I. PENDAHULUAN
pesisir yang cukup luas dengan panjang garis pantai mencapai 95.181 Km, angka
pantai terpanjang di Dunia. Dengan garis pantai yang panjang serta wilayah
pesisir yang cukup luas tersebut, tentunya Indonesia memliki potensi sumberdaya
alam pesisir yang luar biasa dengan keanekaragaman ekosistem dan salah satu
Selatan dan sekitarnya yang berada di pesisir pantai karena memiliki sumberdaya
alam cukup produktif serta berperan dalam menjaga keseimbangan siklus biologis
di lingkungannya. Dengan kawasan hutan mangrove yang masih cukup luas dan
kondisi laut yang produktif, Kecamatan Banawa selatan merupakan salah satu
secara fisik kawasan ini memiliki berbagai keunikan ekosistem, mulai dari
ekosistem pantai, dataran rendah sampai dengan ekosistem hutan dan bukan
hanya itu, terkhusus untuk ekosistem pantai yang ada di Banawa Selatan ini, juga
karang, padang lamun, pantai berpasir yang indah dan beberapa kawasan hutan
mangrove.
pengaruh dan tekanan terhadap habitat mangrove di wilayah ini bukanlah semata
mata dari gangguan dan tekanan lingkungan secra alami saja, melainkan karena
akan kayu bakar serta kegiatan konservasi hutan mangrove di Kecamatan Banawa
perubahan luas kahan yang terjadi dengan cara melakukan analisis perubahan luas
data serta informasi bagi mahasiswa ataupun instansi terkait mengenai perubahan
“Mangue” (Bahasa Prancis) dan kata “at grove” (Bahasa Inggris) yang artinya
selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air
laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim sedangkan dareah pantai dalah daratan
yang terletak dibagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan
laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut dengan kelerengan kurang dari 8%
pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu
Dapat tumbuh di daerah tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari
Melindungi pantai dari gelombang dan arus pasang surut. Mampu hidup
Rhizophora spp).
Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi, ditunjukan dengan adanya sel-
sel khusus dalam daun untuk menyimpan garam struktur daun yang tebal
Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut
peranan penting bagi kelangsungan hidup ekosistem lainnya. Dimana secara garis
besar mempunyai dua fungsi utama yaitu fungsi ekologi dan fungsi ekonomis.
6
sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan
larva udang, ikan, biota laut lainnya serta penghasil kayu untuk bahan kontruksi,
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
penebangan hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi
Menurut Jayadinata (1999 : 10), lahan merupakan tanah yang sudah ada
danau, salju, dan lain lain. Kegiatan klasifikasi penutupan lahan dilakukan untuk
lahan yang diinginkan itu disebut dengan skema klasifikasi atau sistem klasifikasi.
Selanjutnya Bambang (2006) mengemukakan bahwa ada tiga kelas data yang
tercakup dalam penutupan lahan secara umum yaitu struktur fisik yang dibangun
7
oleh manusia: fenomena biotik, vegetasi alami, tanaman pertanian, dan kehidupan
Dalam peta rupa bumi indonesia (RBI) skala 1:250.000, tahun 1986
penutupan lahan tersebut diperluas menjadi : (a) hutan yang terdiri atas hutan
lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, hutan tanaman, hutan rawa
primer, hutan rawa sekunder (b) perkebunan (c) pemukiman (d) sawah (e) sawah
lahan kering/ladang yang dibagi atas pertanian lahan kering, pertanian lahan
kering campur semak (f) rawa (g) tanah terbuka (h) tubuh air (i) belukar
tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung denga obyek, daerah atau fenomena yang
dikaji. Pada berbagai hal, penginderaan jauh dpat diartikan sebagai suatu proses
pengamatan dan penagkapan objek atau peristiwa dari jarak jauh. Dalam
penginderaan jauh, sensor tidak langsung kontak dengan obyek yang diamati,
informasi tersebut membutuhkan alat penghantar secra fisik untuk perjalanan dari
8
obyek ke sensor melalui medium. Dalam hal ini penginderaan jauh lebih dibatasi
pada suatu teknologi perolehan informasi permukaan bumi (laut dan daratan) dan
balon udara) dan spaceborne (satelit, pesawat luar angkasa) (Barkey et. al., 2009).
Lillesand dan Kiefer (1990) menjelaskan bahwa proses dan elemen yang
terkait di dalam sistem penginderaan jauh meliputi dua proses utama yaitu
pengumpulan data dan analisi data. Elemen proses pengumpulan data meliputi (a)
sember energi, (b) perjalanan energi melalui atmosfer, (c) interaksi antara energi
dengan kenampakan di muka bumi, (d) sensor wahana pesawat terbang dan
satelit, dan (e) hasil pembenyukan data dalam bentuk piktorial dan bentuk
2. Penyajian informasi dalam bentuk peta, tabel, dan suatu bahasan tertulis
atau laporan.
Teknik penginderaan jauh merupakan suatu cara atau metoda yang sangat
yang hampir bersamaan) dalam dua dimensi dengan resolusi tinggi dan
9
mampu menghasilkan data derat waktu (time series data) dalam frekuensi
yang rendah.
sensor yang bersifat multispektral, mulai dari sinar tampak (visible), infra
akurat.
yang diamati.
4. Kondisi atmosfer yang beraneka ragam seperti awan, kabut, dan hujan
dapat diatasi.
dan Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Resolusi spasial dari citra
landsat cukup baik (30 m) dan kombinasi sensor radiometriknya pun cukup tinggi,
disamping itu cakupan area per lembar (scene)-nya cukup luas sehingga efisien
untuk digunakan dalam aplikasi pemetaan di area yang besar. Resolusi temporal
landsat adalah 16 hari dan karena jangka waktu pengoperasiannya yang cukup
lama, landsat memiliki kelengkapan data historis amat baik (Ekadinata et. al.,
2008).
Landsat Data Continuity Mission (LDCM). Dan menyediakan produk citra open
access sejak tanggal 30 Mei 2013, menandai perekembangan baru dunia antariksa.
NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS sebagai pengguna data
terhitung 30 Mei tersebut. Satelit ini kemudian lebih dikenal sebagai Landsat 8.
Pengelolaan arsip data citra masih ditangani oleh Earth Resources Observation
11
and Science (EROS) Center. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk
mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali.
landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memliki
area scan seluas 170 km x 183 km. Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard
Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) dengan
jumlah kanal sebnyak 11 buah. Diantara kanal – kanal tersebut, 9 kanal (band 1-9)
berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS, sebagian besar kanal
berkaitan dengan koreksi distorsi, degradasi dan noise yang terjadi akibat
kesalahan pada saat perekaman. Kegiatan dari restorasi citra ini nantinya akan
(Jaya, 2002).
penginderaan jauh sehingga citra tersebut mempunyai sifat – sifat peta dalam
bentuk, skala dan proyeksi. Tranformasi geometrik yang paling mendasar adalah
penempatan kembali posisi pixel sedemikian rupa, sehingga pada citra digital
terekam sensor. Pengubahan bentuk kerangka liputan dari bujur sangkar menjadi
jajaran genjang merupakan hasil tranformasi ini. Tahap ini diterapkan pada citra
12
Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek
tersebut (Simonett, 1975 dalam Susanto, 1992). Ada 3 hal penting yang perlu
citra, bila objek tidak dikenal maka analisis maupun pemecahan masalah tidak
mungkin dilakukan.
Kelas yang dihasilkan dari klasifikasi tidak terbimbing adalah kelas spektral.
klasifikasi piksel-piksel yang terdapat pada citra melalui training area. Sedangkan
didasarkan pada ide bahwa pengguna (user) dapat memilih sampel piksel dalam
analisis) suatu citra tanpa pengguna menyediakan contoh kelas terlebih dahulu
(kusno, 2009).
komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu : (a) mempunyai fenomena aktual
pada tipe SIG itu sendiri. SIG dengan skala yang kecil hanya membutuhkan PC
selanjutnya adalah data, SIG merupakan perangkat pengolahan basis data (DBMS
dengan suatu sistem antar muka dan sistem query dan basis data untuk apliaksi
kelebihan dapat mengelola data spasial dan data non-spasial sekaligus (Prahasta,
2001).
15
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Juli
Di dalam penelitian ini bahan dan alat yang digunakan terdiri dari
pengolahan data citra dengan menggunakan citra landsat perekaman tahun 2010 -
Quantum GIS untuk mendigitasi dan overlay, serta komputer dan printer untuk
data primer. Data sekunder berupa citra landsat perekaman tahun 2015
Tujuan dari analisis data citra secra digital adalah untuk mengekstrakan
informasi yang terkandung dari hasil rekaman satelit. Pengolahan citra secara
yang mengalami distorsi pada saat satelit melakukan perekaman. Gangguan ini
terjadi pada signal pantulan objek yang pada proses perekaman meleweti lapisan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di permukaan bumi, sehimgga citra dapat
lebih bermanfaat untuk kegiatan analisis. Langkah yang dilakukan yaitu dengan
2. Komposit Citra
Komposit citra adalah penggabungan 3 band atau saluran pada citra yang
komposit citra ini dikarenakan oleh keterbatasan mata yang kurang mampu dalam
warna. Pada citra multispektral yang terdiri dari banyak saluran, apabila hanya
menampilkan satu saluran saja maka citra yang dihasilkan merupakan gradasi
rona, dan mata manusia hanya bisa membedakan objek yang menonjol pada suatu
saluran, objek yang lain maka kita sulit untuk mengidentifikasinya. Oleh sebab itu
pada citra komposit ini, hasilnya akan lebih mudah menidentifikasi suatu objek
pada citra.
daerah penelitian dan mengurangi besar file citra. Pemotongan dilakukan setelah
citra tersebut dikoreksi dan hasil pemotongan citra tersebut akan digunakan dalam
proses selanjutnya.
Data citra landsat yang telah terkoreksi selanjutnya secara digital untuk
berdasarkan waran dan pola dari piksel dan spektral pada objek di citra yang
berdasarkan nilai piksel secara statistik dan kelas yang diperoleh merupakan kelas
abstrak.
sebaran penutupan mangrove yang kemudian pada area ini dilakukan analisis
saluran dari citra satelit Landsat antara lain : band saluran merah dan saluran
inframerah dekat. Kelebihan kedua saluran ini untuk identifikasi vegetasi adalah
obyek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi dengan formula sebagai
6. Overlay
identifikasi perubahan luas lahan hutan mangrove dengan cara mengamati pada
waktu yang berbeda. Registrasi yang akurat dari sedikitnya satu citra sangat
(overlay) terhadap satu citra yang telah diolah sehingga dapat diketahui perubahan
luasan obyek yang diamati. Dengan cara ini selain bisa menegtahui luas
perubahan lahan yang terjadi, juga bisa mengetahui bentuk perubahan terjadi.
landsat tahun 2015 yang terkoreksi secara geometrik yang dioverlay dengan peta
yang terjadi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 di Kecamatan Banawa
sebuah matrik kesalahan untuk mengukur akurasi peta tematik yang dihasilkan
akurasi produser (kemungkinan setiap piksel kelas penutup lahan telah benar
yang benar dikelaskan) begitu juga dengan statistik kappa (Congalton dan Green,
2009). Uji akurasi dilakukan tidak berbasiskan objek atau uji akurasi yang
berkaitan terhadap akurasi geometri objek (seperti lokasi dan bentuk (Whiteside et
al., 2011)
Kelas utama
Akurasi produser = x 100%
Total baris objek
Kelas utama
Akurasi Penggunaan = x 100%
Total kolom objek
Citra Landsat 8
Koreksi Atmosferik
(Radiometik)
4.1 Geografis
i. Letak Geografis
Kecamatan Pinembani
Kecamatan Pinembani
curah hujan 1 mm menunjukan banyaknya air hujan yang jatuh pada bidang
permukaan bumi seluas 1 m2 sebanyak 1 liter. Curah hujan merupakan salah satu
pertanian.
menempatkan pos hujan di dua titik yakni di desa Tanah Mea dan Lumbumamara.
2013
pada bulan Desember dengan jumlah 18 hari hujan sedangkan frekuensi curah
hujan yang terendah terdapat pada bulan Oktober dengan jumlah hari hujan
sebanyak 6 hari. Curah hujan tertinggi Kecamatan Banawa Selatan terjadi pada
bulan Juli dan Desember yakni masing-masing sebanyak 409 mm dan disajikan
pada Tabel 2.
24
a. Penduduk
Tahun 2013 sebanyak 24.394 jiwa dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak
24.195 jiwa, dengan luas wilayah 430,7 km². Jumlah penduduk terbanyak terdapat
di Desa Watatu dengan jumlah 3.184 jiwa, dengan luas desa 20,5 km², sedangkan
wilayah atau daerah tertentu dengan satuan per kilometer persegi. Ciri-ciri
penduduk 729 jiwa dengan luas 3.20 km² maka kepadatan penduduknya 228
penduduk terendah yakni 18 jiwa/km² dengan jumlah penduduk 936 jiwa dengan
Pembuatan training slide dilakukan dengan memilih objek pada citra digital
komposit band 543 dan komposit band 645. Objek yang terpilih dibuat polygon
pada daerah yang memiliki nilai spektral yang seragam / sama dengan nama
sesuai tutupan lahan. Proses ini dilakukan terhadap semua jenis tutupan lahan.
2015, perubahan luas lahan terjadi pada semua kelas tutupan lahan yang dimana
luasan. Kelas tutupan lahan yang mengalami peningkatan antara tahun 2010 dan
tahun 2015 adalah kelas lahan terbuka, kelas pemukiman, kelas tubuh air/tambak,
dan kelas semak belukar, sedangkan yang mengalami penurunan luasan adalah
a. Pemukiman
Pada tahun 2010 luas pemukiman seluas 262,76 ha dan pada tahun 2015
menjadi 278,60 ha. Jika dilihat dari tabel 2, penambahan luasan ini sekitar
industri.
b. Tambak
Klasifikasi kelas tambak pada tahun 2010 memiliki luas 693,80 ha dan
pada tahun 2015 memliki luas sebesar 87,52 ha. Klasifikasi kelas tambak
ha.
dari luas total penutupan lahan, pada tahun 2010 seluas 495,27 ha menjadi
kering ini diakibatkan karena adanya konversi areal pertanian lahan kering.
Hal ini ditandai dengan adanya kebun milik masyarakat seperti jagung,
d. Semak Belukar
Kawasan semak belukar terdiri dari hutan hasil tebangan yang mengalami
suksesi, pepohonan dan vegetasi rendah tumbuh secara alami. Menurut hasil
nilai luasan yaitu 213,09 ha pada tahun 2010 dan mengalami penambahan
satu penutupan lahan yang mengalami penurunan luasan yaitu sebesar 257,83
ha dari luas total penutupan lahan di Kecamatan ini. Pada tahun 2010 luas
tutupan hutan mangrove adalah 366,68 ha dan pada tahun 2015 berkurang
menjadi 108,85 ha. Hal ini menunjukan bahwa degradasi hutan mangrove
Tabel 3 di atas menunjukan bahwa luas hutan mangrove yang ada pada citra
landsat 8 2010 mengalami perubahan secara temporal pada citra landsat 8 di tahun
2015, yaitu hutan mangrove mengalami penurunan sebesar 257,83 ha area luas
hutan mangrove yang menghilang di lima tahun terakhir ini. Berkurangnya luas
lahan tersebut dipengaruhi oleh peluasan area tambak yang kian meningkat setiap
penyedia kayu bakar, dan juga karena pembuatan jalan sekitar area hutan
Dari hasil tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa luas kawasan hutan
luas keseluruhan hutan mangrove pada citra landsat 8 tahun 2010 seluas 366,68 ha
dan pada tahun 2015 luas keseluruhan kawasan hutan mangrove telah berkurang
menjadi 108,85 ha. Luas lahan hutan mangrove yang hilang akibat di konversi
menjadi areal tambak baru, sebagian area pemukiman, dan aktifitas manusia
lainnya.
31
yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan, yang sangat baik sebagai
awal dari pembagian daerah vegetasi. NDVI dapat menunjukan parameter yang
daerah dedaunan hijau yang merupakan nilai yang dapat diperkirakan untuk
teoritis bahwa nilai NDVI berkisar antara -1 hingga +1, namun nilai indeks
vegetasi ini secara titpikal akan bersubdomian sebagai representasi dari tingkat
kesehatan yang lebih baik. Indeksi vegetasi dengan nilai minimum -1 untuk
daerah dengan tutupan vegetasi paling kecil dan 1 untuk dareah tutupan vegetasi
paling besar.
kategori yaitu : Jarang, sedang dan lebat. Berdasarkan kategori jarang, luas
vegetasi mangrove tahun 2010 hingga tahun 2015 mengalami penurunan yang
cukup besar yaitu sebesar 262,65 ha. Pada kategori sedang terjadi penurunan
luasan dari 734,14 ha menjadi 616,27 ha, artinya luas vegetasi mangrove kategori
sedang menurun sebesar 117,87 ha. Sedangkan pada kategori penutupan vegetasi
mangrove lebat/rapat mengalami peningkatan luasan yang cukup besar yaitu dari
jarang tahun 2010 hingga 2015 vegetasi hutan mangrove mengalami penurunan
jumlah luasan dan keadaan ini berbanding terbalik dengan jumlah luasan tutupan
vegetasi mangrove pada kategori rapat yang luasannya bertambah. Hal ini
hutan mangrove telah mengalami peningkatan yang cukup besar. Alasan lain yang
meningkat.
35
6.1 Kesimpulan
selama kurun waktu lima tahun yaitu sejak tahun 2010 hingga tahun 2015 telah
mengalami penurunan luasan sebesar 257,83 ha dari 366,68 ha luas total hutan
mangrove Kecamatan Banawa Selatan pada tahun 2015 tersisa seluas 108,85 ha.
Jarang, Sedang dan Lebat. Hasil NDVI tahun 2014 kategori jarang (734,14 ha),
sedang (878,94 ha), dan lebat (621,28 ha). Sedangkan pada tahun 2015 kategori
jarang (616,29 ha), sedang (616,27 ha), dan lebat (999,32 ha). Sehingga kerapatan
hutan mangrove selama tahun 2010 hingga 2015 adalah : Mangrove kategori
jarang berkurang seluas 117,85 ha, mangrove kategori sedang berkurang seluas
6.2 Saran
lahan mangrove menggunakan data citra resolusi tinggi agar data yang