Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
1. Adinda Ma’rifatul Ula (P17310183050)
2. Azkiyatul Ilmi Burhani (P17310183049)
Disusun Oleh :
1. Adinda Ma’rifatul Ula (P17310183050)
2. Azkiyatul Ilmi Burhani (P17310183049)
2.1. Definisi
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim
yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. (Sarwono, 2009 :
524)
Atonia uteri adalah kondisi dimana myometrium tidak dapat
berkontraksi segera setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil
(massage) fundus uteri, segera setelah lahirnya plasenta. (Taufan, 2012 : 85)
2.2. Etiologi
Overdistensi uterus, baik absolut maupun relatif, merupakan faktor
resiko mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan
oleh kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion atau abnormanlitas
janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur uterus atau kegagalan untuk
melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah di uterus baik
sebelum maupun sesudah plasenta lahir. Lemahnya kontraksi miometrium
merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau persalinan
dengan tenaga besar, terutama bila mendapatkan stimulasi.
Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari inhibisi kontraksi
yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi terhalogenesasi,
nitrat, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta
simpatomimetik dan nifedipin.
Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri
(korioamnionitis, endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi
atau uterus couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi
masif. (Taufan, 2011 )
2.3. Diagnosis
Diagnosis dilakukan bila bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal pada palpasi didapatkan
fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek.
Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat
itu juga masih asda darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. (Sarwono, 2009 :
525)
Tanda dan gejala yang selalu ada :
Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Perdarahan segera setelah bayi lahir
2.4. Penatalaksanaan
1. Masase dan Kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang
akan menghentikan perdarahan. Kompresi uterus bimanual dapat ditangani
tanpa kesulitan dalam 10-15 menit. Biasanya sangat baik mengontrol
bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.
Bila uterus refrakter oksitosin dan perdarahan tidak berhenti setelah
kompresi bimanual maka harus dilakukan tindakan terakhir yaitu
histerektomi.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15
detik)
- Gunakan sarung tangan DTT panjang
- Bersihkan vulva dan perineum dengan cairan antiseptik
- Kosongkan kandung kemih
- Mengeluarkan semua bekuan darah atau selaput yang mungkin masih
tertinggal
- Segera memulai Kompresi Bimanual Internal (KBI)
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukan secara obstetric (menyatukan kellima ujung jari)
melalui introtus ke dalam vagina ibu
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan
darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak
dapat berkontraksi secara penuh
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
ditekan dari arah depan ke belakang
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi
e. Evaluasi keberhasilan :
Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit kemudian perlahan-lahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala IV
Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan masih berlangsung,
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi
laserasi. Jika demikian segera lakukan penjahitan untuk
menghentikan perdarahan.
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna,
kemudian langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya
2. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal
yaitu resusitasi dengan oksigen dan pemberian cairan yang cepat,
monitoring tanda-tanda vital, jumlah urine, dan saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusi darah.
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior
hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat
seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor
oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan
meningkatkan frekuensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani.
Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif
diberikan lewat infuse dengan RL 20 IU per lliter, jika sirkulasi kolaps
bisa diberikan oksitosin 10 IU IMM. Perdarahan popstpartum dini
sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan
penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan aktif yang terjadi.
4. Uterine lavage dan uterine packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke
dalam cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia
uteri. Pemberian 1-2 liter salin 47 – 50 langsung ke dalam cavum uteri
menggunakan piupa infus. Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum
sehingga memberikan tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen
bawah rahim harus terisi sekuat mungkin, anestesi dibutuhkan dalam
penanganan ini dan antibioda broad-spectrum hasrus diberikan. Uterine
packing harus dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan resusitasi
cairan dan transfuse darah masuk. Uterine packing diberikan jika tidak
tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan
dilakukan operasi.
5. Opratif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka
keberhasilan 80-90%.
7. Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture” ditemukan oleh
Christoper B Lynch 1997, sebagai tindakan operative alternative untuk
mengatasi perdarahan postpartum akibat atonia uteri.
8. Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika
terjadi perdarahan postparum masih yang mebutuhkan tindakan operatif.
Insidensi mencapai 7-13 per 100.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi
pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
Oleh :
Waktu :
Pukul : 18.00 WIB
KALA I
I. PENGKAJIAN
A. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. A
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : JL. Swari Utara, Sukun. Kota Malang
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Ibu hamil anak kedua, UK 40 minggu, mengeluh perutnya terasa mulas
dan nyeri punggung menjalar ke perut bagian bawah sejak pukul 14.00
WIB, serta mengeluarkan lendir bercampur darah.
2. Riwayat Menstruasi
2.1 Menarche : 14 tahun
2.2 Siklus : 24 hari
2.3 Lama : 6-7 hari
2.4 Banyaknya : 3x ganti pembalut
2.5 Teratur/ tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur
2.6 Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya bersifat encer dan merah
2.7 Dismenore : Tidak ada
3. Riwayat Perkawinan
Perkawinan sekarang adalah perkawinan yang pertama untuk suami dan
istri, lama perkawinan sudah 3 tahun secara agama maupun negara.
2 Sekarang
6. Riwayat Kesehatan
6.1 Riwayat kesehatan sekarang
Penyakit menular : tidak mempunyai penyakit TBC atau hepatitis.
Penyakit menurun : tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, atau
asma
6.2 Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit menular : tidak mempunyai penyakit TBC atau hepatitis
Penyakit menurun : tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, atau
asma
Pasien ridak pernah di rawat di RS atau menjalani operasi apapun.
6.3 Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit menular : tidak mempunyai penyakit TBC atau hepatitis
Penyakit menurun : tidak mempunyai penyakit hipertensi, DM, atau
asma
Tidak ada riwayat kehamilan kembar dalam keluarga
6.2 Perilaku Kesehatan
Penggunaan alkohol/
obat-obatan sejenis : tidak pernah
Pengonsumsi jamu : tidak pernah
Merokok : tidak pernah
8. Riwayat Spiritual
Bila agama Islam, shalat,
Pengajian : ya, dilakukan
9. Riwayat KB
Jenis alkon : belum pernah KB
Sudah digunakan selama : belum pernah KB
Alasan lepas alkon : belum pernah KB
C. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Keadaan Emosional : Stabil
3. Kesadaran : Composmentis
4. Tinggi Badan : 156 cm
6. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 80x/ menit
Suhu : 36ºC
7. BB sebelum hamil 45 kg
Kenaikan BB selama hamil
TM I : 4 kg
TM II : 4 kg
TM III : 4 kg
BB sekarang 57 kg
8. LILA : 21,5 cm
7. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Pembesaran : ada sesuai UK kehamilan
Konsistensi : keras
Bejolan : tidak ada
Pembesaran lien lier : tidak ada
Palpasi Uterus
Leopold I
TFU 3 jari bawah px, pada fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak
melentingyang berarti bokong.
Leopold II
Perut sebelah kanan ibu teraba papan panjang dan luas yang berarti
punggung. Pada perut sebelah kiri ibu teraba bagian kecil janin
yang berarti ekstrimitas.
Leopold III
Bagian terendah janin teraba bagian bulat, keras yang bearti kepala
Leopold IV
Bagian terendah janin sudah masuk PAP
TFU Mc. Donalds : 32 cm
Fetus
Letak : belakang kepala
Presentasi : kepala
Penurunan : Hodge I
Pergerakan : aktif
Observasi his
His : ada
Sejak : 14.00 WIB
Frekuensi : belum teratur
Lamanya : 20 detik
TBJ : (32-11) 155 -> 21 x 155 = 3255 gr
DJJ : terdengar teratur dan kuat dengan frekuensi
130 kali/ menit. Punctum maksimum di
bawah pusat sebelah kanan.
8. Anogenital (inspeksi)
Perinium : tidak ada luka
Vulva dan vagina
Warna : merah
Luka : tidak ada
Varises : tidak ada
Pengeluaran pervaginam : lendir bercampur darah
Kelenjar Bartolini : tidak ada pembengkakan
Anus : tidak ada hemoroid
9. Punggung dan pinggang
Posisi punggung : tulang belakang sedikit lordosis
Nyeri pinggang : tidak ada
10. Ektermitas
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Varices : tidak ada
Refleks patella : (+) positif kanan kiri
E. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 8rg %
Golongan Darah :B
Albumin dan reduksi urine : negatif (-)
USG : tidak pernah
F. Pemeriksaan Dalam
Tanggal :
Waktu : 18.00 WIB
1. Dinding vagina : teraba rugae, tidak ada benjolan
2. Portio
Konsistensi : lunak
Pembukaan : 3 cm
3. Ketuban : (+)
4. Presentasi : Kepala
5. Penunjuk : Ubun-ubun kecil
6. Penurunan : Hodge I, 4/5
3. Kebutuhan
a. Persiapan fisik dan mental
b. Pengalihan rasa nyeri
c. Informasi tentang kemajuan persalinan
d. Nutrisi untuk proses persalinan
e. Penyuluhan cara meneran aktif
V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu tentang kondisi ibu dan janinnya saat ini
2. Menghadirkan orang terdekat untuk menemani ibu saat persalinan
3. Melakukan observasi Kala I
4. Bimbing pasien untuk rileks
5. Beri pasien makan atau minum
6. Siapkan alat partus, set hecting, pakaian pasien dan pakaian bayi.
7. Diskusikan posisi persalinan yang akan dipilih
8. Bimbing dan bantu pasien untuk berkemih
9. Ajari ibu meneran yang efektif
10. Observasi keadaan pasien, janin, dan kemajuan persalinan
11. Siapkan cairan infus RL
12. Beri ibu obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter, berikan ampicilin
2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
VI. PELAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu keadaan ibu dan janinnya dalam keadaan baik dan
memberikan dukungan bahwa pasien dapat melahirkan bayinya secara
normal.
2. Melibatkan orang terdekat dalam pendampingan persalinan bertujuan agar
pasien merasa mendapat dukungan dari orang terdekatnya.
3. Melakukan observasi persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka lengkap ( 10 cm).
4. Membimbing pasien cara untuk rileks saat ada his, dengan menarik napas
panjang kemudian dilepaskan dengan cara meniupkan napas sewaktu ada
his.
5. Memberikan makan dan minum agar pasien dapat memenuhi kebutuhan
energi dan nutrisi guna mencegah terjadi dehidrasi.
6. Menyiapkan set partus, set hecting, set alat pertolongan bayi segera setelah
lahir, pakaian pasien dan pakaian bayi
7. Mendiskusikan dengan pasien dan suami mengenai posisi melahirkan yang
akan dipilih. Bidan memberikan penjelasan mengenai keuntungan dari
masing-masing posisi dan memberikan contoh mengenai gambaran posisi
melahirkan yang dapat dipilih oleh pasien.
8. Membimbing dan membantu pasien jika merasa ada dorongan untuk
berkemih, karena jika kandung kemih penuh dapat menghalangi
penurunan kepala.
9. Mengajari ibu meneran yang efektif
* Menganjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya
selama kontraksi
* Memberitahu ibu untuk tidak menahan nafas saat meneran
* Memberitahu ibu untuk berhenti meneran dan dan beristirahat di antara
kontraksi
* Meminta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran
10. Melakukan observasi keadaan pasien, janin dan kemajuan persalinan
menggunakan partograf
11. Pemberian infus RL dengan 20 tetes/ menit. pasang infus menggunakan
jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NC. Infus 1
L dalam 15 sampai 20 menit. jika mungkin infuskan 2 L dalam waktu satu
jam pertama, kemudian turunkan ke 125 cc/ jam.
12. Memberikan obat ampicilin 1 mg atau menurut advis dokter, berikan
ampicilin 2 gr atau amoksilin 2 gr per oral.
VII. EVALUASI
1. Ibu sudah tahu keadaanya. Bahwa keadaan ibu baik, ibu tampak gelisah
dan cemas menghadapi persalinan.
2. Ibu didampingi suami dalam persalinannya
3. Observasi kala I telah dilakukan
4. Ibu bisa melakukan relaksasi saat his dengan benar
5. Ibu makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan energi
6. Ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan psikologis ibu seta penolong
sudah dipersiapkan
7. Ibu memilih posisi setengah tidur saat melahirkan
8. Ibu bisa meneran dengan efektif
9. Melakukan observasi keadaan pasien, janin dan kemajuan persalinan
menggunakan partograf
10. Infuse sudah di siapkan
11. Obat sudah diberikan dan ibu mau meminumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Norma D, Nita. Mustika. 2018. Asuhan Kebidanan: Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus. Yogyakarta: Nuha Medika
Pudiastuti, Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin Patologi.
Yogyakarta : Nuha Medika
Eniyati, Afifin Sholihah. 2013. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sukarni, Icesmi, Margareth ZH. 2015. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas
Dilengkapi dengan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika
Sulityawati, Ari, Esti Nugraheny. 2014. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika
Jannah, Nurul. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media