Disusun Oleh :
20194010165
Pembimbing :
SMF BEDAH
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Oleh :
2 of 24
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. G
Usia : 5 tahun
ANAMNESIS
Keluhan utama :
- Pasien dibawa ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan nyeri perut sejak malam
sebelumnya disertai batuk.
- Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit bawaan seperti diabetes mellitus, hipertensi
dan penyakit sistem cardiovaskular, asma, dan lain-lain.
ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : pusing (-), nyeri kepala (-)
3 of 24
b. Sistem integumentum : tidak ada keluhan
c. Sistem muskuloskeletal : tidak ada keluhan
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (+), BAB (-)
e. Sistem urinaria : BAK normal tidak ada keluhan
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (+)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PRIMARY SURVEY
a. Aiway : Jalan nafas clear, tidak ada sumbatan, berbicara lancar
Look : Jejas (-)
Listen : Vesikuler
Feel : Letak trachea tidak bergeser
b. Breathing : Baik
c. Circulation : Tidak terdapat tanda shock (TD: 100/65, N: 101x/m)
PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : Cukup, menangis kesakitan
Kesadaran : Compos mentis , E4V5M6
Vital sign :
Tekanan darah : 100/65 mmHg
RR : 20x/menit
Nadi : 101x /menit
Suhu : 36,6 C
Pemeriksaan kepala :
- Mata : pupil : isokor 3mm/3mm
CA (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
4 of 24
Pemeriksaan thorax :
- Inspeksi : Jejas (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Wheezing (-) ronkhi (-)
Pemeriksaan abdomen :
- Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
- Auskultasi : BU (+) dbn
- Perkusi : timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (+), abdomen supel
Pemeriksaan genital dan regio inguinal :
- Pembesaran skrotum (-)
- Pembesaran kelenjar limfe inguinal (-)
- Benjolan (-)
Pemeriksaan status lokalis urologi :
Regio Suprapubic :
Regio Flank :
5 of 24
- Pasien dibawa ke IGD RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan nyeri perut di regio um-
bilikal sejak malam sebelumnya disertai batuk. pasien memiliki riwayat rawat inap
dengan keluhan yang sama 3x.
Diagnosis sementara:
Abdominal pain ec. susp. invaginasi
Diagnosis banding:
Appendisitis
6 of 24
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah
NILAI
PARAMETER HASIL SATUAN KETERANGAN
NORMAL
HMT (Hematokrit) 37 % 33 - 45 -
MCV 74 fL 69 - 93 -
MCH 25 pg 22 - 34 -
MCHC 34 g/dL 32 - 36 -
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 68,00 % 50 – 70 -
Limfosit 20,00 % 25 – 40 L
7 of 24
Hasil pemeriksaan USG Urologi (03-01-2020)
Kesan :
- Lesi inhomogen di proyeksi epigastrium hingga lumbar dextra, mengarah gambaran in-
vaginasi colocolica
- Appendikx tervisualisasi dengan morfologi normal
- Tak tampak kelainan pada kedua ren dan vesika urinaria
Diagnosis Kerja
Abdominal pain ec. invaginasi colocolika
Penatalaksanaan
NGT
Farmakoterapi
• Injeksi Cefotaxime 1 gr / 12 jam
• Injeksi Ketorolac 10 mg / 8 jam
• Infus Frutolit
8 of 24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nyeri pada perut dalah salah satu keluhan yang menonjol pada gawat abdo-
men. Nyeri perut bisa berupa nyeri viseral maupun somatik. Nyeri viseral terjadi bila
terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut, misalnya karena
cidera atau radang. Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak nyeri
sehingga biasaya menggunakan telapak tangan untuk menunjuk daerah yang nyeri. Se-
dangkan nyeri somatik adalah nyeri yang terjadi karena rangsangan pada bagian yang
dipersarafi oleh saraf tepi, misalnya regangan pada peritonium parietal dan luka pada
dinding perut. Abdominal pain atau nyeri di bagian perut bisa disebabkan oleh berbagai
macam penyebab, salah satunya adalah obstruksi usus. Invaginasi merupakan salah satu
penyebab spesifik dari obstruksi usus. Invaginasi adalah masuknya salah satu bagian
ke bagian yang lain atau invaginatio dari salah satu bagian usus kedalam lumen dan
bergabung dengan bagian tersebut. Biasanya bagian proksimal masuk ke distal, jarang
terjadi sebaliknya. Bagian usus yang masuk (menginvaginasi) disebut intussusceptum
dan bagian yang menerima intussusceptum (diinvaginasi) disebut intussuscipiens. In-
vaginasi merupakan salah satu yang termasuk ke dalam nyeri viseral, karena nyeri yang
disebabkan adalah nyeri kolik akibat spasme otot polos organ berongga (dalam hal ini
adalah usus). Nyeri kolik ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding
saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik yang dirasakan hilang timbul.
B. Anatomi
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara to-
raks dan pelvis. rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding abdomen yang ter-
bentuk dari dari otot abdomen, columna vertebralis, dan tulang ilium. Untuk membantu
menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling sering dipakai adalah pembagian ab-
domen oleh dua buah bidang bayangan horizontal dan dua bidang bayangan vertikal.
Bidang bayangan tersebut membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan dae-
rah (regiones). Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang ra-
wan iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua bidang
9 of 24
lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga kedelapan hingga
ke pertengahan ligamentum inguinale. Regio abdomen tersebut adalah:
1. hypocondriaca dextra
2. epigastrica
3. hypocondriaca sinistra
4. lumbalis dextra
5. umbilical
6. lumbalis sinistra
7. inguinalis dextra
8. pubica/hipogastrica
9. inguinalis sinistra
Gambar 1. Pembagian anatomi abdomen berdasarkan lokasi organ yang ada di da-
lamnya
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ : lobus kanan hati, kantung empedu, seba-
gian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian ginjal kanan dan kelenjar supra-
renal kanan.
10 of 24
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan sebagian dari
hepar.
4. Lumbalis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kanan, se-
bagian duodenum dan jejenum.
6. Lumbalis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal kiri, seba-
gian jejenum dan ileum.
7. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter
kanan.
8. Pubica/Hipogastric meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada ke-
hamilan).
9. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium kiri.
11 of 24
Berisi rektum, kandung kencing, pembuluh darah iliaka, dan organ reproduksi interna
pada wanita.
C. Fisiologi
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap dan jalan masuk untuk system
pencernaan yang berakhir di anus. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan
sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh
gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi ba-
gian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan mem-
bungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mu-
lai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan (Faring)
12 of 24
laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring,
bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu
kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang ber-
kontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan
prekusor pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel lambung
dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan suasana yang sangat
asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh
berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang menc-
erna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah
dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus
terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan
usus penyerapan (ileum).
13 of 24
Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang ter-
letak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal,
yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara salu-
ran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam
usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Ma-
kanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di
cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung
untuk berhenti mengalirkan makanan.
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, pan-
jang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Per-
mukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4 m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7
dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam empedu.
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhub-
ungan dengan rektum). Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
14 of 24
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting un-
tuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam
rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding
rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali
material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dil-
akukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot
yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan,
dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
D. Etiologi
Invaginasi merupakan salah satu penyebab spesifik dari obstruksi usus. Ka-
sus ini seringkali terjadi pada anak-anak, jarang terjadi pada orang dewasa. Invaginasi
sering berhubungan dengan enteritis (yang disebabkan oleh parasitisme, infeksi virus
atau bakteri, perubahan diet, benda asing dan massa) atau penyakit sistemik walaupun
penyebab pada umumnya tidak diketahui. Faktor presipitasi invaginasi anak dapat berupa
infeksi virus atau pertumbuhan tumor intestinum.
E. Klasifikasi
Lokasi pada saluran cerna yang sering terjadi invaginasi merupakan segmen
yang bebas bergerak dalam retroperitoneal atau segmen yang mengalai adhesive. Invagi-
nasi diklasifikasikan 4 kategori berdasarkan lokasi terjadinya:
15 of 24
2. Colo-kolika : kolon masuk ke dalam kolon
D. Patofisiologi
16 of 24
struksi partial atau komplit dari traktus gastrointestinal dapat mengakibatkan hypovole-
mia dan dehidrasi. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut dapat semain memburuk
hingga menyebabkan sepsis.
E. Manifestasi Klinik
17 of 24
mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor ber-
bentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri
bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu peristaltik, perut bagian kanan bawah ter-
aba kosong, hal ini disebut Dance’s Sign. Hal ini diakibatkan sekum dan kolon naik ke
atas, mengikuti proses invaginasi.
Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan
gangguan venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta
laserasi mukosausus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru
dijumpai sesudah 6 – 8 jam serangan sakit yang pertama kali, kadang – kadang sesudah
12 jam. Berak darah lendir ini bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang
dijumpai hanya pada saat melakukan colok dubur. Sesudah 18 – 24 jam serangan sakit
yang pertama, usus yang tadinya tersumbat partial berubah menjadi sumbatan total, dii-
kuti proses pasien dijumpai dengan tanda – tanda obstruksi, seperti perut kembung
dengan gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh
karena perutkembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya
berupa darah danlendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah, feses,
dengan demam tinggi, asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri,
pada segmen yang terlibat menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis
umum, shock dan kematian.
F. Diagnosis
2. Teraba massa tumor di perut bentuk bujur pada bagian kanan atas, kanan bawah,
atastengah, kiri bawah atau kiri atas.
3. Buang air besar campur darah dan lendir.Serangan klasik terdiri atas nyeri perut,
gelisah waktu serangan kolik, biasanya keluar lendir campur darah (red currant jelly
/ strawberry stool) per anum yang berasal dari intususeptum yang tertekan, ter-
bendung, atau mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah
18 of 24
sewaktu serangan, dan pada pemeriksaan perut dapat teraba massa yang biasanya
memanjang dengan batas jelas seperti sosis.
Pada inspeksi, sukar sekali membedakan antara prolapsus rektum dan in-
vaginasi. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan jari di sekitar penonjolan un-
tuk menentukan ada tidaknya celah terbuka. Selain itu, kadang dapat dilihat gambaran
usus / peristaltis usus pada dinding perut dan didapatkan distensi bila sudah terjadi ileus.
Pada Auskultasi didapatkan bising usus yang meningkat sehingga dapat terdengar metal-
lic sound.
Invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan
pemeriksaan rontgen dengan pemberian enema barium. Pemeriksaan foto polos abdo-
men, dijumpai tanda obstruksi dan massa di kuadran tertentu dari abdomen menunjukkan
dugaan kuat suatu invaginasi. Selain itu, pada foto polos abdomen didapatkan distribusi
udara didalam usus tidak merata, usus terdesak ke kiri atas, bila telah lanjut terlihat tanda
– tanda obstruksi usus dengan gambaran ―air fluid level. Dapat terlihat ― free air ―
bilah terjadi perforasi. USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gam-
baran target sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada
potongan longitudinal invaginasi. Foto dengan pemberian barium enema dilakukan jika
pasien ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik.
Sumbatan oleh invaginatum biasanya tampak jelas pada foto.
Kriteria diagnosis invaginasi akut:
1. Invaginasi definitif (pasti invaginasi)
• Kriteria bedah: ditemukannya invaginasi pada pembedahan
• Kriteria radiologi: adanya baik gas maupun cairan kontras pada enema pada usus
halus yang berinvaginasi, adanya massa intraabdominal yang dideteksi dengan
USG
• Kriteria autopsi: ditemukan invaginasi pada otopsi.
2. Mungkin invaginasi (probable)
• Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 3 kriteria minor 3.
3. Possible invaginasi
• Memenuhi paling sedikit 4 kriteria minor.
Kriteria mayor pada invaginasi yakni:
• Bukti adanya obstruksi saluran cerna :
• Riwayat muntah kehijauan
19 of 24
• Distensi abdomen dan tidak adanya bising usus atau bising usus abnormal
• Foto polos abdomen menunjukkan adanya level cairan dan dilatasi usus halus
Inspeksi:
a. Massa di abdomen
b. Massa di rectal
c. Prolapsus intestinal
• Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari jaringan lunak.
• Gangguan vaskuler intestinal dan kongesti vena: a) Keluarnya darah per rectal; b)
Keluarnya feses yang berwarna red currant jelly; c) Adanya darah ketika pemeriksaan
rectum
Kriteria minor pada invaginasi yakni:
• < 1 tahun
• Laki-laki
• Nyeri perut
• Muntah
• Letargi
• Hangat
• Syok hipovolemik
• Foto polos abdomen menunjukkan pola gas usus yang abnormal
• Pemeriksaan darah rutin ditemukan peningkatan jumlah leukosit (leukosito-
sis>10.000/mm3)
G. Penatalaksanaan
1. Memperbaiki keadaan umum dengan resusitasi cairan dan elektrolit
20 of 24
yang jelas baik secara klinis maupun foto abdomen, dijumpai tanda-tanda per-
itonitis, gejala invaginasi, sudah lewat 24 jam, dijumpai tanda-tanda dehidrasi
berat dan usia penderita diatas 2 tahun. Tekanan hidrostatik tidak boleh
melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan atau penekanan
manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik. Pengelolaan berhasil
jika barium kelihatan masuk ileum.
Hasil reposisi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak
menangis atau gelisah karena kesakitan, oleh karena itu pemberian sedatif sangat
membantu. Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi
dengan plester, melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang ter-
letak 3 kaki di atas meja penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat
floroskopi sampai meniskus intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto.
Meniskus sering dijumpai di kolon transversum dan bagian proksimal kolon
desendens. Bila kolom bubur barium bergerak maju menandai proses reposisi se-
dang berlanjut, tetapi bila bubur barium berhenti dapat diulangi 2-3 kali dengan
jarak waktu 3-5 menit. Reposisi dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahan-
kan selama 10-15 menit tetapi tidak didapati kemajuan. Antara percobaan reposisi
pertama, kedua dan ketiga, bubur barium dievakuasi terlebih dahulu.
a. Rektal tube bila ditarik dari anus maka bubur barium akan keluar dengan
disertai massa feses dan udara.
b. Pada fluroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian
usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
d. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta
nori test positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2-3 hari karena sering dijumpai
kekambuhan selama 36 jam pertama. Keberhasilan tindakan ini tergantung kepada
beberapa hal antara lain, waktu sejak timbulnya gejala pertama, penyebab invagi-
21 of 24
nasi, jenis invaginasi dan teknik pelaksanaannya. Sebelum dilakukan tindakan re-
posisi, maka terhadap penderita: dipuaskan, resusitasi cairan, dekompresi dengan
pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase usus dan
hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka
saat ini antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol
dapat diberikan (1 mg/KgBB) untuk menghilangkan rasa sakit.
H. Prognosis
22 of 24
10% dan dengan reposisi pasca bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi pasca
reseksi bedah. Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam
pertama dan meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah hari
kedua.
I. Komplikasi
23 of 24
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 3. Jakarta : EGC
2. Grace, A & Borley. At a glance Ilmu Bedah. Edisi ketiga. Jakarta : Erlangga. 2007
24 of 24