Anda di halaman 1dari 15

Penerapan Berpikir Kritis dalam Konteks Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Yoan Caroline Saron Kapressy (102014132)

Jean Viona Christy Tahapary (102014244)

Asriana Timang (102014081)

Ery Lione Nanulaitta (102014052)

Chrisanto (102014046)

Jois Brigita Sombo (102013547)


Abstrak : Dalam konteks berpikir kritis tentu saja akan sangat diperlukan dalam menyelesaikan suatu
masalah atau mengambil keputusan dan jalan tengan dari suatu permasalahan khususnya di bidang
kesehatan. Pelayanan kesehatan yang terdiri dari Rumah sakit, klinik, puskesmas, merupakan fasilitator
dalam menunjang hal dalam pelayanan di bidang medis pada masyarakat untuk itu diperlukanya banyak
peran dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Baik dari peran pemerintah,peran masyarakat, peran
manajemen rumah sakit dan kode etik rumah sakit, serta aturan UUD yang menunjang struktur Fungsi
Dalam pelayanan Rumah sakit dan tentu saja terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
berjalannya pelayanan yang ada. UUD 1945 merupakan landasan utama yang telah tertulis tugas dan
kewajiban dari segi pelayanan kesehatan, begitu juga hak masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.
Semua hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban, serta tugas dan tanggung jawab mengenai
pelayanan kesehatan telah tertulis di dalam UUD 1945, yakni UUD No 44 tahun 2009 tentang Rumah
sakit.

Kata kunci : Peran Pemerintah, Peran Masyarakat, Manajemen Rumah sakit, Kode etik Rumah sakit,
Undang-undang Dasar, Hak asasi Manusia.

Abstract : In the context of critical thinking, of course, will be needed to solve a problem or make
a decision and the mid of a problem, especially in the health sector. Health services consisting of
hospitals, clinics, community health centers, a facilitator in supporting it in service to the
community in the medical field for the diperlukanya many roles in improving health care quality.
Both of the role of government, the role of the community, the role of hospital management and
hospital ethics code, as well as the rules of the Constitution that support services structure
function in hospital and of course there are many factors that can affect the passage of existing
services. 1945 is the main foundation that has been written in terms of the duties and obligations
of health care, as well as the right of citizens to access services. All matters relating to the rights
and obligations, as well as the duties and responsibilities of the health service has been written
in the 1945 Constitution, the Constitution No. 44 of 2009 on the hospital.

Keywords: Role of Government, Community Role, Hospital Management, Hospital Code of


Conduct, Constitution, Human Rights.
Pendahuluan

Pola pikir menjadi salah satu faktor yang penting, terutama berpikir secara kritis.
Bagaimana kita dapat berpikir secara kritis sebelum melakukan atau menyampaikan
sesuatu. Berpikir kritis tidak muncul secara tidak sengaja, tetapi secara sengaja.
k a r e n a berpikir kritis itu adalah sikap yang kita asah atau kita pelajari. Dimana
menanggapi suatu masalah ditinjau dari sisi positif dan negatif, sehingga kita dapat
menyimpulkan dan mengambil keputusan dengan baik demi mencapai tujuan tertinggi.[1]
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun
terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Kember
(1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis
menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian
ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai
problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).[2]
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.[3]
Tidak semua orang yang mempunyai banyak pengetahuan atau seseorang yang pandai
mampu malakukan proses berpikir kritis. Orang yang sangat pandai kadang –
kadang berpikir tidak rasional atau malah berpikir tidak logis. Dalam kasus ini
akan membahas dimana seorang dokter harus berpikir kritis bagaimana di
hadapkan pada sebuah maslah tentang teman sejawatnya sendiri. [1] Pada saat ini
rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan sangat penting dalam masyarakat yaitu
melakukan sebuah pelayanan harus berdasarkan melalui pendekatan kesehatan
(promotiv,preventif,kuratif dan rehabiltatif) dan dilaksanakan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Rumah sakit juga dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik. Sebuah kualitas rumah sakit dapat berpengaruh pada citra rumah sakit tersebut.
Pada zaman yang sudah modern ini dan globalisasi rumah sakit juga dituntut ntuk mengikuti
perkembangan yang telah ada dalam hal ini adanya kompetisi yang sangat ketat antar rumah
sakit.
ISI

Asumsi

a. Pasien
Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap
berbagai penyakit selain kurangnya pengetahuan akan kesehatan, kurang perilaku akan
kesehatan, lingkungan pemukiman yang buruk dan mereka tidak mempunyai biaya
untuk pengobatan dan kesehatan. Dalam kasus di atas rumah sakit lebih mendahulukan
pasien yang dapat membayar biaya pengobatan rumah sakit.

b. Rumah sakit
Suatu instansi kesehatan yang melayani kesehatan dan keselamatan masyarakat. Tetapi
terkadang tidak semua rumah sakit dapat melayani semua golongan masyarakat karena
pihak rumah sakit mempunyai alasan tertentu, contohnya seperti pada kasus di atas
rumah sakit menolak pasien miskin dan pasien kritis karena mereka mempunyai kendala
dalam keuangan. Maka mereka lebih memilih mendahulukan pasien yang kaya.

c. Pemerintah
Penyelengaraan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin mempunyai arti
penting kerena menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin. Upaya-
upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin memerlukan penyelesaian menyeluruh dan
disusun secara strategi serta tindak pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk
miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang
banyak diderita masyarakat miskin.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas pelbagai pelayanan kesehatan masyarakat
yang bersifat nonpersonal seperti penyuluhan, penyediaan obat, keamanan dan
fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan
keselamatan kerja
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5. Realokasi pelbagai sumber daya yang tersedia dengan memproritaskan pada daerah
miskin
6. Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Peningkatan
pemberdayaan masyarakat miskin.
Maka dari kasus di atas kita dapat melihat bahwa pemerintah memegang peran yang
penting dalam keadilan dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin.

Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, yang
melekat sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi HAM tidak bersumber dari
Negara atau hukum tetapi dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta, sehingga HAM harus
dipenuhi dan tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, HAM harus dihormati dan dijunjung
tinggi oleh penyelenggara Negara beserta warga negaranya tanpa kecuali.
Pasal 28H ayat 1 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Setiap warga masyarakat tentu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan
baik dari pihak doker maupun pihak rumah sakit dan medis lainnya.

UUD 1945

UUD 1945 No 23 tahun 1992 tentang kesehatan

Hak dan Kewajiban


Pasal 4 Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal.
Pasal 5 Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perseorangan, keluarga, dan
lingkungannya.

UUD 1945 No 44 tahun 2009

Asas dan Tujuan


Pasal 2
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan,
perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a.mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b.memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c.meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit.

TUGAS DAN FUNGSI


Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Pasal 5
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :

a.penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar


pelayanan rumah sakit;
b.pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c.penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber
daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
d.penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan
bidang kesehatan

Dari beberapa pasal UUD 1945 yang tertera diatas ialah, tentu saja hak dan kewajiban pasien
ialah menerima pelayanan kesehatan yang layak, karena setiap pasien merupakan salah satu dari
warga Negara Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang setara. Tentu saja semua
pihak yang membantu menunjang pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah Sakit harus
sepenuhnya melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai yang diatur dalam pasal UUD 1945
No 44 tahun 2009. Selain itu juga masyarakat dan Rumah sakit harus saling berketerkaitan dalam
menunjang pelayanan kesehatan dalam hal mensejahterakan masyarakat.
Filosofi

Dilihat dari sudut pandang filsuf


a. Levinas
Menurut Levinas pertemuan antara wajah manusia mendorong nilai etis dalam diri,
pemikiran Levinas dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan tentang empati.
Dimana manusia menatap wajah dengan wajah atau ketemu langsung. Dari kasus di atas
dapat kita lihat bahwa rumah sakit menolak pasien yang miskin dan pasien sekarat, kita
tahu bahwa tugas rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan tetapi dalam kasus
di atas, malah sebaliknya. Seharusnya pemenuhan kesehatan secara menyeluruh kepada
setiap golongan tidak pandang status sosialnya. Kekurangan biaya bukanlah suatu alasan
untuk menolak pasien miskin. Yang penting adalah bagaimana rumah sakit dapat
memberikan pelayanan kesehatannya kepada semua golongan tanpa mengharapkan
balasan.
b. Hobbes
Cara pandang berpikir Hobbes yaitu siapa yang terkuat dialah yang menang, Hobbes
melihat manusia ialah serigala yang mau menang sendiri. Dengan memegang kelompok
persekutuan yang tertinggi maka dialah yang mempunyai kekuasaan. Hobbes
menempatkan situasi kepada zaman perang. Dapat kita lihat pada kasus di atas sangatlah
jelas bahwa yang sangat memengang peran penting dalam memberikan pelayanan terbaik
yaitu uang. Dan yang mempunyai uang adalah orang yang kaya, mereka dapat membayar
pengobatan maka dari itu mereka lebih didahulukan dari pada orang miskin yang tidak
mempunyai apa-apa.

c. Rawls
Filsuf Amerika ini menekankan pada pentingnya keadilan distributif, yakni perlakuan
yang sama bagi kasus yang sama. memperlakukan pasien secara berbeda-beda dengan
perbedaan letak tempat tinggal, status sosial, agama, pendapatan dan sebagainya baginya
tidak dapat diterima. Alasan tersebut tidak relevan dan melanggar keadilan sosial.
Ketidakadilan dalam memberikan pelayanan kesehatan tidaklah manusiawi. Seharusnya
mereka yang kekurangan inilah yang harus didahulukan.
Peran Pemerintah

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 6
(1)
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab untuk :
a.menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;
b.menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak
mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c.membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d.memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dan bertanggung jawab;
e.memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f.menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g.menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
h.menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan
kejadian luar biasa;
i.menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
j.mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi

Kovner menyatakan bahwa peran pemerintah ada 3, yaitu (1) regulator, (2) pemberi biaya, dan
pelaksana kegiatan. Peran pemerintah sebagai regulator merupakan hal penting.
Rumah sakit dan berbagai lembaga pelayanan kesehatan termasuk perusahaan asuransi kesehatan
dalam konsep ini merupakan lembaga jasa pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
perlu diawasi mutunya oleh pemerintah dan juga oleh masyarakat. Oleh karena timbul berbagai
mekanisme pengawasan, termasuk adanya lembaga bantuan hukum untuk kesehatan, lembaga
pengawas mutu pelayanan kesehatan, sampai ke system akreditasi rumah sakit.

Peran Pemerintah sebagai Regulator


Fungsi :
o Penerapan satandar nilai gizi dan pedoman sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi
o Penetapan pedoman pembiayaan pelayanan kesehatan
o Penetapan standar akreditasi sarana prasarana kesehatan
o Penetapan pedoman standar pendidikan dan pendayagunaan tenaga kesehatan
o Penetapan pedoman penggunaan,konservasi,pengembangan dan pengawasan tanaman
o Penetapan pedoman penapisan, pengembangan dan penerapan teknologi kesehatan, dan
standar etika penelitian kesehatan.
o Pemberian ijin dan pengawasan peredaran obat serta pengawasan industry farmasi
o Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk makanan
dan penetapan pengawasan peredaran makanan
o Penetapan kebijakan system jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

Peran Pemerintah sebagai pelaksana


Peran Pemerintah sebagai pelaksana di sector rumah sakit dilakukan terutama oleh rumah sakit
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Disektor rumah sakit Indonesia, jumlah rumah sakit
milik pemerintah sejak tahun 1995 berkurang sedikit

Sebaliknya disektor swasta antara 1995-2000 tercatat pendirian 73 rumah sakit swasta baru..
pertumbuhan ini berarti kenakan 15%. Krisis ekonomi terlihat tidak mempengaruhi kenaikan
jumlah rumah sakit swasta.
Terlihat bahwa fungsi pemerintah sebagai pelaksana kegiatan relative berkurang. Sector swasta
berkembang, namun di Indonesia tidak terjadi proses privatisasi rumah sakit pemerintah.
Pemerintah tetap menjadi pemilik rumah sakit. Akan tetapi ada proses otonomi manajemen
rumah sakit dimana terjadi semacam pemisahan antara fungsi pemerintah sebagai pemberi biaya
atau regulator dengan fungsi pelayanan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adanya
perubahan RSUP menjadi Perjan, atau RSD menjadi BUMD.

Peran Masyarakat
Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam keikut sertaannya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Peran serta dibidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah
kesehatan mereka sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, memecahkan,
melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan. Institusi kesehatan hanya
sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta setiap anggota masyarakat dituntut suatu
kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial
saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat
diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan
mind (ide atau gagasan).

Peran Serta Masyarakat dalam pembangunan kesehatan

Menurut Sugono (2008), kepala pusat bahasa kamus besar bahasa indonesia peran serta adalah
ikut ambil bagian di suatu kegiatan, keikutsertaan secara aktif, atau partisipasi.
Menurut Notoatmodjo (2007), peran serta atau partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Peran serta dibidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang aktif
memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan.
Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta setiap anggota
masyarakat dituntut suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas
pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide).
Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material
(benda-benda) dan mind (ideataugagasan).
2.Dasar-dasar filosofi peran serta masyarakat Hubungannya dengan fasilitas dan tenaga
kesehatan, peran serta masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut.
Dengan kata lain peran serta masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Peran
serta masyarakat didasarkan pada idealisme berikut :
a.Community fell need Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti
bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan bukan karena
diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan
masyarakat dan untuk masyarakat.
b.Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan peran serta masyarakat. Hal ini
bararti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
c. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya tenaga dan
penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi peran serta masyarakat dalam pelayanan
kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan
oleh masyarakat.
3. Metode peran serta masyarakat Metode yang dapat dilakukan untuk mangajak atau
menumbuhkan peran serta masyarakat pada dasarnya ada dua cara, antara lain:
a. Peran serta dengan paksaan Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu
program, baik melalui perundang-ungdangan, peraturan-perturan maupun dengan perintah lisan
saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah, tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa
dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan
mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.
b. Peran serta dengan persuasi dan edukasi Artinya suatu parisipasi yang didasari pada
kesadaran. Sukar tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa
memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Elemen-elemen peran serta masyarakat Elemen-lemen peran serta masyarakat diantaranya
sebagai berikut:
a. Motivasi Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi
masyarakat sulit berpartisipasi disegala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu
sendiri dan pihak luarnya hanya meragsang saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
b. Komunikasi Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide dan
informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan sebagainya.
Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya dapat menimbulkan
partisipasi.
c. Kooperasi Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka ini akan
membantu menumbuhkan partisipasi.
d. Mobilisasi Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan
program. Partipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai ke akhir mungkin, dari
identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, perencanaan program, pelaksanaan sampai
dengan monitoring dan evaluasi program.
5. Strategi peran serta masyarakat Strategi peran serta menurut Notoatmojo (2007) yang dapat
dipakai adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini
terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim
1) Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
2) Tim kerja yang dibentuk tiap RT, anggota tim adalah pemuka masyrakat RT yang
bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
c. Survei diri Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyrakatnya masing-masing dan diolah
serta dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan program Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas masalah
akan dipecahkan. Merencanakan program ini perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader
kesehatan. kedua hal ini merupakan sangat penting dalam rangka pengembangan peran serta
masyarakat. Dana sehat tersebut selain dari bentuk peran serta masyarakat, juga merupakan
motor penggerak program.
e. Training (Pelatihan) Training para kader harus dipimpin oleh dokter puskesmas meliputi
medis dan manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat desa
serta pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
f. Rencana evaluasi Menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria keberhasilan suatu
program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyrakat atau kader itu sendiri
(Notoatmojo, 2007)

Berikut faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan :


1. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-
keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh
penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien. Misalnya
adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai
terhadap informasi yang akan dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien
maupun orang yang berkunjung di rumah sakit, akan dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-
faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik
produk, pelayanan, lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana, dan desain visual.
2. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan. Yang dimaksud mempengaruhi kualitas pelayanan adalah dengan adanya biaya,
maka fasilitas pelayanan kesehatan dapat lebih lengkap seperti, peralatan medis, dan ruang
pelayanan.
3. Dukungan dari lingkungan sekitar : - Masyarakat - Pemerintah - Penunjang pelayanan
kesehatan lainnya Dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak lengkap apabila kita tidak
didukung oleh suatu lembaga yang menaungi perawat apabila terjadi suatu hal yang tidak
diinginkan. Untuk memotivasi seorang perawat, selain kesadaran dari orang itu sendiri, perlu
orang lain yang memberi motivasi karena dengan kehadiran orang lain akan semakin
meningkatkan motivasi dalam diri perawat.
4. Menyadarkan bahwa masyarakat berhak mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan
baik tanpa memandang strata social. Walaupun orang itu kaya, miskin kita sebagai perawat tidak
boleh membeda-bedakan, yang membuat pelayanan berbeda adalah seberapa parah penyakit
yang diderita pasien, dalam hal ini kita sebagai perawat harus mampu menggutamakan mana
yang lebih harus diutamakan.
5. Semakin meningkatnya standar pelayanan kesehatan. Dunia kesehatan semakin hari semakin
meningkat, tidak dipungkiri pelayanan kesehatan pun harus dituntut untuk lebih memberikan
pelayanan yang semakin bermutu. Missal: hak-hak pasien dalam mendapatkan pelayanan, cepat,
dan tanggap.
6. Pelayanan keperawatan adalah Kebutuhan konsumen. Semisal: pasien datang ke rumah sakit
atau pelayanan kesehatan mereka datang sebagai konsumen maka kita harus melayani mereka
dengan baik.
7. Semakin hari jaman semakin dihadapkan dengan pengaruh budaya globalisasi yang
mempengaruhi cuaca, iklim dan kondisi sekitar yang tidak menentu dan hal tersebut semakin
menambah kebutuhan konsumen akan pelayanan keperawatan.
8. Keperawatan sebagai profesi a. Suatu profesi memiliki cabang pengetahuan yang termasuk
ketrampilan, kemampuan, dan norma-norma. b. Profesi sebagai keseluruhan memiliki kode etik
dalam praktiknya. c. Profesi harus mampu menciptakan perawat professional yang
berpendidikan.
9. Adanya standar praktik. Untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian sampai
evaluasi serta pendokumentasian asuhan keperawatan.
10. Asuhan keperawatan dengan pendokumentasian yang benar. Supaya pelayanan keperawatan
berkualitas maka perawat diharapkan bisa menerapkan asuhan keperawatan dengan
pendokumentasian yang benar. Namun seringkali perawat belum maksimal dalam melaksanakan
dokumentasi. Kelancaran pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan ditentukan oleh
kepatuhan perawat dikarenakan asuhan keperawatan merupakan tugas perawat sebagai tenaga
profesional yang bekerja di rumah sakit selama 24 jam secara terus menerus yang dibagi dalam 3
(tiga) shift, yaitu pagi, sore dan malam. Dengan porsi waktu yang cukup lama kontak dengan
klien, maka perawat mempunyai andil yang cukup besar dalam melakukan asuhan keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan.
11. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat sebagai seorang yang profesional terhadap suatu
anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati. Kepatuhan perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan diartikan sebagai ketaatan untuk melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai prosedur tetap (protap) yang telah ditetapkan
karena kesalahan sekecil apapun yang dilakukan seorang perawat akan berdampak terhadap citra
keperawatan secara keseluruhan dan akan dimintai pertanggungjawaban dan tanggung gugat oleh
konsumen.

Kode Etik Rumah Sakit

Kewajiban Umum Rumah Sakit


Pasal 1 Rumah Sakit harus mentaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
Pasal 2
Rumah sakit harus dapat mengawasi serta bertanggung jawab terhadap semua kejadian di rumah
sakit.
Pasal 3
Rumah sakit harus mengutamakan pelayanan yang baik dan bermutu secara berkesinambungan
serta tidak mendahulukan urusan biaya.
Pasal 4
Rumah sakit harus memelihara semua catatan/arsip baik medik maupun non medik secara baik.
Pasal 5
Rumah sakit harus mengikuti perkembangan dunia perumahsakitan
Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Masyarakat dan Lingkungan
Pasal 6
Rumah sakit harus jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan kritik masyarakat dan berusaha
agar pelayanannya menjangkau di luar rumah sakit.
Pasal 7
Rumah sakit harus senantiasa menyesuaikan kebijakan pelayanannya pada harapan dan
kebutuhan masyarakat setempat.
Pasal 8
Rumah Sakit dalam menjalankan operasionalnya bertanggung jawab terhadap lingkungan agar
tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat.

Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pasien


Pasal 9
Rumah sakit harus mengindahkan hak-hak asasi pasien.
Pasal 10
Rumah sakit harus memberikan penjelasan apa yang diderita pasien, dan tindakan apa yang
hendak dilakukan.
Pasal 11
Rumah sakit harus meminta persetujuan pasien (informed consent) sebelum melakukan tindakan
medik.
Pasal 12
Rumah sakit berkewaijiban melindungi pasien dari penyalahgunaan teknologi kedokteran

Kewajiban Rumah Sakit Terhadap Pimpinan, Staf, dan Karyawan

Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi etika
profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga
lainnya berdasarkan nilai,norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh tenaga di
rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk meningkatkan
dan menambah ilmu pengetahuan serta keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan standar
profesi yang berlaku.
PasaI18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga keselamatan
kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku

Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilai-nilai etik yang identik dengan
nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlakdiperlukan guna melandasi dan menunjang berlakunya
nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, seperti perundang-
undangan, hukum dan sebagainya, guna tercapainya pemberian pelayanan kesehatan oleh
rumahsakit, yang baik, bermutu dan profesional.

Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan hal utama yang harus di terapkan dalam melakukan sesuatu, di
dalam berpikir kritis tentu terdapat pola pikir yang di pertimbangkan dalam mengambil suatu
keputusan. Di dalam tindakan pelayanan kesehatan rumah sakit, yang merupakan pelayanan
kesehatan masyarakat ialah hal utama yang perlu diperhatikan oleh pihak pemerintah yang
menjadi fasilitator dalam berjalannya pelayanan kesehatan pada masyarakat, tugas pemerintah
ialah menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat, menjamin pembiayaan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah
Sakit,memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab, dalam kasus di atas pemerintah harus lebih
meningkatkan kinerjanya dalam membangun dan mensejahterakan rakyat yang tidak mampu
dalam memfasilitasi masyarakat. Misalnya menyediakan pengobatan gratis, penggunaan BPJS,
KJS dll. Selain itu dibuthkannya kerja sama dari masyarakat itu sendiri kesehatan masyarakat
adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh masyarakat.
Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya
motivasi. Merencanakan program ini perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader
kesehatan. kedua hal ini merupakan sangat penting dalam rangka pengembangan peran serta
masyarakat. Selain keikutsertaan pemerintah dan masyarakat dalam menunjang pelayanan
kesehatan, rumah sakit juga mempunyai peran penting dalam menjalankan manajemen dan
struktur pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dan bukan untuk memajukan atau
menguntungkan pihak rumah sakit, tetapi mensejahterakan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Karena rumah sakit dibangun dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.

Daftar Pustaka
1. Wong DL,Eaton MH, Wilson D. Buku ajar keperawatan pediatric. Edisi keenam. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.2009;h.20
2. Bono E. Revolusi berpikir. Cetakan kedua. Bandung.Penerbit kaifa. 2007;h.204
3. Sitopu R.Kuliah berpikir kritis, Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.2009;h.20-1
4. Simanjuntak P.N.H. Undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan undang-undang republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran. Edisi pertama. Jakarta: Visimedia; 2007; h.146-10

Anda mungkin juga menyukai