian proksimal rektum) oleh arteri mesentrika inferior.
Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan nferior yang
dicabangkan dari arteri iliaka interna dan aorta abdominalis.Aliran balik vena dari kolon dan
rektum superior adalah vena mesentrika superior, vena mesentrika inferior dan vena
hemorodalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati).Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan ddarah ke vena iliaka sehingga merupakan
bagian sirkulasi sistemik.Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis seperior, media dan
inferior sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik
ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian
sfingter eksterna yang berada dalam pengendalian volunter.Serabut parasimpatis berjalan
melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari
daerah sakral menyuplai bagian distal.Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis
melalui saraf splangnikus.Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan
aortikorenalis, kemudian serabut pascaganglionik menuju kolon.Rangsangan simpatis
menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum.Rangsangan
parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan.
HISTOLOGI SALURAN CERNA
1. Gaster
Tunika Mukosa
Merupakan epitel kolumner simpleks, tidak terdapat vili intestinalis dan sel
goblet.Terdapat foveola gastrika/pit gaster yang dibentuk epitel, lamina propia dan
muskularis mukosa.Seluruh gaster terdapat rugae (lipatan mukosa dan submukosa) yang
bersifat sementara dan menghilang saat gaster distensi oleh cairan dan material padat.
Foveola tersebut terdapat sel mukosa yang menyekresi mucus terutama terdiri dari:
Sel neck. Menghasilkan secret mukosa asam kaya glikosaminoglikan
Sel parietal. Menghasilkan HCl
Sel chief. Mengahasilkan pepsin
Sel argentaffin. Menghasilkan intrinsic factor castle untuk pembentukan darah
Tunika submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah dan saraf pleksus meissner
Tunika muskularis
Terdiri atas otot oblik (dekat lumen),otot sirkular (bagian tengah) dan otot longitudinal
(bagian luar). Diantara otot sirkuler dan longitudinal tersebut sedikit dipisah pleksus saraf
mienterikus auerbach
Tunika Serosa
Peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh darah dan sel-
sel lemak.
2. Usus halus
Panjang ±5 m. Ciri khas terdapat plika sirkularis kerkringi, vili intestinalis, dan
mikrovili.Plika sirkularis kerkringi merupakan lipatan mukosa (dengan inti submukosa)
permanen.Vili intestinales merupakan tonjolan permanen mirip jari pada lamina propia ke
arah lumen diisi lakteal (pembuluh limfe sentral). Mikrovili merupakan juluran sitoplasma
(striated brush border). Pada lamina propia terdapat kelenjar intestinal lieberkuhn,
didasarnya terdapat sel paneth (penghasil lisozim-enzim antibakteri pencerna dinding
bakteri tertentu dan mengendalikan mikroba usus halus) dan sel enteroendokrin (penghasil
hormone-gastric inhibitory peptide,sekretin dan kolesistokinin/pankreozimin-).
3. Duodenum
Tunika Mukosa
Epitel kolumner simpleks dengan mikrovili, terdapat vili intestinalis dan sel goblet. Pada
terdapat sel paneth tapi terdapat sel enteroendokrin. Dibawah lamina terdapat muskularis
mukosa
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus
meissner
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya
dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Serosa/Adventisia
Merupakan peritoneum visceral dengan epitel squamosa simpleks, yang diisi pembuluh
darah dan sel-sel lemak.Kolon tranversum dan sigmoid melekat ke dinding tubuh melalui
mesenterium, sehingga tunika serosa menjadi lapisan terluar bagian kolon ini.Sedangkan
adventisia membungkus kolon ascendens dan descendens Karena ketaknya peritoneal.
7. Rectum
Tunika Mukosa
Terdiri epitel kolumner simpleks, mempunyai sel goblet dan mikrovili, tapi tidak
mempunyai plika sirkularis maupun vili intestinalis.Pada lamina propia terdapat kelenjar
intestinal lieberkuhn, sel lemak, dan nodulus limpatikus.Dibawah lamina terdapat
muskularis mukosa.
Tunika Submukosa
Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh darah, sel lemak dan saraf pleksus
meissner
Tunika Muskularis
Terdiri atas otot sirkular (bagian dalam) dan otot longitudinal (bagian luar).Otot sirkular
berbentuk utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya
dipisah oleh pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Adventisia
Merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi rectum, sisanya ditutupi serosa.
8. Anus
Tunika Mukosa
Terdiri epitel squamosa non keratin, lamina propia tapi tidak ada terdapat muskularis
mukosa.
Tunika Submukosa
Menyatu dengan lamina propia. Jaringan ikat longgar banyak mengandung pembuluh
darah, saraf pleksus hemorroidalis dan glandula sirkum analis.
Tunika Muskularis
Bertambah tebal.Terdiri atas sfingter ani interna (otot polos, perubahan otot sirkuler),
sfingter ani eksterna (otot rangka) lalu diluarnya m. levator ani.Otot sirkular berbentuk
utuh tapi otot longitudinal terbagi tiga untaian besar (taenia koli). Diantaranya dipisah oleh
pleksus mienterikus auerbach.
Tunika Adventisia
Terdiri jaringan ikat longgar
Yang dimaksud perdarahan saluran cerna bagian atas adalah kehilangan darah dalam
lumen saluran cerna ,dimana saja mulai dari esophagus sampai dengan duodenum (dengan
batas anatomic di ligamentum treitz).Mekanisme kehilangan darah mulai dari perdarahan
tersamar intermiten (yang hanya dapat dideteksi adanya darah samar pada feses atau adanya
anemia defisiensi besi) sampai dengan disertai perdarahan masif yang disertai renjatan. Pada
makalah ini lebih ditekankan pada perdarahan klinik yang manifestasi klinik yang paling
klasik adalah adanya hematesis(muntah darah segar dan atau disertai hematin /hitam)yang
kemudian dilanjutkan dengan timbulnya melena.
Hal ini terutama pada kasus dengan sumber perdarahan di esophagus dan gaster. Sedangkan
sumber perdarahan di duodenum relative lebih sering bermanifes dalam bentuk melena atau
tidak jarang dalam bentuk hematokezia.Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam
waktu singkat akan menimbulkan refleks muntah sebelum komponen darah tersebut
bercampur dengan asam lambung (sehingga muntah darah segar).hal ini berbeda dengan
perdarahan yang memberi kesempatan darah yang keluar terpapar lengkap dengan asam
lambung sehingga membentuk hematin hitam .Perdarahan yang massif umumnya berasala
dari duodenum ,kadang tidak terpapar asam lambung dan keluar per anum dalam bentuk
darah segar (hematochezia) atau merah hati (maroon stool)
o Etiologi perdarahan saluran cerna bagian atas:
1. Pecahnya verises esophagus ,gaster dan duodenum
2. Robeknya esophagus
3. Esophagitis
4. Tukak esophagus , gaster dan duodenum
5. Gastritis erosive
6. Keganasan SCBA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Hb, hematokrit, jumlah leukosit trombosit, eritrosit
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan sedini mungkin bila perdarahan telah berhenti. Mula -
mula dilakukan pemeriksaan esofagus dengan menelan bubur barium, diikuti pemeriksaan
lambung dan duodenum, sebaiknya dengan kontras ganda. Pemeriksaan dilakukan dengan
berbagai posisi dan diteliti ada tidaknya varises di daerah 1/3 distal esofagus, atau apakah
terdapat ulkus,polip,tumor esofagus,lambung,duodenum.
3. Pemeriksaan endoskopi
Pemeriksaan ini sangat penting untuk menentukan dengan tepat sumber perdarahan
saluran cerna bagian atas. Tergantung keterampilan dokternya, endoskopi dapat dilakukan
sebagai pemeriksaan darurat sewaktu perdarahan atau segera setelah hematemesis
berhenti. Pemeriksaan endoskopi dapat dilakukan secara elektif untuk pasien dengan
perdarahan yang ringan atau hanya menentukan keadaan anemi dan tes darah samar pada
tinja menunjukkan hasil positif. Dapat juga dilakukan secara darurat untuk pasien dengan
perdarahan yang masif namun waktu penatalaksanaan nya ditentukan oleh keadaan
hemodinamik dari pasien dan dilakukan setelah keadaan pasien stabil. Pasien dengan
keadaan syok sebaiknya endoskopi di tunda setelah resusitasi setelah dilakukan. Pada
endoskopi darurat dapat ditentukan sifat dari perdarahan yang sedang berlangsung.
4. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dapat menunjang diagnosis hematemis atau melana bila di duga
penyebabnya adalah pecahnya varises esofagus, karena secara langsung beri informasi
tentang ada tidaknya hepatitis kronis, sirosis hepatis dengan hipertensi portal, keganasan
hati dengan cara yang nonivasif dan tidak bersifat persiapan sesudah perdarahan akut
berhenti.
5. Esofagogastroduodenoskopi
Pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat memastikan diagnosis pecahnya
varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya dari esofagus, lambung, dan
duodenum.
6. Biopsi hati
Biopsi hati digunakan untuk membedakan sirosis hati dengan hepatitis kronis
ke makanan padat
4. Psikoterapi
KOMPLIKASI
Disebut juga dengan syock preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. Perdarahan dapat terjadi karena kehilangan
cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan penurunan
intraventrikel
6. Gagal ginjal akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik.
7. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi oksigen ke otak, sehingga terjadi penurunan kesadaran
8. Aspirasi pneumoni
infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas
9. Anemi posthemoragik
kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari
10. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di dalam darah.
Racun-racunnya tidak dapat dibuang karena fungsi hati terganggu. Dan suatu keadaan
dimana fungsi otak mengalami penurunan dikarenakan zat-zat racun didalam darah,
yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.
PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Malam
Ad Fungsionam : Dubia Ad Malam
DAFTAR PUSTAKA
1. Suparman. 1987. Ilmu penyakit dalam. ( jilid I, edisi kedua ). Jakarta: Balai penerbit FKUI
2. Guyton, A. C. J. E. Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Terjemahan
Irawati, et.al. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Lindseth, G. N 2007. Gangguan lambung dan duodenum. Dalam: Price, S.A. L. M.
Wilson. 2007. PATOFISIOLOGI konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Volume 1.
Terjemahan B.U. Pendit, et al. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.pp:417-35
4. McGuigan, J.E.2007. Ulkus peptikum dan gastritis. Dalam: Isselbacher, K.J.E. Braunwald,
J.D. Wilson, J.B. Martin, A.S. Fauci, D.L. Kasper.2007.Harisom, Prinsip- prinsip Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume 4. Terjemahan Asdie, A.H. et.al.Jakarta: penerbit Buku
kedokteran EGC. pp:1532-53
5. Sudoyo AW, setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI;2006;p.336-44
6. Eroschenko V. P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi 9.
Jakarta : EGC.