Anda di halaman 1dari 50

Kata Pengantar

Akhir tahun 2017 menggenapi 3 (tiga) tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo
(Jokowi). Mengingat kembali kepada janji ke-5 prioritas Nawa Cita: “Kami akan meningkatkan
kualitas hidup manusia Indonesia, diantaranya akan dicapai melalui ….“peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan program ‘Indonesia Kerja’ dan ‘Indonesia Sejahtera’ dengan
mendorong landreform dan kepemilikan lahan seluas 9 juta hektar”.
Catatan Akhir Tahun KPA di Tahun 2017 menyoroti lambatnya realisasi janji politik dan
kebijakan reforma agraria. Berbanding terbalik dengan kecepatan kerja-kerja proyek investasi
skala besar yang lapar tanah. Pengadaan tanah untuk proyek infrastruktur dan ekspansi
perkebunan komoditas secara cepat dan ganas mengkonversi lahan-lahan pertanian dan
merubah landscape kebun masyarakat, lalu berakibat pada konflik agraria.
Perwujudan tanah untuk rakyat dalam skema reforma agraria terlampau lambat dibandingan
pengadaan tanah untuk kepentingan proyek-proyek strategis, pembangunan infrastruktur,
energi, dan properti. Di sisi lain, tingginya kriminalisasi terhadap petani dan aktivis, sejumlah
regulasi baru dan rencananya (RUU Perkelapasawitan, bank tanah, dll.) yang bertentangan
dengan reforma agraria menjadi catatan penting di tahun 2017.
Ribuan konflik agraria lama dan baru masih menunggu di pinggiran jalan, kalah terhormat
dengan proyek investasi milyaran yang diberikan tempat di tengah-tengah jalanan bebas
hambatan. Cerminan situasi ekonomi dan politik agraria Indonesia sepanjang tahun ini
menandakan bahwa perjalanan perjuangan reforma agraria belum berakhir.
Mengacu kepada mandat Musyawarah Nasional KPA ke-7 di Makasar, Sulawesi Selatan pada
November 2016, menyikapi situasi agraria nasional tahun 2017, Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA) menyerukan kepada 145 organisasi Anggota KPA, khususnya organisasi rakyat
(tani, masyarakat adat, nelayan), agar tetap konsisten memperjuangkan agenda reforma
agraria. Terus lah menggarap dan menolak menyerah. Tetap waspada pada bahaya investasi
atas nama pembangunan.
Kedamaian di negeri agraris tidak saja soal toleransi, juga karena keadilan sosial yang tercapai,
karena cangkul dapat terus menggarap tanah, karena sekolah masih terjangkau, karena perut
kenyang bukan soal gelontoran beras miskin.
Tujuan dari Catatan Akhir Tahun 2017 ini, mengajak semua kalangan untuk kembali melihat
urgensi program reforma agraria di tanah air untuk dipercepat dan juga diluruskan.
Selamat menyimak Catatan Akhir Tahun KPA. Semoga menjadi petikan pelajaran bersama.
Bekal kewaspadaan kita di tahun mendatang.

Salam pembaruan agraria,

Dewi Kartika
Sekretaris Jenderal KPA

1
Daftar Isi

KATA PENGANTAR 1 BAB III Monitoring


Kebijakan Agraria 2017 30
DAFTAR ISI 2
A. Rencana Kebijakan Kontra
DAFTAR GAMBAR 3 Reforma Agraria Terus
Bermunculan 30
BAB I Laporan Konflik A.1 RUU Pertanahan Tanpa Visi
Agraria 2017 4 Kerakyatan
30
A. Pendahuluan 4
A.2 RUU Perkelapasawitan Demi
4 Ekspansi Perkebunan Kelapa
B. Laporan Konflik Agraria 2017
Sawit 32
B.1. Lonjakan Konflik Agraria 6
A.3 Rencana BATANAS, Dapat
B.2. Setengah Juta Hektar Tanah Gagalkan Realisasi Reforma
dalam Konflik 2017 10 Agraria? 32

B.3. Konflik Agraria Tersebar di B. Kebijakan Baru Penuh


Seluruh Provinsi 12 Kontroversi, Kebijakan Positif
Minus Realisasi 35
B.4. Korban Kekerasan dan
Kriminalisasi Dalam Konflik B.1 Perpres No. 88 Tahun 2017 35
Agraria 15
B.2 Mandegnya Realisasi Hak
B.5. Ratusan Desa Terancam Komunal 36
Hilang 17
B.3 Perhutanan Sosial Tidak Bisa
C. Usulan Penyelesaian Konflik Begitu Saja Disebut Reforma
Agraria 18 Agraria 38
B.4. Jerat UU P3H, Alat
Kriminalisasi Rakyat 40
BAB II Laporan Kemajuan B.5. Pengabaian Hak Petani dan
Reforma Agraria 2017 21 41
Nelayan
A. Pendahuluan 21
B. Reforma Agraria Sebagai 45
Prioritas Nasional 22 BAB IV Penutup
B.1. Stagnasi Kelembagaan RA 22
B.2. Tantangan Bersinergi dengan
Pemerintah Daerah 24

B.3. Tanah Objek Reforma


Agraria (TORA) Minus Tujuan dan
Ketepatan Sasaran 25
C. Menjawab Stagnasi
Kelembagaan dan Meluruskan
Reforma Agraria 27

2
Daftar Gambar

Gambar 1: Gambar 11:


Jumlah Konflik Menurut Sektor Penyerahan Data Lokasi
Tahun 2017 7 Prioritas Reforma Agraria
kepada Kementrian ATR/BPN
Gambar 2: dan Kementrian LHK di Medan,
Luasan Areal Konflik Agraria Sumatra Utara 27
Menurut Sektor Tahun 2017 11
Gambar 12:
Gambar 3: Lokakarya Percepatan
Provinsi Lima Besar Penyumbang Pelaksanaan Reforma Agraria
Konflik Agraria 11 27
Region Jawa–Bali.
Gambar 4: Gambar 13:
Jumlah Korban dan Bentuk
Kekerasan Dalam Konflik Agraria 14 Konsolidasi KPA di basis
Organisasi Tani Jawa (ORTAJA) di
Gambar 4: Batang, Jawa Tengah 43
Pihak yang Menjadi Korban
Kekerasan dan Kriminalisasi 14 Gambar 14:
Konsolidasi di basis Serikat
Gambar 6: Petani Majalengka (SPM),
Pihak yang Bersengketa Dalam organisasi basis KPA 43
Konflik Agraria 16
Gambar 15:
Gambar 7: Konsolidasi di Basis Serikat Tani
Pelaku Kekerasan Dalam Konflik 43
Agraria 17 Indramayu (STI)
Gambar 16:
Gambar 8:
Buku Strategi Nasional Reforma Pelatihan pemetaan partisipatif
KPA di Jambi 44
Agraria 2016-2019, Arahan Kantor
Staf Presiden untuk Pelaksanaan Gambar 17:
RA, dan SK Menko Perekonomian Infografis Lokasi Prioritas
tentang Pembentukan Tim 44
Reforma Agraria 22 Reformasi Agraria (LPRA)

Gambar 9:
Workhop Persiapan Reforma
Agraria di Sulawesi Tengah 24

Gambar 10:
Penyerahan data usulan lokasi
reforma agraria dari Kabupaten
Sigi kepada Kementerian ATR/BPN 25

3
BAB I
Laporan Konflik
Agraria 2017
dan Usulan
Penyelesaian

A. Pendahuluan pemerintah yang tengah menjanjikan reforma


agraria tentu membuat titik-titik harapan dan
Pembaruan Agraria atau Reforma Agraria bukan
kepercayaan bisa menipis. Apalagi pekerjaan
semata-mata kebaikan penguasa, ini sudah disadari
mengurai ketimpangan struktur agraria belum
sepenuhnya. Ia adalah hasil dari konsistensi
juga berjalan.
desakan rakyat atas situasi ketidakadilan yang
telah lama mendera hidup mereka. Keringat Catatan Akhir Tahun Konsorsium Pembaruan
perjuangan. Meski begitu, reforma agraria pada Agraria Tahun 2017 kali ini mengetengahkan
masa ini adalah janji politik pemerintah. Lebih fakta-fakta utama agraria sepanjang tahun,
dari itu, ia adalah mandat konstitusi, perundang- mencakup; Laporan Konflik Agraria, Pencapaian
undangan yang menandakan statusnya adalah Reforma Agraria dan Monitoring Perkembangan
pertemuan antara desakan dari bawah, kewajiban Kebijakan Agraria Nasional.
negara dan sebuah janji politik pemerintah.
Sudah barang tentu, (reforma agraria) ibarat
hidangan atas dahaga dan lapar berkepanjangan. B. Laporan Konflik Agraria 2017
Kecepatan, jumlah dan jenis hidangannya lebih
Menurut Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/
dari sekedar ditunggu.
Badan Pertanahan Nasional RI (ATR/BPN-RI) No.
Mengukur 3 (tiga) tahun pemerintah untuk 11/2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan,
menyelesaikan warisan persoalan agraria memang yang disebut dengan Konflik Tanah adalah adalah
bukan hal yang mudah. Namun, menyaksikan perselisihan pertanahan antara orang perseo-
masih maraknya konflik agraria, perampasan rangan, kelompok, golongan, organisasi, badan
tanah, dan masih dominannya penyingkiran hukum, atau lembaga yang mempunyai kecend-
rakyat dengan menggunakan kekerasan oleh erungan atau sudah berdampak luas.

4
Konflik Agraria yang dilaporkan KPA ini lebih luas Belum diselesaikannya konflik agraria masa lalu
dari pengertian tersebut. Konflik Agraria yang sehingga berulangnya konflik agraria di tempat
dimaksud adalah konflik agraria struktural, yakni yang sama; (2) Implementasi dari perundang-
konflik agraria yang diakibatkan oleh kebijakan undangan, dan kebijakan pengelolaan sumber-
atau putusan pejabat publik (pusat dan daerah), sumber agraria di bidang pertanahan, kehutanan,
melibatkan banyak korban dan menimbulkan pesisir kelautan, pertambangan dan perkebunan;
dampak yang meluas, yang mencakup dimensi (3) Praktik mal administrasi dalam proses
sosial, ekonomi, dan politik. Pilihan kata agraria pemberian konsesi atas tanah dan sumber agraria
sendiri mengacu kepada Undang Undang Pokok lain; (4) Represifitas aparat khususnya kepolisian
Agraria (UUPA 1960) yang mendefinisikan agraria dan tentara dalam menghadapi konflik agraria.
sebagai bumi, air dan ruang angkasa.
Karena itu, sengketa dan perkara pertanahan
seperti sengketa individual, sengketa hak waris
atau pun sengketa antar kelompok swasta
(perusahaan)/instansi pemerintah tidak termasuk
ke dalam kategori konflik agraria yang diuraikan
dalam laporan ini.


Metode pengumpulan Konflik Agraria yang terjadi
2017 ini direkam oleh KPA adalah rekaman kejadian
konflik agraria dalam pengertian di atas, yang
bersumber pada: (1) Para korban konflik agraria
yang melaporkan langsung kejadian konflik agraria
melalui KPA baik melalui Sekretariat Nasional
maupun wilayah (Anggota KPA, KPA Wilayah, dan
Dewan Nasional); (2) Para korban konflik agraria
penyingkiran
yang melaporkan kejadian konflik kepada jaringan
KPA di nasional maupun wilayah, yang kemudian
rakyat dengan
diteruskan pendampingan atau pun laporannya
kepada KPA; (3) Hasil pengumpulan data agraria
menggunakan
di wilayah, (4) Investigasi kasus konflik agraria
di lapangan, (5) Hasil monitoring pemberitaan
kekerasan oleh
di media massa (cetak dan elektronik), dan (5) pemerintah yang
Kontribusi data konflik pesisir/kelautan secara
langsung dari Koalisi Rakyat untuk Keadilan tengah menjanjikan
Perikananan (KIARA) tahun 2017.
Dengan metode ini, tentu saja angka yang
reforma agraria
disajikan KPA ini bisa jadi adalah angka minimal
dari jumlah konflik agraria yang sesungguhnya
tentu membuat titik-
terjadi, mengingat tidak seluruh wilayah dapat
terpantau kejadian konflik agrarianya, baik oleh
titik harapan dan
KPA secara struktur organisasi maupun oleh media kepercayaan bisa
massa. Selain itu, laporan angka konflik agraria
ini tentu tidak mencerminkan jumlah konflik menipis.
agraria yang sesungguhnya ada di satu wilayah.
Sebab konflik agraria yang ada di sebuah wilayah
bisa jadi di tahun 2017 ini tidak muncul menjadi
sebuah peristiwa konflik, akan tetapi secara laten
konflik tersebut masih ada dan statusnya belum
diselesaikan.
Melihat data konflik agraria yang terjadi selama
tahun 2017, terdapat beberapa sebab utama: (1)

5
B.1. Lonjakan Konflik Agraria
Kurun waktu 2017, KPA mencatat sedikitnya telah
terjadi 659 kejadian konflik agraria di berbagai
wilayah dan provinsi di tanah air dengan luasan
520.491,87 hektar. Konflik-konflik tersebut
melibatkan sedikitnya 652.738 Kepala Keluarga
(KK). Dibanding tahun 2016, angka kejadian konflik
pada tahun ini menunjukkan kenaikan yang sangat
siginifikan di mana terjadi peningkatan hingga
50%. Jika dirata-rata, hampir dua konflik agraria
terjadi dalam satu hari di Indonesia sepanjang
tahun ini.
Dari semua sektor yang dimonitor, perkebunan

659
masih menempati posisi pertama. Sebanyak 208
konflik agraria telah terjadi di sektor ini sepanjang
tahun 2017, atau 32 persen dari seluruh jumlah konflik
kejadian konflik. Sektor properti menempati posisi
kedua dengan 199 (30%) jumlah kejadian konflik. agraria
Posisi ketiga ditempati sektor infrastruktur dengan
94 konflik (14%), disusul sektor pertanian dengan
78 (12%) kejadian konflik. Seterusnya sektor
kehutanan dengan jumlah 30 (5%) konflik, sektor
pesisir dan kelautan sebanyak 28 (4%) konflik,
Dengan luasan

520.491,87
dan terakhir sektor pertambangan dengan jumlah
22 (3%) kejadian konflik yang terjadi sepanjang
tahun 2017. Dengan begitu, selama tiga tahun
pemerintahan Jokowi-JK (2015-2017), telah
terjadi sebanyak 1.361 letusan konflik agraria.
Hektar
Perkebunan kembali menjadi sektor penyumbang Melibatkan
652.738 KK
konflik agraria tertinggi di tanah air. Konflik
perkebunan ini merentang dari perkebunan eks
perkebunan kolonial Belanda hingga perkebunan
baru. Sistem pengelolaan usaha perkebunan yang
dijalankan selama ini memang tak berubah, masih (Kepala Keluarga)
memakai corak usaha perkebunangayakolonial
yang dibangun dengan cara-cara korup, menindas Jika dirata-rata, hampir dua konflik agraria
pekerja dan rakyat sekitarnya. terjadi dalam satu hari di Indonesia
sepanjang tahun ini.
Jika dilihat secara komoditas, perkebunan yang
menyumbang konflik agraria terbesar adalah
perkebunan sawit. Sebagai salah satu komoditas
perkebunan yang menjadi penyumbang
tertinggi devisa negara, ternyata perkebunan ini
menyimpan banyak catatan buruk berupa ledakan
konflik agraria. Moratorium izin perkebunan
sawit yang dijanjikan pemerintah belum dapat
menurunkan dan menyelesaikan konflik agraria
sebab tidak diikuti dengan review atas izin-izin
yang sudah diberikan sebelumnya.
Padahal, dalam sepuluh tahun terakhir luas
lahan perkebunan sawit rata-rata meningkat 5,9

6
Gambar 1
208
199 Jumlah Konflik
Menurut Sektor Tahun 2017

94

78

30 28
22

Perkebunan Pertambangan

Pesisir/kelautan
Properti

Infrastruktur Pertanian Kehutanan

7
persen. Peningkatan lahan sawit tertinggi pada
2011, yakni sebesar 7,24 persen menjadi 8,99
juta hektar. Hingga tahun 2016, luas perkebunan
sawit di Indonesia mencapai 11,67 Hektare (Ha)1.
Laju peningkatan luas tersebut tidak dibarengi
dengan sistem pemberian izin lokasi, izin usaha
dan kajian dampak yang komprehensif. Karena
itu, mendesak untuk melakukan review atas izin-
izin yang telah diberikan.
Persoalan pelik lain dari perkebunan ini adalah
ketimpangan kepemilikan lahan. Dari total lahan
perkebunan sawit yang ada, seluas 31 persen
dari luas area yang ditanami sawit dimiliki oleh
hanya beberapa group perusahaan besar seperti
Sinar Mas Group, Salim Group, Jardine Matheson
Group, Wilmar Group dan Surya Dumai Group.2
Penyumbang konflik agraria kedua adalah sektor
properti (perumahan). Sektor properti menempati
posisi kedua dengan 199 (30%) jumlah kejadian


konflik. Terjadi peningkatan hampir dua kali lipat
dibanding tahun 2016.
Konflik di sektor ini pun muncul secara beragam
dan tidak melulu terkait persoalan tanah. Di
beberapa tempat, pembangunan properti seperti
hotel dan apartemen memunculkan konflik
Dari total lahan perebutan sumber mata air yang dimonopoli oleh
pihak pengembang.
perkebunan sawit yang
Di Bandung, puluhan warga Dago Elos, Kota
ada, seluas 31 persen dari Bandung, terancam kehilangan rumah mereka
luas area yang ditanami akibat ancaman penggusuran. Ancaman
penggusuran ini terkait gugatan oleh keluarga
sawit dimiliki oleh Muller yang mengaku sebagai pemilik tanah
hanya beberapa group tersebut. Dalam proses gugatannya, keluarga
Muller bekerjasama dengan PT. Dago Inti Graha,
perusahaan besar seperti salah satu perusahaan properti di kota kembang
ini. Keterlibatan PT Dago Inti Graha lantaran
Sinar Mas Group, Salim Eigendom Verponding yang diklaim milik keluarga
Group, Jardine Matheson Muller itu sudah diserahkan haknya kepada
PT Dago Inti Graha. Perusahaan ini adalah
Group, Wilmar Group perusahaan yang baru didirikan pada 4 Agustus
dan Surya Dumai Group 2016.3
Di Teluk Jambe, tiga desa, yakni Margakaya,
Wanajaya, dan Margamulya yang terdiri dari 600

1 Data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Perta-


nian, 2016.
2 http://www.mongabay.co.id/2016/04/18/industri-kela-

pa-sawit-dan-perjalanan-politik-komoditas-ini-di-indone-
sia/
3 https://tirto.id/sengketa-lahan-di-bandung-warga-da-

go-elos-apa-untuk-apartemen-cBBy

8

sampai 800 orang petani harus tergusur akibat
berkonflik dengan PT. Pertiwi Lestari yang ingin
membangun kawasan perumahan di sana.
Setali tiga uang, puluhan warga dan nelayan
Takalar, Sulawesi Selatan melakukan aksi protes
terkait rencana ambisius proyek Pemerintah Kota
Makassar dan Pemerintah Provinsi Sulsel yang
ingin menjadikan pesisir Makassar sebagai Water Di Malang, konflik
Front City  laksana Dubai ataupun Singapore
yang di mulai dengan proyek  Center Point of
meletus akibat
Indonesia atau CPI seluas 157 Ha dimana 100 Ha monopoli sumber mata
diserahkan ke PT. Yasmin dan Ciputra.4
Di Malang, konflik meletus akibat monopoli sumber
air yang dilakukan
mata air yang dilakukan pihak pengembang
hotel The Rayja Resort milik PT. Panggon Perkasa
pihak pengembang
Sukses Mandiri. Warga Dusun Cangar, Desa hotel The Rayja Resort
Bulukerto.  Kota Batu menolak keberadaan hotel
tersebut lantaran telah memonopoli sumber Mata milik PT. Panggon
Air Umbul Gemulo yang selama ini dimanfaatkan
warga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Perkasa Sukses
serta mengairi perkebunan, baik untuk tanaman
hias, sayuran, hingga buah-buahan. Sedikitnya
Mandiri.
kurang lebih 9000 jiwa mengalami kekurangan air
bersih sejak keberadaan hotel tersebut.
Melesatnya peningkatan konflik agraria di sektor
properti tersebut menjadi catatan tersendiri
karena konflik di sektor ini dalam beberapa tahun
belakangan kerap beriringan secara wilayah
dengan pembangunan infrastruktur khususnya
jalan tol, bandara, dan kereta api.
Lalu bagaimana korelasi antara kedua sektor
tersebut? Apakah hanya sebuah kebetulan
semata? Kajian Coldwell Banker Commercial
Indonesia, salah satu perusahaan internasional
yang bergerak di bidang jasa dan properti menilai
perkembangan properti di Bogor, Tangerang,
Bekasi (Botabek) khususnya sektor komersial
dan highrise residential seperti sektor hotel,
apartemen, ritel, dan perkantoran dipengaruhi
oleh pengembangan infrastruktur yang diwakili
oleh pengembangan jalan tol.5 Kemudahana
kses melalui pembangunan berbagai sarana dan
prasarana infrastruktur seperti jalan tol, bandara,
pelabuhan, dan kereta api akan diikuti oleh
pengembagangan investasi di bidang properti
seperti perumahan, pusat berbelanjaan, hotel
dan lain sebagainya.
4 http://www.kpa.or.id/news/blog/siaran-pers-se-

lamatkan-laut-takalar-dari-rencana-ambisius-reklama-
si-teluk-makassar/
5 https://www.merdeka.com/peristiwa/pembangu-

nan-jalan-tol-landasan-pengembangan-properti-di-bo-
tabek.html
9
Salah satu contoh aktual di era pemerintahan Pelibatan preman, aparat polisi dan tentara
Jokowi-JK ialah fenomena pembangunan kota dalam pengadaan tanah (biaya tinggi proses,
menekan harga pembelian tanah); (5) Berbagai
baru Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, yang
pilihan alternatif yang ditawarkan dalam UU No.
digawangi salah satu korporasi besar nasional, 2/2012 terhadap korban gusuran seperti tanah
Lippo Group. Sebelum hadirnya kota baru ini, pengganti, pemukiman kembali, penyertaan
pemerintah sedang membangun beberapa modal (kepemilikan saham), dan bentuk lain yang
disetujui oleh kedua belah pihak tidak dilakukan.
infrastruktur penting di kawasan tersebut.
Infrastruktur yang dibangun adalah bandara B.2. Setengah Juta Hektar Tanah Dalam Konflik
di Tahun 2017
baru Kertajati International Airport senilai Rp 23
triliun, proyek kereta api cepat Jakarta-Bekasi- Dari 520.491,87 hektar (Ha) tanah yang terdampak
konflik agraria pada tahun ini, 194.453,27
Cikarang-Bandung dengan investasi Rp 65 triliun, hektar terjadi di sektor perkebunan. Luasan
Patimban Deep Seaport senilai Rp 40 triliun, serta ini merupakan angka yang tertinggi dibanding
sektor yang lain. Dari angka tersebut, perkebunan
Tol Jakarta-Cikampek Elevated Highway senilai Rp dengan komoditas sawit merupakan penyumbang
16 triliun.6 terbesar dengan total luasan 95565.27 Ha atau
49%.
Walaupun pembangunan Meikarta tidak
melahirkan konflik secara langsung dengan Di sisi kebijakan, kondisi ini akan terus bertahan
masyarakat. Akan tetapi pembangunan ini dan meningkat. Sebab RUU Perkelapasawitan
melahirkan konflik di sektor lain seperti proses kembali masuk prolegnas pada tahun 2018. Secara
pembangunan Bandara Kertajati dan kereta api substansi RUU ini dikritik karena lebih banyak
cepat Jakarta-Bandung yang ditujukan untuk mengakomodir kepentingan pengusaha dan
menopang pembangunan kota baru tersebut. korporasi besar. Dengan kondisi peraturan dan
Selain konflik klasik di sektor perumahan di atas, kebijakan yang semakin disetir investasi, bukan
reklamasi adalah pemicu konflik agraria yang tidak mungkin RUU tersebut akan dengan mudah
diperuntukkan bagi perumahan mewah kawasan disyahkan tahun depan. Analisis kebijakan ini akan
komersil lainnya. Reklamasi Teluk Jakarta dan dikupas secara mendalam di bab selanjutnya.
rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali adalah Sementara posisi kedua ditempati oleh sektor
contoh bagaimana pengembang dengan mudah kehutanan. Dari 30 kejadian konflik yang
mendapatkan izin untuk kawasan komersil dengan
merusak lingkungan dan mata pencaharian


penduduk lain.
Pengadaan tanah untuk kebutuhan infrastruktur
menjadi catatan tersendiri dalam laporan
konflik agraria 2017. Pengadaan tanah untuk
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat
(BIJB), Bandara Internasional Yogyakarta Baru
(NYIA) memberikan gambaran betapa pengadaan Dari 520.491,87 hektar (Ha) tanah
tanah masih menggunakan cara-cara refresif ala yang terdampak konflik agraria
Orde Baru masih dilakukan. pada tahun ini, 194.453,27 hektar
Ada 5 hal utama pemicu konflik agraria terjadi di sektor perkebunan.
pengadaan tanah yang terjadi: (1) Perencanaan Luasan ini merupakan angka
pembangunan proyek yang tidak membuka
yang tertinggi dibanding sektor
partisipasi publik sehingga berimplikasi kepada
proses penetapan lokasi proyek; (2) Penetapan yang lain. Dari angka tersebut,
harga yang tidak menguntungkan; (3) Korupsi perkebunan dengan komoditas
dan pemerasan dalam pengadaan tanah; (4) sawit merupakan penyumbang
6 http://www.beritasatu.com/hunian/428917-meikar- terbesar dengan total luasan
ta-kota-modern-dengan-infrastruktur-terleng- 95565.27 Ha atau 49%.
kap-di-asia-tenggara.html
10
Gambar 2
Luasan Areal
Konflik Agraria
Menurut Sektor Tahun 2017

10.337,72 52.607,9
Properti Infrastruktur

41.109,47 194.453,27
Pesisir/kelautan
Kehutanan

38.986,24
Pertanian

137.204,47
45.792,8 Satuan: Hektar Perkebunan

Pertambangan

Gambar 3
ProvinsiPenyumbang
Lima Konflik
Besar
59 47 Agraria
Sumatera Utara Riau

35
Lampung

55
Provinsi
60
Jawa Timur
Jawa Barat

11
tersebut terdapat di atas lahan seluas 137.204,47 dengan 59 konflik agraria (8,95 %), Jawa Barat
hektar. Walaupun secara angka kejadian konflik dengan 55 konflik agraria (8,34 %), Riau dengan
agraria di kawasan hutan tidak begitu tinggi, 47 konflik agraria (7,13 %), dan terakhir Lampung
namun sebenarnya konflik agraria di sektor dengan 35 konflik agraria (5,3 %).
perkebunan dan pertambangan sebagian besar
Secara khusus, Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat,
bermula dari kehutanan. Sebab, perkebunan
dan Sumatera Utara konflik agraria di wilayah
dan pertambangan di Indonesia mendapatkan
ini banyak disumbang oleh Perkebunan Negara
tanahnya dari pelepasan kawasan hutan untuk
(PTPN) dan Perhutani. Kejadian konflik agraria
perkebunan, dan pinjam pakai kawasan untuk
yang berulang di wilayah ini sepanjang tahun
usaha pertambangan. Karena itulah, konsentrasi
menandakan butuh upaya khusus dan sistematis
ketimpangan agraria nasional berada di
untuk menyelesaikan konflik agraria dengan
kehutanan.
BUMN dengan pendekatan keadilan dan akses
Selanjutnya, di posisi ketiga ada sektor masyarakat kepada sumber-sumber agraria.
infrastruktur. Konflik di sektor ini berdampak
Di Sumatra Utara, konflik agraria terbanyak antara
kepada 52.607,9 hektar. Selanjutnya sektor
masyarakat lokal dengan perkebunan baik di
pertambangan dengan luasan 45.792,8 hektar,
PTPN maupun korporasi swasta. Terbaru di Bulan
konflik di sektor pesisir dan kelautan dengan luasan
Desember, konflik kembali meletus di sektor
41.109,47 hektar, dan konflik sektor pertanian
perkebunan di 22 titik dalam waktu bersamaan
pangan dengan luasan mencapai 38.986,24
di Kabupaten Deli Serdang antara masyarakat
hektar.Sementara, secara luasan, konflik di sektor
dengan PTPN II.
properti menempati posisi terakhir dengan luasan
10.337,72 hektar. Jika pada PTPN konflik agraria disebabkan oleh
Hak Guna Usaha (HGU) yang diberikan kepada
B.3. Konflik Agraria Tersebar di Seluruh Provinsi
perusahaan. Di sektor kehutanan, terjadi begitu
Sepanjang tahun 2017, konflik meletus secara banyak sengketa tata batas wilayah hutan yang
menyeluruh di semua wilayah dan provinsi di banyak diklaim di atas lahan garapan, pemukiman,
Indonesia. Konflik agraria membentang dari kampung maupun desa. Sengketa ini akhirnya
bumi Aceh hingga tanah Papua di ujung timur . melahirkan konflik yang tajam antara masyarakat
Di Pulau Sumatra, sedikitnya terjadi 266 konflik lokal dengan Perhutani yang merupakan BUMN
yang meletus di seluruh Provinsi. Begitupun Jawa, penguasa hutan di pulau Jawa.
Konflik merentang dari Banten hingga Jawa Timur
Selain konflik dengan perkebunan, di Jawa Timur
dengan 198 letusan konflik. Bali dan Nusa Tenggara
konflik masyarakat dengan pertambangan di
tercatat sebanyak 43 konflik. Kalimantan, konflik
Tumpang Pitu Banyuwangi hingga pertambangan
tersebar di seluruh provinsi dengan 142 konflik
pasir illegal di sepanjang pantai Lumajang masih
agraria. Di Sulawesi, konflik agraria terjadi dari
menjadi konflik laten yang setiap saat dapat
ujung utara hingga selatan pulau ini dengan 57
meletup. Kami mengkhawatirkan kejadian
kejadian konflik agraria. Terakhir, dari Kepulauan
tewasnya Salim Kancil akan berulang jika tidak
Maluku hingga Papua telah terjadi sebanyak 30
ada upaya serius menangani konflik ini.
konflik agraria sepanjang tahun ini
Selain itu, proyek infrastruktur juga menjadi
Jawa Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Riau
penyebab dengan maraknya pembangunan
dan Lampung adalah lima provinsi utama
infrastrukur yang berlangsung di provinisi
tempat konflik agraria paling banyak sepanjang
ini. Rencana ini ditambah dengan pengadaan
2017. Kelima provinsi ini nampaknya harus
tanah untuk rencana pembangunan yang tidak
mendapatkan perhatian serius mengingat 38,85%
partisipatif sehingga kerap melahirkan konflik
dari 659 kejadian konflik berada di provinsi ini.
dengan masyarakat.
Ironisnya, dalam 5 tahun terakhir, jumlah konflik
agraria yang terjadi di wilayah ini sangat tinggi Di Jawa Barat dengan 55 konflik agraria lebih
dibandingkan dengan wilayah lain. banyak diawarnai dengan konflik antara
masyarakat lokal dengan Perhutani ditambah
Secara berurutan, lima besar provinsi dimana
masifnya pembangunan infrastruktur. Konflik
kejadian konflik agraria adalah: Jawa Timur
dengan Perhutani tersebut merupakan dampak
dengan 60 (9,10%). Kemudian, Sumatera Utara
dari ketidakjelasan tata batas antara hutan

12

Undang-undang pengadaan tanah
harus juga dipahami kepolisian,
sehingga tak mudah dijadikan alat
oleh Pemda dan kelompok investor
untuk menggusur paksa, apalagi
menangkapi warga.

13
Gambar 4
Jumlah Korban dan
Bentuk Kekerasan
dalam Konflik Agraria

369
351
Laki-laki
18
Perempuan

224
170
Laki-laki
54
Perempuan

Seluruh korban laki-laki

6 13
Kriminalisasi Dianiaya Tertembak Tewas

72
Perempuan

520
Laki-laki

Gambar 5
Pihak yang Menjadi

Korban
Kekerasan dan
Kriminalisasi

14
dengan garapan masyarakat lokal. Konflik ini juga secara langsung disampaikan korban. Apalagi
dibumbui dengan aksi sepihak oknum Perhutani melihat trend perluasan pembangunan yang
di beberapa konflik agraria kehutanan yang sering semakin mengarah ke timur Indonesia seperti di
menindas dan meminta pungli kepada masyarakat sektor perkebunan, infrastruktur, pertambangan
lokal. hingga pertanian melalui percetakan sawah baru.
Situasi ini menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku
Sementara itu, hampir di setiap wilayah di provinsi
pejuang reforma agraria dan media massa ke
ini terjadi konflik agraria akibat pembangunan
depan.
infrastruktur. Mulai dari pembangunan Bandara
Kertajati, kereta cepat Jakarta-Bandung, Tol B.4. Korban Kekerasan dan Kriminalisasi Dalam
Bogor-Ciawi-Sukabumi, proses pelapasan tanah Konflik Agraria
untuk pembangunan PLTU di Indramayu hingga
Konflik Agraria telah lama menghasilkan
sisa persoalan lama seperti proses pelepasan
kekerasan yang brutal kepada para korbannya.
tanah untuk tol Cipali yang belum selesai hingga
Hampir setiap tahun, puluhan warga tewas dalam
sekarang.
mempertahankan tanahnya. Namun sayangnya,
Selanjutnya konflik agraria di Riau masih penyampaian data-data korban konflik agraria
kelanjutan cerita lama yakni ekspansi perkebunan sepanjang tahun sebagai salah satu pengeras
sawit dan hutan tanam industri (HTI). Sengketa ini suara dari para korban tentang pentingnya
akibat putusan keliru pejabat publik yang dengan penyelesaian konflik agraria melalui kanal reforma
mudah memberikan izin-izin konsesi besar kepada agraria belum mendapatkan tempat yang baik.
pengusaha namun tumpang tindih dengan klaim
Sepanjang tahun 2017 ini, 13 warga negara
masyarakat lokal. Sayangnya, ralat atas putusan-
tewas, 6 orang tertembak dalam konflik agraria.
putusan ini belum juga diberikan sehingga konflik
Dalam konflik agraria tahun 2017, sebanyak 612
masih terus terjadi.
warga negara menjadi korban kekerasan dalam
peristiwa konflik agraria, dan dari jumlah tersebut
Di Lampung, 35 konflik yang terjadi di tahun
sebanyak 369 diantaranya ditahan (kriminalisasi),
2017 tersebut didominasi oleh konflik di wilayah
yang terdiri dari 351 laki-laki dan 18 orang
perkebunan dan kehutanan, ditambah beberapa
perempuan. Dalam kejadian konflik agraria tahun
konflik di sektor infrastruktur. Konflik dengan
ini, dilaporkan sebanyak 224 orang dianiaya (170
perkebunan negara, swasta belum banyak terurai
laki-laki dan 54 perempuan).
dan setiap saat dapat meletup di wilayah ini.
Selain itu, persoalan tata batas kehutanan antara Dari seluruh kejadian konflik agraria tahun ini
masyarakat local dengan hutan register. Seperti yang berjumlah 659 konflik, masih didominasi
yang dialami 16 desa di Lampung selatan, desa konflik antara perusahaan (korporasi) swasta
tersebut saat ini mengalami konflik karena diklaim dengan masyarakat lokal dengan sebanyak 289
secara sepihak masuk ke dalam register 22 Way konflik. Berikutnya konflik antara pemerintah
Pisang. Ada lagi konflik akibat klaim sepihak dengan masyarakat lokal dengan jumlah 140
register 22 Way Waya di Kabupaten Pringsewu konflik, diikuti konflik antar warga dengan 112
dan Lampung Selatan yang masih berlangsung jumlah konflik.
hingga saat ini. Konflik pembangunan jalan tol
Namun, menjadi catatan bahwa konflik agraria
Lampung – Palembang menambah daftar konflik
antar warga sebenarnya dipicu oleh putusan-
sektor infrastruktur di Lampung.

Meskipun secara statistik, sebagian besar konflik


terjadi di Sumatra dan Jawa. Bukan berarrti konflik
agraria jarang terjadi di wilayah timur Indonesia,
layaknya Sulawesi, Bali-Nustra, dan Maluku dan
Papua. Kami melihat, kecilnya angka konflik yang
terjadi di bagian timur ini bukan dikarenakan
jarangnya terjadi letusan konflik. Akan tetapi
kecilnya angka tersebut lebih dikarenakan
banyaknya kejadian konflik yang tidak terangkat ke
permukaan, baik itu melalui media massa, maupun

15
289 Dari 659
konflik yang
terjadi sepanjang tahun ini,
utamanya masih didominasi
oleh konflik antara

289
Warga

Swasta

140
Warga

112
Pemerintah
140 Warga

112
Warga

55

28
13 14
9
Warga dan BUMN
Antar Warga

Warga dan Pemerintah

Warga dan Swasta

Warga dan Aparat

Swasta dan Swasta

Pemerintah dan Pemerintah

Pemerintah dan Swasta

Gambar 6 Pihak yang Bersengketa dalam Konflik Agraria

16
putusan ngawur sebelumnya yang tidak segera
diperbaiki. Salah satu kasus konflik antara
warga masyarakat ialah apa yang dialami oleh
masyarakat transmigrasi di UPT Arongo, Konawe
Gambar 7 Selatan, Sulawesi Tenggara. Mereka berkonflik

JumlahPelaku
Kekerasan dalam
dengan masyarakat lokalyang mengklaim bahwa
penempatan transmigrasi tersebut berada di atas
tanah leluhur mereka. Lahirnya konflik ini sebagai
Konflik Agraria dampak dari tidak jelasnya status peruntukkan
lahan untuk transmigrasi tersebut. Lebih jauh,

21
saat ini pemerintah daerah juga menerbitkan izin
usaha perkebunan di atasnya.
Berikutnya ada konflik antara masyarakat dengan
BUMN sebanyak 55 konflik dan yang terakhir
konflik antara aparat Negara dengan masyarakat
Polisi dengan jumlah 28 konflik. Konflik antara aparat
dengan masyarakat ini biasanya didominasi oleh
TNI terkait rencana pembangunan lapangan
udara (Lanud) maupun komplek perumahan milik
TNI yang tumpang tindih dengan tanah-tanah
masyarakat.

Sepanjang tahun ini, aparat kepolisian masih


menjadi momok yang menakutkan bagi
masyarakat di wilayah-wilayah konflik agraria.
Pasalnya, penyandang korp Bhayangkara ini
menjadi aktor utama dibalik tindak kekerasan
dan penangkapan yang dialami oleh rakyat.
Dari seluruh jumlah konflik yang terjadi, polisi
melakukan 21 kali tindak kekerasan maupun
penangkapan tanpa prosedural kepada
masyarakat yang coba bertahan di tanah mereka.
Herannya, TNI juga bertindaksama, lembaga
yang ditujukan sebagai penegak kedaulatan dan
penjaga keutuhan wilayah Republik ini telah
melakukan sebanyak 11 kali tindak kekerasan

15
kepada masyarakat saat terjadi konflik agraria di
lapangan.
Bukan hanya aparat Negara, preman pun
dimanfaatkan oleh para pelaku perampasan
tanah. Tercatat telah terjadi 15 kali tindak
Preman kekerasan yang dilakukan preman kepada
masyarakat sepanjang tahun ini. Dalam konflik

11
ini juga tampil organisasi-organisasi sipil pelaku
kekerasan yang menurut masyarakat tiada lain
sebagai organisasi preman hadir mengusir warga
dalam peristiwa perampasan tanah dan konflik

TNI agraria.
Cara-cara kekerasan seperti senjata ampuh yang
terus dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
penanganan konflik. Parahnya lagi, aparat Negara
seperti TNI dan Polri mempunyai kecenderungan

17
yang tidak netral dalam melihat sengketa yang antara masyarakat adat rakyat penunggu dengan
terjadi. Salah satunya, aparat kepolisian yang PTPN II di Kecamatan Morawa, Kabupaten Deli
selalu memakai prosedural pendekatan hukum Serdang, yang sedikitnya melibatkan tiga desa
positif dalam penanganan konflik. Namun, fakta di dan kampung diantaranya, Bangun Rejo, Bandar
lapangan sebenarnya adalah praktik kriminalisasi. Labuhan dan Tadukan Raga. Masih di kabupaten
Akibatnya, petani, nelayan, dan masyarakat yang yang sama, PTPN II juga berkonflik dengan
terus menerus menjadi korban akibat sistem masyarakat lokal tepatnya di Desa Lau Barus Baru
penerapan hokum yang tidak adil tersebut dan Desa Tadukan Raga, Kecataman Sinemba
Tanjung Morawa Hilir.
Berbagai pasal-pasal karet yang terdapat di
Situasi lebih parah di sektor kehutanan, dampak
peraturan perundangan selalu dipakai sebagai
konflik lebih luas dan dirasakan di lebih banyak
alat kriminalisasi warga yang mempertahankan
desa dan kampung. Di Lampung Selatan, saat ini
tanahnya.UU No.39/2014 tentang Perkebunan,
terdapat 16 desa yang berkonflik dengan Register
UU No.2/2012 tentang Pengadaan Tanah. UU No.
Way Pisang. Enam desa tersebut di antaranya Desa
41/1999 tentang Kehutanan, UU No. 18/2013
Sri Pendowo, Kemukus, Karangsari, Lebung Nala,
tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Pematang Pasir, dan Taman Sari di Kecamatan
Perusakan Hutan (UU P3H), serta UU No. 39/2014
Ketapan. Desa Gandri di Kecamatan Penengahan,
tentang Perkebunan semakin sering digunakan
Desa Sumbersari, Margajasa, Margasari, Mandala
sebagai jerat bagi rakyat. Kondisi ini seperti
mengulang kembali kejadian-kejadian tahun
sebelumnya.

B.5. Ratusan Desa Terancam Hilang


Penggusuran dan penghilangan desa dari tahun
ke tahun di Indonesia telah berada di level yang
sangat mengkhawatirkan. Dari seluruh jumlah
konflik yang terjadi yakni 659 konfliksepanjang
tahun ini, telah mengakibatkan sedikitnya 739
desa di Indonesia berada dalam situasi konflik
agraria yang mencekam dan terancam hilang
dalam pusaran pembangunan infrastruktur. Menurut banyak
Teranyar, konflik agraria akibat rencana kajian, konflik
pembangunan Bandar Internasional Yogyakarta
di Kulon Progo. Konflik ini mengancam hilangnya agraria banyak
dua desa, yakni Desa Palihan dan Glagah.
Lebih masif lagi ialah rencana pembangunan bersumber oleh
Bandara Internasional Jawa Barat di Kecamatan
Kertajati, Majalengka, yang lebih dulu terjadi. putusan-putusan
Sebanyak 10 telah hilang dan menyisakan satu
desa yang bertahan karena masih menolak di BPN. Sehingga
rencana pembangunan. Hilangnya desa-desa ini
menandakan bahwa relokasi warga tidak menjadi
sulit mengharapkan
perhatian serius dalam melakukan pembangunan
proyek-proyek infrastruktur.
BPN yang
Tidak hanya karena proyek infrastruktur, menyelesaikannya
perluasan perkebunan juga telah mengakibatkan
terancamnya desa-desa. Di Sulawesi Selatan, sendiri
sengketa tanah antara masyarakat lokal dengan
PTPN XIV terjadi di dua Kabupaten, yakni
Enrekang dan Wajo dengan melibatkan tiga
kecamatan dan beberapa desa. Terbaru, konflik

18
Sari, Kedaung, Sumber Agung, dan Baktir Rasa di untuk korban-korban kriminalisasi terhadap
Kecamatan Seragi. Terakhir, Desa Pematang Baru pejuang-pejuang agraria yang berstatus,
dan Suka Bakti yang berada di Kecamatan Palas. narapidana dan eks-narapidana, terdakwa,
Desa-desa ini diklaim secara sepihak sebagai tersangka, dan mereka yang berada dalam
kawasan hutan oleh pemerintah yang akhirnya Daftar Pencarian Orang (DPO) dalam konflik-
menimbulkan konflik. konflik agraria;
(b) Memberikan arahan dan bekerjasama
Konflik agraria di wilayah hutan hendaknya dapat
dengan pejabat-pejabat publik saat ini untuk
menjadi perhatian serius oleh pemerintah yang
menggunakan kewenangan-kewenangan
berkuasa. Sebab letusan-letusan konflik agraria
pemerintah yang tersedia dalam rangka
diprediksi akan semakin banyak terjadi di wilayah
menyelesaikan konflik-konflik agraria
ini. Apalagi, saat ini ada sekitar 30 ribu desa yang
struktural, termasuk dengan merevisi
diklaim masuk kawasan hutan secara sepihak.
keputusan-keputusan pejabat-pejabat publik
Dari total tersebut, sebagian besar sudah menjadi
sebelumnya yang menjadi penyebab, atau
tanah garapan warga aktif, pemukiman, kampung
faktor yang melestarikan konflik-konflik
bahkan desa definitif.
agraria;
C. Usulan Penyelesaian Konflik Agraria (c) Menyusun rencana aksi nasional untuk
penyelesaian konflik-konflik agraria
Sebenarnya, usulan agar Presiden turun tangan dalam rangka reforma agraria yang
mengurai konflik agraria telah dituntut sejak menyeluruh dan adil gender, serta sekaligus
lama. Bahkan Komnas HAM RI bekerjasama mengawasi, mengawal dan mengevaluasi
dengan kelompok masyarakat sipil pada tahun implementasinya;
2003 secara resmi pernah mengusulkan kepada
Kewenangan tersebut dijalankan dengan tugas-
Presiden Megawati untuk membentuk Komisi
tugas pokok sebagai berikut:
Nasional untuk Penyelesaian Konflik Agraria
(KNuPKA). Secara resmi, usulan ini ditolak dan (a) Menerima klaim-klaim kolektif dari
solusinya hanya memperkuat BPN-RI dengan rakyat sehubungan dengan hak atau
membentuk Kedeputian yang menangani konflik akses mereka atas tanah, sumber daya
agraria. alam dan wilayah hidup, yang berada
dalam situasi konflik-konflik agraria
Pada kenyataannya lembaga di dalam BPN
struktural yang kronis;
ini, hingga berbentuk Kementerian ATR/BPN-
RI seperti sekarang, tidak dapat mengurai (b) Melakukan identifikasi, inventarisasi,
konflik agraria struktural yang terjadi. Menurut penyelidikan, dan audit atas kasus-
banyak kajian, konflik agraria banyak bersumber kasus konflik-konflik agraria, dengan
oleh putusan-putusan di BPN. Sehingga sulit pendekatan yang sensitif dan responsif
mengharapkan BPN yang menyelesaikannya gender termasuk melalui penelusuran
sendiri akibat konflik kepentingan. Begitu pula dokumen, memanggil dan menemui
badan-badan penyelesaian konflik di kementerian pihak-pihak, pemeriksaan lapangan,
lain hingga di DPR RI. Banyak berfungsi sebagai dengar keterangan umum, dan panel ahli
lembaga pengaduan. untuk eksaminasi kasus-kasus tersebut;
Pada 28 Januari, 2015, kalangan masyarakat (c) Memberi arahan kebijakan dan
sipil yang tergabung dalam Komite Nasional panduan kerja, dan bekerjasama dengan
Pembaruan Agraria (KNPA) seperti KPA, AMAN, kementerian dan lembaga pemerintah
SPI, WALHI, KontraS, SAINS, dll. mengusulkan Unit pusat dan daerah untuk menyusun
Kerja Presiden untuk Penyelesaian Konflik Agraria rencana aksi nasional penyelesaian
(UKP2KA). konflik-konflik agraria dalam rangka
reforma agraria yang menyeluruh
Dalam konsep yang ditawarkan, UKP2KA ini
dan adil gender, serta mengawasi dan
berwenang untuk:
mengawal implementasi rencana aksi
(a) Merekomendasikan kepada Presiden RI untuk tersebut;
memberikan amnesti, abolisi, dan rehabilitasi

19
(d) Menyampaikan laporan dan rekomendasi masing-masing dapat memiliki sumber-
kepada Presiden Republik Indonesia. sumber pendanaannya tersendiri.
Unit Kerja Presiden ini berfungsi sebagai:
Usulan ini meski telah disampaikan secara
(a) Pembantu Presiden RI setingkat menteri
langsung kepada Menteri Sekretaris Kabinet,
yang menyelesaikan kasus-kasus konflik
namun belum mendapatkan jawaban resmi dari
agraria yang struktural; dan
pemerintah selain sinyal bahwa pemerintah
(b) Saluran baru bagi rakyat yang sedang Joko Widodo menghindar untuk membentuk
memperjuangkan secara kolektif hak lembaga-lembaga baru. Meskipun sinyalemen
dan aksesnya atas tanah, sumber daya ini sebenarnya ditepis sendiri oleh pemerintah
alam dan wilayah hidupnya, termasuk dengan membentuk badan baru seperti Badan
bagi pejuang agraria yang dikriminalisasi, Restorasi Gambut (BRG) atau Unit Kerja Presiden
untuk mendapatkan keadilan melalui untuk Peningkatan Ideologi Pancasila (UKPIP).
penggunaan kewenangan yang secara
Mengingat begitu mendesaknya penyelesaian
prerogatif melekat pada Presiden
konflik agrarian struktural, usulan ini perlu
Republik Indonesia sebagai Kepala
didesakkan kembali agar Presiden terlibat aktif
Pemerintahan dan Kepala Negara.
segera membentuk Unit Kerja Penyelesaian
(c) Dalam melaksanakan tugasnya, Konflik Agraria, yang dapat serius menuntaskan
unit kerja dapat membentuk dan konflik secara tuntas. Kelembagaan ini juga sejalan
bekerjasama dengan kementerian/ dengan agenda reforma agrarian, dimana kasus-
lembaga pemerintah, komisi-komiSi kasus yang telah dituntaskan kemudian masuk
Negara (Komnas Hak Asasi Manusia, dalam proses lengkap reforma agraria; penguatan
Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi hak dan pengembangkan ekonomi.
Judicial, Komisi Ombudsman, Komisi
Nasional Anti Kekerasan Terhadap
Perempuan, Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban), dan lembaga-
lembaga swadaya masyarakat yang


usulan ini perlu didesakkan kembali agar
Presiden terlibat aktif segera membentuk
Unit Kerja Penyelesaian Konflik Agraria,
yang dapat serius menuntaskan konflik
secara tuntas.

20
BAB II
Laporan Kemajuan
Reforma Agraria
Tahun 2017

A. Pendahuluan 2017 ini sebenarnya menjadi tahun penting


bagi pelaksanaan peta jalan tersebut. Tercatat
Mengakhiri tahun ketiga, kebijakan utuh terkait
beberapa langkah mulai diambil pemerintah baik
pelaksanaan reforma agraria, yang ditunggu-
dari segi regulasi, pembentukan kelembagaan
tunggu masyarakat, yakni Peraturan Presiden
hingga mekanisme pelaksanaan.
tentang Reforma Agraria belum juga terwujud.
Padahal, sejak awal tahun 2017, Presiden telah Seluruh usaha tersebut memang patut
menggelar beberapa kali Sidang Kabinet Paripurna diapreasiasi, namun tampaknya pemerintah
dan Sidang Kabinet Terbatas membahas agenda belum sungguh-sungguh dalam melaksanakan
ini. Meski begitu, kementerian masih belum reforma agraria. Selain terdapat potensi
penyimpangan reforma agraria dari prinsip UUPA
tancap gas terkait hal ini.
1960, birokrasi dari pusat hingga daerah juga
Dalam berbagai kesempatan, Jokowi secara belum memiliki kesiapan dalam pelaksanaan.
tegas menyebutkan reforma agraria sebagai Setahun belakangan pelaksanaan reforma
jalan perwujudan kesejahteraan masyarakat, agraria cenderung lambat dan minim inovasi.
bukan sekedar bagi-bagi lahan. Sejak akhir tahun Meski demikian, dorongan untuk meluruskan
2016, Pemerintah mulai merancang peta jalan dan mengakselerasi pelaksanaan reforma agraria
pelaksanaan reforma agraria melalui terbitnya terus datang dari organisasi masyarakat sipil. KPA
Perpres Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana menjadi salah satu bagian yang terus mengontrol
Kerja Pemerintah Tahun 2017. Dengan itu, tahun dan terlibat dalam tahap-tahap pelaksanaannya.
21
Di bawah ini akan diulas refleksi terkait reforma Di tahun 2017, kerja tim lebih difokuskan
agraria selama tahun 2017 untuk mendapat pada penentuan tanah objek reforma agraria
perhatian lebih serius ke depan. atau disebut TORA. Secara masing-masing, di
Kementerian ATR maupun Kementerian LHK
B. Reforma Agraria Sebagai Prioritas Nasional dibentuk Sekretariat Bersama Reforma Agraria
untuk membahas sepeutar TORA dan regulasinya.
Pemerintah mengesahkan Perpres Nomor 45
Tahun 2016 Tentang Rencana Kerja Pemerintah
Selain dua kementerian tersebut, di Kementerian
Tahun 2017. Reforma Agraria ditempatkan sebagai
Desa PDTT juga dibentuk pokja reforma agraria.
salah satu Program Prioritas Nasional. Namun,
Fungsi utamanya diharapkan turut memastikan
back up dari sisi regulasi untuk implementasi,
bahwa redistribusi tanah akan diikuti oleh
yakni Perpres tentang Reforma Agraria tidak juga
program pendukung untuk meningkatkan
terealisir hingga ujung tahun.
kesejahteraan penerima manfaat di desa-desa
Sebagai jalan keluar, baru pada tahun melalui implementasi dana desa. Dalam hal
2017, Menteri Koodinator Darmin Nasution ini, UU Desa diarahkan menjadi pintu masuk
mengeluarkan Peraturan Menteri Koordinator untuk memastikan bahwa penerima manfaat
Perekonomian Nomor 73 Tahun 2017 tentang Tim redistribusi akan mendapatkan beberapa program
Reforma Agraria. Tim ini bertugas melaksanakan pendukung seperti penguatan koperasi, bibit,
percepatan reforma agraria yang melibatkan pupuk, dan sebagainya. Selain itu, diharapkan
beberapa lembaga dan kementerian terkait, dapat bersinergi dengan Badan Usaha Milik Desa
seperti Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian (Bumdes).
Agraria dan Tata Ruang (ATR), Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (LHK) dan Desa dan Pembangunan B.1 Stagnasi Kelembagaan RA
Daerah Tertingal dan Transmigrasi (PDTT). Melalui
Meskipun dinaikkan level sebagai prioritas
Tim Reforma Agraria yang terbentuk di masing-
nasional, menandakan bahwa program ini berada
masing kementerian, pemerintah bersama
di lintas kementerian dan lembaga. Namun,
organisasi masyarakat sipil lainnya diharapkan
kebijakan yang mengikutinya tidak sepenuhnya
dapat merumuskan mekanisme percepatan
cukup. Karena itu, seperti telah dijelaskan di atas,
implementasi reforma agraria.
pemerintah melalui Kemenko Perekonomian

Gambar 8 : Buku Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria 2016 - 2019, Buku KSP
tentang Arahan Pelaksanaan Reforma Agraria, dan SK Kemenko Perekonomian tentang
Pembentukan Tim Reforma Agraria`

22

Meskipun dinaikkan level sebagai prioritas
nasional, menandakan bahwa program ini
berada di lintas kementerian dan lembaga.
Namun, kebijakan yang mengikutinya tidak
memadai.

dan Perhutanan Sosial yang diketuai oleh Menteri


Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Pokja II
Legalisasi dan Redistribusi Tanah Objek Reforma
Agraria diketuai Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN),
dan Pokja III Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
diketuai oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah
mengesahkan Permen No.73/2017 tentang Tertinggal dan Transmigrasi (Desa dan PDTT).
Tim Reforma Agraria guna mengakselerasi
implementasi reforma agraria. Seluruh proses Setiap pokja di kementerian telah melibatkan
implementasi harapannya akan dikoordinasikan organisasi masyarakat sipil dan organisasi
melalui Tim ini. tani dalam Sekretariat Bersama (Sekber) yang
berkantor di masing-masing Kementerian. Seluruh
Meski secara substansi belum mampu menjawab perkembangan pelaksanaan reforma agraria
sepenuhnya, kewenangannya tentu masih jauh akan dibahas bersama dalam sekber, sekaligus
apabila dibandingkan dengan usulan masyarakat menerima masukan dari masyarakat. Beberapa
mengenai badan yang otoritatif langsung di Direktorat Jenderal di kementerian terkait yang
bawah presiden (disebut BORA). Namun terbitnya telah ditunjuk dalam tim menyelenggarakan
Permen tersebut menjadi terobosan di tengah pertemuan rutin di Sekber dengan organisasi
ketiadaan regulasi. masyarakat sipil untuk terus mematangkan proses
Secara struktur, Menko Perekonomian menjadi pelaksanaan reforma agraria.
ketua yang membawahi tiga kelompok kerja
(Pokja), yakni Pokja I Pelepasan Kawasan Hutan
23
Tugas utama dari tim Reforma Agraria antara lain bahkan sebagian belum mengetahui terkait
koordinasi dan sinkronisasi perumusan hingga dengan implementasi reforma agraria. Sehingga,
pelaksanaan reforma agraria; pengendalian dan pembahasan dalam Sekber di tingkat Kementerian
pemantauan pelaksanaan kebijakan reforma (pusat) belum mampu diterjemahkan dengan baik
agraria; evaluasi dan pelaporan pelaksanaan hingga ke tingkat terbawah.
kebijakan. Dengan kata lain, hampir seluruh
Di tingkat daerah, telah terdapat beberapa inisiatif
tahap dari pelaksanaan reforma agraria menjadi
yang dilakukan oleh Bupati untuk mendorong
tanggung jawab dari tim tersebut.
percepatan imeplementasi reforma agraria, salah
satunya di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Sejauh ini ketiga Pokja tersebut masih jalan
Bupati Sigi telah menempatkan reforma agraria
sendiri-sendiri. Pokja III di bawah Kemendes tidak
menjadi prioritas kerja di daerah melalui proses
terdengar gaungnya untuk mengintegrasikan
penerjemahan dan penyelarasan dengan visi misi
programnya dengan kerja-kerja reforma agraria
dan rencana pembangunan daerah hingga tahun
Setelah hampir satu tahun Peraturan Kemenko 2022. Tak hanya itu, Bupati Sigi juga melibatkan
Perekonomian ini, dapat disimpulkan bahwa telah secara langsung organisasi masyarakat sipil dan
terjadi stagnasi kelembagaan dalam mempercepat organisasi tani pada setiap tahap implementasi.
reforma agraria. Ia tidak cukup ditempelkan Hingga tahun 2017, Pemerintah Daerah Kabupaten
dalam sebuah Pokja di tingkat kementerian, yang Sigi telah menginventarisir serta menyerahkan
pada praktiknya tidak dapat mengkoordinasikan lokasi-lokasi TORA pada kementerian terkait.
lintas struktur dalam organisasi kementerian. Pelatihan terkait reforma agraria dan pemetaan
partisipatif juga telah dilakukan bagi seluruh
B. 2. Tantangan Bersinergi dengan Pemerintah jajaran pemerintah hingga ke pemerintah
Daerah desa. Inisiasi yang kurang lebih sama di tingkat
kabupaten juga didorong masyarakat di beberapa
Kerja-kerja Tim Reforma Agraria selama ini masih
daerah, seperti Musi Banyu Asin dan Minahasa.
kerap terganjal dengan persoalan mekanisme
monitoring pelaksanaan hingga ke tingkat
Perkembangan implementasi tersebut layak
daerah. Bagaimana memastikan apa yang telah
diapresiasi. Namun masih terdapat beberapa
disepakati dan direncanakan di tingkat pusat
kelemahan, terutama dalam konteks regulasi,
mampu ditindaklanjuti oleh dinas terkait di
daerah. Selama ini, birokrasi di tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota masih belum selaras,

Gambar 9: Workhop Persiapan Reforma


Agraria di Sulawesi Tengah Antara KLHK,
K ATR/BPN, KSP dan KPA

24
Gambar 10: Perwakilan Kabupaten Sigi
Menyerahkan Data RA ke Kementrian
ATR/BPN

peluang kegagalan implementasi RA. Pengalaman


dari negara lain, jalan keluar daeri persoalan
serta proses penetapan subjek dan objek yang ini adalah membuka partisipasi dari gerakan
sesuai tujuan reforma agraria. Secara regulasi, masyarakat sipil yang konsisten memperjuangkan
Jokowi belum juga mengesahkan Rancangan reforma agraria.
Peraturan Presiden tentang Reforma Agraria yang Reforma Agraria yang hendak diterapkan oleh
diharapkan mampu menjadi payung berbagai pemerintahan Jokowi memang terbilang unik.
regulasi turunan dalam pelaksanaan reforma Pelaksanaannya menggunakan UU 41/1999
agraria. Kemudian, dalam proses penetapan tentang Kehutanan sebagai sandaran utama. Ini
subjek dan objek dari reforma agraria yang dikarenakan 63 persen wilayah darat Indonesia
masih cenderung top-down dan berpotensi salah diklaim sebagai kawasan hutan. Padahal klaim
sasaran. tersebut sebagian besar belum tentu legal dan
legitimate karena proses pengukuhan kawasan
B.3. Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) Minus belum dilakukan. Karena menggunakan UU
Tujuan Kehutanan, dari 9 juta hektar rencana distribusi
Sebuah reforma agraria sekurang-kurangnya tanah seluas 4.5 juta hektar berada dalam
bertujuan untuk beberapa hal mendasar: yurisdiksi Kementerian LHK. Sementara, target
(1). Mengurangi ketimpangan pemilikan pembagian tanah melalui ATR/BPN-RI hanya 400
dan pengusahaan agraria khususnya tanah; ribu hektar saja, selebihnya untuk BPN adalah
(2) Menyelesaikan konflik agraria dengan kerja sertifikasi tanah seluas 4.5 juta hektar. 
menghadirkan keadilan di dalamnya; (3) Dengan menggunakan UU Kehutanan, maka
Menciptakan sumber kesejahteraan dan jalur yang dilakukan adalah pelepasan kawasan
peningkatan produktifitas rakyat pedesaan hutan. Sebagaimana diketahui, proses pelepasan
dan pertanian; (4) Menghubungkan hubungan kawasan ditentukan oleh: status kawasan hutan
ekonomi dan social desa-kota, pertanian-industri yang bisa dilepaskan, luasan status kawasan
dalam relasi yang menguatkan; (5) Keberlanjutan hutan di daerah, usulan perubahan tata ruang
lingkungan hidup yang lestari. pemerintah daerah, dan penyiapan masyarakat
Karena tujuan-tujuan tersebut, penetapan penerima.
subjek dan objek reforma agraria jadi salah satu Sayangnya sistem di KLHK untuk pelepasan
tahap krusial yang menentukan kesuksesan semacam ini belum terbangun. Selama lebih satu
implementasi reforma agraria. Sebab, jika pada dekade ke belakang dalam periode kekuasaan
tahap ini terjadi kesalahan maka akan membuka sebelumnya, dari 7.5 juta hektar hutan yang
25
Gambar 11: Sekjend KPA secara simbolis
menyerahkan Data LPRA Tahap I Region
Sumatera kepada Kementrian ATR/
BPN dan Kementrian LHK di Medan,
Sumatera Utara

Kementerian ATR lebih pada legalisasi aset atau


sertifikasi pada tanah-tanah.
Rencananya, indikatif TORA yang telah
ditetapkan oleh dua Kementerian tersebut akan
dilepaskan, 90 persennya diperuntukkan kepada
terus diperbarui secara berkala, sebagaimana
perusahaan perkebunan. Karena menggunakan
disebutkan dalam Kepmen LHK bahwa seluruh
kriteria UU Kehutanan, mekanisme penetapan
data terkait TORA akan terus diperbarui setiap
TORA cenderung dilakukan secara top-down
6 bulan, termasuk dengan mempertimbangkan
berdasarkan kriteria yang tersedia.
usulan-usulan dari masyarakat. Sementara,
Penetapan TORA Kawasan Hutan telah tertuang Kementerian ATR melakukan pembaruan data
melalui Keputusan Menteri LHK No. SK 180/ secara berkala melalui Sekber menunggu usulan
MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2017 tentang Peta dari masyarakat. Namun, sejauh ini apa yang
Indikatif Alokasi Kawasan Hutan untuk Penyediaan telah diinventarisasi oleh dua kementerian
Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) yang tersebut cenderung tidak menyasar tanah-tanah
menyasar sedikitnya tanah sejumlah 4.853.549 masyarakat yang terlibat konflik, melainkan tanah
hektar (per November 2017) untuk masuk dalam yang clean and clear, atau bahkan fresh land.
skema pelepasan kawasan hutan.
Sisi lain yang menjadi catatan laporan kemajuan
Dalam melakukan Penetapan TORA Kawasan reforma agraria tahun 2017 adalah implementasi
Hutan, terluas berada di Provinsi Kalimantan redistribusi TORA yang minim. Tercatat, sejak
Tengah, Papua dan Riau. Di Provinsi Kalimantan reforma agraria menjadi prioritas nasional,
Tengah mencapai angka 984.016 Ha. Sementara Kementerian LHK meredistribusi TORA seluas
itu, tidak ada alokasi bagi Jawa, Bali dan Lampung 707.346 (Kementerian LHK, 2017). Senada,
karena alasan kawasan hutan kurang dari 30% Kementerian ATR meredistribusi tanah seluas
menurut tafsir sepihak pemerintah tentang UU 185.958 hektar, sementara untuk legalisasi seluas
41/1999. 1.189.349 hektar (Kementerian ATR, 2017). Angka
ini tentu masih jauh dari target 9 juta hektar yang
Lebih menyedihkan, Kementerian ATR belum
dikejar hingga 2019.
melakukan proses inventarisasi untuk alokasi
TORA seluas 0,4 juta hektar, yang berasal dari Penentuan subjek dan objek haruslah
HGU habis serta tanah terlantar. Fokus kerja bersandarkan pada tujuan-tujuan reforma

26
agraria dan dilakukan secara partisipatif dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kantor Staf
masyarakat. Tanpa pelibatan aktif masyarakat di Presiden. Begitu pula penyerahan ke pemerintah
bawah, tak heran jika pergerakan reforma agraria di tingkat provinsi dan kabupaten.
ala Jokowi jalan bak siput.
Proses pembahasan atas LPRA masih terus
Jalan LPRA berlangsung melalui Sekber RA di dua
kementerian tersebut. Baru 10 lokasi LPRA yang
Sebagai jalan keluar sekaligus kritik atas
ditetapkan Kementerian ATR/BPN dengan status
mekanisme selama ini, KPA memberikan usulan
‘dapat ditindaklanjuti’. Di Kementerian LHK
Lokasi Prioritas Reforma Agraria (LPRA), yang
belum ada perkembangan berarti, kecuali upaya
berasal dari anggota-anggota KPA di berbagai
pemutakhiran data TORA atas usulan LPRA, meski
daerah dan terlibat konflik. Sepanjang tahun 2017,
ini pun belum jelas lokasi-lokasi mana yang masuk
KPA meluruskan TORA pemerintah yang bersifat
pemutakhiran ini.
top-down melalui sistem LPRA, yang partisipatif
dan kuat dari sisi modal sosial. LPRA merupakan Prosesnya memang sangat lambat di kementerian-
data yang telah diproses dan diverifikasi dalam kementerian terkait, jika mengingat waktu yang
sistem pengumpulan dan registrasi data, mulai tidak lagi lama.
dari penyeragaman format di seluruh daerah,
kesesuaian lokasi dengan tujuan-tujuan pokok
reforma agraria, keberadaan dan pemeriksaan C. Menjawab Stagnasi Kelembagaan dan
status organisasi tani, kesiapan subjek dan objek Meluruskan Reforma Agraria
di lokasi hingga perencanaan pengembangan
Menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA),
ekonomi dan produksinya ke depan. LPRA adalah
ada beberapa langkah-langkah yang harus
lokasi-lokasi yang sejak awal menginginkan dan
dilakukan Presiden dalam menjawab stagnasi
konsisten memperjuangkan reforma agraria.
kelembagaan, kelambanan proses sekaligus
Di akhir tahun 2017, Dari potensi lokasi seluas meluruskan kebijakan reforma agraria agar
1,4 juta hektar, KPA bersama anggota serikatnya sesuai dengan tujuan-tujuannya adalah dengan
telah mengkonsolidasikan sejumlah 646.765 menandatangani Peraturan Presiden tentang
hektar dengan 140.526 penggarap. Berasal dari
430 lokasi (kampung/lintas kampung/desa)
yang diusulkan oleh 77 organisasi tani. Seluruh
data LPRA Tahap I ini telah diserahkan pada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,

Gambar 12: Lokakarya Percepatan Pelaksanaan


Reforma Agraria Region Jawa-Bali yang diselenggarakan
oleh KPA dan KSP. Acara ini diakhiri dengan penyerahan
Data LPRA Tahap I Jawa – Bali.

27
Reforma Agraria dengan beberapa substansi manfaat tanah reforma agraria adalah
pokok: buruh tani, tani gurem, masyarakat
adat, nelayan, pemuda dan perempuan
1. Menetapkan tujuan reforma agraria,
yang bertempat tinggal di lokasi TORA.
yaitu: (a) Mengurangi ketimpangan
Tak hanya individu, penerima manfaat
pemilikan dan penguasaan agraria
juga dapat berbentuk koperasi usaha.
khususnya tanah; (b) Menyelesaikan
Batasan maksimum dan minimum dari
konflik agraria dengan menghadirkan
tanah redistribusi juga penting diatur.
keadilan di dalamnya; (c) Menciptakan
Hal ini merupakan bentuk pencegahan
sumber kesejahteraan dan peningkatan
lahirnya ketimpangan baru, sekaligus
produktifitas rakyat pedesaan dan
menjadi jalan bagi transformasi ekonomi
pertanian; (d) Menghubungkan relasi
dan sosial masyarakat.
ekonomi dan sosial desa-kota, pertanian-
industri dalam relasi yang saling 3. Memastikan adanya terobosan hukum
menguatkan; dan (e) Keberlanjutan dan diskresi agar operasi reforma agraria
lingkungan hidup yang lestari. dapat bekerja di wilayah-wilayah konflik
agraria terkait asset negara (tanah
2. Menetapkan tata cara penetapan tanah BUMN/PTPN), Perhutani, kawasan hutan
objek reforma agraria dan penetapan yang penting dilepaskan, tanah terlantar
subjek reforma agraria yang selaras dan HGU-HGU bermasalah. Termasuk
dengan tujuan-tujuan di atas. Penerima mampu memangkas tanah-tanah yang
dimonopoli oleh badan usaha besar.

28
4. Terkait kelembagaan, pemerintah 6. Tugas utama dari DRAN, DRAP dan
dimandatkan untuk membentuk Badan DRAK adalah merumuskan, memonitor
Otorita Reforma Agraria (BORA) atau dan mengevaluasi kebijakan reforma
dengan nama lain, seperti Dewan agraria. Sementara, fungsinya antara
Reforma Agraria Nasional (DRAN) di lain perumusan kebijakan reforma
tingkat pusat dan Dewan Reforma Agraria agraria, fasilitasi penyelesaian konflik
Provinsi (DRAP) di tingkat Provinsi dan lintas sektor, penanganan konflik dengan
Dewan Reforma Agraria Kabupaten/Kota mediasi, koordinasi dan sinkronisasi
(DRAK) di tingkat kabupaten/kota. program reforma dengan program lain.
5. Diketuai langsung oleh Presiden, Harapannya dengan subtansi yang demikian,
DRAN akan beranggotakan berbagai akan mampu menjawab persoalan lambatnya
kementerian dan lembaga serta implementasi reforma agraria selama ini.
perwakilan masyarakat sipil, yang terkait Maka, rancangan Perpres Reforma Agraria
dengan implementasi reforma agraria. harus segera disahkan sebagai payung
Sementara DRAP dan DRAK akan dipimpin pelaksanaan reforma agraria pemerintah
langsung oleh kepala daerahnya masing- sekarang.
masing dengan melibatkan unsur-unsur
SKPD terkait. Perwakilan masyarakat dan
akademisi juga akan menjadi salah satu
komposisi dalam struktur tersebut.


Untuk agenda besar reforma
agraria, pemerintah dimandatkan
untuk membentuk Badan Otorita
Reforma Agraria (BORA) atau
Dewan Reforma Agraria Nasional
(DRAN), yang dipimpin langsung
oleh presiden

29
BAB III
Monitoring
Kebijakan
Agraria 2017

A. Kebijakan Kontra Reforma Agraria Terus masih menyimpan beberapa persoalan


Bermunculan pokok, beberapa diantaranya: Belum
jelasnya prioritas hak atas tanah, termasuk
Salah satu hambatan reforma agraria
masalah hak guna usaha (HGU) yang banyak
adalah aturan hukum yang menghambat
menimbulkan konflik agraria, belum ada
pelaksanaan dan juga hukum yang semakin
upaya transformasi HGU yang dimonopoli
memudahkan sumber daya alam dan sumber-
badan usaha skala besar, monokultur dan
sumber agraria kepada investor sehingga
berbasis komoditas ke perkebunan berbasis
semakin memperlebar ketimpangan. Berikut
kerakyatan; Masalah dualisme pendaftaran
catatan monitoring kebijakan Konsorsium
tanah yang cenderung administratif belaka
Pembaruan Agraria (KPA) 2017 terkait dengan
dan “bias non-hutan”, sehingga ranah RUU
munculnya kebijakan anti reforma agraria.
tidak akan berlaku di atas kawasan hutan
menandakan tidak ada visi ketunggalan
administrasi dalam sistem pendaftaran tanah
A.1 RUU Pertanahan Tanpa Visi Kerakyatan
nasional; Penyelesaian konflik masih sektoral
Tanggal 22 November 2017 diselenggarakan dan legalistik semata; dan Belum selarasnya
Rapat Kerja antara Komisi II DPR dengan pengaturan reforma agraria dengan amanat
Kementerian terkait untuk membahas UUPA 1960.
RUU Pertanahan, sekaligus penyerahan
RUU Pertanahan masuk kembali dalam
Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) yang
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun
telah disusun oleh Kementerian ATR/
2018. Sebagai operasionalisasi dari UUPA
BPN, Kemendagri, Kemenkum HAM dan
1960, bukan menggantikan, RUU Pertanahan
Kementerian PUPR. Secara substansi, DIM
30
seharusnya mengandung beberapa aspek
pokok berikut; menjadi landasan hukum
pelaksanaan Reforma Agraria sejati;
menjamin adanya penyelesaian konflik agraria


yang lintas sektor dan berkeadilan, sebagai
upaya korektif atas ijin/hak yang dikeluarkan
pejabat publik dan telah menimbulkan
konflik dengan masyarakat; menghentikan
sektoralisme administrasi pertanahan,
melainkan mendorong administrasi yang

Apakah
tunggal (satu pintu) di bidang pertanahan,
hutan maupun non-hutan; pendaftaran
tanah yang diamanatkan untuk memeriksa
ketimpangan struktur agraria serta
maladministrasi yang terjadi (pendaftaran
perkebunan
positif/aktif); Menjamin pengakuan wilayah
masyarakat adat; Prioritas hak atas tanah, kelapa
termasuk HGU bagi petani, masyarakat adat,
masyarakat pesisir (nelayan), perempuan
dan kelompok masyarakat miskin lainnya;
sawit belum
menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.
Belum lagi niatan pemerintah menjadikan
cukup kuat
RUU Pertanahan sebagai cantolan landasan
hukum untuk menjalankan gagasan bank
mencengkeram
tanah bagi cadangan tanah untuk kepentingan
investasi dan pembangunan infrastruktur. monopoli atas
Rencana Bank Tanah atau BATANAS semakin
kontradiktif dengan tujuan reforma agraria,
semakin jauh dari visi kerakyatan para pendiri
tanah Indonesia,
bangsa yang tertuang dalam UUPA 1960. Jika
demikian, RUU ini patut diberi tanda lampu sehingga satu
komoditi ini
merah.

Agar tak menambah karut marut kebijakan


agraria, RUU Pertanahan harus diorientasikan
untuk menjawab krisis-krisis agraria kronis di
butuh dibuatkan
lapangan, yakni ketimpangan struktur, konflik
agraria dan overlapped klaim, serta dualisme UU khusus?
sistem pertanahan. Ada ribuan konflik agraria
struktural dan kronis menunggu diselesaikan
secara tuntas oleh RUU ini. Akan tetapi, jika
DPR dan pemerintah tetap bertahan dengan
substansi sebagaimana terutang dalam
DIM dari Pemerintah, maka pembahasan
RUU ini sebaiknya dihentikan, karena hanya
akan menambah masalah sektoralisme dan
kontradiksi perundang-undangan terkait
pengurusan sumber-sumber agraria.

31
A.2 RUU Perkelapasawitan A.3. Rencana BATANAS Berpotensi Gagalkan
Realisasi Reforma Agraria
Cukup aneh DPR RI begitu getol membahas
RUU ini di saat pemerintah memberlakukan Dalam banyak kesempatan pemerintah
moratorium perizinan sawit. Bahkan, menunjukkan niat politik yang kuat
Mensesneg secara langsung pernah menyurati untuk membentuk Bank Tanah. Presiden,
Menteri Pertanian untuk menghentikan Kementerian ATR dan Kementerian Keuangan
pembahasan RUU Perkelapasawitan secara tegas menyatakan bahwa pendirian
mempertimbangkan usulan dan pandangan bank tanah mendesak di Indonesia. Konon
kritis sejumlah masyarakat. Apakah bisnis 11 triliun siap digelontorkan pemerintah
komoditas kelapa sawit masih belum cukup untuk pembentukkannya. Tujuan utama
kuat mencengkram monopoli atas tanah di dari bank tanah antara lain untuk menjawab
Indonesia, sehingga satu komoditas ini butuh kebutuhan pemerintah atas tanah bagi
dibuatkan UU khusus? pembangunan infrastruktur, energi
dan program pembangunan lainnya. Di
Setelah mengalami beberapa babak
tahun 2017 upaya ini semakin nyata dan
penolakan, baik yang disuarakan oleh
mengkristal. Niatan membentuk Bank Tanah
Pemerintah maupun koalisi masyarakat sipil,
kemudian dikonseptualisasikan Kementerian
RUU Perkelapasawitan kembali masuk dalam
ATR/BPN RI secara matang melalui apa yang
prolegnas tahun 2018. Pemerintah melalui
disebut Badan Pengelola dan Penyedia Tanah
beberapa menteri menyatakan bahwa RUU
Nasional disingkat BATANAS. Kementerian
Perkelapasawitan tidak mendesak dan tidak
ATR/BPN telah merancang rancangan
memiliki alasan kuat untuk disahkan. Selain
peraturan pemerintah (RPP) mengenai badan
itu, substansi dalam bab dan pasal banyak
ini.
mengulang yang telah diatur dalam UU
Nomor 39 tahun 2014 tentang Perkebunan.
Rencana pembentukan bank tanah ala
Pandangan kritis ini juga disampaikan
Indonesia ini mendasarkan pada argumentasi
organisasi masyarakat sipil.
utama bahwa masalah pertanahan di
Secara umum apa yang diatur oleh Indonesia saat ini masih menjadi penghambat
RUU Perkelapasawitan cenderung pembangunan. Seperti masalah keterbatasan
mengartikulasikan kepentingan pengusaha. tanah, ketimpangan kepemilikan tanah,
Sebaliknya, minim mengatur soal petani tanah menjadi obyek spekulan menyebabkan
mandiri maupun petani plasma. Ini harga tanah tak dapat dikendalikan, dan
tercermin dari banyaknya bab yang banyaknya potensi idle land (tanah terlantar)
mengatur kemudahan usaha dan investasi, yang belum dioptimalkan. Sementara,
seperti pengurangan pajak dan bea masuk. pemerintah membutuhkan tanah yang luas
Kemudian, peluang ekspansi monopoli atas untuk kepentingan pembangunan proyek
tanah terbuka, karena tidak ada pembatasan strategis nasional (PSN), pengembangan kota
maksimum HGU dari perusahaan atau baru, dan kebutuhan penyediaan tanah untuk
kelompok perusahaan. memfasilitasi investasi dalam meningkatkan
pertumbuhan prekonomian.
Meski pembahasan RUU Perkelapasawitan
sangat tak relevan dan kontradiktif dalam Dasar-dasar pembentukan BATANAS dan
situasi ketimpangan struktur agraria saat
ini, namun seolah terus dipaksakan dan sumber tanahnya terasa sumbang, sekaligus
bisa leluasa masuk ke lingkar kekuasaan “tumpang tindih” dengan dasar-dasar urgensi
DPR RI. Karenanya, pembahasan kembali reforma agraria. Sungguh kontroversial
RUU ini mencerminkan kuatnya pertemuan mengingat tanah obyek reforma agraria
kepentingan kelompok investor dan pemodal (TORA) seluas 0,4 juta hektar yang berasal
besar dengan elite bisnis yang bersarang di dari HGU terlantar dan expired yang menjadi
dalam lingkaran kekuasaan parlemen kita. target RPJMN, justru sekarang hendak
Di titik ini, masuknya RUU Perkelapasawitan diorientasikan untuk pembangunan proyek
ke dalam Prolegnas 2018 layak dan patut strategis nasional (PSN), pengembangan kota
dihentikan. baru, dan kebutuhan penyediaan tanah untuk

32

justru pemerintah hendak mengoptimalkan
tanah terlantar untuk kebutuhan investasi
dan proyek infrastrukur, sementara hingga
saat ini belum juga “pecah telor” reforma
agraria melalui skema redistribusi tanah
(dari sumber tanah terlantar dan pelepasan
Terjadi upaya kawasan hutan). Nampak di tahun 2017
“pemindahan alokasi Presiden cukup puas dengan seremonial
bagi-bagi sertipikat tanah. Padahal di masa
TORA” untuk SBY sudah jelas kegagalannya, adalah
merealisasikan ide Bank menyempitkan tujuan dan prinsip besar
reforma agraria menjadi acara sertipikasi
Tanah (BATANAS) tanah.
bagi pembangunan Gagasan bank tanah sebenarnya bukan hal
infrastruktur dan baru, sejak awal tahun 1990an telah dibahas
oleh akademisi dan praktisi mengenai konsep
investasi dan pelaksanaan dari bank tanah bagi
Indonesia. Beberapa negara seperti Amerika
Serikat, Belanda, Filipina, Brazil, Korea
Selatan juga mengimplementasikan bank
tanah sesuai dengan kondisi dan kepentingan
negara masing-masing.
Bagi Indonesia, pendirian bank tanah
bertentangan dengan prinsip-prinsip UUPA
1960 sebagai payung hukum pokok bagi
pengelolaan sumber agraria berkeadilan,
memfasilitasi investasi dalam meningkatkan
termasuk pertanahan. Namun pemerintah
pertumbuhan prekonomian.
bersikukuh, dan baru-baru ini telah
memasukkannya ke dalam substansi RUU
Di tengah mandegnya realisasi reforma
Pertanahan. Inilah penyusupan konten
agraria, khususnya yang berasal dari tanah
regulasi yang sekali lagi telah mementahkan
terlantar dan HGU bermasalah. Di tengah
substansi RUU yang telah panjang dibahas.
misteri data obyek RA seluas 0,4 juta hektar
Kini substansi RUU dan DIM-nya menuai
yang hingga saat ini tidak juga kunjung
kembali kritik dan kekhawatiran di kalangan
dibuka pemerintah, justru kementerian
masyarakat sipil. Selama ini RUU Pertanahan
agraria sebagai leading sector yang harusnya
terus diarahkan sebagai UU operasional dari
mensukseskan reforma agraria Jokowi,
nilai-nilai UUPA 1960 di bidang pertanahan.
seperti hendak menggagalkan prioritas
Sementara prinsip dan tujuan Bank Tanah
nasional reforma agraria. Dalam konsepnya,
ala Indonesia jelas melanggar prinsip UUPA
bank tanah versi Indonesia ini berbicara
itu sendiri yang menjungjung tinggi nilai
obyek tanah yang sama dengan kepentingan
keadilan dan kerakyatan. Secara nyata tujuan
reforma agraria, tetapi jelas untuk misi
pembentukannya menafikan situasi agraria
dan tujuan yang berseberangan. Terjadi
nasional yang kronis dan timpang, karena
upaya “pemindahan alokasi TORA” untuk
lebih diorientasikan untuk kepentingan
merealisasikan ide bank tanah (BATANAS)
investasi dan swasta.
bagi pembangunan infrastruktur dan
investasi. Ambisi pemebentukkan Bank Tanah karena
alasan proses pengadaan tanah yang sangat
Pertanyaannya, apakah Presiden Jokowi mahal dan lambat, justru memperlihatkan
menyadari situasi ini? Sulit dipercaya secara bahwa pemerintah tidak mempunyai
nalar, jika rencana bank tanah ini tidak skema yang utuh mengenai pengaturan
diketahui pihak Istana. Kenyataannya bahwa dan pengendalian harga tanah, termasuk

33
absennya sanksi berat kepada para spekulan pengadaan tanah dan pembangunan proyek
tanah. Para “pemain tanah” ini dibiarkan infrastruktur/investasi. Hingga langkah ini
menjamur dalam proses-proses pengadaan makin memperkeruh konflik agraria dan
tanah dan pembebasan lahan warga. Semua menimbulkan jatuhnya korban kekerasan
diserahkan kepada mekanisme pasar di akibat memaksakan penggusuran.
tengah ketidaktaatan para aktor terkait
kepada tata ruang dan prosedur regulasi yang Oleh karenanya, tanpa pembentukan
ada. lembaga baru ini, proses pengadaan tanah
untuk kepentingan proyek strategis dapat
dijalankan cukup dengan mentaati prosedur
Jalan Keluar Hambatan Pengadaan Tanah UU Pengadaan Tanah, beserta UU lainnya dan
regulasi turunannya yang terkait – seperti
Proses pengadaan tanah untuk kepentingan
UU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
proyek strategis telah cukup diatur oleh UU
Berkelanjutan, UU Perlindungan Petani.
No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah
untuk Pembangunan Bagi Kepentingan
Tanah berfungsi sosial, penghindaran cara-
Umum. Prosedural dan tahapan pengadaan
cara penghisapan dan intimidatif, serta
tanah menurut UU ini harus juga dipahami
prioritas tanah bagi kelompok penggarap
kepolisian, sehingga tak mudah dijadikan alat
dalam UUPA 1960 seharusnya cukup dijadikan
oleh pemda dan kelompok investor untuk
sandaran dalam setiap proses pembangunan,
menggusur paksa, apalagi menangkapi warga
agar aspek keadilan sosial dan kesejahteraan
yang berusaha mempertahankan kampung
rakyat tetap dihormati. Jika prinsip-prinsip
dan garapannya. Konstitusi Indonesia dan UU
tersebut ditaati para pihak, jika prosedural
tersebut melindungi hak dan posisi keberatan
serta tahapan UU Pengadaan Tanah untuk
dari warga terdampak.
alokasi kepentingan investasi dipatuhi secara
Patut dicatat bahwa terhambatnya proses ketat dan dijalankan secara transparan,
pengadaan tanah dan spekulasi harga akuntabel oleh pemerintah pusat, pemda,
tanah yang tinggi, justru karena rencana, pemerintah desa, dan pemegang proyek,
sosialisasi maket-plan dan proses serta maka masalah-masalah pertanahan yang
tahapan pengadaan tanah dan pembebasan dirisaukan pemerintahan Jokowi di awal
lahan untuk pembangunan infrastruktur niscaya tak lagi jadi penghambat proyek
tidak transparan sejak awal. Dalam banyak pembangunan.
kasus, prosesnya sarat dengan perilaku
Ke depan, di tengah kuatnya kepentingan
manipulatif memanfaatkan ketidakpahaman
investasi yang bersifat lapar tanah, kepolisian
warga, sekaligus sikap pengabaian hak-hak
harus bijak dan matang, dengan melakukan
mendasar warga Negara. Pembiaran perilaku
investigasi terlebih dahulu sebelum digiring
manipulatif dan koruptif aparat dalam proses
masuk ke area konflik penolakan warga atas
pengadaan tanah ini, lalu “tabrak-lari” atas
proyek pembangunan. Netralitas aparat
tahapan prosedural yang ada, abai soal-soal
kepolisian, maupun tentara harus lebih
tranparansi dan akuntabilitas penetapan
dikedepankan dalam menangani situasi
obyek tanah, hingga proses penetapan ganti
konflik agraria bersifat struktural semacam
kerugian yang kerap dilakukan sepihak,
ini.
memaksakan dan mengancam. Inilah
masalah mendasar sesungguhnya, bukan
Dengan begitu, dasar-dasar pembentukkan
karena ketiadaan bank tanah.
BATANAS tak relevant dalam situasi sekarang.
Selain itu, ketika proses pengadaan tanah Tak perlu menuai lagi daftar masalah
mendapatkan perlawanan dari masyarakat, pertanahan dengan menciptakan badan baru
ketimbang mendorong proses mediasi yang ini. Prioritaskan saja obyek tanah terlantar,
memamadai, terdapat ketergantungan HGU habis dan bermasalah bermasalah
pemerintah pada pilihan pengerahan mesin bagi pelaksanaan reforma agraria dan
aparat kepolisian dan satpol PP, hingga penyelesaian ribuan konflik agrarian di
preman, yang kerap represif di banyak lokasi sektor perkebunan, bagi pemenuhan hak

34
petani gurem dan tunakisma (landless), Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan
sebagaimana dijanjikan Presiden. (Tim Percepatan PPTKH) yang diketuai oleh
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
dan beranggotakan Kementerian LHK,
Kementerian ATR, Kemendagri, KSP
B. Kebijakan Baru Penuh Kontroversi, dan Sekretaris Kabinet. Secara teknis,
Kebijakan Positif Minus Realisasi dibentuk Tim Pelaksana PPTKH yang diisi
oleh Direktorat Jenderal yang relevan di
B.1 Perpres No. 88 Tahun 2017 Kementerian tersebut. Di tingkat provinsi
dibentuk Tim Inver PTKH yang diketuai
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 88 langsung oleh Kepala Dinas terkait Kehutanan
Tahun 2017 tentang Tata Cara Penyelesaian yang bertugas untuk menerima usulan dari
Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan Bupati atau Walikota terkait dengan tanah
dimaksudkan sebagai penguatan regulasi kawasan hutan yang berkonflik. Tim Inver juga
dari Peraturan Bersama (Perber) Menteri berkewajiban untuk memeriksa langsung ke
Kehutanan, Kepala BPN RI, Menteri PU dan lapangan atas usulan-usulan tersebut.
Menteri Dalam Negeri tentang Tata Cara
Terdapat 4 skema penyelesaian konflik dalam
Penyelesaian Masalah Penguasaan Tanah
Perpres, antara lain pelepasan kawasan hutan,
yang Berada Dalam Kawasan Hutan pada
tukar-menukar kawasan hutan, hak kelola
tahun 2014 lalu. Selain sebagai jalan keluar
perhutanan sosial dan resettlement. Subjek
masalah ego-sektoral antara Kementerian
penerimanya ialah perorangan, instansi,
LHK dan Kementerian ATR/BPN, harapannya
badan sosial/keagamaan dan masyarakat
juga, dengan ditingkatkan statusnya menjadi
hukum adat. Skema tersebut tergantung
Perpres maka peluang masyarakat untuk
dari batas 30% luas kawasan hutan di suatu
menyelesaian konflik agraria di sektor
provinsi. Jika tanah yang berkonflik telah
kehutanan akan lebih luas dan efektif. Namun,
dikuasai secara fisik minimal 20 tahun oleh
harapan tersebut justru makin menguap di
masyarakat dan tidak ada gugatan dari pihak
rahun 2017. Status hukum peraturan ini naik,
lain, maka masuk dalam skema pelepasan
namun jawaban yang hendak diurai menjadi
kawasan hutan. Tetapi, tidak berlaku di
mengecil, dan (lagi-lagi) mengandung
wilayah yang diklaim Kehutanan tutupan
sejumlah kontoversi.
hutannya kurang atau di bawah 30%. Jika
Seperti diketahui, implementasi Perber 4 kawasan hutan kurang atau sama dengan
Menteri selama ini menemui jalan buntu, 30% maka dilakukan skema tukar menukar.
terutama saat pemerintah pusat dan daerah Sementara itu, penguasaan kurang dari 20
enggan atau abai untuk melaksanakannya. tahun akan masuk dalam skema perhutanan
Pembentukan tim IP4T sebagaimana diatur sosial. Jika tanah konflik berada dalam
dalam Perber bergantung pada kehendak kawasan hutan lindung atau konservasi maka
(will) kepala daerah. Sebagian kepala skema penyelesaiannya melalui resettlement.
daerah yang tidak memiliki itikad tidak
Secara substansi reforma agraria ditarik dalam
akan menindaklanjuti secara serius dan
opsih penyelesaian Perpres. Terdapat juga
otomatis. Selain masalah di tingkat pusat,
pergeseran prasyarat tentang “penguasaan
dimana ego sektoral antar kementerian
di atas atau kurang 20 tahun.” Sebelumnya
yang menandatangani Perber juga menjadi
opsih reforma agraria terdapat dalam
persoalan lain.
Perber bagi tanah yang penguasaannya
Melalui Perpres diharapkan mampu oleh masyarakat kurang dari 20 tahun. Kini
menerobos kebuntuan tersebut. Secara dalam perpres penguasaan masyarakat
substansi, seolah Perpres tidak berbeda kurang dari 20 tahun hanya diberikan jatah
dengan Perber 4 Menteri dan dipromosikan Perhutanan Sosial (akses kelola). Kontroversi
lebih kuat sebagai jalan keluar masalah lainnya, munculnya opsih resettlement di
agraria yang kronis di sektor kehutanan. dalam Perpres 88 ini. Satu lompatan jauh ke
Dalam perpres, kelembagaan dirubah belakang dari rezim ini.
menjadi Tim Percepatan Penyelesaian

35
Seolah belum cukup kemundurannya, tak berpenduduk, tanah di tebing curam atau
wilayah berlaku Perpres ini ternyata hanya di perairan sebagai alokasi TORA pelepasan
menyempitkan diri di kawasan-kawasan hutan kawasan hutan.
yang statusnya baru ditunjuk. Sementara
bagi kawasan-kawasan yang telah “terlanjur” B.2 Mandegnya Realisasi Hak Komunal
ditata-batas dan ditetapkan sebagai kawasan
hutan tidak ada harapan untuk diselesaikan Tak cukup hanya peraturan yang baik, tanpa
melalui skema Perpres. Lalu bagaimana nasib pelaksanaannya di lapangan sesungguhnya
ribuan konflik agraria di kawasan hutan yang sama dengan ketiadaan peraturan itu
“terlanjur” ditetapkan itu? sendiri. Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang Nomor 10 tahun 2016 tentang Tata
Di sisi lain, batas 30% kawasan hutan di Cara Penetapan Hak Komunal Atas Tanah
provinsi menjadi salah satu penghambat Masyarakat Hukum Adat dan Masyarakat
reforma agraria di kehutanan, terutama yang Berada Dalam Kawasan Tertentu
di wilayah padat penduduk seperti Jawa. (Permen Hak Komunal) menjadi salah satu
Perpres semakin memperkuat ekslusi Pulau regulasi yang dianggap dapat mendukung
Jawa, Bali dan Lampung dari skema pelepasan pelaksanaan reforma agrarian dari sisi
kawasan hutan untuk tujuan reforma agraria. pemilikan dan/atau pengusahaan secara
Sebab klaim 30 % yang dimaksud bukanlah komunal (pemilikan kolektif, pemilikan
wilayah dengan tutupan vegetasi sesuai bersama) Namun sayangnya di tahun 2017
dengan fungsi lingkungan (ekologis). Namun, minim realisasi.
wilayah berdasarkan (status) kawasan hutan
Sebagai penerjemahan salah satu hak atas
negara. Pemerintah berdalih reforma agraria
tanah dalam UUPA 1960, Permen tersebut
sulit dilaksanakan di provinsi-provinsi seperti
hendak mengakomodir perbedaan pola
Jawa karena alasan kawasan hutan kurang
hubungan masyarakat dengan tanah di
dari 30%. Padahal, konflik dalam kawasan
berbagai kelompok/komunitas. Tak hanya
hutan Jawa terhitung tidak sedikit. Selain itu,
bersifat individual, tapi hak atas tanah
skema perhutanan sosial tidak sepenuhnya
juga bisa dilekatkan pada kelompok orang.
bisa menjawab persoalan konflik agraria dan
Legalisasi atau sertifikasi individual secara
tumpang tindih klaim yang ada.
praktik mampu menggeser norma dan nilai
kolektif masyarakat. Padahal hubungan
Banyak ketimpangan struktur agraria,
manusia dengan sumber agraria seperti
ribuan lokasi konflik, kampung, desa, ladang
tanah seharusnya mampu memperkuat nilai-
dan sawah, kebun rakyat dan fasum-fasos
nilai dan modal sosial yang telah tertanam di
masyarakat di Jawa, Bali dan Lampung
sebuah kelompok masyarakat.
yang menanti diselesaikan dan dilepaskan
dari klaim kawasan hutan melalui reforma Hingga sekarang, Kementerian ATR/BPN
agraria. Perpres 88 bukan jawaban atas belum menemukan bentuk ideal dari
benang kusut agraria di kehutanan tersebut. sertifikasi secara komunal. Dalam hasil
Perpres Reforma Agraria yang tak kunjung penelitian Kementerian ATR/BPN dan Pusat
ditandatangani Jokowi harus ditagih terus di Studi Agraria IPB (2017) tentang Pendaftaran
tahun 2018. Memastikan pelepasan kawasan Tanah Hak Komunal ditemukan beberapa
hutan untuk kepentingan reforma agraria aspek penting yang harus diperhatikan dalam
dapat dijalankan tanpa ada penyempitan- pelaksanaan hak komunal, pertama bentuk
penyempitan ruang hukum seperti yang pemilikan/penguasaan tanah, kewenangan
dilakukan Perpres 88. Perpres reforma pengaturan atas tanah dan mekanisme
agraria memastikan adanya terobosan legalisasi.
kebijakan yang tidak diskriminatif, menyasar
Sedikitnya terdapat 4 (empat) tipologi,
semua wilayah Indonesia yang sarat
pertama pemilikan bersama; kedua pemilikan
ketimpangan dan konflik, lokasi dimana
individu dengan kewenangan di Kepala Adat;
petani gurem dan miskin berada secara adil
ketiga pemilikan bersama dengan kewenangan
dan memadai. Bukan memberikan tanah sisa
terbatas Kepala Adat; empat pemilikan dan
(yang belum/baru ditunjuk), tanah kosong

36

Batas 30%
kawasan hutan di
provinsi menjadi
penghambat
reforma agraria
di kehutanan...
semakin
memperluas
eksklusi Pulau
Jawa, Bali dan
lampung

37
pengaturan pribadi. Hak komunal harus usaha komunalisme atau kolektivisme
mampu menjawab tiga tipologi pertama. tersebut harus dibarengi terus-menerus
Saat ini, seperti pengalaman di Tengger, dengan penguatan organisasi rakyat,
Kementerian ATR menggunakan sertifikat serikat petani dan organisasi masyarakat
individu yang diatur melalui peraturan adat. Keduanya harus menjadi proses yang
desa. Kemudian, pengalaman di Kabupaten terintegrasi, bukan parsial.
Lebak, Banten, masih menggunakan SK
dari Kementerian ATR. Ke depan, harus ada B.3 Perhutanan Sosial Tidak Bisa Begitu Saja
bentuk legalisasi secara komunal yang pasti Disebut Reforma Agraria
dan mengakomodir perbedaan tersebut.
Logika kebijakan yang coba dibangun
pemerintah adalah, bahwa program
Dalam kerangka reforma agraria
perhutanan sosial yang sekarang berada
implementasi hak komunal menjadi faktor
di bawah payung besar kebijakan berjudul
pendukung yang penting untuk menjawab
reforma agraria. Artinya PS ditempatkan
persoalan pengalihan hak tanah (individual)
sebagai bagian RA. Jika tidak mau langkah ini
setelah redistribusi. Meski sertifikasi komunal
disebut “terjun bebas” maka ini merupakan
bukan jalan terbaik atau satu-satunya
satu pergeseran nilai reforma agraria yang
pilihan, namun dapat menjadi pilihan untuk
mulai diarahkan melalui kebijakan 2016
menguatkan ikatan masyarakat, serikat tani
lalu. Kita bandingkan dengan awalan arah
setelah proses redistribusi. Terakhir, semua
kebijakan politik reforma agraria, dimulai

38

sangat lah penting menjadi peringatan bersama, bahwa ada
banyak model dan implementasi perhutanan sosial sejak
masa lalu hingga saat ini justru bertentangan dengan tujuan
dan prisip dasar reforma agraria itu sendiri. Perhutanan
Sosial tentu bukanlah Reforma Agraria jika diberikan
masyarakat karena pemerintah enggan mengakui kesalahan
masa lalu bahwa penetapan kawasan hutan telah menjarah
tanah-tanah masyarakat.

dari janji ke-5 Nawa Cita (2014) hingga Di tengah arus kritikan atas pragmatisme
kebijakannya menurut RPJMN. dan moderasi nilai-nilai reforma agraria ala
Jokowi ini, bisa saja logika dan argumentasi
Mengingat pula bahwa program PS telah
kebijakan para elite dan tink-tank RA
ada sejak dulu di masa pemerintahan SBY.
pemerintah tentang PS dapat diterima.
Perjalanan sejarah masa satu dekade SBY
Bahwa ia merupakan versi soft-reform dari
membuktikan bahwa program ini sedikit sekali
reforma agraria, beralasan langkah yang
menjawab masalah konflik agraria struktural
paling mungkin dan realistis untuk dijalankan
dan ketimpangan yang teramat tajam di
saat ini, dengan alasan bahwa situasi politik
Indonesia. Kebuntuan di masa SBY lah yang
di rezim belum memungkinkan untuk
membuat desakan RA tetap menjadi tuntutan
melakukan agrarian reform yang genuine.
yang tidak bisa di tawar lagi saat masa transisi
berlangsung dan beralih ke era-Jokowi. Sejak Bisa jadi salah satu model dari Reforma
masa SBY, KPA sangat tidak menganjurkan Agraria adalah Perhutanan Sosial. Namun,
dan menghindari model-model penyelesaian sangat lah penting menjadi peringatan
yang mengukuhkan legitimasi kawasan hutan bersama, bahwa ada banyak model dan
dan rezim perijinan, termasuk ragam model implementasi perhutanan sosial sejak masa
kemitraan yang menghisap petani, melainkan lalu hingga saat ini justru bertentangan
tetap mendesakkan pemerintah menjalankan dengan tujuan dan prisip dasar reforma
reforma agraria. agraria itu sendiri. Seperti model kemitraan
dengan perusahaan kehutanan yang

39
mewajibkan tanaman (komoditas) tertentu, diartikulasikan dalam berbagai kebijakan
bagi hasil yang tidak adil kepada masyarakat, kehutanan, seperti dalam penetapan
dan legitimasi monopoli atas tanah (hutan). tata batas. Selama ini ketidakjelasan tata
Selain itu, PS tentu lah bukan reforma agraria batas kawasan hutan jadi sebab konflik
jika diberikan kepada masyarakat karena berkepanjangan. Klaim kawasan hutan yang
pemerintah enggan mengakui kesalahan berdasar pada “status” kawasan era kolonial
masa lalu bahwa penetapan kawasan hutan menyebabkan masyarakat yang secara faktual
telah menjarah tanah-tanah masyarakat. telah turun temurun menggarap tanah harus
kalah dihadapan perusahaan negara maupun
Permen LHK No. P.83/MENLHK/SETJEN/
swasta. Maka, saat perhutanan sosial
KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial
dijadikan solusi konflik, masyarakat harus
mengatur terkait akses masyarakat terhadap
terlebih dulu mengakui tanah yang selama
hutan dan sumber agraria di dalamnya.
ini digarapnya sesuai dengan “status” tanah
Perhutanan sosial adalah akses masyarakat
dari pemerintah, bukan miliknya. Tentu ini
untuk memanfaatkan sebidang tanah dalam
bertolak belakang dengan semangat reforma
kawasan hutan dalam jangka waktu tertentu,
agraria yang hendak menegaskan dan
yakni selama 35 tahun dengan evaluasi
memperkuat hak penguasaan dan pemilikan
dilakukan 5 tahunan.
masyarakat atas tanahnya.
Pemerintah menargetkan 12,7 juta hektar
Tidak semua penyakit agraria di kawasan
tanah kawasan hutan yang menjadi objek
hutan, termasuk di Jawa, Lampung dan Bali
perhutanan sosial. Peta Indikatif Areal
diberi obat perhutanan sosial. Ada lokasi-
Perhutanan Sosial (PIAPS) telah disusun oleh
lokasi yang memang tepat untuk sekedar
Kementerian LHK dan tersebar hampir di
diberikan akses kelola. Tetapi ada banyak
seluruh provinsi, termasuk di wilayah kerja
lokasi-lokasi yang harus diselesaikan dengan
Perhutani. Namun, khusus Perhutanan Sosial
reforma agraria.
di wilayah Perhutani, terdapat Peraturan
Menteri yang secara khusus mengatur, yaitu
B.4. Jeratan UU P3H, Hukum Tajam ke Bawah
Permen LHK No. P.39/MENLHK/SETJEN/
KUM.1/6/2017 tentang Perhutanan Sosial Persoalan kriminalisasi di sektor kehutanan
di Wilayah Perum Perhutani. Dalam Permen telah menjadi perhatian sejak lama. Di tahun
tersebut diatur terkait dengan pemanfaatan 2014 organisasi masyarakat sipil menggagas
tanah di wilayah kerja Perhutani dan sistem Koalisi Anti Mafia Hutan untuk merespon
bagi keuntungan bersih antara penggarap praktik kriminalisasi terhadap petani.
dengan Perhutani. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Capaian perhutanan sosial hingga September
Perusakan Hutan (UU P3H) menjadi salah
2017 mencapai 1.053.477 hektar. Khusus
satu aturan hukum yang digunakan untuk
untuk Perhutanan Sosial di wilayah Perhutani
melakukan kriminalisasi. Koalisi mencatat
belum secara efektif berjalan, bahkan
hingga tahun 2014 terdapat 53 warga dijerat
terdapat penolakan dari organisasi tani yang
UU P3H, 43 warga diantaranya dinyatakan
selama ini berkonflik dengan Perhutani.
bersalah dengan hukuman 18 bulan penjara.
Sebagaimana diketahui bahwa konflik
antara organisasi tani dengan Perhutani Kondisi tak berubah hingga kini, KPA mencatat
tersebar merata di seluruh provinsi di Jawa selama tahun 2017 sedikitnya 26 orang petani
dan hingga saat ini belum ada titik terang dan warga desa (laki-laki dan perempuan)
penyelesaiannya. menjadi korban kriminalisasi lewat jerat UU
P3H. Kasus kriminalisasi oleh jeratan UU P3H
Meski Perhutanan sosial memiliki
berkaitan dengan konflik agraria masyarakat
ragam bentuk seperti hutan desa, hutan
dengan pihak taman nasional, kawasan
kemasyarakatan (HKM), hutan tanaman rakyat
konservasi dan juga Perhutani. Mulai dari
(HTR), kemitraan kehutanan dan hutan adat,
kasus tuduhan pengrusakan kawasan
namun belum mampu menjawab persoalan
konservasi, penggarapan lahan Perhutani,
keadilan agraria. Persoalannya terletak pada
hingga tuduhan pencurian batang pohon di
minimnya kepentingan masyarakat yang

40
Cilacap (Sudjana, 45), hingga kasus tuduhan Di tengah karut marut kebijakan dan
pencurian cacing Sonari di Sukabumi (Didin, pengelolaan kehutanan kita, UU P3H
48). Undang-undang ini menjerat juga petani menambah rumit persoalan agraria negeri
dan masyarakat adat di Lombok Timur, NTB; kita, ketimbang menjadi solusi dalam
Sopeng, Sulawesi Selatan dan Badung, Bali. Di mengurai benang kusut konflik agraria.
Lombok Timur, 6 petani yang dikriminalkan, Sebaiknya kebijakan kehutanan ke depan tak
2 diantaranya adalah perempuan (Nabil, 40 lagi menggunakan pendekatan instrumental
dan Parihin, 60) dengan tuduhan menggarap UU P3H, tetapi menjalankan amanat putusan
lahan di kawasan taman nasional. MK terkait, termasuk menegaskan pemilikan
tanah-tanah yang telah dikuasai dan digarap
Meskipun UU P3H disahkan untuk
masyarakat sebagai hak masyarakat.
menjerat individu dan/atau korporasi yang
mendalangi maupun terlibat dalam praktik Jatuhnya terus menerus korban kriminalisasi
pengrusakan hutan, akan tetapi mengingat UU P3H, menunjukkan bahwa pemerintah
masih menumpuknya persoalan di sektor masih tidak mampu menjawab masalah
kehutanan yang bersifat kronis dan sistematis, struktural agraria Indonesia, yang dihadapi
justru menyebabkan implementasi UU masyarakat kelas bawah. Kepekaan akan
P3H seperti instrument “tabrak lari” bagi keadilan sosial dan masalah kronis di sektor
masyarakat kelas bawah. Terutama saat UU kehutanan yang dihadapi masyarakat
ini diterapkan di lokasi-lokasi konflik agraria menjadi pertanyaan besar bagi pemerintahan
kehutanan. Pendekatan domeinverklaring Jokowi. Jika situasi ini tetap berlangsung
yang kental dalam UU P3H menyebabkan di tahun 2018, berjatuhannya korban
masyarakat menjadi korban. Instrumen UU P3H di kalangan masyarakat bawah,
hukum sebagaimana tertuang dalam UU kepercayaan publik akan menjadi pertaruhan
tersebut “sukses” menempatkan petani kepemimpinan Jokowi ke depan.
dan masyarakat adat sebagai “penjahat”,
ketimbang menjerat korporasi kakap, para B.5. Pengabaian Hak Petani dan Nelayan
pemodal besar di sektor bisnis kehutanan,
Undang-undang Nomor 19 tahun 2013
yang melakukan usahanya secara illegal,
tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
manipulatif dan/atau tidak sesuai prosedural
Petani (UU Perlintan), menegaskan
aturan perijinan usaha di kawasan hutan.
tanggungjawab pemerintah untuk
Perusahaan kehutanan juga tak jarang menghormati dan memperkuat hak petani
menggunakan UU tersebut sebagai tameng atas tanah, hingga memberikan dukungan
untuk melindungi kepentingan bisnisnya. permodalan, produksi dan pemasaran.
Masyarakat diintimidasi dengan ancaman Secara umum, terdapat tujuh kewajiban
pidana karena dianggap melakukan pokok pemerintah dalam UU Perlintan
penyerobotan lahan atau perusakan terhadap antara lain, menyelenggarakan pendidikan
kawasan yang diklaim sebagai kawasan hutan. dan pelatihan terkait pertanian bagi petani;
Padahal faktanya, banyak lokasi kejadian penyuluhan dan pendampingan berbasis
bukan lagi merupakan tutupan hutan, nilai-nilai setempat; pengembangan sistem
merupakan sumber penghidupan (kayu, dan sarana pemasaran yang berpihak pada
mata-air, lahan garapan), dimana masyarakat petani; jaminan luasan lahan pertanian untuk
telah tinggal puluhan tahun lamanya. buruh tani dan petani gurem; pembiayaan
dan permodalan; peningkatan akses
Jika kita merujuk pada putusan Mahkamah
pengetahuan; serta penguatan kelembagaan.
Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012, Nomor
95/PUU-XII/2014 dan Nomor 45/PUU- Meski secara substansi berpihak pada petani,
IX/2011 terkait dengan kawasan hutan namun sejak diundangkan, baik pemerintah
dan masyarakat yang hidup di dalam atau pusat maupun daerah masih belum mampu
sekitarnya, maka seharusnya UU P3H tidak menerjemahkan secara teknis. Selain itu juga
dapat menjerat masyarakat yang telah minim intensi di lapangan untuk mewujudkan
tinggal turun temurun dan menggarap lahan seluruh amanat dalam UU tersebut. Padahal
di tanah tersebut. krisis di pedesaan belum membaik, tercatat

41
rata-rata pemilikan lahan petani di pedesaan Di titik ini, kedua UU tersebut harus
kurang dari 0,5 hektar, serta tingginya angka diselaraskan dengan implementasi reforma
kemiskinan di pedesaan. Jika pemerintah agraria, terutama untuk memastikan
serius melaksanakan apa yang diamanatkan redistribusi tanah dan program pendukungnya
tentu akan mampu menyelesaikan persoalan menjamin kesejahteraan para penerima
kesejahteraan petani. manfaat; petani dan nelayan. Mulai dari
luasan minimal tanah redistribusi, dukungan
Di sisi lain, awal tahun 2016 menjadi tonggak
produksi, akses pasar dan asuransi dalam
sejarah bagi nelayan dan masyarakat pesisir
reforma agraria harus merujuk dari kedua
karena UU Nomor 7 Tahun 2016 tentang
UU tersebut. Selain itu, kemunculan UU
Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan,
yang senada seperti UU Desa, harus mampu
Petambak Garam dan Pembudidaya Ikan
disinergikan agar memberikan manfaat secara
disahkan oleh DPR. Secara substansi, UU
maksimal. Bukan menjadikan desa sebagai
tersebut memandatkan pada Pemerintah
obyek penerima proyek pembangunan
untuk memenuhi hak-hak dari nelayan, mulai
dari atas, melain masyarakat desa, petani,
dari perlindungan terhadap wilayah tangkap,
nelayan, generasi muda desa, dimungkinkan
kepastian usaha petambak dan pembudidaya
untuk secara kolektif mendorong terjadinya
ikan, penghapusan praktik ekonomi biaya
corak baru ekonomi dan produksi berbasis
tinggi, jaminan keberlangsungan usaha
kerakyatan, sehingga transformasi sosial di
dan sebagainya. Seperti UU Perlintan, UU
pedesaan dapat diwujudkan.
Perlindungan Nelayan juga diorientasikan
untuk menjawab persoalan-persoalan yang
secara nyata dihadapi oleh nelayan dan
masyarakat pesisir. 24 Laki-laki
Sebagai negara maritim dengan melimpahnya
2 Perempuan
sumber agraria perairan, Pemerintah harus
mampu memaksimalkan dan terhindar dari
ketergantugan impor atas hasil-hasil produksi
di pesisir kelautan, seperti garam. Tak hanya
itu, di tengah persoalan minimnya regenerasi
Perhutani
9
nelayan dan petambak karena minim jaminan
kelanjutan usaha dan kesejahteraan, momen
pengesahan UU ini harus menjadi titik tolak
melipatgandakan regenerasi. Pemerintah
Daerah juga harus mampu menerjemahkan
Taman Nasional
7
UU Perlindungan Nelayan secara teknis.
Pembangunan kemaritiman dan kelautan
menjadi salah satu prioritas nasional dalam
Konservasi
6
RKP 2017 disamping reforma agraria. Substansi
UU tersebut sebetulnya selaras dengan apa
yang tertuang dalam RKP dan pemerintah
harus memastikan pelaksanaannya
berjalan dan nelayan, petambak garam
4 Hutan Lindung

dan pembudidaya ikan menjadi penerima Jumlah Korban


manfaatnya yang utama, bukan pihak lain.
Namun kenyataannya, terdapat berbagai JERAT UU P3H
kebijakan yang bertentangan, salah satunya
reklamasi Jakarta, Bali, hingga Makasar yang TAJAM KE BAWAH
secara nyata justru meminggirkan kembali Hanya dalam satu tahun
hak nelayan dan masyarakat pesisir dari sedikitnya 26 orang
sumber kehidupannya. dikriminalisasi

42
LPRA: Jalan Tengah Atas TORA yang Top-Down

Gambar 13: Konsolidasi KPA di basis


Organisasi Tani Jawa (ORTAJA) di
Batang, Jawa Tengah

Gambar 14: Konsolidasi di basis Serikat


Petani Majalengka (SPM), organisasi
basis KPA

Gambar 15: Konsolidasi di Basis Serikat


Tani Indramayu (STI)

43
“ Lebih dari
50% kerja
dan tanggung
jawab Negara
sudah
dikerjakan
masyarakat
Gambar 16: Pelatihan pemetaan Gambar 17:
partisipatif KPA di Jambi Infografis LPRA

44
BAB IV
Penutup

Tiga tahun berjalan, pelaksanaan reforma satu masalah belum kuatnya politic will tersebut
agraria di era pemerintahan Jokowi-JK belum adalah, prasyarat regulasi yang diperlukan untuk
memperlihatkan perkembangan berarti. Di sisi memperkuat pelaksanaan reforma agraria belum
lain, beragam rencana investasi dan pembangunan juga dikeluarkan pemerintah hingga tiga tahun
justru semakin dipercepat tanpa memperkokoh berjalan.
posisi rakyat.
Jadilah, berbagai kebuntuan dengan mudah
Pendeknya, rencana-rencana tersebut ditemui dalam proses pelaksanaannya.
dilangsungkan di tengah carut-marutnya tata Kebuntuan-kebuntuan melakukan reform atas
agraria nasional. Hasilnya, konflik agraria terus tanah-tanah konflik dengan BUMN, PTPN,
meningkat dari waktu ke waktu. Ironisnya, Perhutani, tanah terlantar dan pelepasan kawasan
langkah represif masih digunakan guna meredam hutan yang menjadi sumber TORA semakin
gejolak konflik yang terjadi. Tak ayal, saban hari banyak ditemukan sepanjang 2017. Praktis
begitu banyak korban berjatuhan. yang paling mudah dijalankan tahun ini adalah
seputar bagi-bagi sertipikat saja. Menu ideal yang
Salah satu prasyarat reforma agraria ialah
sesungguhnya bisa disajikan pemerintah secara
adanya kehendak politik (political will) dari
serius untuk menjalankan realisasi 9 juta hektar
pemerintah yang berkuasa. Benar bahwa
porsinya dikurangi terus menerus.
pemerintah berkuasa sudah memiliki semangat
tersebut, namun belumlah kuat, cenderung Dari banyak menu yang bisa disajikan, hidangan
tidak konsisten di tahun 2017. Pasalnya, salah reforma agraria Jokowi terlalu sedikit jumlah dan

45
Untuk itu, menjawab kebutuhan mendesak
jangka pendek, Presiden segera menandatangani
Perpres Reforma Agraria, untuk memastikan
reforma agraria betul-betul bekerja memperbaiki
ketimpangan struktur dan menyelesaikan konflik
agraria. Hendaknya Presiden memanggil semua
kementerian yang bertanggunjawab atas agenda
reforma agraria, untuk memeriksa keseriusan
kerja Tim Reforma Agraria di bawah Menko
jenisnya, wujudnya tak sesuai harapan, lambat Perekonomian dan ketiga Pokjanya, termasuk
dikerjakan. Ibarat membagi segenggam buliran kementerian/lembaga lainnya (KSP, Kementerian
beras campur pasir setelah antrian panjang BUMN, Kementan, Kementerian Keuangan,
rakyat. Saat antri, desa dan ladang digusur! Kepolisian) hingga kepala daerah patut dipanggil
untuk mendukung secara serius agenda reforma
Reforma agraria oleh pemerintah adalah satu agraria dan upaya penyelesaian konflik agraria.
operasi restrukturisasi agraria yang cepat (rapid),
Usulan reforma agraria dari masyarakat (bottom-
bersifat merombak total (drastic), memiliki
up process) melalui Lokasi Prioritas Reforma
kerangka waktu yang jelas (time framed) dan
Agraria (LPRA) dapat mempercepat, sekaligus
dilakukan secara sistematis (by system). Ia bukan
meluruskan arah pelaksanaan reforma agraria.
kebijakan yang parsial, melainkan kebijakan
Baiknya Tim Reforma Agraria di bawah Menko
utuh (land reform plus), karena ia hendak
Perekonomian yang sudah terlanjur dibentuk itu
menyembuhkan penyakit kronis penguasaan dan
serius saja bekerja atas LPRA. Sembari secara
pemilikan tanah di satu negara.
paralel mendorong pengesahan Perpres dan
Kaidah-kaidah di atas sangat prinsipil untuk pembentukan kelembagaan yang lebih memadai.
menjadi landasan. Mengingat ini akan sangat
Di atas semua masalah TORA yang harus
menentukan besaran jumlah dan jenis obyek
diluruskan kembali di tahun mendatang,
tanah yang hendak ditertibkan, diatur dan
pekerjaan rumah besar Presiden Jokowi adalah
dialokasikan untuk kepentingan reforma agraria.
pengabaian penghormatan dan pengakuan hak-
Prinsip-prinsip di atas menjadi jaminan bahwa
hak dasar warga Negara atas tanah dan sumber
TORA bukan sekedar obyek tanah-tanah sisa,
kehidupan lainnya. Catatan kelam konflik agraria,
yang paling mungkin menurut aturan yang
kekerasan, penggusuran paksa, kriminalisasi
sudah ada. Bukan sekedar tanah-tanah clean dan
yang menimpa banyak petani, masyarakat adat
clear, yang tidak mengandung masalah konflik
dan nelayan di tahun 2017 perlu ditutup dengan
agraria. Karenanya perlu instrumen hukum dan
upaya penegakkan dan pemulihan hak korban
kelembagaan yang lebih kuat dan tidak parsial,
melalui realisasi reforma agraria secara sungguh-
agar wilayah konflik agraria masa lalu hingga
sungguh.
konflik-konflik agraria baru, menjadi orientasi
utama realisasi reforma agraria. Atas masalah eksekusi hukum yang cenderung
tajam ke bawah. Hukum yang tegas kepada; para
Dipahami bahwa situasi politik saat ini belum
koruptor di sektor agraria, para pejabat publik
memungkinkan untuk menjalankan reforma
yang lalai dalam mengeksekusi ijin/konsesi, para
agraria yang genuine tersebut. Namun salah
spekulan dan makelar tanah kelas kakap, para
besar jika tujuan dan prinsip dasarnya terus
investor asing/domestik yang telah merampas
menerus disimpangkan, dikurangi terus nilai
tanah-tanah garapan masyarakat, menggusur
dan kadarnya, atau menjadi alasan pembenaran
kampung/desa, yang menyebabkan kesengsaraan
tidak mengoptimalkan upayanya. Membenarkan
bekepanjangan di banyak wilayah di negeri ini,
tahapan, penetapan obyek dan subyek (penerima)
harus segera ditegakkan pemeritahan Jokowi ke
reforma agraria yang tidak sesuai. Semakin salah,
depan.
jika upaya-upaya percepatan reforma agraria
hanya dijadikan target untuk mengamankan Cukup sudah seremonial semu. Saatnya betul-
kekuasaan jilid 2, tanpa adanya upaya pelurusan betul konkritkan jargon “kerja, kerja, kerja”
terhadap arah dan tujuannya. Tanpa melakukan di bidang reforma agraria. Terobosan politik
koreksi atas penetapan TORA (hutan, non-hutan). dan hukum, serta tata kelola pertanahan dan

46
kehutanan yang berkeadilan harus menjadi
penopang agenda besar reforma agraria dan
penyelesaian konflik
Meski ragam persoalan menggerogoti bangsa
ini, sebaiknya tidak ada kata patah arang dari
semua elemen gerakan bangsa, tetap konsisten
memperjuangkan keadilan agraria di Tanah Air.
Demikian Catatan Akhir Tahun KPA di tahun 2017.
Selamat menyongsong tahun baru 2018
Salam pembaruan agraria untuk keadilan sosial.

Jakarta, 27 Desember 2017


Hormat Kami,

Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

Dewi Kartika

Sekretaris Jenderal

“ Cukup sudah seremonial


semu. Saatnya betul-betul
konkritkan jargon “kerja,
kerja, kerja” di bidang
reforma agraria

47
48

Anda mungkin juga menyukai