Anda di halaman 1dari 5

3.

2 Pembahasan

3.2.1. Hand Bor

Pada tahap pemboran metode yang digunakan yaitu hand bor. Penggunaan
hand bor dengan cara memutar stang searah jarum jam sambil ditekan untuk
melakukan pengeboran tanah, lakukan pengangkatan setelah dirasa mata bor telah
penuh kurang lebih 10-15 cm.

Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pada kedalaman 0 – 0,21 m tekstur
tanahnya berbutir, setelah di kedalaman 0,28 m tekstur tanahnya menjadi padat
dan mulai dari kedalaman 0,64 – 2 m tanahnya menjadi lebih basah dan lebih
padat. Untuk warna tanahnya, pada kedalaman 0 – 0,14 m tanahnya berwarna
coklat muda, setelah di kedalaman 0,21 m warna tanahnya berubah menjadi coklat
tua dan di kedalaman 0,42 m warna tanahnya berubah lagi menjadi coklat pudar,
dan mulai dari 0,92 – 2 m warna tanahnya berubah lagi menjadi coklat keabu-
abuan. Sedangkan jenis tanahnya dari kedalaman 0 – 0,07 m adalah pasir, pada
kedalaman 0,14 – 0,21 jenis tanahnya berupa gembur dan mulai dari kedalaman
0,28 – 2 m jenis tanahnya berupa lempung.

3.2.2. Kadar Air

Pada percobaan untuk mendapatkan kadar air kali ini masing-masing


dilakukan pengujian dengan menggunakan 2 sampel tanah. Kemudian
dimasukkan sampel tanah tersebut pada cawan yang berbeda lalu ditimbang W1
(Berat cawan), W2 (Berat cawan + Tanah basah), dan W3 (Berat cawan + Tanah
kering). Didapatkan W1 sebesar 14.13 dan 14.50, W2 sebesar 44.95 dan 44.53,
serta W3 sebesar 37,27 dan 36,81. Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
menggunakan rumus kadar air (Lihat persamaan 2.1)

Diperoleh nilai kadar air yaitu cawan 1 sebesar 33,18% dan cawan 2
sebesar 33,70%. Dan dirata-ratakan dengan menambahkan nilai kadar air cawan 1
dengan cawan 2 kemudian dibagi dua. Dan didapatkan kandungan air pada daerah
pengambilan sampel sebesar 33%.

27
3.2.3. Berat Isi

Pengujian berat isi diawali dengan membersihkan ring kemudian


mengukur diameter dan tinggi ring, kemudian ring yang sudah dibersihkan
sebelumnya ditimbang beratnya, cetak sampel tanah pada ring tersebut lalu
diratakan. Didapatkan d = 5 cm, t = 1.4 cm , W1 sebesar 20.16 gr, dan W2 sebesar
71,32 gr.

Hasil pengukuran didapatkan menggunakan rumus berat isi (Lihat


persamaan 2.2). Dan diperoleh berat isi rata-rata tanah adalah 1,86 gram/cm3
yang termasuk ke dalam jenis tanah basah.

3.2.4. Berat Jenis

Pada pungujian ini praktikan menggunakan contoh tanah 100 gr dioven


selama 24 jam, kemudian dihaluskan dan disaring dengan saringan No. 40.
Contoh tanah dimasukkan kedalam 2 piknometer yang berbeda sebanyak 25 gr
dan masukkan air suling kemudian ditimbang W1 (Berat piknometer), W2, W3,
dan W4. Didapatkan W1 = 72.53 dan 75.13, W2 = 82.56 dan 85.03, W3 = 181.16
dan 182.93, W4 = 175.34 dan 177.09.

Hasil pengukuran didapatkan menggunakan rumus berat jenis (Lihat


persamaan 2.3). Berdasarkan rumus tersebut hasil dari pengujian di laboratorium
diperoleh berat jenis (Gs) piknometer 1 dan piknometer 2 adalah 2,4 termasuk
dalam tanah organik.

3.2.5. Uji Atterberg Limit

Batas-batas atterberg limit yang dikenal adalah batas cair, batas plastis,
dan batas susut. Pada Pengujian kali ini menggunakan sampel tanah yang lolos
saringan No. 40 sebanyak ± 500 gram. Pengujian LL dan PL didapatkan dengan
menghitung kadar air rata-rata dari setiap percobaan yang dilakukan. Kemudian
penggujian SL didapatkan dari nilai kadar air , volume awal, volume akhir, dan
berat tanah kering.

28
Pada sampel tanah yang diambil memiliki LL =51%, PL = 30%, PI = 20%,
SL= 46%. Karena nilai PI lebih besar dari 17%, maka dapat disimpulkan tingkat
plastisitas pada tanah tersebut tinggi, serta merupakan jenis tanah lempung yang
mana pada kenyataannya memilik tingkat kohesi atau tingkat kelekatan antar
partikel pada tanah saling melekat antar satu dengan yang lain.
3.2.6. Analisa Hidrometer

Pada pengujiann ini praktikan menggunakan contoh tanah sebanyak 100


gram di oven sampai kering, masukkan tanah kering kering sebanyak 50 gram
kedalam mangkok diberi air suling 100 ml dan sodium hexa 20 ml sambil diaduk
kemudian diamkan selama 24 jam, setelah itu dimasukkan kedalam gelas ukur
lalu di kocok. Letakkan gelas ukur kedalam bak berisikan air,segera masukkan
hidrometer dan dibaca pada waktu yang telah ditentukan. Dari hasil percobaan
yang dilakukan didapati pembacaan hidrometer sebesar 15, nilai % butiran halus
sebesar 21% dan nilai hidrometer aktual sebesar 16 setelah 24 jam didiamkan
dalam air.

3.2.7. Analisa Saringan

Analisa saringan adalah analisis yang dilakukan untuk menentukan gradasi


butir (distribusi ukuran butir). Pada percobaan ini kita menggunakan sampel tanah
yang telah oven selama 24 jam yang kemudian didinginkan dan ditimbang,
kemudian disaring menggunakan satu set saringan (No. 4, 10, 40, 60, 100, 200).

Pada pengujian ini kita akan mencari nilai % tertahan, nilai % kumulatif, dan nilai
lolos (%) pada setiap saringan. Dari percobaan ini kita mendapati :

- Saringan No. 40 memiliki nilai tertahan sebesar 0,42%, nilai komulatif sebesar
0,42%, serta nilai lolos sebesar 99,58%.

- Saringan No. 60 memiliki nilai tertahan sebesar 11,4%, nilai komulatif sebesar
11,82%, serta nilai lolos sebesar 88,18%.

- Saringan No. 100 memiliki nilai tertahan sebesar 8.44%, nilai komulatif sebesar
20,26%, serta nilai lolos sebesar 79,74%.

29
- Saringan No. 200 memiliki nilai tertahan sebesar 7,44%, nilai komulatif sebesar
27,7%, serta nilai lolos sebesar 72,3%.

- PAN memiliki nilai tertahan sebesar 0,3%, nilai komulatif sebesar 28%, serta
nilai lolos sebesar 72%.

3.2.8. Kuat Geser Langsung (Direct Shear Test)

Pengujian ini dilakukan untuk mencari harga-harga parameter tanah


(kohesi) dan sudut geser dalam dengan menghitung nilai gaya geser dan tegangan
geser. Pada pengujian ini kita menggunakan tiga benda uji, masukan benda uji
kedalam cincin lalu ditimbang kemudian masukkan kedalam cincin pemeriksaan
yang telah terkunci. Stang penekan dipasang vertikal dengan gaya normal yang
berbeda-beda yaitu 3, 6, dan 12 kg.

Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai gaya geser dan tegangan geser


yaitu contoh 1 sebesar 2.71 kg dan 0.09 kg/cm2, contoh 2 sebesar 3.72 kg dan
0.12 kg/cm2, contoh 3 sebesar 7.44 kg dan 0.24 kg/cm2. Dengan menggunakan
rumus kalibrasi dikali nilai dial untuk mendapatkan gaya geser dan gaya geser
dibagi dengan luas untuk mendapatkan tegangan geser.

30
IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada praktikum yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
a. Pada kedalaman kurang lebih 2 m diperoleh contoh tanah tak terganggu
dalam tabung menggunakan metode hand boring dengan deskripsi visual
Lebih padat dan lebih basah berwarna coklat muda, maka dari hasil tersebut
dapat dinyatakan jenis tanahnya yaitu lempung.
b. Pada penguian kadar air diperoleh rata-rata 33% dari kedua contoh tanah tak
terganggu dan berat isi sebesar 1,86 gr.
c. Pada pengujian berat jenis (Gs) diperoleh rata-rata hasil 2,4 gr dari kedua
contoh tanah yang diambil melalui metode hand boring.
d. Pada pengujian batas-batas atterberg diperoleh rata-rata hasil batas cair (LL)
51% dari kadar air keempat contoh tanah dan batas plastis (PL) 30% dari rata-
rata kadar air kedua contoh tanah, serta batas susut (SL) sebesar 53%, contoh
tanah yang digunakan lolos saringan 40, adapun perolehan grafik batas
cairnya.
e. Penentuan ukuran butir (gradasi) tanah dengan alat saringan dan hidrometer
diperoleh nilai dari saringan 200 dengan diameter 0,083 mm dapat
meloloskan butiran tanah sebesar 72,3%.
f. Diperoleh nilai kohesi (c) 0.5, dan sudut geser dalam contoh 1 adalah 77o,
conto tanah 2 adalah 66o dan contoh 3 adalah 42o , dengan pengujian kuat
geser tanah adapun perolehan grafik hubungan tegangan normal dan tegangan
gesernya.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan praktikum
selanjutnya dapat lebih baik yaitu perlu mempelajari dan memahami materi yang
akan dipraktikkan agar memperlancar berjalannya praktikum dan lebih berhati-
hati menggunakan alat praga praktikum yang sebagian besar berbahan kaca.

31

Anda mungkin juga menyukai