Chrisanto (102014046)
Kata kunci : Peran Pemerintah, Peran Masyarakat, Manajemen Rumah sakit, Kode etik Rumah sakit,
Undang-undang Dasar, Hak asasi Manusia.
Abstract : In the context of critical thinking, of course, will be needed to solve a problem or make
a decision and the mid of a problem, especially in the health sector. Health services consisting of
hospitals, clinics, community health centers, a facilitator in supporting it in service to the
community in the medical field for the diperlukanya many roles in improving health care quality.
Both of the role of government, the role of the community, the role of hospital management and
hospital ethics code, as well as the rules of the Constitution that support services structure
function in hospital and of course there are many factors that can affect the passage of existing
services. 1945 is the main foundation that has been written in terms of the duties and obligations
of health care, as well as the right of citizens to access services. All matters relating to the rights
and obligations, as well as the duties and responsibilities of the health service has been written
in the 1945 Constitution, the Constitution No. 44 of 2009 on the hospital.
Pola pikir menjadi salah satu faktor yang penting, terutama berpikir secara kritis.
Bagaimana kita dapat berpikir secara kritis sebelum melakukan atau menyampaikan
sesuatu. Berpikir kritis tidak muncul secara tidak sengaja, tetapi secara sengaja.
k a r e n a berpikir kritis itu adalah sikap yang kita asah atau kita pelajari. Dimana
menanggapi suatu masalah ditinjau dari sisi positif dan negatif, sehingga kita dapat
menyimpulkan dan mengambil keputusan dengan baik demi mencapai tujuan tertinggi.[1]
Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun
terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Kember
(1997) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman pengajar tentang berpikir kritis
menyebabkan adanya kecenderungan untuk tidak mengajarkan atau melakukan penilaian
ketrampilan berpikir pada siswa. Seringkali pengajaran berpikir kritis diartikan sebagai
problem solving, meskipun kemampuan memecahkan masalah merupakan sebagian dari
kemampuan berpikir kritis (Pithers RT, Soden R., 2000).[2]
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam
pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu
untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses
tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.[3]
Tidak semua orang yang mempunyai banyak pengetahuan atau seseorang yang pandai
mampu malakukan proses berpikir kritis. Orang yang sangat pandai kadang –
kadang berpikir tidak rasional atau malah berpikir tidak logis. Dalam kasus ini
akan membahas dimana seorang dokter harus berpikir kritis bagaimana di
hadapkan pada sebuah maslah tentang teman sejawatnya sendiri. [1] Pada saat ini
rumah sakit adalah pusat pelayanan kesehatan sangat penting dalam masyarakat yaitu
melakukan sebuah pelayanan harus berdasarkan melalui pendekatan kesehatan
(promotiv,preventif,kuratif dan rehabiltatif) dan dilaksanakan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Rumah sakit juga dituntut untuk menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik. Sebuah kualitas rumah sakit dapat berpengaruh pada citra rumah sakit tersebut.
Pada zaman yang sudah modern ini dan globalisasi rumah sakit juga dituntut ntuk mengikuti
perkembangan yang telah ada dalam hal ini adanya kompetisi yang sangat ketat antar rumah
sakit.
ISI
Asumsi
a. Pasien
Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap
berbagai penyakit selain kurangnya pengetahuan akan kesehatan, kurang perilaku akan
kesehatan, lingkungan pemukiman yang buruk dan mereka tidak mempunyai biaya
untuk pengobatan dan kesehatan. Dalam kasus di atas rumah sakit lebih mendahulukan
pasien yang dapat membayar biaya pengobatan rumah sakit.
b. Rumah sakit
Suatu instansi kesehatan yang melayani kesehatan dan keselamatan masyarakat. Tetapi
terkadang tidak semua rumah sakit dapat melayani semua golongan masyarakat karena
pihak rumah sakit mempunyai alasan tertentu, contohnya seperti pada kasus di atas
rumah sakit menolak pasien miskin dan pasien kritis karena mereka mempunyai kendala
dalam keuangan. Maka mereka lebih memilih mendahulukan pasien yang kaya.
c. Pemerintah
Penyelengaraan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin mempunyai arti
penting kerena menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin. Upaya-
upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin memerlukan penyelesaian menyeluruh dan
disusun secara strategi serta tindak pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk
miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai
berikut:
1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang
banyak diderita masyarakat miskin.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas pelbagai pelayanan kesehatan masyarakat
yang bersifat nonpersonal seperti penyuluhan, penyediaan obat, keamanan dan
fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan
keselamatan kerja
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5. Realokasi pelbagai sumber daya yang tersedia dengan memproritaskan pada daerah
miskin
6. Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Peningkatan
pemberdayaan masyarakat miskin.
Maka dari kasus di atas kita dapat melihat bahwa pemerintah memegang peran yang
penting dalam keadilan dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin.
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, yang
melekat sejak lahir sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Jadi HAM tidak bersumber dari
Negara atau hukum tetapi dari Tuhan sebagai pencipta alam semesta, sehingga HAM harus
dipenuhi dan tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, HAM harus dihormati dan dijunjung
tinggi oleh penyelenggara Negara beserta warga negaranya tanpa kecuali.
Pasal 28H ayat 1 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”. Setiap warga masyarakat tentu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan
baik dari pihak doker maupun pihak rumah sakit dan medis lainnya.
UUD 1945
Pasal 3
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:
a.mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b.memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit
dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c.meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit,
dan Rumah Sakit.
Dari beberapa pasal UUD 1945 yang tertera diatas ialah, tentu saja hak dan kewajiban pasien
ialah menerima pelayanan kesehatan yang layak, karena setiap pasien merupakan salah satu dari
warga Negara Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang setara. Tentu saja semua
pihak yang membantu menunjang pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah Sakit harus
sepenuhnya melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai yang diatur dalam pasal UUD 1945
No 44 tahun 2009. Selain itu juga masyarakat dan Rumah sakit harus saling berketerkaitan dalam
menunjang pelayanan kesehatan dalam hal mensejahterakan masyarakat.
Filosofi
c. Rawls
Filsuf Amerika ini menekankan pada pentingnya keadilan distributif, yakni perlakuan
yang sama bagi kasus yang sama. memperlakukan pasien secara berbeda-beda dengan
perbedaan letak tempat tinggal, status sosial, agama, pendapatan dan sebagainya baginya
tidak dapat diterima. Alasan tersebut tidak relevan dan melanggar keadilan sosial.
Ketidakadilan dalam memberikan pelayanan kesehatan tidaklah manusiawi. Seharusnya
mereka yang kekurangan inilah yang harus didahulukan.
Peran Pemerintah
Pasal 6
(1)
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab untuk :
a.menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat;
b.menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak
mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c.membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit;
d.memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
secara profesional dan bertanggung jawab;
e.memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
f.menggerakkan peran serta masyarakat dalam pendirian Rumah Sakit sesuai dengan jenis
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat;
g.menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat;
h.menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di Rumah Sakit akibat bencana dan
kejadian luar biasa;
i.menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan; dan
j.mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan berteknologi tinggi dan bernilai tinggi
Kovner menyatakan bahwa peran pemerintah ada 3, yaitu (1) regulator, (2) pemberi biaya, dan
pelaksana kegiatan. Peran pemerintah sebagai regulator merupakan hal penting.
Rumah sakit dan berbagai lembaga pelayanan kesehatan termasuk perusahaan asuransi kesehatan
dalam konsep ini merupakan lembaga jasa pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta yang
perlu diawasi mutunya oleh pemerintah dan juga oleh masyarakat. Oleh karena timbul berbagai
mekanisme pengawasan, termasuk adanya lembaga bantuan hukum untuk kesehatan, lembaga
pengawas mutu pelayanan kesehatan, sampai ke system akreditasi rumah sakit.
Sebaliknya disektor swasta antara 1995-2000 tercatat pendirian 73 rumah sakit swasta baru..
pertumbuhan ini berarti kenakan 15%. Krisis ekonomi terlihat tidak mempengaruhi kenaikan
jumlah rumah sakit swasta.
Terlihat bahwa fungsi pemerintah sebagai pelaksana kegiatan relative berkurang. Sector swasta
berkembang, namun di Indonesia tidak terjadi proses privatisasi rumah sakit pemerintah.
Pemerintah tetap menjadi pemilik rumah sakit. Akan tetapi ada proses otonomi manajemen
rumah sakit dimana terjadi semacam pemisahan antara fungsi pemerintah sebagai pemberi biaya
atau regulator dengan fungsi pelayanan. Kebijakan-kebijakan tersebut antara lain adanya
perubahan RSUP menjadi Perjan, atau RSD menjadi BUMD.
Peran Masyarakat
Peran serta atau partisipasi masyarakat dalam keikut sertaannya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut. Peran serta dibidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah
kesehatan mereka sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, memecahkan,
melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan. Institusi kesehatan hanya
sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta setiap anggota masyarakat dituntut suatu
kontribusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial
saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat
diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan
mind (ide atau gagasan).
Menurut Sugono (2008), kepala pusat bahasa kamus besar bahasa indonesia peran serta adalah
ikut ambil bagian di suatu kegiatan, keikutsertaan secara aktif, atau partisipasi.
Menurut Notoatmodjo (2007), peran serta atau partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya
seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Peran serta dibidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Hal ini masyarakat sendirilah yang aktif
memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan.
Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Peran serta setiap anggota
masyarakat dituntut suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas
pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide).
Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material
(benda-benda) dan mind (ideataugagasan).
2.Dasar-dasar filosofi peran serta masyarakat Hubungannya dengan fasilitas dan tenaga
kesehatan, peran serta masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan tersebut.
Dengan kata lain peran serta masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan. Peran
serta masyarakat didasarkan pada idealisme berikut :
a.Community fell need Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti
bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Pelayanan kesehatan bukan karena
diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan
masyarakat dan untuk masyarakat.
b.Organisasi pelayanan masyarakat kesehatan yang berdasarkan peran serta masyarakat. Hal ini
bararti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu timbul dari masyarakat sendiri.
c. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri. Artinya tenaga dan
penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi peran serta masyarakat dalam pelayanan
kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan
oleh masyarakat.
3. Metode peran serta masyarakat Metode yang dapat dilakukan untuk mangajak atau
menumbuhkan peran serta masyarakat pada dasarnya ada dua cara, antara lain:
a. Peran serta dengan paksaan Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu
program, baik melalui perundang-ungdangan, peraturan-perturan maupun dengan perintah lisan
saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah, tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa
dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan
mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.
b. Peran serta dengan persuasi dan edukasi Artinya suatu parisipasi yang didasari pada
kesadaran. Sukar tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa
memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Elemen-elemen peran serta masyarakat Elemen-lemen peran serta masyarakat diantaranya
sebagai berikut:
a. Motivasi Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi
masyarakat sulit berpartisipasi disegala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu
sendiri dan pihak luarnya hanya meragsang saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat
diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motivasi.
b. Komunikasi Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide dan
informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan sebagainya.
Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya dapat menimbulkan
partisipasi.
c. Kooperasi Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi
kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work antara mereka ini akan
membantu menumbuhkan partisipasi.
d. Mobilisasi Hal ini berarti bahwa peran serta itu bukan hanya terbatas pada tahap pelaksanaan
program. Partipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin sampai ke akhir mungkin, dari
identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah, perencanaan program, pelaksanaan sampai
dengan monitoring dan evaluasi program.
5. Strategi peran serta masyarakat Strategi peran serta menurut Notoatmojo (2007) yang dapat
dipakai adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat. Pendekatan ini
terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.
b. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim
1) Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
2) Tim kerja yang dibentuk tiap RT, anggota tim adalah pemuka masyrakat RT yang
bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
c. Survei diri Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyrakatnya masing-masing dan diolah
serta dipresentasikan kepada warganya.
d. Perencanaan program Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan
presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas masalah
akan dipecahkan. Merencanakan program ini perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader
kesehatan. kedua hal ini merupakan sangat penting dalam rangka pengembangan peran serta
masyarakat. Dana sehat tersebut selain dari bentuk peran serta masyarakat, juga merupakan
motor penggerak program.
e. Training (Pelatihan) Training para kader harus dipimpin oleh dokter puskesmas meliputi
medis dan manajemen kecil-kecilan dalam mengolah program-program kesehatan tingkat desa
serta pencatatan, pelaporan, dan rujukan.
f. Rencana evaluasi Menyusun rencana evaluasi perlu ditetapkan kriteria keberhasilan suatu
program, secara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyrakat atau kader itu sendiri
(Notoatmojo, 2007)
Pasal 13
Rumah sakit harus menjamin agar pimpinan, staf, dan karyawannya senantiasa mematuhi etika
profesi masing-masing.
Pasal 14
Rumah sakit harus mengadakan seleksi tenaga staf dokter, perawat, dan tenaga
lainnya berdasarkan nilai,norma, dan standar ketenagaan.
Pasal 15
Rumah sakit harus menjamin agar koordinasi serta hubungan yang baik antara seluruh tenaga di
rumah sakit dapat terpelihara.
Pasal 16
Rumah sakit harus memberi kesempatan kepada seluruh tenaga rumah sakit untuk meningkatkan
dan menambah ilmu pengetahuan serta keterampilannya.
Pasal 17
Rumah sakit harus mengawasi agar penyelenggaraan pelayanan dilakukan berdasarkan standar
profesi yang berlaku.
PasaI18
Rumah sakit berkewajiban memberi kesejahteraan kepada karyawan dan menjaga keselamatan
kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku
Nilai-nilai yang terkandung dalam KODERSI ini merupakan nilai-nilai etik yang identik dengan
nilai-nilai akhlak atau moral, yang mutlakdiperlukan guna melandasi dan menunjang berlakunya
nilai-nilai atau kaidah-kaidah lainnya dalam bidang perumahsakitan, seperti perundang-
undangan, hukum dan sebagainya, guna tercapainya pemberian pelayanan kesehatan oleh
rumahsakit, yang baik, bermutu dan profesional.
Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan hal utama yang harus di terapkan dalam melakukan sesuatu, di
dalam berpikir kritis tentu terdapat pola pikir yang di pertimbangkan dalam mengambil suatu
keputusan. Di dalam tindakan pelayanan kesehatan rumah sakit, yang merupakan pelayanan
kesehatan masyarakat ialah hal utama yang perlu diperhatikan oleh pihak pemerintah yang
menjadi fasilitator dalam berjalannya pelayanan kesehatan pada masyarakat, tugas pemerintah
ialah menyediakan Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan masyarakat, menjamin pembiayaan
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah
Sakit,memberikan perlindungan kepada Rumah Sakit agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan secara profesional dan bertanggung jawab, dalam kasus di atas pemerintah harus lebih
meningkatkan kinerjanya dalam membangun dan mensejahterakan rakyat yang tidak mampu
dalam memfasilitasi masyarakat. Misalnya menyediakan pengobatan gratis, penggunaan BPJS,
KJS dll. Selain itu dibuthkannya kerja sama dari masyarakat itu sendiri kesehatan masyarakat
adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh masyarakat.
Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya
motivasi. Merencanakan program ini perlu diarahkan terbentuknya dana sehat dan kader
kesehatan. kedua hal ini merupakan sangat penting dalam rangka pengembangan peran serta
masyarakat. Selain keikutsertaan pemerintah dan masyarakat dalam menunjang pelayanan
kesehatan, rumah sakit juga mempunyai peran penting dalam menjalankan manajemen dan
struktur pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat, dan bukan untuk memajukan atau
menguntungkan pihak rumah sakit, tetapi mensejahterakan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat. Karena rumah sakit dibangun dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat.
Daftar Pustaka
1. Wong DL,Eaton MH, Wilson D. Buku ajar keperawatan pediatric. Edisi keenam. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC.2009;h.20
2. Bono E. Revolusi berpikir. Cetakan kedua. Bandung.Penerbit kaifa. 2007;h.204
3. Sitopu R.Kuliah berpikir kritis, Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.2009;h.20-1
4. Simanjuntak P.N.H. Undang-undang republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dan undang-undang republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran. Edisi pertama. Jakarta: Visimedia; 2007; h.146-10