Nadia Astriani
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung
Email: nadia.astriani@unpad.ac.id
Yulinda Adharani
Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran
Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung
Email: yulinda.adharani@gmail.com
Naskah diterima: 14 Juni 2017; revisi: 4 Agustus 2017; disetujui: 8 Agustus 2017
Abstrak
Pembangunan infrastruktur harus dilakukan dengan mempertimbangkan pembangunan berkelanjutan serta
mengedepankan instrumen pencegahan dan/atau kerusakan lingkungan, hal ini berlaku pula terhadap proyek infrastruktur
pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung. Jika tidak, akan merusak lingkungan dan berdampak kepada kehidupan sosial
masyarakat sekitar. Penelitian ini akan membahas pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dalam kerangka penataan
ruang serta upaya penegakan hukum penataan ruangnya dengan menggunakan metode yuridis-normatif, hasil penelitian
menunjukan pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung seharusnya mengikuti kaidah hukum penataan ruang,
dimana sebuah rencana pemanfaatan ruang harus dicantumkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Tidak
tercantumnya proyek ini dalam RTRW Kota/Kabupaten berarti tidak menaati RTRW yang ditetapkan. Selain itu, kondisi ini
juga bisa dikategorikan sebagai pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya, sehingga merupakan unsur
pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi administrasi dan pidana. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembangunan,
Pemerintah harus lebih konsisten dalam memilih proyek yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Kata Kunci: infrastruktur, penegakan hukum, penataan ruang
Abstract
Infrastructure development must consider sustainable development principle and emphsize preventions of environmental
damages instrument. This terms should also applied in Jakarta-Bandung rapid train projects. Without considering this,
there may be environment damage and impact to the social of the society around. This research will discuss construction of
the Jakarta-Bandung rapid train in terms of spatial planning as well as the law enforcement it self. Using juridical normative
method this research result show thats construction of Jakarta–Bandung rapid train projects should follow spatial planning
regulation. Law enforcement in spatial planning is focused on compliance with spatial plan and permit (RTRW). If the
projects are not listed in the RTRW, it means that they do not adhere to the plan and implementing such projects, may lead
to administrative and criminal sanctions. In terms of development, the government should be more consistent in choosing
projects which are in line with the RTRW that had been set.
Keywords: infrastructure, law enforcement, spatial planning
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 243
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
1
Surna T. Djajadiningrat, ”Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan”, Jurnal Hukum Lingkungan,
(Jakarta: ICEL, 1994).
2
Amiruddin A Dajaan et. al, “Perkembangan Hukum Lingkungan Kini dan Masa Depan”, Prosiding Seminar
Nasional & Kongres Pembina Hukum Lingkungan se – Indonesia, (Bandung: Logoz, 2013), hlm. 9-10.
3
Ibid., hlm 46.
4
Bappenas, Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang (PJP) Tahun 2005 – 2025, (Jakarta: Bappenas, 2005),
hlm. 40.
5
Lihat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-
2025.
itu, pemerintah daerah dalam melakukan Propinsi Jawa Barat menjadi wilayah
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka pembangunan infrastruktur skala besar. Hal ini
Panjang Daerah (RPJPD) wajib mengacu kepada dapat dilihat dari Rencana Pembangunan Jangka
RPJP Nasional ini sebagai satu kesatuan sistem. Menengah Nasional (RPJMN) dan Peraturan
Rincian program pembangunan nasional Presiden Nomor 3 Tahun 2015 tentang Proyek
dan program pembangunan daerah Strategis Nasional yang diperkuat dengan
sebagaimana dimaksud, meliputi: bidang Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016
sosial budaya dan kehidupan beragama, tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, Pembangunan infrastruktur skala besar yang
politik, pertahanan dan keamanan, hukum dimaksud ialah seperti bendungan, waduk,
dan aparatur, pembangunan wilayah dan tata jalan tol, bandar udara, kereta cepat Jakarta-
ruang, penyediaan sarana dan prasarana, Bandung, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
serta pengelolaan sumber daya alam (SDA) pelabuhan, dan bandara. Tercatat sekitar 29
dan lingkungan hidup.6 Pembangunan daerah proyek infrastruktur skala besar akan dibangun
merupakan bagian integral dari pembangunan di wilayah rentan Jawa Barat.7
nasional. Pembangunan nasional dan Dampak positif dari pembangunan
pembangunan daerah yang telah dilaksanakan, infrastruktur antara lain adalah meningkatnya
di satu sisi telah menunjukkan kemajuan kesejahteraan rakyat serta pendapatan daerah
di berbagai bidang kehidupan masyarakat. tersebut. Kebutuhan akan pembangunan
Namun di sisi lain, ketersediaan sumber daya infrastruktur berbanding lurus dengan
alam secara kuantitas ataupun kualitas tidak peningkatan jumlah penduduk sehingga
merata, sedangkan kegiatan pembangunan semakin bertambahnya penduduk maka
membutuhkan sumber daya alam yang kebutuhan akan ketersediaan infrastruktur
semakin meningkat. Sementara itu, kegiatan juga akan meningkat. Selain mempunyai
pembangunan yang dilakukan juga mengandung dampak positif, pembangunan infrastruktur
risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan juga mempunyai dampak negatif. Salah satunya
lingkungan. Kondisi ini dapat mengakibatkan bagi kelestarian fungsi lingkungan, diantaranya
daya dukung, daya tampung, dan produktivitas dengan berkurangnya sumber daya alam akibat
lingkungan hidup menurun serta pada akhirnya eksploitasi yang berlebihan, pencemaran udara
menjadi permasalahan termasuk dampak akibat polusi industri, dan pembangunan
pembangunan terhadap manusia dan makhluk infrastruktur perekonomian yang identik
hidup lainnya. dengan perusakan lingkungan.
6
Lihat Lampiran Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang jo.
Lampiran Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan Perda Nomor 9
Tahun 2008 tentang RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025.
7
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jawa Barat (Walhi Jabar), “Catatan Akhir Tahun Ruang dan Lingkungan Hidup
Jawa Barat 2016: Krisis dan Darurat Bencana Ekologis di Jawa Barat”, http://www.walhijabar.org/2016/12/29/
catatan-akhir-tahun-ruang-dan-lingkungan-hidup-jawa-barat-2016-krisis-dan-darurat-bencana-ekologis-di-
jawa-barat/ (diakses 29 Maret 2017).
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 245
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
8
Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional dalam M Daud
Silalahi “Pembangunan Berkelanjutan dalam rangka Pengelolaan (Termasuk Perlindungan) Sumber Daya Alam
yang Berbasis Pembangunan Sosial dan Ekonomi”, (Bandung: 2003), hlm. 5.
9
Lihat Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
oleh Presiden di bulan Oktober 2016, sehingga tampung lingkungan hidup tidak diperbolehkan
dalam pedoman pelaksanaannya pada saat lagi. Dalam Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang
bergulirnya rencana Kereta cepat Jakarta- Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Bandung belum ada, hal ini menjadi alasan tidak dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan
dilaksanakannya KLHS, meskipun demikian jika bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
sebuah Kebijakan, Rencana atau Program sudah wajib membuat KLHS untuk memastikan
dijalankan, KLHS bisa tetap dilaksanakan untuk bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan
memastikan bahwa Kebijakan, Rencana dan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
Program tersebut menerapkan prinsip-prinsip pembangunan suatu wilayah dan/atau
Pembangunan Berkelanjutan. Di sisi lain, kebijakan, rencana, dan/atau program.
belum adanya sanksi bagi tidak dilakukannya Selain KLHS, penataan lingkungan perlu
KLHS juga membuat kedudukan KLHS sebagai memperhatikan Rencana Tata Ruang yang lebih
instrumen pengendalian lemah, karena seolah- rinci, yaitu RTRW Kabupaten/Kota atau RDTR
olah tidak ada kerugian bagi pemerintah jika Kabupaten/Kota, yang telah mencantumkan
tidak melakukan KLHS.10 pula peraturan zonasi yang lebih detail, sesuai
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) karakteristik wilayah. Pembangunan harusnya
merupakan salah satu instrumen pencegahan didasarkan pada perencanaan tata ruang,
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan memperhatikan dan mematuhi pola dan fungsi
hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun ruang agar pemanfaatan, pengendalian dan
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan evaluasi pembangunan bisa terukur dengan
Lingkungan Hidup mewajibkan Pemerintah mempertimbangkan kondisi ekonomi, sosial,
dan pemerintah daerah untuk membuat budaya dan lingkungan hidup. Pembangunan
kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) untuk Kereta cepat Jakarta-Bandung seharusnya
memastikan bahwa prinsip pembangunan mengikuti RTRW yang telah ada, pada
berkelanjutan telah menjadi dasar dan kenyataannya di lapangan, melalui Peraturan
terintegrasi dalam pembangunan suatu Presiden (perpres) nomor 26 tahun 2015
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ tentang percepatan penyelenggaraan prasarana
atau program. Dengan perkataan lain, hasil dan sarana Kereta cepat Jakarta-Bandung antara
KLHS harus dijadikan dasar bagi kebijakan, Jakarta dan Bandung, Presiden memerintahkan
rencana dan/atau program pembangunan Kepala Daerah yang daerahnya dilalui proyek
dalam suatu wilayah. Apabila hasil KLHS Kereta cepat Jakarta-Bandung ini untuk
menyatakan bahwa daya dukung dan daya melakukan penyesuaian rencana tata ruang Kota
tampung sudah terlampaui, kebijakan, rencana, dan Kabupaten diharapkan menyesuaikan RTRW
dan/atau program pembangunan tersebut Daerahnya dengan rencana pembangunan.
wajib diperbaiki sesuai dengan rekomendasi Penyesuaian dapat dilakukan melalui cara
KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan revisi RTRW. Meskipun demikian revisi RTRW
yang telah melampaui daya dukung dan daya juga tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba,
10
Nadia Astriani, Laporan Penelitian Hibah Pengembangan Kompetensi Riset Dosen Unpad, “Peran Instrumen
Penaatan Lingkungan dalam Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung”, (Bandung: 2016), hlm. 18.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 247
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
11
Ibid., hlm. 20.
12
Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku 1 : Umum, (Bandung: Binacipta, 1980), hlm. 7.
13
Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah: dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2008), hlm. 4.
14
Bandingkan dengan Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII-Press, 2003), hlm. 144-145.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 249
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
15
Lihat Penjelasan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
menyangkut kepentingan nasional dan/atau di sepanjang jalur trase, seperti TOD Halim,
provinsi, dikoordinasikan dengan Gubernur.” Karawang, Tegal Luar dan Walini.
Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta- Pembangunan Infrastruktur di Jawa Barat
Bandung Jakarta – Bandung ini merupakan masuk ke dalam Misi Keempat Pemerintah
proyek kerja sama antara Chinese Enterprises Jawa Barat, yaitu: Mewujudkan Jawa Barat
Consortium yang terdiri dari 9 perusahaan yang nyaman dan Pembangunan Infrastruktur
(yang dpimpin oleh China Railway Co, Ltd) dan Strategis yang berkelanjutan. Dalam RPJMD
Konsorsium Indonesia yang terdiri 8 perusahaan Jawa Barat tahun 2013-2018, pembangunan
BUMN, yaitu : PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk infrastruktur transportasi perhubungan
– PT. WIKA sebagai Pimpinan, PT. Kereta Api dilakukan dalam rangka peningkatan
Indonesia (PT. KAI), PT. Jasa Marga (Persero) pelayanan pergerakan orang dan barang
Tbk, PT. Perkebunan Nusantara (Persero) VIII serta mengembangkan sistem transportasi
(PT. PN VIII), PT. Industri Kereta Api (Persero) publik regional yang nyaman. Salah satu
(INKA), PT. Len Industri (Persero) (LEN), PT. arahan kebijakan bidang perhubungan adalah
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PP) pengembangan sistem transportasi darat dan
dan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Proyek perkeretaapian serta sistem transportasi massal
ini digagas oleh pemerintah pusat, dalam (Mass Rapid Transport). Proyek Kereta Cepat
rangka pembangunan dan pengembangan Jakarta-Bandung, masih sejalan dengan rencana
kawasan. Dengan panjang jalur trase mencapai pembangunan infrastruktur di Jawa Barat,
145 km, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung meskipun demikian Proyek ini baru muncul
hasil kerjasama Indonesia-China ini akan setelah RTRW Jawa Barat dan RTRW wilayah
melintasi 9 kabupaten dan kota, 83 kelurahan terkait ditetapkan. Akibatnya proyek ini tidak
dan desa. Terdapat 4 (empat) Transit Oriented ada dalam perencanaan pemanfaatan ruang di
Development (TOD) yang akan dikembangkan Jawa Barat.
Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, 2016
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 251
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
16
Penjelasan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Jawa Barat pada FGD tanggal 5 Oktober
2016 di Fakultas Hukum Unpad.
17
Penjelasan WALHI Jawa Barat pada FGD tanggal 5 Oktober 2016 di Fakultas Hukum Unpad.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 253
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
18
Amiruddin A Dajaan Imami, Hukum Penataan Ruang Kawasan Pesisir: Harmonisasi dalam Pembangunan
Berkelanjutan, (Bandung: Logoz Publishing, 2014), hlm. 60.
19
Bandingkan dengan Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,
(Surabaya: Airlangga University Press, Cetakan III, 2003), hlm. 430.
20
Maradona, “Penegakan Hukum Lingkungan: Administrasi dan Pidana” dalam La Ode Syarif dan Andri Wibisana
(Editor), “Hukum Lingkungan: Teori, Legislasi dan Studi Kasus”, (USAID: 2015), hlm. 495.
21
Ibid.
22
Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan Kedua, 2009), hlm.139.
23
Ibid.
24
Bandingkan dengan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri dari salah
satunya ialah KLHS”.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 255
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
lingkungan potensial, termasuk yang bersifat Tata Ruang adalah salah satu instrumen
kumulatif jangka panjang dan sinergistik baik penaatan hukum lingkungan. Penerapan tata
pada tingkat lokal, regional, nasional, maupun ruang bertujuan mewujudkan keharmonisan
global. Dengan kata lain KLHS bergerak di bagian lingkungan alam dan lingkungan buatan,
hulu pengambilan keputusan, yaitu dalam KRP.25 mewujudkan keterpaduan penggunaan
Projek kereta api cepat dilakukan tanpa sumber daya alam dan sumber daya buatan
membuat KLHS terlebih dahulu, hal ini tidak serta melindungi fungsi ruang dan mencegah
sesuai dengan UUPPLH yang menyatakan bahwa dampak negatif terhadap lingkungan dalam
KLHS dibuat sebelum Kebijakan, Rencana dan pemanfaatan ruang. Berdasarkan pengertian
Program dilakukan. Kedudukan KLHS sendiri ini, tata ruang berfungsi sebagai pengendali
berbeda dengan AMDAL yang menjadi syarat dalam proses pemanfaatan ruang. Penetapan
bagi terbitnya izin lingkungan. KLHS hanya Tata Ruang ini dilakukan melalui proses
berfungsi untuk memastikan bahwa sebuah Perencanaan. Perencanaan merupakan objek
kebijakan, rencana maupun program berjalan dari hukum administrasi negara. Dalam
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan perspektif Hukum Administras negara, rencana
berkelanjutan. Hal ini memiliki kelebihan dikategorikan sebagai instrumen pemerintah
dan kekurangan. Kelebihannya adalah tidak yang sifat hukumnya berada di antara peraturan
ada batasan waktu dalam pelaksanaan KLHS, kebijaksanaan, peraturan perundang-undangan
meskipun undang-undang mengatur KLHS dan ketetapan26. Rencana merupakan
dilaksanakan di awal, tapi peraturan PP KLHS keseluruhan tindakan yang saling berkaitan
sendiri baru ditandatangani oleh Presiden di dari tata usaha negara yang mengupayakan
bulan Oktober 2016, sehingga dalam pedoman terlaksananya keadaan tertentu yang tertib27.
pelaksanaannya pada saat bergulirnya rencana Suatu rencana yang ditetapkan dalam suatu
Kereta Api Cepat belum ada, hal ini menjadi Undang-Undang memiiki kekuatan hukum yang
alasan tidak dilaksanakannya KLHS, meskipun tetap. Artinya pelanggaran terhadap rencana
demikian jika sebuah Kebijakan, Rencana tersebut merupakan pelanggaran hukum.
atau Program sudah dijalankan, KLHS bisa Undang-Undang Penataan Ruang mengatur
tetap dilaksanakan untuk memastikan bahwa tentang Perencanaan Ruang, Pemanfaatan
Kebijakan, Rencana dan Program tersebut Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan
menerapkan prinsip-prinsip Pembangunan Ruang. Aspek hukum administrasi, khususnya
Berkelanjutan. Di sisi lain, belum adanya perizinan menjadi aspek yang paling menonjol
sanksi bagi tidak dilakukannya KLHS juga dari Undang-Undang tersebut. Adapun jenis
membuat kedudukan KLHS sebagai instrumen pelanggaran di bidang penataan ruang terdapat
pengendalian lemah, karena seolah-olah dalam pasal-pasal sebagai berikut:
tidak ada kerugian bagi pemerintah jika tidak “Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang
melakukan KLHS. wajib: a. menaati rencana tata ruang yang
25
Chay Asdak, Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2012), hlm. 16.
26
Hasni, Op.Cit, hlm.9.
27
Ibid, hlm. 11.
28
Pasal 61 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
29
Bandingkan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
30
Bandingkan Pasal 63 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
31
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
32
Pasal 70 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
33
Pasal 71 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
34
Pasal 72 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 257
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan bentuk penaatan hukum, dimana suatu proyek/
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun kegiatan di dalam melakukan pemanfaatan
dan denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).(2) Selain sanksi ruang, harus berdasarkan RTRW.
pidana sebagaimana dimaksud pada ayat Walaupun demikian, keluarnya Perpres
(1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan No. 26 Tahun 2015 sebetulnya menyalahi
berupa pemberhentian secara tidak dengan
Undang-Undang, karena berisi perintah pada
hormat dari jabatannya.”35
kementerian dan pemerintahan daerah untuk
“Dalam hal tindak pidana sebagaimana
melakukan suatu tindakan yang kewenangan
dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71,
dan Pasal 72 dilakukan oleh suatu korporasi, asalnya sudah diatur dalam Undang-Undang.
selain pidana penjara dan denda terhadap Secara umum, fungsi Peraturan Presiden adalah,
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan sebagai berikut37:
terhadap korporasi berupa pidana denda
dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana
1 menyelenggarakan pengaturan secara
denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal umum dalam rangka penyelenggaraan
69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72.(2) Selain kekuasaan pemerintahan. (sesuai Pasal 4
pidana denda sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 UUD 1945);
ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana
tambahan berupa: a. pencabutan izin 2 menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut
usaha; dan/atau b. pencabutan status badan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
hukum.”36 yang tegas-tegas menyebutnya;
Dalam hal Kereta Api Jakarta-Bandung, tidak 3 menyelenggarakan pengaturan lebih
tercantumnya proyek ini dalam RTRW Kota/ lanjut ketentuan lain dalam Peraturan
Kabupaten bisa ditafsirkan sebagai tidak menaati Pemerintah meskipun tidak tegas-tegas
rencana tata ruang yang telah ditetapkan. menyebutkannya.
Selain itu, kondisi ini juga bisa dikategorikan
sebagai pemanfaatan ruang yang tidak sesuai Perencanaan proyek seharusnya direnca-
dengan izin peruntukkannya. Unsur-unsur ini nakan melalui dokumen-dokumen perencanaan
merupakan unsur pelanggaran yang dapat seperti KLHS daan RTRW, sementara perpres
dikenakan sanksi administrasi dan pidana. bukanlah dokumen perencanaan dan mempu-
Meskipun demikian, unsur pelanggaran ini nyai fungsi yang berbeda serta telah disebutkan
menjadi hilang dikarenakan munculnya Perpres bahwa dalam perpres hanya mengatur lebih
No. 26 Tahun 2015, yang memerintahkan lanjut dalam PP atau Permen, bukan mengatur
setiap kepala daerah untuk mengakomodasi lagi apa yang telah diatur dalam UU. Peraturan
proyek kereta api Jakarta-Bandung ini dalam Presiden seharusnya tidak dijadikan alat untuk
RTRW-nya. Akibat adanya Perpres ini, setiap memaksakan kepentingan pusat dengan dalih
daerah melakukan penyesuaian Rencana Tata demi kepentingan pembangunan nasional. Hal
Ruang Wilayahnya. Penyesuaian ini, meskipun ini tentunya interpretasi yang terlalu jauh bagi
prosesnya terbalik bisa dikategorikan sebagai teori hukum sebagai sarana pembangunan.
35
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
36
Pasal 74 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
37
Pasal 6 TAP MPR No.III/MPR/2000.
Substansi dari Perpres tersebut telah memaksa tentang izin lingkungan dan Permen LH nomor
pemerintah daerah untuk menyesuaikan 16 Tahun 2012 tentang pedoman penyusunan
rencana pembangunan daerah dengan rencana dokumen Amdal. Hal ini diperkuat dalam diskusi
pembangunan pusat, hal ini bertentangan terbatas pembangunan Kereta Api Cepat pada
terlebih jika rencana pembangunan tersebut tanggal 5 dan 26 Oktober 2016, pembahas yang
tidak melalui tahapan yang seharusnya, hadir pada saat itu baik dari BPLHD, BAPPEDA,
sehingga dapat mengubah rencana-rencana Akademisi dan WALHI menyatakan bahwa
daerah yang lebih ramah lingkungan. pembuatan AMDAL dalam projek pembangunan
Dalam proyek pembangungan kereta cepat kereta api cepat ini dilakukan secara terburu-
Jakarta-Bandung ini berkaitan dengan fungsi buru dan dipaksakan. Sehingga dikhawatirkan
izin sebagai perencanaan sangat terlihat bahwa data-data dan pengukuran yang digunakan
sebelumnya proyek ini memang tidak ada kurang akurat. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam perencanaan pembangunan nasional prinsip kehati-hatian sebagai prinsip dasar
maupun daerah jawa barat. Selain itu, fungsi izin dalam pengelolaan lingkungan tidak digunakan
sebagai pengendalian pun dirasa cacat karena dalam pembuatan AMDAL yang menjadi dasar
keluarnya izin bahkan tidak melalui proses yang keluarnya izin lingkungan bagi projek kerata api
seharusnya dijelaskan oleh undang-undang. cepat tersebut.39
Dokumen lingkungan hidup Andal dalam
AMDAL Kereta Api Cepat hasil evaluasi dampak D. Penutup
menunjukkan bahwa terdapat dampak
Penataan ruang bertujuan untuk
penting bersifat negatif sebanyak 22 dampak
mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman,
dan dampak yang bersifat positif sebanyak
produktif dan berkelanjutan berlandaskan
7 dampak, serta dampak tidak penting ada
wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
6 dampak.38 Instrumen pencegahan wajib
Oleh karena itu proses pembangunan dan
dibuat oleh pemerintah dan pemerintah
aktifitas kegiatan manusia lainnya yang terjadi
daerah karena memuat daya dukung dan daya
di dalam ruang wilayah tersebut diatur oleh
tampung Lingkungan hidup. Menurut WALHI,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Belum
penyusunan dokumen lingkungan hidup
masuknya Proyek Kereta JakartaBandung
(AMDAL) yang terlalu cepat akan berakibat pada
ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang
kesalahan penyusunan seperti : ruang lingkup
dilewati, menjadi hambatan bagi pelaksanaan
penyusunan AMDAL, keterlibatan masyarakat,
proyek ini dan menunjukkan bahwa pemerintah
dampak penting. Setidaknya ada 4 regulasi
masih belum konsisten dalam penerapan RTRW
yang berpotensi dilanggar yaitu undang-undang
sebagai dasar Pembangunan.
nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang,
Tata Ruang dalam hukum lingkungan
undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang
merupakan instrumen penataan hukum
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
dalam rangka terselenggaranya pembangunan
Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012
38
Wawancara dengan Walhi Eksekutif Nasional, 28 Juli 2016.
39
Nadia Astriani dan Yusuf S Zamil, Op.Cit., hlm. 25.
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 259
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017
berkelanjutan. Tata Ruang yang baik akan kepala daerah untuk mengakomodasi proyek
mewujudkan keharmonisan lingkungan kereta api Jakarta-Bandung ini dalam RTRW-
alam dan lingkungan buatan, keterpaduan nya. Keluarnya Perpres ini sebetulnya menyalahi
penggunaan sumber daya alam, sumber daya Undang-Undang, karena berisi perintah
buatan dan sumber daya manusia dalam pada kementerian dan pemerintahan daerah
pembangunan, dan melindungi serta mencegah melakukan suatu tindakan yang kewenangan
dampak negatif pembangunan (pemanfaatan asalnya sudah diatur dalam Undang-Undang.
ruang) terhadap lingkungan. Pembangunan Hal ini tentunya interpretasi yang terlalu jauh
Kereta Cepat seharusnya mengikuti RTRW yang bagi teori hukum sebagai sarana pembangunan.
telah ada, pada kenyataannya di lapangan, Peraturan Presiden bukanlah alat untuk
melalui Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun memaksakan kepentingan pusat dengan dalih
2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan demi kepentingan pembangunan nasional.
Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Sebaliknya pemerintah harus lebih konsisten
Jakarta dan Bandung, Presiden memerintahkan dalam memilih proyek yang sesuai dengan
Kepala Daerah yang daerahnya dilalui rencana yang telah ditetapkan.
proek Kereta Api cepat ini untuk melakukan
penyesuaian rencana tata ruang, Kota dan Daftar Pustaka
Kabupaten diharapkan menyesuaikan RTRW Buku
daerahnya dengan rencana pembangunan. Asdak, Chay, Kajian Lingkungan Hidup Strategis:
Penyesuaian dapat dilakukan melalui cara Jalan Menuju Pembangunan Berkelanjutan,
revisi RTRW. Meskipun demikian revisi RTRW (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
juga tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba, 2012)
Danusaputro, Munadjat, Hukum Lingkungan, Buku 1
Undang-Undang Penataan Ruang menyebutkan : Umum, (Bandung: Binacipta, 1980)
bahwa revisi bisa dilakukan satu kali dalam 5 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan
tahun. Sehingga tidak mudah melakukan revisi Tanah: dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2008)
terhadap RTRW yang sudah terbit. HR, Ridwan, Hukum Administrasi Negara,
Penegakan hukum dalam penataan ruang (Yogyakarta: UII-Press, 2003)
bertitik berat pada ketaatan terhadap Rencana Husin, Sukanda, Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan
Tata Ruang dan Perizinan. Dalam hal Kereta Api
Kedua, 2009)
Jakarta-Bandung, tidak tercantumnya proyek ini Imami, A Dajaan, Amiruddin, Hukum Penataan
dalam RTRW Kota/Kabupaten bisa ditafsirkan Ruang Kawasan Pesisir: Harmonisasi dalam
sebagai tidak menaati rencana tata ruang yang Pembangunan Berkelanjutan, (Bandung: Logoz
Publishing, 2014)
telah ditetapkan. Selain itu, kondisi ini juga bisa Rangkuti, Sundari, Siti, Hukum Lingkungan dan
dikategorikan sebagai pemanfaatan ruang yang Kebijaksanaan Lingkungan Nasional, (Surabaya:
tidak sesuai dengan izin peruntukkannya. Unsur- Airlangga University Press, Cetakan III, 2003)
unsur ini merupakan unsur pelanggaran yang
Makalah/Artikel/Laporan/Hasil Penelitian
dapat dikenakan sanksi administrasi dan pidana.
Meskipun demikian, unsur pelanggaran ini A Dajaan, Amiruddin et. al, “Perkembangan Hukum
Lingkungan Kini dan Masa Depan, Prosiding
menjadi hilang dikarenakan munculnya Perpres Seminar Nasional & Kongres Pembina Hukum
No. 26 Tahun 2015, yang memerintahkan setiap
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung ... (Nadia Astriani & Yulinda Adharani) 261
Volume 6, Nomor 2, Agustus 2017