Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Etiologi
Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi
yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria
tertiana/ vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan
yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/
falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae
(demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai
di Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh
spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.
Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16
hari, Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer,
2001).
Cara Penularan dan siklus hidup
Tergantung faktor setempat; seperti pola curah air hujan, kedekatan antara lokasi
perkembangbiakan nyamuk dengan manusia, dan jenis nyamuk di wilayah tersebut.
Dikenal istilah ‘endemis malaria’ dan ‘musim malaria’ Epidemik yang luas dan berbahaya dapat
terjadi ketika parasit yang bersumber dari nyamuk masuk ke wilayah di mana masyaratnya
memiliki kontak dengan parasit namun memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki
kekebalan terhadapa malaria. Atau, ketika orang dengan tingkat kekebalan rendah pindah ke
wilayah yang memiliki kasus malaria tetap. Epidemik ini dapat dipicu dengan kondisi iklim
basah dan banjir, atau perpindahan masyarakat akibat konflik.
3. Jenis-jenis malaria
Menurut Harijanto (2000) pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya
antara lain sebagai berikut :
a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/ falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai
dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi
komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit.
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/ cincin kecil yang
berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2
kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika:
Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium
Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan
banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi
trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka
komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water
Fever).
5. Patofisiologi
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang
menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati
bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk terjadi penggabungan dari
gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan
berkembang menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar
ludah nyamuk (Tjay & Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk tropozoid.
Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk,
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai
ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi
intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis
demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah
yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit tumbuh dan
mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian
skizon masak dan melepaskan beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -
eritrositer primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang
120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml
darah. Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses kembali untuk
mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan bersamaan dari usus
halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan berkembang di sini menjadi
trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di
sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan
merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah
pecah, penderita merasa kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein
asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang
sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada Malaria
Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya
setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam dan
periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa serangan demam
periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan
:
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat
sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti
dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau lebih,
respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan
darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat
3) Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun,
penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat
melakukan pekerjaan biasa.
b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas Malaria Kronik. Limpa
mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan
jaringan ikat bertambah (Corwin , 2000, hal. 571). Pembesaran limpa terjadi pada beberapa
infeksi ketika membesar sekitar 3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan
pada batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang
membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke bawah ke kanan, mendekat
umbilicus dan fossa iliaca dekstra.
c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena
Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi
eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).
e. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam
darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain
:
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi
pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan semua
bilirubin yang di hasilkan
2) Ikterus hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada disfungsi hepatosit dan di
sebut dengan hepatoseluler.
3) Ikterus Obstruktif
Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui duktus biliaris di sebut
dengan ikterus obstuktif (Corwin, 2000, hal. 571).
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan mikroskopis malar
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam
penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan
untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis
definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah
penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan
diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara
pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan
identifikasi spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian
tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang
tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan
kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak
2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama
7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari
9. Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada
penyakit malaria adalah :
a. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila
dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau
setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran,
kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
b. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl.
Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal
diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan
kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.
c. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan
meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya
disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
d. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun
b. Sirkulasi
Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer kuat dan cepat (fase
demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso
kontriksi), hipovolemia,penurunan aliran darah.
c. Eliminasi
Gejela :Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine
Tanda :Distensi abdomen
f. Pernapasan.
Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
g. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan alkohol, riwayat
splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur invasif, luka traumatik.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala yang
timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler, 1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan
yang tidak adekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan tubuh;
prosedur tindakan invasive
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di
perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan malaria berdasarkan masing-masing diagnosa diatas adalah :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan makanan
yang tidak sdekuat; anorexia; mual/muntah .
Tindakan/ Intervensi :
1) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan
makanan klien
Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekeurangan konsumsi makanan.
2) Berikan makan sedikit dan makanan tambahan kecil yang tepat
Rasional : Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode
anoreksia
3) Pertahankan jadwal penimbangan berat badan secara teratur.
Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi
4) Diskusikan yang disukai klien dan masukan dalam diet murni.
Rasional : Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control
5) Observasi dan catat kejadian mual/ muntah, dan gejala lain yang berhubungan
Rasional : Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ
6) Kolaborasi untuk melakukan rujukan ke ahli gizi
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem tubuh (pertahanan
utama tidak adekuat), prosedur invasif.
Tindakan/ Intervensi :
1) Pantau terhadap kecenderungan peningkatan suhu tubuh.
Rasional : Demam disebabkan oleh efek endoktoksin pada hipotalamus dan hipotermia
adalah tanda tanda penting yang merefleksikan perkembangan status syok/ penurunan
perfusi jaringan.
2) Amati adanya menggigil dan diaforosis
Rasional : Menggigil sering kali mendahului memuncaknya suhu pada infeksi umum.
3) Memantau tanda - tanda penyimpangan kondisi/ kegagalan untuk memperbaiki selama
masa terapi
Rasional : Dapat menunjukkan ketidak tepatan terapi antibiotik atau pertumbuhan dari
organisme.
4) Berikan obat anti infeksi sesuai petunjuk.
Rasional : Dapat membasmi/ memberikan imunitas sementara untuk infeksi umum
5) Dapatkan spisemen darah.
Rasional : Identifikasi terhadap penyebab jenis infeksi malaria
d Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh
Tindakan/ intervensi
1) Pertahankan tirah baring bantu dengan aktivitas perawatan.
Rasional : Menurunkan beban kerja miokard dan konsumsi oksigen, memaksimalkan
efektifitas dari perfusi jaringan.
PEMBAHASAN KASUS
Seorang laki-laki berusia 23 tahun dirawat diruang penyakit dalam RSUD Raden Mattaher
dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu
RPS : Klien mengeluh demam sejak 5 hari SMRS, demam intermitten disertai menggigil
selama 15-30 menit, kemudian terasa panas dan berkeringat banyak. Klien mengeluh
sakit kepala, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, mual, mulut terasa pahit, anoreksia,
serta BAB cair 3kali sehari sejak 2 hari SMRS, BAK tidak ada kaluhan. Riwayat
bepergian ke daerah endemic malaria (+) 3 minggu yang lalu
RPD : klien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya
RPK : keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
RT : klien hanya membeli obat penurun panas di warung untuk keluhannya, tetapi belum ada
perbaikan
RP : klien bekerja sebagai petani, 3 minggu yang lalu pergi ke daerah sarolangun
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan umum :klien tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : TD 110/ 70 mmhg. Frekuensi nadi 100x/i, RR 22x/i, S: 39oC
Antropometri : TB 165 cm BB 54 Kg, IMT 19,8 (N)
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kepala : rambut hitam, lurus, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : septum deviasi (-), secret (-)
Telinga : normotia, serumen (-/-)
Mulut : bibir pucat (-), bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-), tonsil
hiperemis (-)
Leher : trakea lurus ditengah, KGB tidak membesar
Dada/thorak :
Inspeksi : dada simetris (+), retraksi dinding dada (-)
Palpasi : fremitus kiri=fremitus kanan
Perkusi : sonor pda kedua lapang paru
auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis (-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas Jantung normal
auskultasi : BJ I/II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : perut tampak datar, tidak membuncit
auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : supel, nyeri tekan (-), H/L tidak teraba
Palpasi : timpani
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)
Pemeriksaan penunjang (lab tanggal 26 november 2017)
Darah lengkap : Hb 13,8 gr%, leukosit 3600/mm, eritrosit 5, 09 juta/mm, trombosit 210000/ mm,
hematokrit 40%
Urinalisa : warna; kuning kejernihan: jernih, protein: negative, glukosa: negatif
Parasitologi : malaria plasmodium falciparum (+) dan malaria plasmodium vivax (+)
Diagnosis : malaria falciparum dan malaria vivax
Terapi : IVFD RL 20 tetes/ i
DHP 1x3 tab selama 3 hari
Primakuin 1x1 tab selama 14 hari
Ranitidine 2x 1 amp
Pct tab 3x 500 mg
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Klien mengatakan Invasi plasmodium Hipertermi
demam sudah 3 hari Terjadi pembiakan dalam tubuh
Do : suhu 38 Infeksi
Tn. C tampak gelisah Merangsang sintesa dalam
Terasa panas saat palpasi pelepasan zat pirogen oleh leukosit
pada jaringan
hipertermi
2 Ds : klien mengatakan Parasit Plasmodium Resiko gangguan
badan terasa lemah Masuk mll darah host nutrisi kurang dari
Klien mengatakan nafsu oleh gigitan anopheles kebutuhan tubuh.
makan menurun menybr sal. Pncrnaan
Klien mengatakan mual pe sekresi enzim2 sal.cerna
dan muntah. Pe asam lambung
Lidah tersa pahit Perasaan mual dan muntah
Do : klien hanya (anoreksia)
menghabiskan 2 sendok Intake nutrisi menurun/kurang
makan Nutrisi (-) dari kebutuhan tubuh
BB : 46 kg
3 Ds : klien mengatakan Kurang informasi Kurang pengetahuan
tidak tahu tentang penyakit Kurang pengetahuan tentang tentang proses
yang dialaminya penyakitnya penyakitnya.
Do : klien tampak bingung
saat ditanya tentang proses
penyakitnya
Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat
2. Hipertemi berhubungan dengan proses implamasi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
RENCANA ASUHAN KEPEREWATAN
2 Nutrisi Klien akan 1. Kaji 1. mengawasi masukan
kurang dari menunjukan riwayat kalori atau kualitas
kebutuhan tanda-tanda nutrisi, kekeurangan konsumsi
tubuh yang kebutuhan termasuk makanan
berhubungan nutrisi yang makanan 2. Porsi yang kecil tapi
dengan intake adekuat yang sering, membantu dalam
yang dengan disukai. memenuhi nutrisi yang
inadekuat criteria : Observasi adekuat.
ditandai -selera dan catat 3. Untuk membantu
dengan : makan klien masukan pasien memahami
Ds : klien meningkat makanan pentingnya nutrisi bg
mengatakan -BB dalam klien tubuh
badan terasa batas 2. Anjurkan
4. Mengawasi penurunan
lemah normal pada klien berat badan atau
Klien untuk efektifitas nitervensi
mengatakan makanan nutrisi
nafsu makan sedikit tapi
5. Gejala GI dapat
menurun sering menunjukan efek
Klien 3. beri anemia (hipoksia) pada
mengatakan pengetahuan organ
mual dan ttg 6. Dapat meningkatkan
muntah. pentingnya masukan, meningkatkan
Lidah tersa nutrisi yang rasa berpartisipasi/
pahit adekuat control
Do : klien bagi tubuh.7. Perlu bantuan dalam
hanya 4. perencanaan diet yang
menghabiskan Pertahankan memenuhi kebutuhan
2 sendok jadwal nutrisi
makan penimbanga
n berat
badan
secara
teratur.
5. Observasi
dan catat
kejadian
mual/
muntah, dan
gejala lain
yang
berhubunga
n
6.
Diskusikan
makanan
yang
disukai
klien dan
masukan
dalam diet
murni.
7. kolaborasi
rujuk atau
konsultasi
dengan ahli
gizi
Doengoes, marillynn,et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3, Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tjay & Raharja, (2000) Buku Saku Patologi. Jakarta. Jakarta :EGC.
Nadesul, Handarwan 1993, Penyebab, Pencegahan, Pengobatan Malaria. Jakarta: Puspa Suara.
Mansjoer, ( 2001)Proses dan Dokuentasi Keperawata, Konsep dan Praktik. Ed 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Bala penerbit FKUI.