Anda di halaman 1dari 20

Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

PEMBANGUNAN KERETA CEPAT JAKARTA-BANDUNG DARI SUDUT


PANDANG PENEGAKAN HUKUM PENATAAN RUANG
(Jakarta-Bandung Rapid Train Construction From Spatial Planning Law Enforcement Point of View)

Nadia Astriani
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung
Email: nadia.astriani@unpad.ac.id

Yulinda Adharani
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung
Email: yulinda.adharani@gmail.com

Naskah diterima: 14 Juni 2017; revisi: 4 Agustus 2017; disetujui: 8 Agustus 2017

Abstrak
Pembangunan infrastruktur harus dilakukan dengan mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan serta
mengedepankan instrumen pencegahan dan/atau kerusakan lingkungan, hal ini berlaku pula terhadap proyek infrastruktur
pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Jika tidak, akan merusak lingkungan dan berdampak kepada kehidupan sosial
masyarakat sekitar. Penelitian ini akan membahas pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dalam kerangka penataan
ruang serta upaya penegakan hukum penataan ruangnya dengan menggunakan metode yuridis-normatif, hasil penelitian
menunjukan pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung seharusnya mengikuti kaidah hukum penataan ruang,
dimana sebuah rencana pemanfaatan ruang harus dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tidak
tercantumnya proyek ini dalam RTRW Kota/Kabupaten berarti tidak menaati RTRW yang ditetapkan. Selain itu, kondisi ini
juga bisa dikategorikan sebagai pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, sehingga merupakan unsur
pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi administrasi dan pidana. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembangunan,
Pemerintah harus lebih konsisten dalam memilih proyek yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: infrastruktur, penegakan hukum, penataan ruang

Abstract
Infrastructure development must consider sustainable development principle and emphsize preventions of environmental
damages instrument. This terms should also applied in Jakarta-Bandung rapid train projects. Without considering this,
there may be environment damage and impact to the social of the society around. This research will discuss construction of
the Jakarta-Bandung rapid train in terms of spatial planning as well as the law enforcement it self. Using juridical normative
method this research result show thats construction of Jakarta–Bandung rapid train projects should follow spatial planning
regulation. Law enforcement in spatial planning is focused on compliance with spatial plan and permit (RTRW). If the
projects are not listed in the RTRW, it means that they do not adhere to the plan and implementing such projects, may lead
to administrative and criminal sanctions. In terms of development, the government should be more consistent in choosing
projects which are in line with the RTRW that had been set.
Keywords: infrastructure, law enforcement, spatial planning

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 243
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

A. Pendahuluan environment’s ability to meet present and


future needs.
Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan Hal ini menyebabkan perbedaan penekanan
saat ini dengan mengindahkan kemampuan dalam penerapan pembangunan berkelanjutan
generasi mendatang dalam mencukupi di negara maju dan negara berkembang.
kebutuhannya. Proses pembangunan berke- Negara berkembang memberikan prioritas
lanjutan bertumpu pada tiga faktor, yaitu pembangunan berkelanjutan pada pemenuhan
kondisi sumber daya alam, kualitas lingkungan, kebutuhan dasar manusia saat ini, serta
dan faktor kependudukan. menjamin kelangsungan pembangunan
3
Berdasarkan ketiga faktor tersebut maka ekonomi.
upaya pembangunan berkelanjutan perlu Pertimbangan mengenai aspek lingkungan
memuat ikhtiar pembangunan yang memelihara telah diatur pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945,
keutuhan fungsi tatanan lingkungan agar sumber Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
daya alam dapat secara berlanjut menopang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
proses pembangunan secara terus menerus Hidup, dan RPJMN 2015-2019, serta RPJP
dari generasi ke generasi untuk meningkatkan 2005-2025. Pada RPJP 2005-2025 disebutkan
kualitas manusia Indonesia1. bahwa salah satu misi pembangunan adalah
Prinsip keberlanjutan (sustainability mewujudkan Indonesia yang asri dan lestari,
development) didefinisikan sebagaimana dan pembangunan infrastruktur akan mengarah
disebut dalam “The Brundtland Report” adalah2: pada konsep peningkatan pelayanan bagi
“Sustainable development is development peningkatan kualitas lingkungan di masa depan.4
that meet the need of the present whitout Pemerintah Indonesia saat ini telah menetapkan
compromising the ability of future
generations meet their own needs” Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 dalam bentuk
Definisi ini mengandung dua konsep kunci
undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor
yaitu :
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
a. The concept of needs, in particular the
Jangka Panjang (UU RPJPN). Undang-Undang
essential need of the world’s poor, to which
inilah yang dijadikan sebagai dokumen hukum
overrding priority should be given; and
untuk perencanaan pembangunan periode 20
b. The idea of limitation imposed by the state
tahun baik di tingkat pusat maupun di tingkat
of technology and social organization on the
daerah (provinsi, kabupaten/kota)5. Oleh karena

1
Surna T. Djajadiningrat, ”Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan”, Jurnal Hukum Lingkungan,
(Jakarta: ICEL, 1994).
2
Amiruddin A Dajaan et. al, “Perkembangan Hukum Lingkungan Kini dan Masa Depan”, Prosiding Seminar
Nasional & Kongres Pembina Hukum Lingkungan se – Indonesia, (Bandung: Logoz, 2013), hlm. 9-10.
3
Ibid., hlm 46.
4
Bappenas, Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang (PJP) Tahun 2005 – 2025, (Jakarta: Bappenas, 2005),
hlm. 40.
5
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-
2025.

244 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

itu, pemerintah daerah dalam melakukan Propinsi Jawa Barat menjadi wilayah
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka pembangunan infrastruktur skala besar. Hal ini
Panjang Daerah (RPJPD) wajib mengacu kepada dapat dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka
RPJP Nasional ini sebagai satu kesatuan sistem. Menengah Nasional (RPJMN) dan Peraturan
Rincian program pembangunan nasional Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Proyek
dan program pembangunan daerah Strategis Nasional yang diperkuat dengan
sebagaimana dimaksud, meliputi: bidang Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016
sosial budaya dan kehidupan beragama, tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, Pembangunan infrastruktur skala besar yang
politik, pertahanan dan keamanan, hukum dimaksud ialah seperti bendungan, waduk,
dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata jalan tol, bandar udara, kereta cepat Jakarta-
ruang, penyediaan sarana dan prasarana, Bandung, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) pelabuhan, dan bandara. Tercatat sekitar 29
dan lingkungan hidup.6 Pembangunan daerah proyek infrastruktur skala besar akan dibangun
merupakan bagian integral dari pembangunan di wilayah rentan Jawa Barat.7
nasional. Pembangunan nasional dan Dampak positif dari pembangunan
pembangunan daerah yang telah dilaksanakan, infrastruktur antara lain adalah meningkatnya
di satu sisi telah menunjukkan kemajuan kesejahteraan rakyat serta pendapatan daerah
di berbagai bidang kehidupan masyarakat. tersebut. Kebutuhan akan pembangunan
Namun di sisi lain, ketersediaan sumber daya infrastruktur berbanding lurus dengan
alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak peningkatan jumlah penduduk sehingga
merata, sedangkan kegiatan pembangunan semakin bertambahnya penduduk maka
membutuhkan sumber daya alam yang kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur
semakin meningkat. Sementara itu, kegiatan juga akan meningkat. Selain mempunyai
pembangunan yang dilakukan juga mengandung dampak positif, pembangunan infrastruktur
risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan juga mempunyai dampak negatif. Salah satunya
lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan bagi kelestarian fungsi lingkungan, diantaranya
daya dukung, daya tampung, dan produktivitas dengan berkurangnya sumber daya alam akibat
lingkungan hidup menurun serta pada akhirnya eksploitasi yang berlebihan, pencemaran udara
menjadi permasalahan termasuk dampak akibat polusi industri, dan pembangunan
pembangunan terhadap manusia dan makhluk infrastruktur perekonomian yang identik
hidup lainnya. dengan perusakan lingkungan.

6
Lihat Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang jo.
Lampiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Perda Nomor 9
Tahun 2008 tentang RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025.
7
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat (Walhi Jabar), “Catatan Akhir Tahun Ruang dan Lingkungan Hidup
Jawa Barat 2016: Krisis dan Darurat Bencana Ekologis di Jawa Barat”, http://www.walhijabar.org/2016/12/29/
catatan-akhir-tahun-ruang-dan-lingkungan-hidup-jawa-barat-2016-krisis-dan-darurat-bencana-ekologis-di-
jawa-barat/ (diakses 29 Maret 2017).

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 245
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Pembangunan infrastruktur yang Pembangunan infrastruktur skala besar jika


dilaksanakan di Indonesia mengacu pada tidak dilakukan dengan mempertimbangkan
konsep pembangunan untuk pencapaian pembangunan berkelanjutan serta
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi mengedepankan instrumen pencegahan
kurang memperhatikan aspek lingkungan salah dan/atau kerusakan lingkungan bukan hanya
satunya kelestarian fungsi lingkungan. Padahal merusak bentang alam, namun akan mencemari
pembangunan ekonomi sangat bergantung pada bahkan merusak lingkungan. Selain itu akan
keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan berdampak kepada kehidupan sosial masyarakat
hidup. Dapat dikatakan bahwa pembangunan sekitar yang terkena dampak. Pembangunan
infrastruktur yang dilakukan untuk mendukung infrastruktur skala besar yang telah diuraikan di
pembangunan ekonomi yang semata-mata atas, salah satunya ialah pembangunan kereta
ditujukan untuk memperoleh keuntungan tanpa cepat Jakarta-Bandung.
memperhatikan keberlangsungan dan menjaga Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta-
fungsi lingkungan akan membawa dampak Bandung dilakukan tanpa membuat Kajian
negatif tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terlebih
bagi masyarakat. dahulu, hal ini tidak sesuai dengan UUPPLH
Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam yang menyatakan bahwa KLHS dibuat sebelum
pembangunan nasional yang terpenting Kebijakan, Rencana dan Program dilakukan.
bukanlah pembangunan dalam arti fisik, akan KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
tetapi perubahan pada anggota masyarakat menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
itu dan nilai-nilai yang mereka anut. Jadi bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
hakekat daripada pembangunan nasioanl telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
adalah pembaharuan cara berfikir dan sikap pembangunan suatu wilayah dan/atau
hidup. Sebab tanpa perubahan sikap dan cara kebijakan, rencana, dan/atau program.9
berfikir, menurut Mochtar Kusumaatmadja, Kedudukan KLHS sendiri berbeda dengan
maka pengenalan lembaga- lembaga modern AMDAL yang menjadi syarat bagi terbitnya
dalam kehidupan tidak akan berhasil dengan izin lingkungan. KLHS hanya berfungsi untuk
baik. Sebagai contoh, lembaga kredit yang memastikan bahwa sebuah kebijakan, rencana
diperkenalkan pada masyarakat tani, nelayan, maupun program berjalan sesuai dengan
pengusaha menengah dan kecil, tanpa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
dipersiapkan dengan lembaga-lembaga Hal ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
perkreditan ini, dan peranannya dalam Kelebihannya adalah tidak ada batasan waktu
pembangunan, maka pembangunan sosial tidak dalam pelaksanaan KLHS, meskipun undang-
akan membantu pembangunan ekonomi (fisik) undang mengatur KLHS dilaksanakan di awal, tapi
secara baik.8 peraturan PP KLHS sendiri baru ditandatangani

8
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional dalam M Daud
Silalahi “Pembangunan Berkelanjutan dalam rangka Pengelolaan (Termasuk Perlindungan) Sumber Daya Alam
yang Berbasis Pembangunan Sosial dan Ekonomi”, (Bandung: 2003), hlm. 5.
9
Lihat Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.

246 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

oleh Presiden di bulan Oktober 2016, sehingga tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan
dalam pedoman pelaksanaannya pada saat lagi. Dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang
bergulirnya rencana Kereta cepat Jakarta- Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Bandung belum ada, hal ini menjadi alasan tidak dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan
dilaksanakannya KLHS, meskipun demikian jika bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
sebuah Kebijakan, Rencana atau Program sudah wajib membuat KLHS untuk memastikan
dijalankan, KLHS bisa tetap dilaksanakan untuk bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
memastikan bahwa Kebijakan, Rencana dan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
Program tersebut menerapkan prinsip-prinsip pembangunan suatu wilayah dan/atau
Pembangunan Berkelanjutan. Di sisi lain, kebijakan, rencana, dan/atau program.
belum adanya sanksi bagi tidak dilakukannya Selain KLHS, penataan lingkungan perlu
KLHS juga membuat kedudukan KLHS sebagai memperhatikan Rencana Tata Ruang yang lebih
instrumen pengendalian lemah, karena seolah- rinci, yaitu RTRW Kabupaten/Kota atau RDTR
olah tidak ada kerugian bagi pemerintah jika Kabupaten/Kota, yang telah mencantumkan
tidak melakukan KLHS.10 pula peraturan zonasi yang lebih detail, sesuai
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) karakteristik wilayah. Pembangunan harusnya
merupakan salah satu instrumen pencegahan didasarkan pada perencanaan tata ruang,
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan memperhatikan dan mematuhi pola dan fungsi
hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun ruang agar pemanfaatan, pengendalian dan
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan evaluasi pembangunan bisa terukur dengan
Lingkungan Hidup mewajibkan Pemerintah mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial,
dan pemerintah daerah untuk membuat budaya dan lingkungan hidup. Pembangunan
kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk Kereta cepat Jakarta-Bandung seharusnya
memastikan bahwa prinsip pembangunan mengikuti RTRW yang telah ada, pada
berkelanjutan telah menjadi dasar dan kenyataannya di lapangan, melalui Peraturan
terintegrasi dalam pembangunan suatu Presiden (perpres) nomor 26 tahun 2015
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ tentang percepatan penyelenggaraan prasarana
atau program. Dengan perkataan lain, hasil dan sarana Kereta cepat Jakarta-Bandung antara
KLHS harus dijadikan dasar bagi kebijakan, Jakarta dan Bandung, Presiden memerintahkan
rencana dan/atau program pembangunan Kepala Daerah yang daerahnya dilalui proyek
dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS Kereta cepat Jakarta-Bandung ini untuk
menyatakan bahwa daya dukung dan daya melakukan penyesuaian rencana tata ruang Kota
tampung sudah terlampaui, kebijakan, rencana, dan Kabupaten diharapkan menyesuaikan RTRW
dan/atau program pembangunan tersebut Daerahnya dengan rencana pembangunan.
wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi Penyesuaian dapat dilakukan melalui cara
KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan revisi RTRW. Meskipun demikian revisi RTRW
yang telah melampaui daya dukung dan daya juga tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba,

10
Nadia Astriani, Laporan Penelitian Hibah Pengembangan Kompetensi Riset Dosen Unpad, “Peran Instrumen
Penaatan Lingkungan dalam Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung”, (Bandung: 2016), hlm. 18.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 247
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Undang-Undang Penataan Ruang menyebutkan dengan menggunakan metode penafsiran


bahwa revisi bisa dilakukan satu kali dalam hukum dan konstruksi hukum, terutama
5 tahun. Sehingga tidak mudah melakukan penafsiran sistematis dan penafsiran sosiologis
revisi terhadap RTRW yang sudah terbit. atas peraturan perundang-undangan terkait
Dengan keluarnya Perpres No. 26 tahun 2015, materi kajian. Pengumpulan data dilakukan
proyek pembangunan Kereta cepat Jakarta- dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.
Bandung ini telah menafikan fungsi RTRW Data kepustakaan diperoleh dari perpustakaan
sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan perguruan tinggi yang diperkirakan memiliki
lingkungan. Sebaliknya RTRW digunakan untuk kompetensi di bidang yang terkait dengan materi
melegalisasikan proyek pembangunan.11 penelitian termasuk pada instansi atau lembaga-
Dari latar belakang yang telah diuraikan lembaga penelitian dan lembaga negara yang
di atas, maka fokus permasalahan yang terkait dengan materi penelitian. Pengumpulan
hendak diteliti terkait bagaimana kedudukan informasi dilakukan dengan menggunakan
pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung metode wawancara dengan narasumber yang
dalam kerangka Penataan Ruang? Dan ditentukan secara purposif (judgemental).
bagaimana upaya penegakan hukum penataan Wawancara dilakukan secara terarah dengan
ruang dalam pembangunan Kereta Cepat menggunakan pedoman wawancara yang telah
Jakarta-Bandung? disusun sebagai arahannya.

B. Metode Penelitian C. Pembahasan


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 1. Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-
metode pendekatan yuridis-normatif dalam Bandung dalam Kerangka Penataan
Ruang
arti menggunakan data kepustakaan/sekunder
(baik berupa bahan hukum primer, bahan Konsep Welfare State membebankan
hukum sekunder maupun bahan hukum tersier) kewajiban kepada administrasi negara untuk
sebagai bahan utama penelitian. Dalam hal merealisasikan tujuan-tujuan negara. Terhadap
ini digunakan metode penelitian yang bersifat tujuan negara yang meliputi berbagai dimensi
deskriptif analitis dengan pendekatan sistemik. tersebut, pemerintah membuat rencana-
Sistem berarti suatu kesatuan yang tersusun rencana. Menurut A..D. Belifante dan
secara teratur rapi atas bagian-bagian berikut Burhanoeddin Soetan Batuah, rencana adalah
perinciannya sedemikian rupa hingga dapat suatu (keseluruhan peraturan yang bersangkut-
mencapai tujuan yang sudah pasti.12 paut yang mengusahakan dengan sepenuhnya
Analisis yuridis-kualitatif digunakan dengan terwujudnya suatu keadaan tertentu yang
mengandalkan pada kemampuan abstraksi- teratur) tindakan yang berhubungan secara
teoritis atas bahan-bahan hukum di atas, menyeluruh, yang memperjuangkan dapat

11
Ibid., hlm. 20.
12
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku 1 : Umum, (Bandung: Binacipta, 1980), hlm. 7.

248 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

terselenggaranya suatu keadaan yang teratur mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial,


secara tertentu.13 Konsep perencanaan dalam budaya dan lingkungan hidup.
arti luas menurut P. De Haan dan kawan- Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
kawan didefinisikan sebagai persiapan dan tentang Penataan Ruang menyatakan penataan
pelaksanaan yang sistematis dan terkoordinasi ruang didasarkan pada pendekatan sistem,
mengenai keputusan-keputusan kebijakan fungsi utama kawasan, wilayah administratif,
yang didasarkan pada suatu rencana kerja yang kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan.
terkait dengan tujuan-tujuan dan cara-cara Berkaitan dengan kebijakan otonomi daerah
pelaksanaannya. Perencanaan terbagi dalam tersebut, wewenang penyelenggaraan
tiga kategori, yaitu14: penataan ruang oleh Pemerintah dan
1. Perencanaan informatif yaitu rancangan pemerintah daerah, yang mencakup kegiatan
estimasi mengenai perkembangan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
masyarakat yang dituangkan ke dalam pengawasan penataan ruang, didasarkan pada
alternatif-alternatif kebijakan tertentu. pendekatan wilayah dengan batasan wilayah
Rencana seperti ini tidak memiliki akibat administratif. Dengan pendekatan wilayah
hukum bagi warga negara. administratif tersebut, penataan ruang seluruh
2. Perencanaan Indikatif, yaitu rencana- wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
rencana yang memuat kebijakan-kebijakan terdiri atas wilayah nasional, wilayah provinsi,
yang akan ditempuh dan mengindikasikan wilayah kabupaten, dan wilayah kota, yang
bahwa kebijakan itu akan dilaksanakan. setiap wilayah tersebut merupakan sub sistem
Kebijakan ini masih harus diterjemahan ke ruang menurut batasan administratif. Di dalam
dalam keputusan-keputusan operasional sub sistem tersebut terdapat sumber daya
atau normatif. Perencanaan seperti ini manusia dengan berbagai macam kegiatan
memiliki akibat hukum yang tidak langsung. pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
3. Ketiga perencanaan operasional atau daya buatan, dan dengan tingkat pemanfaatan
normatif merupakan rencana-rencana yang ruang yang berbeda-beda, yang apabila tidak
terdiri dari persiapan-persiapan, perjanjian- ditata dengan baik dapat mendorong ke arah
perjanjian dan ketetapan-ketetapan. adanya ketidakseimbangan pembangunan
Rencana tata ruang masuk ke dalam antar wilayah serta ketidaksinambungan
perencanaan normatif. pemanfaatan ruang.
Pembangunan di Indonesia didasarkan Penataan ruang sebagai suatu sistem
pada perencanaan tata ruang, memperhatikan perencanaan tata ruang, pemanfaatan
dan mematuhi pola dan fungsi ruang agar ruang, dan pengendalian pemanfaatan
pemanfaatan, pengendalian dan evaluasi ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
pembangunan bisa terukur dengan terpisahkan antara yang satu dan yang lain
dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah

13
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah: dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), hlm. 4.
14
Bandingkan dengan Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII-Press, 2003), hlm. 144-145.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 249
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

penataan ruang sehingga diharapkan dapat a. terwujudnya keharmonisan antara


mewujudkan pemanfaatan ruang yang lingkungan alam dan lingkungan buatan;
berhasil guna dan berdaya guna serta mampu b. terwujudnya keterpaduan dalam
mendukung pengelolaan lingkungan hidup penggunaan sumber daya alam dan sumber
yang berkelanjutan; tidak terjadi pemborosan daya buatan dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang; dan tidak menyebabkan sumber daya manusia; dan
terjadinya penurunan kualitas ruang. c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang
Penataan ruang yang didasarkan pada dan pencegahan dampak negatif terhadap
karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
lingkungan, serta didukung oleh teknologi
Dalam Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun
yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal
(RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas
dijelaskan bahwa Tujuan Penataan Ruang, ialah
ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem
mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien,
yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain
berkelanjutan dan berdaya saing menuju
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem
Provinsi Jawa Barat termaju di Indonesia. Selain
wilayah ruang nasional secara keseluruhan,
itu, dijelaskan pula Sasaran Penataan Ruang,
pengaturan penataan ruang menuntut
yaitu tercapainya ruang lindung 45% dan
dikembangkannya suatu sistem keterpaduan
tersedianya ruang untuk ketahanan pangan;
sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya
terwujudnya ruang investasi melalui dukungan
suatu kebijakan nasional tentang penataan
infrastruktur strategis; terwujudnya ruang
ruang yang dapat memadukan berbagai
perkotaan dan perdesaan dalam sistem wilayah
kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan
yang terintegrasi, sertaterlaksananya prinsip-
maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan
prinsip mitigasi bencana dalam penataan ruang.
yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah,
Menurut Pasal 16 Perda No. 22/2010,
pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik
kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang,
pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah,
meliputi:
harus dilakukan sesuai dengan rencana tata “pengendalian pemanfaatan ruang
ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, melalui pengawasan dan penertiban yang
pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh didasarkan kepada arahan peraturan zonasi
sistem provinsi, arahan perizinan, arahan
bertentangan dengan rencana tata ruang.15
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi;
Pasal 3 Undang-Undang Penataan Ruang pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai
menyatakan penyelenggaraan penataan ruang salah satu alat pengendalian pemanfaatan
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah ruang; pemberian izin pemanfaatan ruang
yang merupakan kewenangan Kabupaten/
nasional yang aman, nyaman, produktif, Kota, berpedoman pada RTRWP; pemberian
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan izin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten/
Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan: Kota yang berdampak besar dan/atau

15
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

250 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

menyangkut kepentingan nasional dan/atau di sepanjang jalur trase, seperti TOD Halim,
provinsi, dikoordinasikan dengan Gubernur.” Karawang, Tegal Luar dan Walini.
Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta- Pembangunan Infrastruktur di Jawa Barat
Bandung Jakarta – Bandung ini merupakan masuk ke dalam Misi Keempat Pemerintah
proyek kerja sama antara Chinese Enterprises Jawa Barat, yaitu: Mewujudkan Jawa Barat
Consortium yang terdiri dari 9 perusahaan yang nyaman dan Pembangunan Infrastruktur
(yang dpimpin oleh China Railway Co, Ltd) dan Strategis yang berkelanjutan. Dalam RPJMD
Konsorsium Indonesia yang terdiri 8 perusahaan Jawa Barat tahun 2013-2018, pembangunan
BUMN, yaitu : PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk infrastruktur transportasi perhubungan
– PT. WIKA sebagai Pimpinan, PT. Kereta Api dilakukan dalam rangka peningkatan
Indonesia (PT. KAI), PT. Jasa Marga (Persero) pelayanan pergerakan orang dan barang
Tbk, PT. Perkebunan Nusantara (Persero) VIII serta mengembangkan sistem transportasi
(PT. PN VIII), PT. Industri Kereta Api (Persero) publik regional yang nyaman. Salah satu
(INKA), PT. Len Industri (Persero) (LEN), PT. arahan kebijakan bidang perhubungan adalah
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PP) pengembangan sistem transportasi darat dan
dan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Proyek perkeretaapian serta sistem transportasi massal
ini digagas oleh pemerintah pusat, dalam (Mass Rapid Transport). Proyek Kereta Cepat
rangka pembangunan dan pengembangan Jakarta-Bandung, masih sejalan dengan rencana
kawasan. Dengan panjang jalur trase mencapai pembangunan infrastruktur di Jawa Barat,
145 km, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung meskipun demikian Proyek ini baru muncul
hasil kerjasama Indonesia-China ini akan setelah RTRW Jawa Barat dan RTRW wilayah
melintasi 9 kabupaten dan kota, 83 kelurahan terkait ditetapkan. Akibatnya proyek ini tidak
dan desa. Terdapat 4 (empat) Transit Oriented ada dalam perencanaan pemanfaatan ruang di
Development (TOD) yang akan dikembangkan Jawa Barat.

Gambar 1. Jalur Trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, 2016

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 251
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Pemerintah lalu mengeluarkan Peraturan kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten


Presiden (Perpres) Nomor 26 Tahun 2015 Bandung yang berpotensi untuk ditetapkan
tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana sebagai bagian dari Lahan Pertanian Pangan
dan Sarana Kereta Cepat Jakarta-Bandung Berkelanjutan (LP2B) oleh Pemerintah Pusat
antara Jakarta dan Bandung, dalam salah satu atau Kementerian Pertanian, kemudian terdapat
pasalnya Presiden memerintahkan Kepala pula kawasan peruntukan pertanian (tanaman
Daerah yang daerahnya dilalui projek Kereta pangan) di Kabupaten Bandung Barat. Terdapat
cepat Jakarta-Bandung ini untuk melakukan kawasan lindung yang berfungsi sebagai resapan
penyesuaian rencana tata ruang Kota dan air yang juga merupakan kawasan rawan
Kabupaten. Pemerintah Daerah diharapkan bencana geologi (gerakan tanah) di Kabupaten
menyesuaikan RTRW Daerahnya dengan Bandung Barat perlu dipertimbangkan,
rencana pembangunan. Penyesuaian dilakukan mengingat kebutuhan lahan di TOD Walini cukup
melalui cara revisi RTRW. besar (1270 Ha).16 Selain itu diperkirakan sekitar
Dalam konteks penataan ruang, tindakan 3.500 Kepala Keluarga terkena dampak langsung
pemerintah pusat mengeluarkan Perpres penggusuran pemukiman dan lahan pertanian
Percepatan Kereta Cepat Jakarta-Bandung untuk pelaksanaan proyek ini, selain itu karena
ini sebetulnya keliru, karena pemerintah lintasan jalur merupakan wilayah pertemuan
pusat memaksakan kepentingan pusat tiga sesar, yaitu Cimandiri, Lembang dan Baribis
terhadap daerah, dan memaksa daerah untuk yang berpotensi menimbulkan gerakan tanah
mengakomodasi proyek kereta api Jakarta- dan longsor, maka terdapat resiko bencana17.
Bandung ini ke dalam rencana pemanfaatan Penataan lingkungan perlu memperhatikan
ruang daerah. RTRW merupakan dasar Rencana Tata Ruang yang lebih rinci,yaitu
pelaksanaan pembangunan daerah, di dalam RTRW Kabupaten/Kota atau RDTR Kabupaten/
RTRW, setiap kawasan telah ditentukan Kota, yang telah mencantumkan pula
peruntukkannya. Mengakomodasi projek Kereta peraturan zonasi yang lebih detil, sesuai
Api JakartaBandung ke dalam RTRW daerah karakteristik wilayah. Pembangunan harusnya
bisa merubah peruntukkan kawasan yang telah didasarkan pada perencanaan tata ruang,
ditetapkan sebelumnya. memperhatikan dan mematuhi pola dan fungsi
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap ruang agar pemanfaatan, pengendalian dan
pola ruang RTRW Kabupaten Bandung Barat, evaluasi pembangunan bisa terukur dengan
Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bandung, mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial,
dengan perkiraan lokasi TOD yang direncanakan, budaya dan lingkungan hidup.
beberapa hal yang harus dipertimbangkan Pembangunan Kereta Cepat seharusnya
dalam proses pengadaan lahannya. Terdapat mengikuti RTRW yang telah ada, pada
kawasan yang berfungsi sebagai kawasan kenyataannya di lapangan, melalui Peraturan
tanaman pangan di Kabupaten Karawang dan Presiden (perpres) Nomor 26 Tahun 2015

16
Penjelasan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat pada FGD tanggal 5 Oktober
2016 di Fakultas Hukum Unpad.
17
Penjelasan WALHI Jawa Barat pada FGD tanggal 5 Oktober 2016 di Fakultas Hukum Unpad.

252 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

tentang Percepatan Penyelenggaraan Prasarana lingkungan. Sebaliknya RTRW digunakan untuk


dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan melegalisasikan proyek pembangunan.
Bandung, Presiden memerintahkan Kepala
Daerah yang daerahnya dilalui projek Kereta Api Kondisi sebagaimana yang dipaparkan di
Cepat ini untuk melakukan penyesuaian rencana atas, harus menjadi perhatian pemerintah
tata ruang Kota dan Kabupaten diharapkan dalam melaksanakan proyek ini, karena
menyesuaikan RTRW Daerahnya dengan berpotensi menjadi masalah yang mungkin
rencana pembangunan. Penyesuaian dapat menghambat keberhasilan ini. Terbukti, sampai
dilakukan melalui cara revisi RTRW. Meskipun saat ini, RTRW kota/kabupaten yang belum
demikian revisi RTRW juga tidak dapat dilakukan mengakomodasi proyek ini masih berada dalam
secara tiba-tiba, Undang-Undang Penataan tahap penyesuaian, selain itu pembebasan
Ruang menyebutkan bahwa revisi bisa dilakukan lahan bagi proyek ini masih menghadapi
satu kali dalam 5 tahun. Sehingga tidak mudah berbagai kendala. Apabila proyek ini tetap
melakukan revisi terhadap RTRW yang sudah dijalankan, maka dalam hal pembangunan
terbit. Dengan keluarnya Perpres No. 26 Tahun berkelanjutan tidak akan tercapai. Seharusnya
2015, proyek pembangunan Kereta Api Cepat pemerintah mulai mengubah paradigma
ini telah mengesampingkan fungsi RTRW dalam merencanakan hingga melaksanakan
sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan pembangunannya agar menggunakan perspektif

Gambar 2. Ancaman Dampak Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Sumber: Wahana Lingkungan Hidup (WALHI), 2016

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 253
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

jangka panjang, mengedepankan pembangunan kebijakan dalam produk legislation berbentuk


yang berkelanjutan karena keberhasilan undang-undang. Kemudian dijabarkan dalam
pembangunan berkelanjutan ditentukan oleh suatu regulation sebagai produk hukum
kebijakan yang diambil oleh Pemerintah.18 pelaksanaan dari undang-undang. Produk
hukum pelaksanaan sistem perundang-
2. Upaya penegakan hukum penataan undangan di Indonesia dapat berbentuk
ruang dalam pembangunan Kereta Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Cepat Jakarta-Bandung Peraturan Menteri, dan/atau Peraturan
Mata rantai (regulatory chain) pengelolaan Daerah. Upaya melaksanakan kebijakan yang
lingkungan yang dijabarkan oleh R. Seerden. telah ditetapkan dalam legislasi dan regulasi
M. Heldeweg19 pengelolaan lingkungan meru- untuk mencegah pencemaran atau kerusakan
pakan mata rantai (regulatory chain) yang lingkungan hidup akibat kegiatan manusia, perlu
meliputi: legislation, regulation, issueing diatur kebijakan tentang perizinan. Kebijakan
permit, implementation, and enforcement yang tentang perizinan ini berfungsi sebagai sarana
digambarkan dalam skema di bawah ini: preventif. Pelaksanaan perizinan di bidang
lingkungan harus dikontrol atau diawasi
Gambar 3. Skema Pengelolaan Lingkungan sebagai upaya preventif dalam penegakan
hukum. Hal penting yang harus dilakukan untuk
meningkatkan kepatuhan masyarakat dan
pelaku usaha dalam melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan perizinan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah penegakan hukum20.
Penegakan hukum lingkungan merupakan
upaya untuk mencapai ketaatan terhadap
peraturan dan persyaratan dalam ketentuan
hukum lingkungan yang berlaku secara umum
dan individual, melalui pengawasan dan
penerapan sanksi administrasi, kepidanaan,
dan keperdataan. Pengertian ini sesuai dengan
pendapat Biezeveld tentang penegakan hukum
lingkungan yang terdiri atas beberapa aktivitas
Berdasarkan skema di atas, pengelolaan berikut:
lingkungan hidup dimulai dengan menetapkan

18
Amiruddin A Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir: Harmonisasi dalam Pembangunan
Berkelanjutan, (Bandung: Logoz Publishing, 2014), hlm. 60.
19
Bandingkan dengan Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
(Surabaya: Airlangga University Press, Cetakan III, 2003), hlm. 430.
20
Maradona, “Penegakan Hukum Lingkungan: Administrasi dan Pidana” dalam La Ode Syarif dan Andri Wibisana
(Editor), “Hukum Lingkungan: Teori, Legislasi dan Studi Kasus”, (USAID: 2015), hlm. 495.

254 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Environmental law enforcement can Penegakan hukum lingkungan dimulai


be defined as the application of legal dengan penaatan hukum lingkungan.
governmental powers to ensure compliance
with environmental regulations by means of: Penaatan dalam hukum lingkungan
diartikan sebagai “penerapan sepenuhnya
a. administrative supervision of the
compliance with environmental persyaratan lingkungan. Penaatan dapat
regulations (inspection) (= mainly dikatakan tercapai apabila semua persyaratan
preventive activity), lingkungan terpenuhi atau terlaksana oleh
b. administrative measures or sanction
in case of non compliance (= corrective subjek hukum lingkungan”.22 Perancangan
activity), persyaratan lingkungan menjadi sangat
c. criminal investigation in case presumed signifikan dalam penaatan hukum lingkungan
offences (= repressive activity),
karena persyaratan lingkungan mempengaruhi
d. criminal measures or sanction in case of
offences (= repressive activity), keberhasilan program pengelolaan lingkungan.
e. civil action (law suit) in case of Perancangan persyaratan lingkungan yang baik
(threatening) non compliance untuk menghasilkan penaatan yang efektif
(= preventive or corrective activity).
dan efisien dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan, antara lain : pendekatan atur dan
Berdasarkan pendapat di atas, maka
awasi, pendekatan atur diri sendiri, pendekatan
penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai
ekonomi, pendekatan perilaku dan pendekatan
sebagai penerapan instrumen-instrumen
tekanan publik.23
dan sanksi-sanksi dalam lapangan hukum
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
administrasi, hukum pidana dan hukum
merupakan salah satu instrumen penaatan
perdata. Ruang lingkup penegakan hukum
hukum lingkungan.24 Makna ‘strategis’ dalam
lingkungan hidup yang meliputi penegakan
KLHS utamanya karena kajian lingkungan
hukum administrasi, pidana dan perdata ini
tersebut dilaksanakan pada tahap awal dari
sudah dinormakan dalam 3 jenis undang-
proses perencanaan pembangunan. Pada
undang lingkungan hidup yang pernah berlaku
tahap awal proses pengambilan keputusan
di Indonesia. Ketiga undang-undang itu, yaitu
suatu Kebijakan, Rencana atau Program (KRP)
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang
terdapat berbagai alternative yang belum
Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup,
tertutup oleh keputusan tertentu. Dengan
yang dicabut dengan Undang-Undang No. 23
demikian, sebuah studi dampak lingkungan atas
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
KRP memberi kesempatan untuk memasukkan
Hidup dan terakhir dicabut dengan Undang-
aspek lingkungan hidup dalam proses
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
perencanaan pada tahap sangat awal sehingga
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup21.
dapat sepenuhnya memperkirakan dampak

21
Ibid.
22
Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan Kedua, 2009), hlm.139.
23
Ibid.
24
Bandingkan dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri dari salah
satunya ialah KLHS”.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 255
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

lingkungan potensial, termasuk yang bersifat Tata Ruang adalah salah satu instrumen
kumulatif jangka panjang dan sinergistik baik penaatan hukum lingkungan. Penerapan tata
pada tingkat lokal, regional, nasional, maupun ruang bertujuan mewujudkan keharmonisan
global. Dengan kata lain KLHS bergerak di bagian lingkungan alam dan lingkungan buatan,
hulu pengambilan keputusan, yaitu dalam KRP.25 mewujudkan keterpaduan penggunaan
Projek kereta api cepat dilakukan tanpa sumber daya alam dan sumber daya buatan
membuat KLHS terlebih dahulu, hal ini tidak serta melindungi fungsi ruang dan mencegah
sesuai dengan UUPPLH yang menyatakan bahwa dampak negatif terhadap lingkungan dalam
KLHS dibuat sebelum Kebijakan, Rencana dan pemanfaatan ruang. Berdasarkan pengertian
Program dilakukan. Kedudukan KLHS sendiri ini, tata ruang berfungsi sebagai pengendali
berbeda dengan AMDAL yang menjadi syarat dalam proses pemanfaatan ruang. Penetapan
bagi terbitnya izin lingkungan. KLHS hanya Tata Ruang ini dilakukan melalui proses
berfungsi untuk memastikan bahwa sebuah Perencanaan. Perencanaan merupakan objek
kebijakan, rencana maupun program berjalan dari hukum administrasi negara. Dalam
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan perspektif Hukum Administras negara, rencana
berkelanjutan. Hal ini memiliki kelebihan dikategorikan sebagai instrumen pemerintah
dan kekurangan. Kelebihannya adalah tidak yang sifat hukumnya berada di antara peraturan
ada batasan waktu dalam pelaksanaan KLHS, kebijaksanaan, peraturan perundang-undangan
meskipun undang-undang mengatur KLHS dan ketetapan26. Rencana merupakan
dilaksanakan di awal, tapi peraturan PP KLHS keseluruhan tindakan yang saling berkaitan
sendiri baru ditandatangani oleh Presiden di dari tata usaha negara yang mengupayakan
bulan Oktober 2016, sehingga dalam pedoman terlaksananya keadaan tertentu yang tertib27.
pelaksanaannya pada saat bergulirnya rencana Suatu rencana yang ditetapkan dalam suatu
Kereta Api Cepat belum ada, hal ini menjadi Undang-Undang memiiki kekuatan hukum yang
alasan tidak dilaksanakannya KLHS, meskipun tetap. Artinya pelanggaran terhadap rencana
demikian jika sebuah Kebijakan, Rencana tersebut merupakan pelanggaran hukum.
atau Program sudah dijalankan, KLHS bisa Undang-Undang Penataan Ruang mengatur
tetap dilaksanakan untuk memastikan bahwa tentang Perencanaan Ruang, Pemanfaatan
Kebijakan, Rencana dan Program tersebut Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan
menerapkan prinsip-prinsip Pembangunan Ruang. Aspek hukum administrasi, khususnya
Berkelanjutan. Di sisi lain, belum adanya perizinan menjadi aspek yang paling menonjol
sanksi bagi tidak dilakukannya KLHS juga dari Undang-Undang tersebut. Adapun jenis
membuat kedudukan KLHS sebagai instrumen pelanggaran di bidang penataan ruang terdapat
pengendalian lemah, karena seolah-olah dalam pasal-pasal sebagai berikut:
tidak ada kerugian bagi pemerintah jika tidak “Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang
melakukan KLHS. wajib: a. menaati rencana tata ruang yang

25
Chay Asdak, Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2012), hlm. 16.
26
Hasni, Op.Cit, hlm.9.
27
Ibid, hlm. 11.

256 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

telah ditetapkan; b. memanfaatkan ruang dari pejabat yang berwenang sebagaimana


sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari dimaksud dalam Pasal 61 huruf b, dipidana
pejabat yang berwenang; c. mematuhi dengan pidana penjara paling lama 3
ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan (tiga) tahun dan denda paling banyak
izin pemanfaatan ruang; dan d. memberikan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan (2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
peraturan perundang-undangan dinyatakan pada ayat (1) mengakibatkan perubahan
sebagai milik umum.”28 fungsi ruang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
Ketentuan dalam Pasal di atas, apabila paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
dilanggar akan dikenakan sanksi administratif.29 rupiah). (3) Jika tindak pidana sebagaimana
Sanksi administratif tersebut dapat berupa dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
kerugian terhadap harta benda atau
peringatan tertulis, penghentian sementara kerusakan barang, pelaku dipidana dengan
kegiatan, penghentian sementara pelayanan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
umum, penutupan lokasi, pencabutan izin, denda paling banyak Rp1.500.000.000,00
(satu miliar lima ratus juta rupiah). (4) Jika
pembatalan izin, pembongkaran bangunan,
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
pemulihan fungsi ruang; dan/atau denda ayat (1) mengakibatkan kematian orang,
administratif.30 pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
“Setiap orang yang tidak menaati rencana tata paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
ruang yang telah ditetapkan sebagaimana miliar rupiah).”32
dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, “Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan
dipidana dengan pidana penjara paling yang ditetapkan dalam persyaratan izin
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). dalam Pasal 61 huruf c, dipidana dengan
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan
pada ayat (1) mengakibatkan kerugian denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
terhadap harta benda atau kerusakan ratus juta rupiah).”33
barang, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan “Setiap orang yang tidak memberikan akses
denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 terhadap kawasan yang oleh peraturan
(satu miliar lima ratus juta rupiah). (3) Jika perundang-undangan dinyatakan sebagai
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada milik umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) mengakibatkan kematian orang, Pasal 61 huruf d, dipidana dengan pidana
pelaku dipidana dengan pidana penjara penjara paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima juta rupiah).”34
miliar rupiah).“31 “Setiap pejabat pemerintah yang berwenang
“Setiap orang yang memanfaatkan ruang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang rencana tata ruang sebagaimana dimaksud

28
Pasal 61 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
29
Bandingkan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
30
Bandingkan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
31
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
32
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
33
Pasal 71 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
34
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 257
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan bentuk penaatan hukum, dimana suatu proyek/
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun kegiatan di dalam melakukan pemanfaatan
dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).(2) Selain sanksi ruang, harus berdasarkan RTRW.
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat Walaupun demikian, keluarnya Perpres
(1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan No. 26 Tahun 2015 sebetulnya menyalahi
berupa pemberhentian secara tidak dengan
Undang-Undang, karena berisi perintah pada
hormat dari jabatannya.”35
kementerian dan pemerintahan daerah untuk
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana
melakukan suatu tindakan yang kewenangan
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71,
dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi, asalnya sudah diatur dalam Undang-Undang.
selain pidana penjara dan denda terhadap Secara umum, fungsi Peraturan Presiden adalah,
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan sebagai berikut37:
terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
1 menyelenggarakan pengaturan secara
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal umum dalam rangka penyelenggaraan
69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.(2) Selain kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4
pidana denda sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 UUD 1945);
ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa: a. pencabutan izin 2 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
usaha; dan/atau b. pencabutan status badan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
hukum.”36 yang tegas-tegas menyebutnya;
Dalam hal Kereta Api Jakarta-Bandung, tidak 3 menyelenggarakan pengaturan lebih
tercantumnya proyek ini dalam RTRW Kota/ lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Kabupaten bisa ditafsirkan sebagai tidak menaati Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. menyebutkannya.
Selain itu, kondisi ini juga bisa dikategorikan
sebagai pemanfaatan ruang yang tidak sesuai Perencanaan proyek seharusnya direnca-
dengan izin peruntukkannya. Unsur-unsur ini nakan melalui dokumen-dokumen perencanaan
merupakan unsur pelanggaran yang dapat seperti KLHS daan RTRW, sementara perpres
dikenakan sanksi administrasi dan pidana. bukanlah dokumen perencanaan dan mempu-
Meskipun demikian, unsur pelanggaran ini nyai fungsi yang berbeda serta telah disebutkan
menjadi hilang dikarenakan munculnya Perpres bahwa dalam perpres hanya mengatur lebih
No. 26 Tahun 2015, yang memerintahkan lanjut dalam PP atau Permen, bukan mengatur
setiap kepala daerah untuk mengakomodasi lagi apa yang telah diatur dalam UU. Peraturan
proyek kereta api Jakarta-Bandung ini dalam Presiden seharusnya tidak dijadikan alat untuk
RTRW-nya. Akibat adanya Perpres ini, setiap memaksakan kepentingan pusat dengan dalih
daerah melakukan penyesuaian Rencana Tata demi kepentingan pembangunan nasional. Hal
Ruang Wilayahnya. Penyesuaian ini, meskipun ini tentunya interpretasi yang terlalu jauh bagi
prosesnya terbalik bisa dikategorikan sebagai teori hukum sebagai sarana pembangunan.

35
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
36
Pasal 74 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
37
Pasal 6 TAP MPR No.III/MPR/2000.

258 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Substansi dari Perpres tersebut telah memaksa tentang izin lingkungan dan Permen LH nomor
pemerintah daerah untuk menyesuaikan 16 Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan
rencana pembangunan daerah dengan rencana dokumen Amdal. Hal ini diperkuat dalam diskusi
pembangunan pusat, hal ini bertentangan terbatas pembangunan Kereta Api Cepat pada
terlebih jika rencana pembangunan tersebut tanggal 5 dan 26 Oktober 2016, pembahas yang
tidak melalui tahapan yang seharusnya, hadir pada saat itu baik dari BPLHD, BAPPEDA,
sehingga dapat mengubah rencana-rencana Akademisi dan WALHI menyatakan bahwa
daerah yang lebih ramah lingkungan. pembuatan AMDAL dalam projek pembangunan
Dalam proyek pembangungan kereta cepat kereta api cepat ini dilakukan secara terburu-
Jakarta-Bandung ini berkaitan dengan fungsi buru dan dipaksakan. Sehingga dikhawatirkan
izin sebagai perencanaan sangat terlihat bahwa data-data dan pengukuran yang digunakan
sebelumnya proyek ini memang tidak ada kurang akurat. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam perencanaan pembangunan nasional prinsip kehati-hatian sebagai prinsip dasar
maupun daerah jawa barat. Selain itu, fungsi izin dalam pengelolaan lingkungan tidak digunakan
sebagai pengendalian pun dirasa cacat karena dalam pembuatan AMDAL yang menjadi dasar
keluarnya izin bahkan tidak melalui proses yang keluarnya izin lingkungan bagi projek kerata api
seharusnya dijelaskan oleh undang-undang. cepat tersebut.39
Dokumen lingkungan hidup Andal dalam
AMDAL Kereta Api Cepat hasil evaluasi dampak D. Penutup
menunjukkan bahwa terdapat dampak
Penataan ruang bertujuan untuk
penting bersifat negatif sebanyak 22 dampak
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
dan dampak yang bersifat positif sebanyak
produktif dan berkelanjutan berlandaskan
7 dampak, serta dampak tidak penting ada
wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
6 dampak.38 Instrumen pencegahan wajib
Oleh karena itu proses pembangunan dan
dibuat oleh pemerintah dan pemerintah
aktifitas kegiatan manusia lainnya yang terjadi
daerah karena memuat daya dukung dan daya
di dalam ruang wilayah tersebut diatur oleh
tampung Lingkungan hidup. Menurut WALHI,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Belum
penyusunan dokumen lingkungan hidup
masuknya Proyek Kereta JakartaBandung
(AMDAL) yang terlalu cepat akan berakibat pada
ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang
kesalahan penyusunan seperti : ruang lingkup
dilewati, menjadi hambatan bagi pelaksanaan
penyusunan AMDAL, keterlibatan masyarakat,
proyek ini dan menunjukkan bahwa pemerintah
dampak penting. Setidaknya ada 4 regulasi
masih belum konsisten dalam penerapan RTRW
yang berpotensi dilanggar yaitu undang-undang
sebagai dasar Pembangunan.
nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
Tata Ruang dalam hukum lingkungan
undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
merupakan instrumen penataan hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dalam rangka terselenggaranya pembangunan
Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012

38
Wawancara dengan Walhi Eksekutif Nasional, 28 Juli 2016.
39
Nadia Astriani dan Yusuf S Zamil, Op.Cit., hlm. 25.

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 259
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

berkelanjutan. Tata Ruang yang baik akan kepala daerah untuk mengakomodasi proyek
mewujudkan keharmonisan lingkungan kereta api Jakarta-Bandung ini dalam RTRW-
alam dan lingkungan buatan, keterpaduan nya. Keluarnya Perpres ini sebetulnya menyalahi
penggunaan sumber daya alam, sumber daya Undang-Undang, karena berisi perintah
buatan dan sumber daya manusia dalam pada kementerian dan pemerintahan daerah
pembangunan, dan melindungi serta mencegah melakukan suatu tindakan yang kewenangan
dampak negatif pembangunan (pemanfaatan asalnya sudah diatur dalam Undang-Undang.
ruang) terhadap lingkungan. Pembangunan Hal ini tentunya interpretasi yang terlalu jauh
Kereta Cepat seharusnya mengikuti RTRW yang bagi teori hukum sebagai sarana pembangunan.
telah ada, pada kenyataannya di lapangan, Peraturan Presiden bukanlah alat untuk
melalui Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun memaksakan kepentingan pusat dengan dalih
2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan demi kepentingan pembangunan nasional.
Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Sebaliknya pemerintah harus lebih konsisten
Jakarta dan Bandung, Presiden memerintahkan dalam memilih proyek yang sesuai dengan
Kepala Daerah yang daerahnya dilalui rencana yang telah ditetapkan.
proek Kereta Api cepat ini untuk melakukan
penyesuaian rencana tata ruang, Kota dan Daftar Pustaka
Kabupaten diharapkan menyesuaikan RTRW Buku
daerahnya dengan rencana pembangunan. Asdak, Chay, Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Penyesuaian dapat dilakukan melalui cara Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan,
revisi RTRW. Meskipun demikian revisi RTRW (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
juga tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba, 2012)
Danusaputro, Munadjat, Hukum Lingkungan, Buku 1
Undang-Undang Penataan Ruang menyebutkan : Umum, (Bandung: Binacipta, 1980)
bahwa revisi bisa dilakukan satu kali dalam 5 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan
tahun. Sehingga tidak mudah melakukan revisi Tanah: dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008)
terhadap RTRW yang sudah terbit. HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara,
Penegakan hukum dalam penataan ruang (Yogyakarta: UII-Press, 2003)
bertitik berat pada ketaatan terhadap Rencana Husin, Sukanda, Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan
Tata Ruang dan Perizinan. Dalam hal Kereta Api
Kedua, 2009)
Jakarta-Bandung, tidak tercantumnya proyek ini Imami, A Dajaan, Amiruddin, Hukum Penataan
dalam RTRW Kota/Kabupaten bisa ditafsirkan Ruang Kawasan Pesisir: Harmonisasi dalam
sebagai tidak menaati rencana tata ruang yang Pembangunan Berkelanjutan, (Bandung: Logoz
Publishing, 2014)
telah ditetapkan. Selain itu, kondisi ini juga bisa Rangkuti, Sundari, Siti, Hukum Lingkungan dan
dikategorikan sebagai pemanfaatan ruang yang Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, (Surabaya:
tidak sesuai dengan izin peruntukkannya. Unsur- Airlangga University Press, Cetakan III, 2003)
unsur ini merupakan unsur pelanggaran yang
Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian
dapat dikenakan sanksi administrasi dan pidana.
Meskipun demikian, unsur pelanggaran ini A Dajaan, Amiruddin et. al, “Perkembangan Hukum
Lingkungan Kini dan Masa Depan, Prosiding
menjadi hilang dikarenakan munculnya Perpres Seminar Nasional & Kongres Pembina Hukum
No. 26 Tahun 2015, yang memerintahkan setiap

260 Jurnal RechtsVinding, Vol. 6 No. 2, Agustus 2017, hlm. 243–261


Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

Lingkungan se – Indonesia”, (Bandung: Logoz, Internet


2013)
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat
Astriani, Nadia dan Yusuf S Zamil, Laporan Penelitian
(Walhi Jabar), “Catatan Akhir Tahun Ruang dan
Hibah Pengembangan Kompetensi Riset Dosen
Lingkungan Hidup Jawa Barat 2016: Krisis dan
Unpad, “Peran Instrumen Penataan Lingkungan
Darurat Bencana Ekologis di Jawa Barat”, http://
dalam Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-
www.walhijabar.org/2016/12/29/catatan-akhir-
Bandung”, (Bandung: 2016)
tahun-ruang-dan-lingkungan-hidup-jawa-barat-
Djajadiningrat, Surna T., ”Pembangunan
2016-krisis-dan-darurat-bencana-ekologis-di-
Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan”,
jawa-barat/ (diakses 29 Maret 2017)
Jurnal Hukum Lingkungan, (Jakarta: ICEL, 1994)
Kusumaatmadja, Mochtar, Fungsi dan Perkembangan
Hukum dalam Pembangunan Nasional dalam Peraturan
M Daud Silalahi “Pembangunan Berkelanjutan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
dalam rangka Pengelolaan (Termasuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang jo.
Perlindungan) Sumber Daya Alam yang Berbasis Lampiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Pembangunan Sosial dan Ekonomi”, (Bandung: Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Perda
2003) Nomor 9 Tahun 2008 tentang RPJPD Provinsi
Syarif, La Ode dan Andri Wibisana (Editor), “Hukum Jawa Barat Tahun 2005-2025
Lingkungan: Teori, Legislasi dan Studi Kasus”, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
(USAID: 2015) Penataan Ruang

Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 261
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017

”Halaman ini dikosongkan”

262 Jurnal RechtsVinding, Vol. 4 No. 2, Agustus 2015, hlm. 21-41

Anda mungkin juga menyukai