Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemeriksaan kesehatan sebelum hamil merupakan sesuatu yang sangat

penting agar kehamilan dapat berjalan dengan baik. Sayangnya, kesadaran akan hal

ini masih sangat rendah sehingga angka kesakitan dan komplikasi kehamilan masih

sangat tinggi. Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah atau hamil khususnya pada

wanita akan mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak. Asuhan

prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, antara lain: memungkinkan

identifikasi penyakit medis; pengkajian kesiapan psikologis, keuangan, dan

pencapaian tujuan hidup.

Indonesia, untuk mewujudkan keluarga sejatera, Indonesia merupakan

negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia,

dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga

Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat

mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan

bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun

1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,

definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,

dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia

dan sejahtera.
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu

diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang.

1
Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk

dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang

tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam

metode kontrasepsi yang tersedia.


Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain

faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman

dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan (status kesehatan, riwayat

haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode

kontrasepsi (efektivitas, efek samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan,

kesejahteraan keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini

nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan

setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang berbeda-

beda.

Beberapa penyakit yang kemungkinan menganggu proses kehamilan dapat

dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat cepat dihindari oleh

karena itu wanita usia subur membutuhkan asuhan ginekologi. Ginekologi adalah

ilmu yang mempelajari kewanitaan. (science of women). Namun secara khusus

adalah ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reproduksi wanita

(organ kandungan yang terdiri atas rahim, vagina dan indung telur). ruang lingkup

ginekologi, infeksi sistem reproduksi, gangguan menstruasi, infertilitas, tumor dan

kanker sistem reproduksi, kelainan kongenital sistem reproduksi, pemeriksaan

diagnostik, penanganan penyakit menular seksual, AIDS dan HIV.

2
Peran tenaga kesehatan khususnya bidan ataupun dokter kandungan yaitu

memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan paripurna bagi seorang

wanita yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya saat tidak hamil ataupun di

masa hamil, bersalin atau nifas. Baik yang bersifat preventif (pencegahan terhadap

penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit) dan rehabilitatif (perbaikan kelainan yang

timbul) pada alat reproduksinya.

B. TUJUAN
Untuk dapat memberikan asuhan kebidanan prakonsepsi pada ny “NWS” umur
34 tahun WUS sehat dengan perencanaan kehamilan yang sehat di UPT. Puskesmas II
Denpasar Utara

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


1. Waktu : 14 Januari 2020
2. Tempat : UPT. Puskesmas II Denpasar Utara

D. Manfaat Pengambilan Kasus


Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu prakonsepsi guna menciptakan
keluarga yang sehat dan bahagia sesuai dengan perkembangan IPTEKS dan SOP
yang berlaku.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Prakonsepsi

3
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum
dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma sehingga terjadi pembuahan.
Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi pertemuan sel sperma dengan ovum atau
pembuahan atau sebelum hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu
saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Asuhan yang
diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi
B. Tujuan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya
kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin
tidak tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun
kehamilan bagi beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan
prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi
bayinya maupun sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan
kehamilan.

C. Manfaat Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara fisik dan
emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi,
ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat mendukung persiapan saat
prakonsepsi. Selain itu, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang
menghambat suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu asuhan pra
konsepsi juga bermanfaat untuk :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis

3. Kesiap siagaan keuangan dan tujuan hidup

4
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di hadapinya.

D. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi


1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi
faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap
smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab
banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan, persalinan,
nifas maupun kecacatan )
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi ( olah
raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/
hentikan bila ibu sudah terbiasa )
7. Identifikasi masalah kesehatan ( DM, epilepsy,hipertensi dll ), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan
yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis
yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.

Michael C. LU, MD, MPH, David Geffen dalam Recommendations for


Preconception Care tahun 2007 menyatakan beberapa model asuhan prakonsepsi
telah dikembangkan. The American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians dan Gynecologists mengklasifikasikan komponen utama asuhan
prakonsepsi menjadi empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan
konseling. Sebagian komponen asuhan prakonsepsi (Tabel 1)
Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi

5
Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidup Minta pasien jika ia berencana untuk
memiliki anak (atau anak-anak tambahan
jika dia sudah menjadi ibu) dan berapa
lama ia berencana untuk menunggu sampai
ia menjadi hamil; membantunya
mengembangkan rencana, berdasarkan
nilai-nilai dan sumber daya, untuk
mencapai tujuan tersebut
Riwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan yang
merugikan (misalnya, kematian bayi,
kematian janin, cacat lahir, berat badan
lahir rendah, kelahiran prematur) dan
menilai risiko biobehavioral berkelanjutan
yang dapat menyebabkan kekambuhan
pada kehamilan berikutnya
Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat
kondisi yang dapat mempengaruhi
kehamilan berikutnya (misalnya, penyakit
jantung rematik, tromboemboli, penyakit
autoimun); layar untuk kondisi kronis yang
sedang berlangsung seperti hipertensi dan
diabetes
Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien obat;
menghindari FDA kehamilan kategori X
obat dan sebagian obat kategori D kecuali
potensi manfaat lebih besar daripada risiko
janin ibu; meninjau penggunaan obat tanpa
resep, jamu, dan suplemen
Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal, urogenital, dan

6
infeksi menular seksual seperti yang
ditunjukkan; memperbarui imunisasi
hepatitis B, rubella, varicella, Tdap, human
papillomavirus, dan vaksin influenza yang
diperlukan; nasihat pasien tentang
mencegah infeksi TORCH
Skrining genetik dan riwayat Menilai risiko pasien dari kelainan
keluarga kromosom atau genetik berdasarkan
riwayat keluarga, etnis latar belakang, dan
usia; menawarkan cystic fibrosis dan
skrining operator lain seperti yang
ditunjukkan; mendiskusikan pengelolaan
kelainan genetik yang dikenal (misalnya,
fenilketonuria, trombofilia) sebelum dan
selama kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor antropometri
(misalnya, BMI), faktor biokimia
(misalnya, anemia), faktor klinis, dan risiko
diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang tembakau,
alkohol, dan penggunaan narkoba;
menggunakan CAGE atau T-ACE
kuesioner untuk layar untuk alkohol dan
penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang kemungkinan
racun dan paparan agen teratogenik di
rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja
(misalnya, logam berat, pelarut, pestisida,
endokrin, alergen); meninjau Material
Safety Data Sheets dan berkonsultasi
dengan spesialis informasi teratologi lokal

7
yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan,
kekerasan dalam rumah tangga, dan
stressor psikososial utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid, jantung,
payudara, dan pemeriksaan panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah darah
lengkap; urinalisis; skrining golongan
darah; dan, jika diperlukan, skrining untuk
rubella, sifilis, hepatitis B, virus human
immunodeficiency, gonore, klamidia, dan
diabetes dan sitologi serviks;
mempertimbangkan pengukuran tiroid
merangsang kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga berencana
berdasarkan rencana hidup reproduksi
pasien; bagi wanita yang tidak berencana
untuk hamil, mempromosikan penggunaan
kontrasepsi yang efektif dan
mendiskusikan kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan gizi Mempromosikan berat badan sebelum
hamil yang sehat (ideal BMI adalah 19,8-
26,0 kg per m2) melalui latihan dan
mendiskusikan nutrisi; makro dan mikro,
termasuk mendapatkan "lima sehari"
(yaitu, dua porsi buah dan tiga porsi
sayuran) dan mengonsumsi multivitamin
harian yang mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat seperti
nutrisi, olahraga, seks yang aman,
penggunaan kontrasepsi yang efektif,

8
flossing gigi, dan penggunaan pelayanan
kesehatan preventif; mencegah perilaku
berisiko seperti douching, tidak
mengenakan sabuk pengaman, merokok
(misalnya, menggunakan lima A [Ask,
Advise, Assess, Assist, Arrange] untuk
berhenti merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur yang
cukup, dan teknik relaksasi; mengatasi
stres yang sedang berlangsung (misalnya,
kekerasan dalam rumah tangga);
mengidentifikasi sumber daya untuk
membantu pasien mengembangkan
pemecahan masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental yang
positif, dan hubungan yang kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga, lingkungan, dan
paparan pekerjaan untuk logam berat,
pelarut organik, pestisida, endokrin, dan
alergen; memberikan tips praktis seperti
bagaimana untuk menghindari paparan
Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui, menempatkan
bayi di punggung mereka untuk tidur untuk
mengurangi risiko sindrom kematian bayi
mendadak, perilaku pengasuhan yang
positif, dan pengurangan risiko
biobehavioral berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial


Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi; contoh

9
termasuk suplemen asam folat, pengujian untuk rubella seronegativity dan
vaksinasi jika diindikasikan, kontrol ketat diabetes pragestasional, manajemen
hati-hati hipotiroidisme, dan menghindari agen teratogenik (Misalnya,
isotretinoin [Accutane], warfarin [Coumadin], beberapa obat anti kejang,
alkohol, tembakau)
FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid,
and acellular pertussis; TORCH =Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella, Cytomegaloviruses,
Herpes (simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut down on drinking, Annoyance
with criticisms about drinking, Guilt about drinking, and using alcohol as an Eye opener; T-
ACE = Tolerance, Annoyance, Cut down, Eye-opener

Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam Recommendations
for Preconception Counseling and Care tahun 2013 menyatakan bahwa Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit mendefinisikan asuhan prakonsepsi sebagai
seperangkat intervensi yang bertujuan mengidentifikasi dan memodifikasi risiko
biomedis, perilaku, dan sosial untuk hasil kesehatan atau kehamilan wanita melalui
pencegahan dan manajemen. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa wanita itu
sesehat mungkin sebelum konsepsi untuk mempromosikan kesehatan dan kesehatan
anak-anak masa depannya. Asuhan prakonsepsi merupakan bagian integral asuhan
primer bagi perempuan di tahun-tahun reproduksi mereka. Ini bukan kunjungan
medis tunggal, melainkan harus dimasukkan ke dalam setiap keputusan medis dan
rekomendasi pengobatan untuk wanita ini.
Anjuran berdasarkan peringkat bukti yang dicantumkan dalam konseling
prakonsepsi menurut Narges Farahi, MD, and Adam Zolotor, MD, DrPH dalam
Recommendations for Preconception Counseling and Care yaitu:
Tabel 2. Pedoman dalam konseling prakonsepsi
PERINGKAT
PEDOMAN KLINIS
BUKTI
Tanyakan wanita usia reproduksi tentang niat untuk hamil.
Memberikan konseling kontrasepsi disesuaikan dengan C
niat pasien.
Menyarankan suplemen asam folat (400 mcg setiap hari) A

10
untuk mengurangi risiko cacat tabung saraf.
Menilai indeks massa tubuh, dan wanita nasihat yang
kelebihan berat badan, obesitas, atau underweight tentang C
mencapai berat badan yang sehat sebelum hamil.
Menasihati wanita dengan diabetes mellitus tentang
pentingnya kontrol glikemik sebelum konsepsi. Membantu
A
pasien dalam mencapai tingkat A1C sedekat normal
mungkin untuk mengurangi risiko kelainan kongenital.
Periksa penggunaan obat teratogenik sebagai bagian dari
asuhan prakonsepsi, dan berubah menjadi obat yang lebih
aman jika memungkinkan. Gunakan obat paling sedikit C
pada dosis terendah yang diperlukan untuk mengendalikan
penyakit.
Skrining pasien yang ingin hamil untuk infeksi menular
seksual dan penyakit menular lainnya seperti yang C
ditunjukkan.
Memperbarui hepatitis B; influenza; campak, gondok,
rubella; Tdap; dan imunisasi varicella yang diperlukan C
pada pasien yang ingin hamil.
Ket :
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

A = konsisten, baik kualitas bukti pasien berorientasi; B = tidak konsisten atau terbatas
berkualitas bukti pasien berorientasi; C = konsensus, bukti penyakit-berorientasi, praktek yang
biasa, pendapat ahli, atau seri kasus.

Asuhan awal wanita usia reproduksi harus mencakup identifikasi risiko


kesehatan untuk dirinya dan anak-anak masa depannya, dan menerapkan intervensi
untuk mengurangi risiko ini. Masalah umum dalam asuhan prakonsepsi diringkas
dalam Tabel 3.
Table 3: Masalah umum dalam asuhan Prakonsepsi
MASALAH SARAN
Paparan lingkungan a. Menilai paparan lingkungan di tempat

11
kerja untuk toxicants; industri yang diketahui
menggunakan bahan kimia beracun termasuk
asuhan klinis dan laboratorium kesehatan,
dry cleaning, percetakan, manufaktur, dan
pertanian
b. Menilai paparan lingkungan dalam rumah
tangga kepada agen yang berpotensi
berbahaya seperti logam berat, pelarut, dan
pestisida
c. Menasihati pasien tentang menghindari
paparan merkuri dengan tidak mengkonsumsi
ikan besar (misalnya, hiu, ikan todak, tilefish,
king mackerel) dan membatasi asupan ikan
lainnya
Riwayat genetik keluarga a. Skrining riwayat pribadi atau keluarga
dari anomali kongenital atau kelainan genetik
b. Rujuk pasangan untuk konseling genetik
bila faktor risiko diidentifikasi, dan
menyediakan tes pembawa saat tepat untuk
menentukan risiko kehamilan masa depan
Obat a. Menilai penggunaan obat teratogenik
b. Wanita dengan penyakit kronis, beralih
ke obat yang lebih aman bila mungkin, dan
menggunakan obat paling sedikit pada dosis
terendah yang diperlukan untuk
mengendalikan penyakit
Penyakit jiwa a. Skrining untuk gangguan depresi dan
kecemasan
b. Menasihati pasien tentang risiko depresi
yang tidak diobati selama kehamilan, serta
risiko pengobatan

12
Faktor psikososial a. Skrining kekerasan pasangan intim
b. Mengevaluasi keselamatan pasien, dan
memberikan rujukan ke sumber yang sesuai
Penggunaan zat a. Skrining untuk penggunaan alkohol, dan
memberikan rujukan bagi perempuan dengan
ketergantungan alkohol
b. Skrining untuk penggunaan tembakau,
dan memberikan pengobatan berhenti
merokok bila diperlukan; pasien nasihat
tentang efek merokok pada kehamilan dan
kesehatan anak
c. Memberikan intervensi perilaku singkat
untuk mengurangi rokok, alkohol, dan
penggunaan narkoba

Skrining dan pengobatan untuk penyakit menular, dan memberikan imunisasi


sesuai juga penting pada pasien prakonsepsi (Tabel 4).
Tabel 4. Skrining Penyakit menular dan imunisasi dalam asuhan prakonsepsi
SKRINING/IMUNISASI REKOMENDASI
Penyakit Menular
Chlamydia a. Menyaring semua wanita yang lebih
muda dari 25 tahun dan wanita yang
berada pada risiko infeksi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Gonorrhea a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Infeksi virus herpes simpleks Konseling tentang risiko penularan
vertikal
Infeksi virus human a. Screening universal
immunodeficiency b. Konseling tentang risiko penularan
vertikal
(Pengobatan mengurangi risiko ini)

13
Syphilis a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Mengobati pasien yang terinfeksi
Tuberkulosis a. Skrining wanita berisiko tinggi
b. Memperlakukan wanita dengan
penyakit aktif dan laten sebelum
kehamilan
Imunisasi
Hepatitis B a. Memvaksinasi semua wanita berisiko
tinggi sebelum kehamilan
b. Pencegahan penularan vertikal
Influensa Memvaksinasi semua wanita yang akan
hamil selama musim flu dan wanita yang
berisiko komplikasi terkait influenza
Campak, gondok, rubella a. Skrining untuk kekebalan
b. Memvaksinasi semua wanita untuk
kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil
c. Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama tiga bulan setelah
vaksinasi
Tetanus, difteri, pertusis a. Vaksinasi tetanus dapat melindungi
terhadap tetanus neonatal
b. Vaksinasi dengan Tdap selama
kehamilan (waktu optimal adalah usia
kehamilan 27-36 minggu) untuk
mengurangi risiko pertusis neonatal
Varicella a. Skrining untuk kekebalan
b. Memvaksinasi semua wanita untuk
kekebalan tubuh wanita yang tidak hamil
a. Menasihati pasien untuk menghindari
kehamilan selama satu bulan setelah
vaksinasi
Ket :

14
Tdap = tetanus toxoid, reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis.

Menurut Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Systematic Review of
Preconception Risks and Interventions mengemukakan intervensi yang dilakukan
dalam pengaturan kesehatan dapat memberikan akses yang lebih mudah untuk
pasangan usia subur. Namun, beberapa kontak yang diperlukan sebelum mereka
menanggapi undangan untuk menerima asuhan prakonsepsi. Sementara banyak
wanita memiliki beberapa faktor risiko, konseling prakonsepsi tidak memprovokasi
kecemasan dan faktor risiko yang diidentifikasi lebih mungkin untuk diatasi. Studi
individu lanjut menunjukkan bahwa perempuan yang menerima asuhan prakonsepsi
mungkin lebih cenderung untuk merencanakan dan ruang kehamilan mereka, berhenti
merokok dan penggunaan alkohol, dan meningkatkan konsumsi asam folat.
Pesan kunci yang di tujukan kepada pasangan usia subur yaitu :
1. Konseling Prakonsepsi memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengurangi
faktor risiko yang mungkin mengurangi hasil-hasil MNCH sebelum kehamilan.
Meskipun sebagian besar wanita memiliki setidaknya salah satu faktor risiko,
dan banyak memiliki beberapa risiko, konseling prakonsepsi tidak
menyebabkan kecemasan.
2. Wanita yang menerima konseling prakonsepsi lebih mungkin untuk mengubah
perilaku berisiko. Oleh karena itu, wanita yang menerima konseling
prakonsepsi memiliki hasil MNCH yang lebih baik
3. Isi asuhan prakonsepsi telah rinci. Asuhan prakonsepsi setiap kali konseling
dapat dimulai dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: "Apakah Anda
berencana untuk hamil?" Dan "Apakah Anda saat ini menggunakan metode
KB?"
Atrash H, Jack BW, Johnson K dalam Preconception care: A
2008 update 'Pedoman mereka untuk Perinatal Care', AAP / ACOG menyatakan
intervensi kelompok prakonsepsi dibagi menjadi empat kategori:
1. Penilaian Ibu
Keluarga berencana dan kehamilan; sejarah keluarga; sejarah genetik – ibu dan
ayah; medis, bedah, paru, dan sejarah neurologis; obat saat ini – resep dan di atas

15
meja; penggunaan narkoba, termasuk alkohol, tembakau, dan obat-obatan terlarang;
gizi; domestic penganiayaan dan kekerasan; lingkungan dan pekerjaan eksposur;
kekebalan dan imunisasi status; risiko faktor untuk penyakit menular seksual;
kebidanan sejarah; sejarah ginekologi; pemeriksaan fisik umum; dan penilaian sosial
ekonomi, pendidikan, dan konteks budaya).
2. Vaksinasi
Vaksinasi untuk perempuan berisiko atau rentan terhadap Rubella, Varicella,
dan Hepatitis B.
3. Pemeriksaan
Semua perempuan HIV; tempat yang ditentukan untuk penyakit menular
seksual, untuk menilai penyebab keguguran berulang, untuk penyakit spesifik
berdasarkan pada riwayat medis atau reproduksi, dan untuk TB; untuk gangguan
genetik berdasarkan riwayat keluarga: cystic fibrosis, rapuh X, keterbelakangan
mental, Duchene distrofi otot; dan untuk kelainan genetic berdasarkan latar belakang
ras / etnis: hemoglobinopathies sabit- Afrika Amerika; B-Thalassemia -
Mediterraneans, Asia Tenggara, Afrika Amerika; a-Thalasemia - Amerika Afrika /
kulit hitam dan Asia; Penyakit Sachs Tay - Ashkhenazi Yahudi, Perancis Kanada,
Cajun; Gaucher, Canavan, dan Nieman-Pilih Penyakit - Yahudi Ashkenazi; dan cystic
fibrosis - bule dan Yahudi Ashkenazi). Pada tahun 2001, ACOG direvisi rekomendasi
terkait dengan cystic fibrosis dan selanjutnya direkomendasikan bahwa dokter
kandungan / ginekolog membuat skrining DNA untuk cystic fibrosis tersedia untuk
semua pasangan yang mencari prakonsepsi atau asuhan prenatal - bukan hanya
mereka dengan riwayat pribadi atau keluarga membawa Cystic gen fibrosis.
4. Konseling
Berolahraga, mengelola berat badan, menghindari aditif makanan, mencegah
infeksi HIV, menentukan saat pembuahan oleh menstruasi yang akurat sejarah,
berpantang dari tembakau, alkohol, dan terlarang penggunaan narkoba sebelum dan
selama kehamilan, mengkonsumsi asam folat, dan mempertahankan kontrol yang
baik dari yang sudah ada sebelumnya setiap kondisi medis).

16
Dean SV, Imam AM, Lassi ZS, Bhutta ZA dalam Preconception care: nutritional
risks and interventions menyatakan untuk menentukan kategori berat yang tidak
normal, WHO dan National Institutes of Health mengelompokkan berat menjadi
empat kategori menurut indeks massa tubuh individu: underweight (<18,5 kg / m2),
normal (18,5-24,9 kg / m), kelebihan berat badan (25,0-29,9 kg / m2), dan obesitas
(30,0 kg / m ).
Literatur menunjukkan hubungan BMI antara obesitas pra-kehamilan dan
kehamilan dapat merugikan hasil kehamilan. Selanjutnya, berat badan pasca
melahirkan berlebihan retensi adalah risiko tidak hanya untuk kehamilan berikutnya,
tetapi juga untuk pengembangan penyakit kronis ibu. Meskipun pedoman yang ada
untuk berat badan selama kehamilan menurut BMI ibu pra-kehamilan, namun berat
badan kehamilan tidak dibahas lebih lanjut karena berada di luar lingkup prakonsepsi.
Ulasan sebelumnya telah dinilai ibu lebih berat badan dan obesitas menggunakan
berbagai titik cut off untuk menentukan obesitas. Ulasan ini secara ekstensif meneliti
setiap hasil MNCH yang telah dilaporkan dengan semua kategori pengelompokan
berat, data dari studi individu ke underweight atau kelebihan berat badan dan
membandingkan ini untuk wanita dengan BMI yang normal seperti dijelaskan di atas.
Hasil review dari 34 studi yang membahas ibu underweight. Ulasan ini ditemukan
bahwa pada kasus underweight pra-kehamilan secara signifikan meningkatkan risiko
kelahiran prematur sebesar 32% (RR 1,32, 95% CI 1,22-1,43). Kasus underweight
Pra-kehamilan juga ditemukan secara signifikan meningkatkan risiko usia kecil-
untuk-kehamilan bayi (RR 1,64, 95% CI 1,22-2,21)., Meskipun sebelumnya
pekerjaan telah menemukan efek yang signifikan dari kasus underweight pra-
kehamilan pada risiko memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah (RR 1,64 dan
OR 1,82, ulasan ini menemukan tidak signifikan risiko (RR 1,37, 95% CI 0,46-4,13)
mungkin karena rendahnya jumlah studi termasuk karena ini yang satu-satunya untuk
menilai status berat badan ibu sebelum kehamilan. Tidak ada efek yang ditemukan
untuk underweight pra-kehamilan pada gangguan hipertensi kehamilan, GDM, besar
untuk-kehamilan usia atau makrosomia, atau cacat lahir bawaan.

17
Dunlop AL, MD, MPH, Jack B, MD, and Frey K, MD, MBA dalam National
Recommendations for Preconception Care: The Essential Role of the Family
Physician mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bersama-sama
dengan Pilih Panel mitra eksternal, baru-baru ini menerbitkan rekomendasi nasional
untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi dan perawatan kesehatan. Rekomendasi
nasional harus dipandang sebagai rencana strategis untuk meningkatkan asuhan
prakonsepsi melalui penyediaan asuhan klinis sebagai promosi perubahan perilaku
individu, kebijakan kesehatan, dan strategi kesehatan masyarakat. Rekomendasi
nasional dengan informasi latar belakang, tinjauan bukti yang ada, dan referensi
untuk menggabungkan asuhan prakonsepsi dalam praktek ditemukan di situs web
CDC. Sebuah deskripsi singkat dari 10 kunci rekomendasi ditemukan pada Tabel 5.
Tabel 5. Ringkasan 10 Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi
1. Tanggung jawab individu di seluruh rentang kehidupan
Mendorong setiap wanita dan setiap beberapa memiliki rencana hidup
reproduksi.
2. Kesadaran pasien
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku kesehatan
prakonsepsi dan peningkatan penggunaan layanan asuhan prakonsepsi
menggunakan informasi dan alat yang sesuai usia, tidak buta huruf, sadar
akan kesehatan, dan budaya / konteks linguistik.
3. Intervensi Kunjungan
Sebagai bagian dari kunjungan asuhan primer, memberikan penilaian risiko
dan konseling (pendidikan dan promosi kesehatan) untuk semua wanita usia
subur untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan hasil kehamilan.
4. Intervensi untuk identifikasi risiko
Meningkatkan proporsi wanita yang menerima intervensi sebagai tindak
lanjut skrining risiko prakonsepsi, berfokus pada intervensi prioritas tinggi
(yaitu, orang-orang dengan penduduk yang dampak tinggi dan mencukupi
bukti efektivitas).
5. Asuhan Interconception

18
Gunakan periode interconception untuk memberikan intervensi intensif untuk
wanita yang telah memiliki sebelum kehamilan berakhir di hasil yang
merugikan (misalnya, kematian bayi, berat lahir rendah, atau kelahiran
prematur).
6. Cek up Prahamil
Penawaran, sebagai komponen asuhan bersalin, satu kunjungan pra-
kehamilan bagi pasangan berencana kehamilan.
7. Cakupan Kesehatan untuk wanita berpenghasilan rendah
Meningkatkan cakupan kesehatan kalangan wanita berpenghasilan rendah
untuk meningkatkan akses ke kesehatan, prakonsepsi, dan asuhan
interconception wanita pencegahan ini.
8. Program kesehatan masyarakat dan strategi
Menanamkan dan mengintegrasikan komponen kesehatan prakonsepsi ke
masyarakat yang ada terkait dengan program kesehatan, termasuk penekanan
pada orang-orang yang memiliki risiko pada kehamilan sebelumnya.
9. Penelitian
Meningkatkan pengetahuan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan
prakonsepsi.
10. Perbaikan Pemantauan
Memaksimalkan pengawasan kesehatan masyarakat dan mekanisme
penelitian terkait untuk memantau kesehatan prakonsepsi.

Konsep asuhan prakonsepsi telah diartikulasikan selama lebih dari satu dekade,
5-20 namun belum menjadi bagian dari praktek rutin obat keluarga. Kurangnya
pengetahuan dokter yang direkomendasikan Intervensi adalah salah satu penghalang
untuk penyediaan asuhan prakonsepsi. CDC Publikasi alamat penghalang
pengetahuan dengan menguraikan 14 intervensi asuhan prakonsepsi tertentu untuk
yang pedoman praktek klinis dan bukti efektivitas ada (Tabel 6).
Tabel 6. Intervensi dengan Bukti Asuhan Prakonsepsi untuk Meningkatkan Hasil
Kehamilan

19
Intervensi Terbukti Efek Kesehatan
Suplementasi asam folat Mengurangi terjadinya cacat neural tube
defect (NTD)
Vaksinasi Rubella Memberikan perlindungan terhadap
sindrom rubella bawaan.
Manajemen diabetes Secara substansial mengurangi kenaikan 3
kali lipat dalam cacat lahir pada bayi dari
wanita diabetes.

Manajemen Hypothyroidism Menyesuaikan dosis levothyroxine


awal kehamilan melindungi
pengembangan neurologis yang tepat.
Vaksinasi hepatitis B selama Mencegah penularan infeksi pada bayi dan
perempuan berisiko menghilangkan risiko untuk wanita dari
gagal hati, kanker hati, sirosis, dan
kematian akibat infeksi HBV.
Screening HIV / AIDS dan Memungkinkan untuk pengobatan tepat
pengobatan waktu dan memberikan wanita (atau
pasangan) dengan informasi tambahan
yang dapat memengaruhi waktu kehamilan
dan pengobatan.
Screening dan Mengurangi risiko kehamilan ektopik,
pengobatan Sexually Transmitted kemandulan dan nyeri panggul kronis yang
Diseases (STD) berhubungan dengan Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhea dan
mengurangi
kemungkinan risiko pada janin kematian
janin dan cacat fisik dan perkembangan,
termasuk keterbelakangan mental dan
kebutaan.
Manajemen ibu Mencegah bayi dari lahir dengan

20
PKU (Phenylketonuria) keterbelakangan mental-PKU terkait.
Manajemen penggunaan Menghindari penggunaan
antikoagulan oral antikoagulan teratogenik (yaitu, warfarin)
sebelum hamil untuk menghindari paparan
berbahaya. Wanita yang memerlukan
antikoagulan harus mengganti terapi
antikoagulannya dengan heparin sebelum
konsepsi.
Manajemen Antiepilepsi Mengganti obat ke regimen yang paling
tidak teratogenik / jika mungkin hentikan
obat sebelum kehamilan
Manajemen penggunaan Accutane Mencegah kehamilan bagi wanita yang
menggunakan isotretinoin (Accutane) atau
berhenti menggunakan isotretinoin
sebelum konsepsi, menghilangkan paparan
berbahaya.
Konseling berhenti merokok Melengkapi berhenti merokok sebelum
asuhan kehamilan dapat mencegah terkait
kelahiran prematur merokok-, berat badan
lahir rendah, atau hasil perinatal yang
merugikan lainnya.
Mengontrol alkohol pesta minuman keras
Menghilangkan penggunaan dan / atau sering minum sebelum
alkohol kehamilan mencegah sindrom alkohol
janin dan cacat lahir yang berhubungan
dengan alkohol lainnya.
Kontrol Obesitas Mencapai berat badan yang sehat sebelum
kehamilan mengurangi risiko cacat tabung
saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi
caesar, dan hipertensi dan penyakit
tromboemboli yang berhubungan dengan

21
obesitas.

Dalam jangka pendek, dokter dapat melakukan 2 hal untuk meningkatkan


kesehatan prakonsepsi dan kesehatan peduli. Pertama, meminta setiap wanita usia
reproduksi apakah dia bermaksud untuk hamil dalam tahun depan. Meminta setiap
wanita reproduksi niat mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus ditujukan
dan direncanakan dengan menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak berniat
untuk hamil dan mempromosikan strategi asuhan prakonsepsi untuk wanita jika
mereka ada keinginan untuk hamil. Kedua, menginformasikan perempuan yang
kondisi kesehatan dan obat-obatan dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan
kehamilan yang dapat mempengaruhi kesehatan wanita. Dalam jangka panjang, aspek
rekomendasi nasional bisa dimasukkan ke Proyek Masa Depan Kedokteran Keluarga
"New Model" dari kedokteran keluarga, yang mempromosikan penyediaan, asuhan
pasien berpusat berbasis tim dan komitmen untuk memberikan penting "keranjang
layanan."
E. Konseling Pra Konsepsi
1. Konseling Pra Konsepsi
Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan
secara sistematik dengan panduan keterampilan komunikasi interpersonal, tehnik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan
keluar atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, Abdul Bari.
2000:39). Menurut Rochman Natawidjaja, 2987:32, konseling adalah sebagai
hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor)
berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi pada waktu
yang akan datang.
Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam
membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu melalui pemahaman terhadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien ( Saraswati Tarigan,
2002).

22
Proses konseling menggambarkan adanya kerjasama antara bidan selaku
konselor dengan klien mencari tahu tentang masalah yang dihadapi klien. Proses ini
memerlukan keterbukaan dari klien dan bidan agar mencapai jalan keluar pemecahan
masalah klien.
Manfaat konseling adalah meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal
masalah, merumuskan alternate, memecahkan masalah dan memiliki pengalaman
dalam pemecahan masalah secara mandiri.
Konseling prakonsepsi dimulai dengan pembahasan tentang kesiapan psikologi
seorang wanita atau pasangan dalam mengasuh dan membesarkan anak. Pembahasan
ini mencakup topik-topik, seperti apakah tersedia kamar bagi anak-anak, bagaimana
cara mengasuh anak-anak, kemapanan ekonomi dan kestabilan emosi wanita atau
pasangan, serta harapan pengalaman usia subur dan menjadi orang tua.
Pengaturan usia subur sehubungan dengan upaya wanita atau pasangan untuk
menyelesaikan pendidikan/memulai suatu karier, bagaimana stress mempengaruhi
aktivitas. Sedangkan pada remaja, bagaimana dengan penyelesaian sekolah dan
rencana melanjutkan perguruan tinggi atau pelatihan kerja serta metode pengontrolan
kehamilan.
Menghentikan Penggunaan Metode Kontrasepsi (KB) : apabila wanita telah
menggunakan metode hormonal jangka panjang, seperti suntikan, susuk/implan, ia
harus tahu bahwa dibutuhkan beberapa bulan sebelum akhirnya ovulasi berlangsung
teratur. Wanita dapat menggunakan metode barrier (contoh: kondom) sampai ia
mengalami menstruasi teratur sehingga tanggal kehamilan dapat diperkirakan dengan
tepat. Tidak ada efek berbahaya pada janin yang perlu diperhatikan bila kehamilan
terjadi setelah semua metode ini dihentikan.
Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelum mengalami kehamilan
merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
mencegah berat lahir rendah dapat dilakukan dengan:
a. Mencapai berat badan ideal
b. Mengontrol gangguan makan dan pica
c. Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang

23
Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan
bahwa setiap bayi dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu
penyakit genetik. Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat
dirujuk ke konselor genetik.
a. Konseling Genetika
1) Pengertian konseling genetik
Konseling genetik merupakan suatu proses pemberian informasi tentang aspek
genetik dari suatu penyakit yang diberikan oleh tenaga terlatih kepada mereka yang
mempunyai risiko tinggi atau kepada mereka yang memiliki gangguan-gangguan
yang bisa diwariskan kepada keturunannya.
Seorang pemberi konseling genetik (konselor genetik) dapat menjelaskan
bagaimana kelainan/ gangguan ini diwarisi oleh orangtua pada anak, risiko
kemungkinan berulang ; ditujukan kepada pasien, keluarga mereka dan tenaga medis
yang secara langsung memberikan pelayanan kepada mereka; dan memberikan
dukungan kepada pasien dan keluarga yang mengalami penyakit Bagi mereka yang
memiliki riwayat keluarga yang memiliki gangguan genetik, konselor genetik dapat
menjelaskan risiko yang akan mereka hadapi nanti, yaitu memiliki bayi yang
mempunyai kondisi yang sama dengan mereka dan bagaimana kondisi nantinya akan
mempengaruhi si anak.
Klinik herediter merupakan pusat pemberi layanan konseling pertama yang
didirikan tahun 1940 di Universitas Michigan Amerika Serikat. Sejak itu banyak
pusat layanan seperti ini dibuka di seluruh dunia.
Selama beberapa tahun kemudian peranan genetik konselor mulai
dikembangkan dari membuat gambaran silsilah keluarga untuk mengetahui
komponen-komponen genetik dari penyakit dan cacat lahir sampai pada pendekatan
tidak langsung, dibutuhkan konselor untuk memberikan informasi dan umpan balik
kepada pasien yang mengalami penyakit dan risiko penyakit keturunan.
Individu yang datang untuk menemui konselor genetik mungkin mengalami
gangguan tersendiri dan khawatir tentang keluarga mereka, pasangan yang memiliki
anak dengan gangguan genetic dan akan merencanakan kehamilan berikutnya,

24
pasangan yang merencanakan kehamilan pertama kalinya dan berharap untuk
mendapatkan informasi tentang kerentanan anak tersebut mangalami penyakit sama
halnya dengan mereka yang merencanakan kehamilan di usia tua serta ingin menilai
beberapa resiko potensialnya. Layanan konseling genetic sangat berguna disetiap
tahap perkembangan, bayi yang harus menjalani skrining, remaja yang akan diperiksa
untuk menilai adanya gen thalasemia atau menilai efek samping genetic remaja saat
memasuki pertengahan siklus hidup dalam memenuhi perubahan gaya hidup.
Konselor genetik sekarang bekerja dalam ruang lingkup yang lebih luas
disamping kegiatan rutin di rumah sakit. Lahan pekerjaan mereka di pendidikan,
administrasi, pembuat kebijakan, dan dapat juga sebagai anggota dari perusahaan
bioteknologi. Beberapa dari mereka bekerjasama dengan ilmuwan dan dokter dalam
menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Kemajuan dan sumber teknologi telah memungkinkan konseling genetic untuk
memainkan peranan yang besar di beberapa negara berkembang dan kedepannya ini
akan disadari oleh negara-negara berkembang yang belum melakukan konseling
genetic, tapi ini masih harus dikembangkan; karena peran konselor masih sangat
terbatas dinegara-negara berkembang dimana tugasnya masih dijalankan oleh profesi
kesehatan lainnya tanpa spesialisasi.
Beberapa penyakit genetik atau cacat lahir dapat ditemukan sebelum bayi
tersebut lahir, yang lainnya tidak terdiagnosa sampai kelahiran atau sampai anak-anak
tumbuh besar.
Medical genetik dan konselor genetik dilatih untuk membantu keluarga-
keluarga untuk memahami tentang gangguan-gangguan genetic. Medikal genetik
biasanya adalah seorang dokter, mereka melakukan pemeriksaan fisik saat dibutuhkan
dan juga membantu memberikan penyuluhan kepada pasien tentang gangguan-
gangguan genetik.
Konselor genetik memberikan informasi tentang factor risiko dan menjelaskan
tes genetika yang tersedia. Seorang individu atau pasangan dapat menggunakan
informasi ini untuk membantu mereka dalam membuat keputusan untuk menjadi

25
orangtua. Bagi orang-orang yang berhubungan dengan mereka yang mempunyai
riwayat keturunan, konselor genetic dapat:
a) Memberikan informasi komplit dan akurat tentang gangguan-gangguan yang
spesifik.
b) Menentukan pasangan-pasangan yang berisiko memiliki anak dengan
gangguan-gangguan tertentu.
c) Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang dapat menjelaskan bahwa
bayi memiliki gangguan sebelum atau setelah lahir.
Faktor Risiko Medis
a. Obat-Obatan : Wanita yang menkonsumsi obat-obatan resep maupun yang dijual
bebas,harus dievaluasi efek teratogeniknya. selanjutnya dikaji apakah memang obat
tersebut masih dibutuhkan atau tidak.
b. Diabetes
Wanita penderita diabetes tipe I atau II menjadi sasaran utama penerima
konseling prakonsepsi ini, rencana asuhan difokuskan pada upaya mencapai dan
mempertahankan gula darah dalam kadar terkontrol untuk mengurangi insiden
kelainan kongenital dan bayi berat lahir rendah. Wanita penderita diabetes harus
menemui ahli obstetrik atau endokrinologi pada masa sebelum kehamilan, yang akan
melakukan penanganan terhadap diabetes selama kehamilan.
c. Penyakit Jantung
Wanita yang dicurigai atau diketahui memiliki penyakit jantung harus benar-
benar didorong untuk merencanakan waktu kehamilan dengan ahli kardiologi dan ahli
obstetrik. Selama masa prakonsepsi, status jantung harus tetap dikaji. risiko
didasarkan pada tiga faktor utama: lesi jantung; gangguan fungsi dasar tubuh;
kemungkinan komplikasi selama kehamilan.
d. Gangguan Kejang
Wanita yang diketahui memiliki gangguan kejang harus mengetahui frekuensi
kejang dan pengobatan yang sedang digunakan. pengobatan yang paling sering
digunakan untuk mengontrol kejang bersifat teratogenik bagi janin.
e. Hipertensi

26
Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan
normal. Wanita harus mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin.
f. Gangguan Tiroid
Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid, sasaran yang ingin
dicapai adalah penderita menjadi eutiroid sebelum hamil. Konsultasikan kepada ahli
obstetrik dan endokrinologi untuk menyusun sebuah pengkajian kadar tiroid dan
pengobatan potensial selama kehamilan. bagi sebagian besar wanita dengan gangguan
tiroid, asuhan kebidanan meerupakan tindakan yang tepat jika disertai konsultasi.
g. Penyakit Infeksi
Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk mengkaji infeksi pada
wanita.
h. Fenilketonuria
Hal terbaik bagi penderita ini adalah dengan melakukan terapi diet yang telah
dicoba sebelum konsepsi, kemudian melanjutkan selama masa hamil. bantuan dari
ahli gizi sekaligus evaluasi medis yang menyeluruh sangat dianjurkan.
i. Komplikasi Kehamilan Sebelumnya
Ibu dengan Usia Lanjut : Masalah yang pasti muncul setelah usai 35 tahun
mencakup risiko kelainan genetik, diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit
kronis lainnya meningkat. Bagi wanota yang merencanakan kehamilan pertama
setalah usia 35 tahun, masalah infertilitas merupakan masalah yang lebih besar lagi.
Perubahan-perubahan besar terhadap gaya hidup yang sudah mapan juga dialami oleh
pasangan berusia mapan, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di
dalam rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar.
Seseorang wanita dapat terpapar pada bermacam-macam zat kimia, perubahan suhu
yang ekstrem, logam berat, radiasi, agen infeksi, dan berbagai faktor stres yang ada
dirumah ataupun di tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan janin dan dapat mengakibatkan kelainan kongenital.

27
Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik
pribadi atau keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. kebiasaan
mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat meningkatkan risiko berat
bayi lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan anak
dengan sindrom Down dan anomali kromosom lain yang terkait dengan usia. baik
produksi maupun pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi sehingga
menurunkan fertilitas. Pria juga sering kali mengemban tanggung jawab stabilitas
finansial keluarga dan merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi
seorang anak. Pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam
hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk
mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.

28
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI


PADA NY “NWS” UMUR 34 TAHUN WUS SEHAT
DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT
DI UPT. PUSKESMAS II DENPASAR UTARA
TANGGAL 14 JANUARI 2020

No. Register : 465XXX


Tanggal kunjungan : 14 JANUARI 2020, Pukul 08:17 WITA
Tanggal pengkajian : 14 JANUARI 2020, Pukul 09:10 WITA
SUAMI
A. IDENTITAS IBU
Tn INA
Nama : Ny NWS
42 tahun
Umur : 34 Tahun
Bali
Suku Bali
Hindu
Agama : Hindu
SMA
Pendidikan : SMA
Wiraswasta
Pekerjaan : IRT
Jl. Kertanegare no 67
Alamat : Jl. Kertanegare no 67
No Telepon : 085935330xxx

29
B. Subjektif
1. Ibu datang ke untuk menemani mertua berobat namun ibu juga merencanakan
kehamilan karena ibu belum memiliki anak laki-laki dikeluarganya.
2. Tidak ada riwayat penyakit serius seperti hipertensi, asma, diabetes melitus,
kanker dan penyakit jantung, tidak pernah diopname di rumah sakit dan puskesmas,
tidak ada riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan. Tidak ada riwayat
keluarga menderita penyakit serius seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, kanker
dan penyakit jantung. Namun ketika hamil kedua, selama hamil ibu mengalami
tekanan darah tinggi dan berangsur-angsur hilang saat akan bersalin
3. Riwayat menstruasi
a. Menarce : 15 tahun
b. HPHT : 11 januari 2020
c. Siklus menstruasi : 28-30 hari
d. Lama menstruasi : 4 hari
e. Dismenorea : tidak ada keluhan
5. Riwayat Pernikahan : ibu sudah menikah sah selama 18 tahun.
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
I. 14-08-2003 lahir normal, di PMB penolong bidan, selama bersalin dan nifas
tidak ada komplikasi, berat lahir 3000 gram, perempuan, ASI ekslusif selama 6
bulan
II. 21-09-2010 lahir normal, di PMB penolong bidan, selama bersalin dan nifas
tidak ada komplikasi, namun selama hamil ibu mengalami tekanan darah tinggi
berat lahir 4000 gram, perempuan, ASI ekslusif selama 6 bulan
7. Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Makan/Minum
Ibu makan 3 kali sehari dengan macam yaitu nasi, ayam, tahu dan sayur. Tidak
ada pantangan makanan bagi ibu. Ibu minum air sebanyak 1 liter setiap hari,
ditambah dengan minum susu setiap malam.
b. Eliminasi
BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek. BAK 3 kali sehari dengan warna
kuning jernih. Tidak ada keluhan selama BAB dan BAK
c. Personal hygine

30
Ibu mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan mengganti pakaian 2 sampai
3 kali sehari
d. Ketergantungan
Ibu tidak ada ketergantungan alergi, obat-obat atau alcohol, merokok, dan jamu.
e. Keadaan Psikologis, Sosial dan spiritual
Psikologis ibu stabil, hubungan dengan keluarga, tempat kerja, dan masyarakat
baik, keadaan spiritual ibu baik.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Berat badan : 55 Kg
d. Tinggi Badan : 155 cm
2. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Suhu : 36oC
d. Respirasi : 20 x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala: rambut panjang dan kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan serta
tidak ada benjolan.
b. Wajah: keadaan wajah tidak pucat, tidak ada kelainan, tidak ada oedema.
c. Mata: konjungtiva berwarna merah muda, sklera tidak ikterus.
d. Hidung: tidak ada polip, rinore tidak ada.
e. Telinga: tidak tampak kelainan dan tidak ada serumen.
f. Mulut: mulut bersih, tidak tampak caries dan ada karang gigi.
g. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar gondok atau tyroid, limfe dan vena
jungularis.
i. Dada: simetris kanan dan kiri, puting susu menonjol, tidak ada benjolan, radang
dan luka pada payudara.
j. Abdomen: tidak ada jaringan parut atau bekas operasi.
k. Ekstermitas atas dan bawah: tidak cacat, tidak terdapat oedema, dan varises.
l. Genitalia:tidak ada tanda-tanda infeksi dan varises, tidak ada pembesaran
kelenjar bartholini.
m. Anus: tidak ada hemoroid.

31
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

D. ANALISA
Ny “NWS” umur 34 tahun Wus Sehat dengan perencanaan kehamilan yang sehat.
E. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada klien tentang hasil pemeriksaan masih dalam batas normal
dan tidak ada kelainan, ibu paham
2. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan. Ibu setuju dan akan mengtanda tangani informed consent.
3. Memberikan KIE tentang :
a. Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelum mengalami kehamilan
merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
mencegah berat lahir rendah dapat dilakukan dengan: Mencapai berat badan
ideal, Mengontrol gangguan makan dan pica, Mengembangkan kebiasaan diet
nutrisi seimbang
b. Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan persalinan
normal. Wanita harus mengetahui tentang risiko preeklampsia dan hambatan
pertumbuhan janin karena hipertensi yang tidak tertangani selama hamil akan
mengakibatkan janin yang tidak berkembang secara maksimal dan
membahayakan ibu dan janin selama bersalin hingga nifas yang dapat
menyebabkan kematian ibu dan janin.
c. Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan
bahwa setiap bayi dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap
suatu penyakit genetik. Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka
dapat dirujuk ke konselor genetik.
d. Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di
dalam rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar.
Seseorang wanita dapat terpapar pada bermacam-macam zat kimia, perubahan
suhu yang ekstrem, logam berat, radiasi, agen infeksi, dan berbagai faktor stres
yang ada dirumah ataupun di tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak

32
negatif terhadap perkembangan janin dan dapat mengakibatkan kelainan
kongenital.
e. Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik
pribadi atau keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak.
kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat
meningkatkan risiko berat bayi lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko
lebih tinggi mendapatkan anak dengan sindrom Down dan anomali kromosom
lain yang terkait dengan usia. baik produksi maupun pergerakan sperma dapat
menurun akibat kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang,
dan beberapa preparat farmasi sehingga menurunkan fertilitas. Pria juga sering
kali mengemban tanggung jawab stabilitas finansial keluarga dan merasakan
hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi seorang anak. Pria
membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam hubungan
serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk
mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.
4. Melakukan dokumentasi pada rekam medis pasien, dokumentasi telah
dilakukan

BAB IV
PEMBAHASAN

33
Ny “NWS” Umur 34 Tahun Wus Sehat adalah pasien yang akan
mempersiapkan kehamilannya atau disebut dengan masa prakonsepsi. Pada masa
prakonsepsi ini sangat penting bagi seorang petugas kesehatan untuk memberikan
pengetahuan pada ibu untuk mempersiapkan kehamilannya. Tujuan asuhan
prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status
kesehatan fisik dan emosional yang optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan
lainnya adalah memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat
kehamilan dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat dari asuhan prakonsepsi, baik
bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun
sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.
Hal-hal yang perlu ditekankan untuk mendapatkan kehamilan yang sehat bagi
seorang ibu adalah yaitu :
Mempertahankan status nutrisi yang baik sebelum mengalami kehamilan
merupakan hal yang sangat penting. Persiapan bagi pertumbuhan bayi sehat dan
mencegah berat lahir rendah dapat dilakukan dengan:
d. Mencapai berat badan ideal
e. Mengontrol gangguan makan dan pica
f. Mengembangkan kebiasaan diet nutrisi seimbang
Skrining Genetik: pada setiap konseling genetik, kuncinya adalah menetapkan
bahwa setiap bayi dari wanita dan pria tertentu memiliki kesempatan mengidap suatu
penyakit genetik. Apabila faktor risiko genetik telah diidentifikasi, maka dapat
dirujuk ke konselor genetik.
Faktor Risiko Medis
a. Obat-Obatan : Wanita yang menkonsumsi obat-obatan resep maupun yang
dijual bebas,harus dievaluasi efek teratogeniknya. selanjutnya dikaji apakah
memang obat tersebut masih dibutuhkan atau tidak.
b. Diabetes : Wanita penderita diabetes tipe I atau II menjadi sasaran utama
penerima konseling prakonsepsi ini, rencana asuhan difokuskan pada upaya
mencapai dan mempertahankan gula darah dalam kadar terkontrol untuk

34
mengurangi insiden kelainan kongenital dan bayi berat lahir rendah. Wanita
penderita diabetes harus menemui ahli obstetrik atau endokrinologi pada masa
sebelum kehamilan, yang akan melakukan konseling untuk diet yang seimbang
selama kehamilan.
c. Hipertensi : Sebagian besar wanita dengan hipertensi kronis dapat
mengharapkan persalinan normal. Wanita harus mengetahui tentang risiko
preeklampsia dan hambatan pertumbuhan janin.
d. Gangguan Tiroid : Bagi wanita yang menderita hipotiroid atau hipertiroid,
sasaran yang ingin dicapai adalah penderita menjadi eutiroid sebelum hamil.
Konsultasikan kepada ahli obstetrik dan endokrinologi untuk menyusun sebuah
pengkajian kadar tiroid dan pengobatan potensial selama kehamilan. bagi
sebagian besar wanita dengan gangguan tiroid, asuhan kebidanan meerupakan
tindakan yang tepat jika disertai konsultasi.
e. Penyakit Infeksi : Masa prakonsepsi merupakan waktu yang tepat untuk
mengkaji infeksi pada wanita.
f. Komplikasi Kehamilan Sebelumnya Ibu dengan Usia Lanjut : Masalah yang
pasti muncul setelah usai 35 tahun mencakup risiko kelainan genetik, diabetes
gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya meningkat. Bagi wanota
yang merencanakan kehamilan pertama setalah usia 35 tahun, masalah
infertilitas merupakan masalah yang lebih besar lagi. Perubahan-perubahan
besar terhadap gaya hidup yang sudah mapan juga dialami oleh pasangan
berusia mapan, dan merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Masalah Lingkungan dan Tempat Kerja : paparan terhadap zat teratogen di
dalam rumah, di lingkungan, dan di tempat kerja merupakan masalah besar.
Seseorang wanita dapat terpapar pada bermacam-macam zat kimia, perubahan suhu
yang ekstrem, logam berat, radiasi, agen infeksi, dan berbagai faktor stres yang ada
dirumah ataupun di tempat kerja. semua hal ini dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan janin dan dapat mengakibatkan kelainan kongenital.
Masalah Prakonsepsi Pada Pria : bagi pria dengan riwayat gangguan genetik
pribadi atau keluarga, terdapat peningkatan risiko penularan pada anak. kebiasaan

35
mengonsumsi alkohol dan merokok seorang ayah dapat meningkatkan risiko berat
bayi lahir rendah. Pria yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi mendapatkan anak
dengan sindrom Down dan anomali kromosom lain yang terkait dengan usia. baik
produksi maupun pergerakan sperma dapat menurun akibat kebiasaan merokok,
penggunaan alkohol, obat-obatan terlarang, dan beberapa preparat farmasi sehingga
menurunkan fertilitas. Pria juga sering kali mengemban tanggung jawab stabilitas
finansial keluarga dan merasakan hal ini cukup membuat tertekan ketika menghadapi
seorang anak. Pria membutuhkan diskusi terbuka tentang hal ini dan perubahan dalam
hubungan serta tuntutan selama kehamilan dapat mengungkap suatu kebutuhan untuk
mendapat bantuan sebelum prekonsepsi.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

36
1. Mahasiswa telah mendapatkan pengalaman nyata dalam penerapan asuhan
kebidanan prakonsepsi pada Ny. NWS dengan metode SOAP secara
komprehensif.
2. Selama melakukan asuhan kebidanan prakonsepsi, mahasiswa tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik pada asuhan yang
dilakukan.
B. Saran
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan mengenai
penatalaksanaan pada ibu prakonsepsi sesuai dengan bimbingan yang telah
diperoleh sehingga mampu memberikan asuhan kebidanan prakonsepsi yang
berkualitas dan sesuai standar pelayanan.
2. Institusi pendidikan diharapkan memberikan bimbingan dan dukungan kepada
mahasiswa dalam melakukan praktik lapangan agar mahasiswa memperoleh
pengalaman dan pembelajaran tentang asuhan kebidanan prakonsepsi yang
berkualitas dan sesuai standar pelayanan.
3. Institusi tempat praktik diharapkan dapat memberikan bimbingan kepada
mahasiswa sebagai calon bidan agar dapat memberikan asuhan kebidanan kepada
pasien yang berkualitas dan sesuai dengan standar pelayanan.

37

Anda mungkin juga menyukai