Anda di halaman 1dari 8

G.

Istilah Istilah Dalam Tasawwuf

1. AL Maqamat

Maqomat menurut bahasa adalah tahapan, sedangkan menurut istilah adalah upaya sadar untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui tahapan-tahapan untuk mencapai makrifatullah, di mana
upaya tersebut telah menjadi sifat yang menetap pada diri seseorang.

* Tingkatan Al Maqamat :

A. Tobat

Dalam rangka untuk mensucikan hati dan diri dari segala dosa yang pernah diperbuat, manusia
diwajibkan untuk menyesali perbuatan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi lagi. Arti
taubat adalah kembali dari segala yang tercela menurut agama, menuju semua yang terpuji. Allah
Swt. memerintahkan hambanya agar bertaubat dengan taubat yang semurni-nurninya.

‫ّللا ِإلَى تُوبُوا آ َمنُوا الَّذِينََ أَيُّ َها يَا‬ََِّ َ‫صوحا ت َْوبَة‬ ُ َ‫سىَ ن‬ َ ‫ع‬ َ ‫ن َربُّ ُك َْم‬ َْ َ ‫ِر أ‬
ََ ‫ع ْن ُك َْم يُكَف‬
َ ‫س ِيئ َاتِ ُك َْم‬ َ ‫ن تَجْ ِري َجنَّاتَ َويُ ْدخِ لَ ُك َْم‬ َُ ‫ل يَ ْو ََم ْاْل َ ْن َه‬
َْ ِ‫ار تَحْ تِ َها م‬ ََ ‫ّللاُ ي ُْخ ِزي‬
ََّ
ََّ ‫ورهُ َْم ۖ َمعَ َهُ آ َمنُوا َوالَّذِينََ النَّ ِب‬
‫ي‬ ُ ُ ‫ن‬ ‫ى‬
َ ‫ع‬‫س‬ْ ‫ي‬ ََ‫ْن‬
َ َ َ ِْ ‫ي‬ ‫ب‬ َ
‫م‬ ‫ه‬ ‫ِي‬‫د‬ ‫ي‬
ْ َ ‫أ‬ َ
‫م‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ا‬‫م‬
ِِْ َ َِ ‫ي‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ب‬‫و‬ ََ‫ون‬ ُ ‫ل‬‫و‬ ُ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫َا‬ ‫ن‬َّ
َ َ ْ ِ‫م‬ ‫ب‬‫ر‬ َ
‫م‬ ْ ‫ت‬َ ‫أ‬ ‫َا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ور‬ ُ
َ ْ َ‫ن‬ َ
‫ِر‬‫ف‬‫غ‬ْ ‫ا‬‫و‬ ‫َا‬ ‫ن‬َ ‫ل‬ ۖ ََ‫ك‬َّ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ى‬
َ َ
ِ َ ِ ‫ل‬‫ع‬ َ
‫ل‬ ُ
‫ك‬ ‫ء‬
َ ‫َي‬
ْ ‫ش‬ ‫ِير‬
َ ‫د‬ َ ‫ق‬

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa
(taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia;
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim :8)

B. Wara’

secara bahasa adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi hal- hal yang tidak baik
dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala yang tidak jelas antara halal
dan haram. Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah; Artinya: “Wara’ adalah
meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk pula meninggalkan hal yang
tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan perkara mubah yang
berlebihan.”

C. Zuhud

Adalah suatu sikap yang menakankan untuk meninggalkan ketergantungan jiwa pada
keduniawian. Zuhud bukanlah tidak adanya harta dan duniawi lainnya pada diri seseorang. Orang
zuhud mungkin kaya namun hatinya tidak tergantung dan terpengaruhi oleh kekayaannya.
Contohnya Nabi Sulaiman as sangat kaya raya namun sangat zuhud dunia.
2. AL Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam
bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi
"shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah. Menguatkan makna seperti ini
adalah firman Allah dalam Al-Qur'an:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas”. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Contoh Sabar :

1. Sebab Meraih Kemuliaan


2. Sabar Dalam Menuntut Ilmu
3. Sabar Dalam Mengamalkan Ilmu
4. Sabar Dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar
5. Sabar Menjauhi Maksiat
6. Sabar Menerima Takdir

2. AL Ahwal

menurut bahasa adalah keadaan, sedangkan menurut istilah yaitu keadaan jiwa dalam proses
pendekatan diri kepada Allah Swt, di mana keadaan tersebut masih temporer belum menetap
dalam jiwa. Kondisi ini menuntut tindakan untuk menyikapinya.

 Tingkatan AL Ahwal ;

A. Muraqabah

Muraqabah artinya saling mengawasi, saling mengintai atau saling memperhatikan. Dalam
kajian Tasawuf/Tarekat, muraqabah dalam pengertian bahasa tersebut, terjadi antara hamba
dengan Tuhan nya.

B. Mahabbah

Istilah mahabbah secara bahasa berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabbatan, yang
berarti mencintai secara mendalam, khususnya kepada Allah. Jika umat Islam mencari
mahabbah atau cinta murni ini, kemudian berhasil mencapainya ia akan dimuliakan oleh
Allah SWT.
C. Khauf
Secara Etimologi,Khauf berasal dari Bahasa Arab yang berarti ketakutan. Adapun secara
terminologi, sebagaimana diuraikan dalam kamus tasawuf, khauf adalah suatu sikap
mental merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdiannya, takut atau
khawatir kalau-kalau Allah tidak senang padanya. Khauf timbul karena pengenalan dan
cinta kepada Allah yang mendalam sehingga ia merasa khawatir kalau Allah
melupakannya atau takut kepada siksa Allah.

D. Raja’

Adapun roja` secara bahasa artinya harapan/cita-cita; sedangkan menurut istilah ialah
bergantungnya hati dalam meraih sesuatu di kemudian hari. Roja` merupakan ibadah
yang mencakup kerendahan dan ketundukan, tidak boleh ada kecuali kepada Allah 'Azza
wa Jalla. Memalingkannya kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa berupa syirik besar
atau pun syirik kecil tergantung apa yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap.

E. Syauq

Kata "syauq" berarti: keinginan yang sangat kuat, tuntutan yang kuat, atau ekstase yang
muncul dari makrifat; atau menggabungkan perasaan senang, nestapa, dan derita. Bagi para
sufi, "syauq" adalah: Gerak hati dengan penuh gairah kepada yang Tercinta yang sama sekali
tidak dapat dipersepsi dan dijangkau, sebab setelah pelakunya "menyaksikan" ia menjadi
"hilang".

F. Uns

Syekh Abu Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata:Makna uns (suka cita) dengan Allah
swt.adalah ketergantungan diri kepada-Nya,menaruh kepercayaan kepada-Nya dan
meminta bantuan kepada-Nya.Sementara tidak ada ungkapan lain yang lebih tepat dari
ungkapan di atas.

G. Tumakninah

Secara Bahasa Tumakninah berarti tenang dan tentram.Tidak ada rasa was was atau
khawaatir,taka da yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran karena ia telah
mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.

H. Musyahadah

Dari segi bahasa musyahadah itu berasal dari rumpun kata Syahida-Shaahada yg
mempunyai arti bersaksi atau menyaksikan, oleh karna itu seseorang belum dpt untuk
dikatakan sebagai seorang Islam jika orang tersebut belum menyatakan akan dua kalimat
syahadat. Didalam bermusyahadah ini juga sangatlah di butuhkan sebab segala peristiwa
atau kejadian itu yg pertama di tanyakan adalah adanya penyaksian atau saksi.

H.Peranan Tasawwuf dalam kehidupan Moderen


1. Ialah bahwa kecendrungan Agama islam semakin kuat. Disi Ulama’ tetap memegang peranan
penting dalam rangka tetap menjaga kemurnian Agama, Dan karena itu memiliki Otoritas
untuk berbicara Atas Nama Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah.

2. Adalah kecendrungan bahwa Islam akan berfungsi sebagai ajaaran etika akibat proses
Modernisasi dan Sekularisasi yang secara Perlahan lahan hanya memberikan peluang yang
sangat kecil bagi penghayatan keagamaaan.

3. Ialah kecendrungan Islam dihayati dan diamalkan sebagai sesuatu yang Spiritual sebagai reaksi
terhadap perubahan masyarakat yang sangata cepat akibat kemajuan Ilmu pengetahuan,
Teknologi dan Industrialisasi.

I. Teladan Sufi Nabi dan Sahabat

1. Pengalaman Sufi Nabi Muhammad Saw

A .Pengalaman Khalwat di Gua Hira

Setiap Bulan Ramadhan Muhammad selalu menyendiri di Gua Hira, menjauhi keramaian hidup,
menghindari kemewahan duniawi ini semua membuat hati beliau menjadi bersih, yang
merupakan penghantar terhadap kenabian Beliau.

Pengasingan Nabi Muhammad di Gua Hira merupakan acuan sufi dalam Khalwat. Manfaat dari
mengisolasi diri ialah pemusatan diri dalam beribadah, Berpikir, Mengakrabkan diri di dalam
Munajat dengan Allah.

B. Kebenaran mimpi Nabi Muhammad SAW

Dalam perspektif sufistik dapat dikatakan bahwa mimpi nubuwwah atau mimpi yang merupakan
bagain dari kenabian adalah mimpi di mana kesan-kesan spiritual direfleksikan langsung oleh
hati tanpa campur tangan imajinasi. Mereka adalah wahyu-wahyu Yang Riil itu sendiri, dan
mimpi-mimpi itu berhubungan dalam tiap rinci dengan segala sesuatu yang dilihat (kemudian) di
dalam dunia luar. Kemampuan mimpi ini untuk berfungsi semakin besar jika berada dalam
keadaan tanpa pengaruh indera dan energi jiwa diarahkan ke dalam jiwa itu menuju alam
malakût melalui serangkaian riyâd } ah. Di sinilah mungkin sebabnya mengapa orang yang
mempunyai kemampuan imajinasi lebih, belum tentu dapat mengakses mimpi yang benar jika
tidak dibarengi dengan usaha pembersihan jiwa dengan mujâhadah al-nafs. Dan ini berarti
bahwa mimpi nubuwwah hanya dapat diterima oleh orang-orang yang telah membersihkan diri
dari kotorankotoran jiwa duniawi dan yang telah sampai ke dalam hadirat Ilahi.

C. Masalah Wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW

Mengenai Kehidupan Nabi sama turunnya Wahyu, ditandai dengan sikap Zuhud dan
pengendalian diri dalam makan dan minum. Pengisian dengan Amal Amal Shaleh yang
merupakan sumber kekayaan bagi para Sufi.

Rasulullah pada periode ini selalu mewajibkan diri tetap dalam keadaan sederhana, banyak
beribadah dan Shalat Tahajjud.

D. Pengalaman Isra’ Dan Mi’Raj

Isra Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam waktu satu
malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada
peristiwa ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapat perintah untuk
menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Peristiwa Isra’ dan Mi’Raj merupakan puncak kedekatan Nabi Muhammad Saw dengan Allah
Swt. Yang merupakan pengalaman spiritusl penting yaitu perjalanan Nabi pada malam hari naik
ke langit untuk menghadap kepada Allah Swr.

Pengalaman Isra’ Mi’Raj itu secara Sufistik merupakan pengalaman Rohaniah tertinggi yang
menunjukkan terpilihnya Muhammad oleh Allah untuk Musahadah dengannya.

2. Pengalaman Sufi Sahabat


A. Abu Bakr Ash Shiddiq

Pada mulanya ia adalah salah seorang yang kaya.Setelah masuk islam ia menjadi orang yang sangat
sederhana.ketika menghadapi perang Tabuk,beliau bersedia memberikan seluruh harta bendanya
untuk jalan Allah Swt. Dan beliau yakin Cukup bagiku Allah. Abu Bakr hanya memiliki Sehelai
Pakaian,ia memiliki taqwa sebagai “ Pakaiannya “ . ia menghiasi dirinya dengan sifat sifat rendah
hati, Santun, Sabar, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan ibadah dan Zikir.
B. Umar Bin Khathab

Umar bin Khathab yang terkenal dengan keheningan jiwa dan kebersihan kalbunya, sehingga
Rasulullah Saw berkata ; “ Allah telaah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati umar “ . Ia
terkenal dengan Kezuhudan dan kesederhanaannya. Diriwayatkan, Pada suatu ketika ia menjabat
sebagai Khalifah,ia berpidato dengan memakai baju bertambal Dua Belas sobekkan.
Umar menghabiskan Malamnya untuk beribadah. Ia merasa bahwa pada waktu malam lah Ia
mempunyai Kesempatan yang luas untuk menghadapi hati dan wajahnya kepada Allah SWT.

C. Utsman Bin Affan

Ketika menghadapi perang Tabuk, Sementara Kaum muslimin sedang menghadapi muslim
Paceklik,Usman memberikan bantuan yang besar berupa kendaraan dan perbekalan Tentara.

Ustman telah membeli sebuah Telaga milik Seorang Yahudi untuk kaum muslimin. Hal ini dilakukan
karena Air Telaga Tersebut tidak boleh diambil Oleh kaum muslimin.

Utsman Terbunuh ketika sedang Membaca Al Quran. Tebasan Pedang para pemberontak
mengenainya ketika sedang membaca QS. Al Baqarah ayat 137.
Ketika ia rebah berlumur Darah, Mushaf Al Quran itu masi tetap berada di Tangannya.

D. Ali Bin Ali Thalib

Bagi Kalangan Sufi Ali merupakan Guru Kerohanian yang utama. Ali mendapat Warisan Khusus
Tentang ini dari Nabi Saw. Abu Ali Ar Ruzbari, Seorang tokoh Sufi, mengatakan bahwa Ali di
anugerahi ilmu Laduni ( Ilmu dari sisi Allah Swt )

Kezuhudan dan Kerendahan Hati Ali, terlihat pada kehidupannya yang sederhana.Ia tidak Malu
memakai pakaian yang bertambal, Bahkan ia sendiri yang menambal pakaiannya yang robek.

Suatu waktu ia tengah menjinjing daging di pasar, lau orang menyapanya : “ Apakah Tuan tidak
malu membawa daging itu Yaa Amirulmukminin ( Khalifah ) ? Kemudian dijawabnya “ Yang saya
bawa ini adalah barang Halal, Kenapa Saya harus malu. “

MAKALAH
G. ISTILAH- ISTILAH DALAM TASAWWUF

H. PERANAN TASAWWUF DALAM KEHIDUPAN MODERN

I. TELADAN SUFI NABI DAN SAHABAT

Guru Pembimbing : Ustadzah Minarni S.Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

* Yogi Pramudya P
* Aulia Azizah
* Asni Rusdang
* Firdha Mentari
* Indra Adhiyaksa
* Moh. Wahyudi AP
* Imam Ghazali
* Tegar Julianto

Kelas : XI IIS 1

Anda mungkin juga menyukai