Anda di halaman 1dari 13

ASUPAN GIZI SEIMBANG UNTUK MENAMBAH BERAT BADAN

Blok 11 – Metabolik Endokrin 1


Tutor: dr. Inggrid Osya Far Far

STEVEN LUKITO SANTOSO


KELOMPOK B5 10.2012.293

Mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Kristen Krida Wacana
E-mail: steven.santoso@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak: Berat badan ideal merupakan target yang ingin dicapai oleh mayoritas orang,
dimana selain mendukung kesehatan, juga akan mendukung penampilan mereka. Untuk menentukan
berat badan ideal seseorang, perlu diketahui terlebih dahulu tinggi badannya. Setelah itu di
aplikasikan perhitungan mencari berat badan ideal sesuai dengan Indeks Massa Tubuh maupun
rumus Brocca. Kelebihan maupun kekurangan berat badan dapat dikoreksi dengan mengatur pola
hidup, salah satunya adalah dengan mengatur pola makan agar mendapatkan asupan gizi dan kalori
yang sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Tiap orang membutuhkan asupan gizi yang
berbeda sesuai dengan Taraf Metabolisme Basal, jenis aktivitas fisik sehari-hari, serta Efek
Kalorigenik Makanan yang ia makan. Asupan gizi pun harus mentaati 13 Pesan Dasar Gizi
Seimbang, agar selain cukup gizi juga memastikan bahan makanan yang kita konsumsi tidak berisiko
menimbulkan penyakit. Pengukuran energi dalam tiap bahan makanan dapat dibantu menggunakan
alat yang dinamakan bom kalorimeter, dimana alat ini mengukur panas yang dilepaskan ketika suatu
bahan makanan dibakar.
Kata kunci: Gizi Seimbang; Berat Badan Ideal; Kalori

Abstract: Ideal weight is something targeted by most people, in which not only improves
health but keeps a good look as well. In order to determine one’s ideal weight, a crucial piece of
information needed is one’s height. Then we can apply the calculation to discover one’s ideal weight
according to Body Mass Index or the Brocca formula. Overweight as well as underweight can be
corrected simply by changing one’s lifestyle, including varying one’s diet to fulfill one’s daily needs
of nutrient and calorie. Each person has their own needs, which differs by one’s Basal Metabolic
Rate, physical activities, and Specific Dynamic Action of one’s diet. Nutrient intake must also comply
with 13 Basic Message of Balanced Nutrition, ensuring not only we fulfill our needs but also the food
we consume is not at risk of disease. Measuring calorie in foodstuffs may be aided with the use of
bomb calorimeter, which measures the heat released during burning food samples.
Keywords: Balanced Nutrient; Ideal Weight; Calories

Page 1 of 13
PENDAHULUAN

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization – WHO) telah menetapkan


penggolongan massa tubuh yang dapat dihubungkan dengan keadaan kekurangan massa tubuh
maupun kelebihan massa tubuh. Penggolongan ini didasarkan atas massa tubuh dalam kilogram
𝑘𝑔⁄
dibagi dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan ( 𝑚2 ), dinamakan Indeks Massa Tubuh
atau IMT (Body Mass Index – BMI).1 Pada individu yang mengalami kekurangan ataupun kelebihan
berat badan, IMT dapat diperbaiki dengan merencanakan diet makanan yang tepat. Berat badan ideal
akan dapat dicapai dengan pemasukan gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan kalori orang
tersebut.

Penulisan makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui kebutuhan kalori
mereka masing-masing. Serta untuk mengetahui pola makan dan asupan gizi apa yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan kalori tersebut. Dan dengan begitu maka berat badan ideal dapat dicapai tanpa
harus melakukan diet ekstrim ataupun pola makan yang salah. Akan dibahas antara lain adalah
mengenai Indeks Massa Tubuh, berat badan ideal, kebutuhan kalori dari karbohidrat, protein,
maupun lemak, serta mengenai gizi seimbang.

PEMBAHASAN

SKENARIO
Dalam kasus PBL kali ini, kami mendapat skenario kasus sebagai berikut:
Seorang mahasiswa fakultas hukum semester akhir berusia 22 tahun merasa
tubuhnya terlalu kurus dan ingin menambah berat badannya agar tampak lebih
menarik dan berwibawa. Dia berkonsultasi pada seorang dokter spesialis gizi dan
bertanya apa yang harus dia makan untuk menambah berat badannya. Berat
tubuhnya pada waktu konsultasi 48 kg dengan tinggi badan 170 cm.

INDEKS MASSA TUBUH


Indeks Massa Tubuh (IMT), atau yang biasa disebut Body Mass Index (BMI) adalah
salah satu pengukuran antopometri tentang massa tubuh, yang mana massa tubuh dalam
kilogram dibagi oleh kuadrat dari tinggi orang tersebut dalam meter. Pengukuran ini menjadi
salah satu penunjuk apakah seseorang menderita kelebihan maupun kekurangan massa

Page 2 of 13
tubuh.2 Karena kemudahannya, pengukuran IMT dianggap dapat memberikan gambaran
antara hubungan lemak tubuh dan penyakit tertentu. Akan tetapi, karena pengukuran massa
tubuh dalam IMT mencakup massa lemak dan massa non-lemak, sehingga tidak dapat
dijadikan sebagai patokan untuk mengukur lemak tubuh murni. Metode untuk mengukur
lemak tubuh murni cukup sulit dilakukan, karena kendala logistik, ekonomi, dan teknis,
selain daripada metode yang invasif.3

Gambar 1. Contoh Komposisi Massa Tubuh, Pada Laki-laki Dewasa3

Pada gambar diatas, dapat dilihat contoh komposisi Massa Total Tubuh (Body Weight
– BW), yang terdiri atas Massa Lemak (Fat Mass – FM) dan Massa Bebas Lemak (Free Fat
Mass – FFM). Massa Bebas Lemak pun dibagi lagi menjadi Berat Air Tubuh (Total Body
Water – TBW), Berat Protein (Protein Mass – PM), Berat Mineral (Mineral Mass – MM),
dan Glikogen (Gn). Walau begitu, tanpa metode pengukuran yang tepat, tidak dapat
dipastikan berapa massa tubuh yang merupakan lemak dan yang bukan. Total massa tubuh ini
akan dibagi dengan kuadrat tinggi individu tersebut dalam meter, yang akan menunjukkan
IMT orang tersebut. Dari IMT inilah, orang tersebut dapat kita golongkan dalam kelompok
kekurangan massa tubuh, ideal, ataupun kelebihan massa tubuh. Penggolongan ini juga dapat
membantu kita menggolongkan kerentanan seseorang terhadap penyakit tertentu.3

Page 3 of 13
Tabel 1. Penggolongan IMT Pada Orang Dewasa Menurut WHO3

Tabel 2. Penggolongan IMT Pada Orang Dewasa Menurut Departemen Kesehatan RI4

Gambar 2. Hubungan Antara BMI dengan Risiko Kematian3


Page 4 of 13
Pada tabel dan grafik diatas, dapat dilihat hubungan antara IMT dengan
penggolongannya, serta antara IMT dengan risiko kematian seseorang. Namun data tersebut
mungkin terbias karena tidak mengesampingkan perokok dan adanya penyakit sebelum
dilakukan pendataan. Walau begitu, risiko kematian terendah selalu ditemukan pada subjek
yang IMTnya berkisar antara 18.5-25.0 kg/m2. Hal ini menyebabkan WHO3 dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia4 menetapkan IMT ideal berkisar pada rentang tersebut. Dua
studi lain yang lebih spesifik, dilakukan oleh Calle EE et al. selama 14 dan 16 tahun masing-
masing, mengaitkan IMT dan keadaan kesehatan subjek saat itu (faktor merokok dan
penyakit sebelumnya). Hasil dua studi tersebut menyatakan bahwa tingkat kematian terendah
terdapat pada mereka yang tidak pernah merokok, tidak memiliki penyakit, dan IMT berkisar
antara 23.5-24.9 kg/m2 (laki-laki) dan 22.0-23.4 kg/m2 (perempuan).3

BERAT BADAN IDEAL


Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa IMT ideal
(menurut studi spesifik diatas) yang paling baik terletak pada kisaran 23.5-24.9 kg/m2 pada
laki-laki dan 22.0-23.4 kg/m2 pada perempuan. Maka itu dapat dihitung berat-badan ideal per
individu dengan cara mengalikan tinggi badan (setelah di kuadratkan) dengan angka IMT
yang diinginkan. Hasil perhitungan kasarnya adalah sebagai berikut:

Tinggi Badan (cm) Berat Ideal Berat Ideal


Laki-laki (kg) Perempuan (kg)
145.0-149.9 49.5-55.9 46.3-52.5
150.0-154.9 52.9-59.7 49.5-56.1
155.0-159.9 56.5-63.6 52.9-59.8
160.0-164.9 60.2-67.7 56.4-63.6
165.0-169.9 64.0-71.8 59.9-67.5
170.0-174.9 68.0-79.1 63.6-71.5
175.0-179.9 72.0-80.5 67.4-75.7
180.0-184.9 76.2-85.1 71.3-89.9
185.0-189.9 80.5-89.7 75.3-84.3
190.0-194.9 84.9-94.5 79.5-88.8
195.0-199.9 89.4-99.5 83.7-93.5

Tabel 3. Berat Badan Ideal bagi Laki-laki dan Perempuan Sesuai Studi Calle EE et al.

Page 5 of 13
Walau demikian, ada pula yang mengatakan bahwa berat badan ideal didapat dengan
menggunakan Rumus Brocca, yakni:4

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝐼𝑑𝑒𝑎𝑙 (𝑘𝑔) = [𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑐𝑚) − 100] × 90%

Hasil: Bila berat badannya < 80%, dikategorikan sebagai kurus


Bila berat badannya 80-120%, dikategorikan sebagai berat badan ideal
Bila berat badannya > 120%, dikategorikan sebagai gemuk

Contoh: Tuan A memiliki tinggi 160 cm, dengan berat badan 50 kg.
Dihitung dengan rumus Brocca, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Berat Badan Ideal: [160 – 100] × 90% = 54 kg
Hasilnya kemudian dikalikan dengan presentase ideal:
(80-120%) × 54 kg = 43-65 kg
Berat badan Tuan A termasuk ideal

KEBUTUHAN KALORI
Kebutuhan kalori total seseorang dapat ditentukan dengan Taraf Metabolisme Basal
(Basal Metabolic Rate – BMR), jenis aktivitas fisik, dan Efek Kalorigenik Makanan (Specific
Dynamic Action – SDA).4

A. Menentukan BMR4
Dikenal adanya dua cara menentukan BMR seseorang, yakni:
a. Rumus Harris Benedict
Dikenal juga dengan sebutan rumus REE (Resting Energy Expenditure)

𝐵𝑀𝑅 (𝐿𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖) =


66,5 + {13,5 × 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)} + {5,0 × 𝑇𝐵 (𝑐𝑚)} − {6,75 × 𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑡ℎ)}

𝐵𝑀𝑅 (𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛) =
65,1 + {9,56 × 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)} + {1,85 × 𝑇𝐵 (𝑐𝑚)} − {4,68 × 𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑡ℎ)}

b. Metode Faktorial
𝐵𝑀𝑅 (𝐿𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖) = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔) × 1,0 × 24 𝑘𝑘𝑎𝑙
𝐵𝑀𝑅 (𝑃𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛) = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔) × 0,9 × 24 𝑘𝑘𝑎𝑙

Page 6 of 13
B. Aktivitas Fisik4
Tentukan berat/ringannya aktivitas fisik yang dilakukan pasien.

Orang dengan aktivitas ringan sebaiknya mengurangi 10-20% kalori dari basal.
Orang dengan aktivitas berat sebaiknya menambah 10-20% dari kalori basal.

Patokan orang yang memiliki aktivitas fisik ringan adalah pekerja kantoran,
tukang ketik, dokter, dan mereka yang aktivitasnya mayoritas hanya duduk.
Patokan orang yang memiliki aktivitas fisik berat adalah pekerja kuli bangunan,
olahragawan (cabang tertentu), buruh, dan pekerja tambang.
Patokan orang yang memiliki aktivitas fisik sedang adalah yang melakukan
pekerjaan rumah tangga, pekerja industri ringan, dan mahasiswa.

C. Menghitung SDA4
Diperkirakan jumlah SDA adalah ±10% jumlah BMR dan energi aktivitas

Maka itu rumus untuk menghitung kebutuhan kalori total adalah:


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 = 𝐵𝑀𝑅 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 + 𝑆𝐷𝐴

PESAN DASAR GIZI SEIMBANG


Untuk memenuhi energi dan gizi yang baik, maka dicetuskan tiga belas pesan dasar
yang disusun atas rekomendasi dari Kongres Gizi Internasional yang diselenggarakan pada
tahun 1992 di Roma yang menganjurkan setiap negara menyusun Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS). kemudian, penyusunan PUGS dibahas dalam Widyakarya Pangan dan
Gizi V pada bulan April 1993 yang hasilnya dijadikan landasan untuk menyusun program
pangan dan gizi nasional. Hasil pembahasan tersebut adalah tersusunnya materi “13 Pesan
Dasar Gizi Seimbang”. Inti dari 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang adalah sebagai berikut:5

1. Makanlah makanan yang beraneka ragam


Makanan yang beraneka harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan bahkan serat makanan dalam jumlah dan proporsi yang seimbang
menurut kebutuhan masing-masing kelompok (bayi, balita, anak, remaja, ibu
hamil dan menyusui, orang dewasa dan lansia)

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi

Page 7 of 13
Energi dan tenaga dapat diperoleh dari makanan sumber kabohidrat, lemak, serta
protein. Energi dibutuhkan untuk metabolisme dasar (seperti untuk menghasilkan
panas tubuh serta kerja organ-organ tubuh) dan untuk aktivitas sehari-hari seperti
belajar, bekerja serta berolahraga. Kelebihan energi akan menghasilkan obesitas
(kegemukan) sementara kekurangan energi dapat menyebabkan kekurangan gizi
seperti marasmus

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi


Karbohidrat sederhana, seperti gula dan makanan manis sebaiknya dikonsumsi
dengan memperhatikan azas tepat waktu, tepat indikasi dan tepat jumlah.
Makanan ini sebaiknya dimakan pada siang hari ketika kita akan atau sedang
melakukan aktivitas dan jumlahnya tidak melebihi 3-4 sendok makan gula/hari.
Karbohidrat kompleks sebaiknya dikonsumsi bersama makanan yang merupakan
sumber unsur gizi lain seperti protein, lemak/minyak, vitamin, dan mineral.
Seyogyanya 50-60% dari kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi
Konsumsi lemak dan minyak yang berlebihan, khususnya lemak/minyak jenuh
dari hewan, dapat berisiko kegemukan atau dislipidemia pada orang-orang yang
mempunyai kecenderungan ke arah tersebut. Dislipidemia atau eknaikan kadar
lemak (kolesterol atau trigliserida) dalam darah merupakan faktor risiko untuk
terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Konsumsi lemak/minyak
dianjurkan tidak melebihi 20% dari total kalori dan perlu diingat bahwa unsur gizi
ini juga memiliki peran tersendiri sebagai sumber asam lemak essensial serta
membantu penyerapan beberapa vitamin yang larut lemak (A, D, E, K)

5. Gunakan garam beryodium


Penggunaan garam beryodium dapat mencegah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). Namun, penggunaan garam yang berlebihan juga tidak
dianjurkan karena garam mengandung natrium yang bisa meningkatkan tekanan
darah. Sebaiknya konsumsi garam tidak melebihi 1 sendok teh per hari

6. Makanlah makanan sumber zat besi


Makanan seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging banyak
mengandung zat besi dan perlu dikonsumsi dalam jumlah yang cukup untuk
mencegah anemia gizi

Page 8 of 13
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan
Untuk dapat memberikan ASI dengan baik, ibu menyusui harus meningkatkan
jumlah dan mutu gizi makanannya selama hamil dan menyusui. Makanan
pendamping ASI (PASI) hanya boleh diberikan setelah usia bayi lebih dari empat
bulan dan pemberiannya harus bertahap menurut umur, pertumbuhan badan serta
perkembangan kecerdasan

8. Biasakan makan pagi


Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan
gizi utnutk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktivitas
dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi
belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan

9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya


Air minum harus bersih dan bebas kuman. Minumlah air bersih sampai dua liter
per hari sehingga metabolisme tubuh kita bisa berjalan lancar mengingat air
sangat dibutuhkan sebagai perlarut unsur gizi bagi keperluan metabolisme
tersebut. Konsumsi air yang cukup dapat menghindari dehidrasi dan akan
menurunkan risiko infeksi serta batu ginjal

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga yang teratur


Kegiatan ini akan membantu mempertahankan berat badan normal di samping
meningkatkan kesegaran tubuh, memperlancar aliran darah dan mencegah
osteoporosis khususnya pada lansia

11. Hindari minum minuman beralkohol


Alkohol bersama-sama rokok, dan obat-obat terlarang lainnya harus dihindari
karena dapat membawa risiko untuk terjadinya berbagai penyakit degeneratif,
vaskuler, dan kanker

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan


Makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung kuman atau parasit lain, tidak
tercemar, tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan makanan yang diolah
dengan baik sehingga unsur gizi serta citarasanya tidak rusak, merupakan
makanan yang aman dan baik bagi kesehatan

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas

Page 9 of 13
Label pada makanan kemasan harus berisikan tanggal kadaluwarsa, kandungan
gizi dan bahan aditif yang digunakan. Konsumen yang berhati-hati dan
memperhatikan label tersebut akan terhindar dari makanan yang rusak, tidak
bergizi dan makanan yang berbahaya. Selain itu, konsumen dapat menilai halal
tidaknya makanan tersebut

Gambar 3. Piramida Makanan Konsumsi Sehari-hari6

MENGUKUR ENERGI DALAM MAKANAN


Sedari tadi telah dijelaskan mengenai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk mencapai
berat ideal sesuai tinggi badan. Namun bagaimana cara mengetahui jumlah kalori yang
terdapat dalam makanan sehari-hari? Proses kalorimetri dapat membantu kita mengetahui
jumlah energi makanan, dengan cara membakar bahan makanan dan mencatat panas yang
dihasilkan (dalam bentuk perubahan temperatur). Pengukuran panas secara langsung ini
menggunakan suatu alat yang dinamakan bom kalorimeter. Bom kalorimeter adalah sebuah
wadah besi, menampung sampel makanan yang akan dibakar dalam lingkungan bertekanan
yang berisi oksigen murni. Alat ini dirancang khusus untuk menahan temperatur dan tekanan
tinggi, serta memiliki insulator panas yang mencegah terganggunya data oleh perubahan
temperatur diluar wadah.7

Page 10 of 13
Gambar 4. Bom Kalorimeter8

Berikut adalah skema dari bom kalorimeter. Bom kalorimeter ini memiliki volume
yang konstan, karena rangkanya yang kaku. Kapasitas panas dari kalorimeter sejumlah
dengan kapasitas panas air ditambah kapasitas panas kalorimeter yang kering. Jika diketahui
kapasitas panas kalorimeter dan dapat mengukur perubahan temperatur, kita dapat mengukur
jumlah kalori yang dilepaskan pada reaksi dalam kalorimeter.8

𝐶𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐶𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 + 𝐶𝐴𝑖𝑟

𝑞𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = 𝐶𝐾𝑎𝑙𝑜𝑟𝑖𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + ∆𝑇

Walau begitu, energi yang dicatat dalam percobaan menggunakan bom kalorimeter
tidaklah sama dengan energi yang dapat digunakan oleh tubuh manusia. Pada karbohidrat dan
lemak tidak terdapat perbedaan, tetapi pada pembakaran protein (dan kemungkinan alkohol)
terdapat perbedaan energi. Pada protein, hal ini dikarenakan Nitrogen, salah satu unsur
penting protein, tidak di metabolisme melainkan diekskresikan. Pada metabolisme alkohol,
diperkirakan pada bom kalorimeter maupun pada tubuh dihasilkan jumlah yang sama. Akan
tetapi, bila konsumsi alkohol terlalu tinggi, akan ada energi dari alkohol yang tidak terpakai.
Hal ini diperkirakan karena rusaknya sel-sel di hati (yang ikut merusak mitokondria sel-sel
dalam jumlah besar) akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol.8

Page 11 of 13
Bom Kalorimeter Kalorimeter Manusia
(kcal/g) (kcal/g)
Karbohidrat 4.2 4.2
Lemak 9.4 9.4
Protein 5.7 4.2
Alkohol 7.0 7.0

Tabel 4. Kalori Dalam Karbohidrat, Lemak, Protein, dan Alkohol8

HUBUNGAN DENGAN SKENARIO


Pada skenario didapatkan pasien laki-laki berusia 22 tahun, dengan tinggi badan
170 cm dan berat badan 48 kg. Menurut perhitungan, Indeks Massa Tubuh pasien ini
adalah 16.609, yang termasuk kekurangan berat badan tingkat berat. Berat ideal pasien
tersebut sesuai tinggi badannya menurut studi Calle EE et al. adalah 68,0-71,9 kg. Sementara
menurut rumus Brocca, berat badan ideal pasien adalah 63 kg, walau masih dapat berkisar
antara 50,5-75,6 kg.

Untuk mengetahui kebutuhan kalori pasien tersebut, perlu diketahui BMR, aktivitas
fisik, serta SDA pasien. Perhitungan Taraf Metabolisme Dasar pasien pada berat ideal
minimum (50,5 kg) menggunakan rumus Harris Benedict memunculkan angka 1.449.75
kkal. Perhitungan menggunakan Metode Faktorial, di sisi lain, memunculkan angka 1.212
kkal. Bila digunakan perhitungan dengan berat ideal maksimum, maka akan muncul BMR
sejumlah 1.788,6 kkal (rumus Harris Benedict) ataupun 1814.4 kkal (Metode Faktorial).
Pasien adalah seorang mahasiswa, yang kegiatan fisiknya diangap normal. Maka itu
Kebutuhan Kalori Total dari pasien ini (pada berat badan ideal minimum – 50,5 kg) adalah
2.545,2-3.044,475 kkal. Pada berat ideal maksimum (75,6 kg), Kebutuhan Kalori Total
pasien adalah 3756.06-3.810,24 kkal.

Menimbang hal tersebut, disarankan pasien mengubah pola makannya dengan


menambah jumlah makanan, agar dapat memenuhi kebutuhan kalorinya. Terutama makanan
yang banyak mengandung protein, yang akan membantu membentuk massa otot dan
menambah berat badannya dalam proporsi otot. Penambahan berat dengan cara ini akan
membuat penampilan pasien menjadi berwibawa sesuai keinginannya. Pemasukan lemak
akan sangat membantu menaikkan berat badan, tapi hanya akan menambah lemak tubuh, dan
tidak akan membuat penampilannya berwibawa.

Page 12 of 13
PENUTUP

Pencapaian berat badan yang ideal memenuhi bukan hanya aspek kesehatan tetapi juga aspek
penampilan. Berat badan yang ideal didapat setelah mengetahui tinggi badan seseorang, kemudian
meghitung sesuai dengan Indeks Massa Tubuh yang diinginkan. Untuk mencapai berat tubuh ideal
pun relative mudah, yakni dengan mengkonsumsi sesuai jumlah kalori yang diperlukan. Perhitungan
jumlah kalori juga didapatkan setelah menghitung antara tinggi badan dan berat badan yang
diinginkan. Makanan yang akan dikonsumsi dapat dihitung sesuai dengan kebutuhan kalori, dan
jumlah kalori yang didapat dari masing-masing makanan yang akan dikonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Expert Consultation, Barba C, Cavalli-Sforza T, Cutter J, Darnton-Hill I, et al.
Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and
intervention strategies. Lancet. 2004 Mar 13; 363(9412): 902.
2. The Free Dictionary – Body Mass Index [internet]. 2013 [Diakses 12 Oktober 2013]
Diakses dari: http://www.thefreedictionary.com/body+mass+index
3. Ferrera LA. Body mass index: new research [internet]. New York: Nova Science Publishers,
Inc; 2005. h.2-7. [Diakses 12 Oktober 2013]
Diakses dari: books.google.co.id/books?isbn=1594542821
4. Asmadi. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien
[internet]. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h.83-5. [Diakses 15 Oktober 2013]
Diakses dari: books.google.co.id/books?isbn=9793027533
5. Hartono A. Terapi gizi dan diet rumah sakit. Edisi kedua. Jakarta: EGC; 2006. p.160-2, 266-9
6. The Obese Solution. Piramida makanan [Gambar dari internet]. 1 Maret. [Diakses 15 Oktober
2013]
Diakses dari: http://obesesolution.wordpress.com/2011/03/01/saatnya-ubah-pola-makan-kita/
7. Dunford M, Doyle JA. Nutrition for sport and exercise [internet]. Belmont: Thomson
Wadsworth; 2008. h.39-40. [Diakses 15 Oktober 2013]
Diakses dari: books.google.co.id/books?isbn=0495014834
8. Amar FG. Bomb calorimeter [Internet]. 2011. [Diakses 15 Oktober 2013]
Diakses dari: http://chemistry.umeche.maine.edu/~amar/spring2011/bomb.html

Page 13 of 13

Anda mungkin juga menyukai