Pendahuluan Samwil

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 98

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa tingkat akhir jurusan Teknik Sipil, telah didapatkan
teori-teori tentang perencanaan dan desain jembatan. Pengetahuan yang
didapatkan tersebut belum sepenuhnya dapat diaplikasikan sesuai dengan dunia
kerja. Oleh karena itu diperlukan suatu pengalaman yang mengenai tentang
perencanaan dan desain jembatan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan
dalam dunia kerja.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka dalam mata kuliah Perencanaan
Jembatan Beton ini akan dilakukan perencanaan sebuah struktur jembatan.

1.2 Tujuan
Rancangan struktur jembatan beton ini diberikan sebagai syarat kelulusan
bagi mahasiswa Teknik Sipil, khususnya bagi mahasiswa program studi
perancangan jalan dan jembatan. Tugas ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat secara komprehensif mengaplikasikan
berbagai ilmu dibidang Teknik Sipil yang telah diperoleh selama ini dengan
melaksanakan proses desain dan perencanaaan struktur secara menyeluruh.

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada perencanaan ini sebagai berikut:
a. Perencanaan Gelagar Jembatan
b. Perencanaan Balok Diafragma Jembatan
c. Perencanaan Slab Lantai Jembatan
d. Perencanaan Tiang Sandaran
e. Gambar Detail Jembatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Jembatan


Menurut Van der Veen, dkk. (1990:03) jembatan merupakan suatu
konstruksi yang berguna untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai,
rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan dibangun untuk mempermudah lalu
lintas pejalan kaki, pemandu kenderaan atau kereta api di atas halangan tersebut.
Perhitungan konstruksi jembatan harus didukung oleh teori-teori, rumus-
rumus dan peraturan-peraturan dalam perencanaan. Dalam bab ini akan diuraikan
mengenai peraturan standar jembatan di Indonesia dan rumus-rumus untuk
perencanaan jembatan beton bertulang.

2.2 Tahapan – Tahapan Dalam Perencanaan Jembatan


Menurut Supriyadi dan Muntohar (2000:23) tahapan-tahapan dalam
perencanaan jembatan adalah sebagai berikut:

2.2.1 Pemilihan Lokasi Jembatan


Pemilihan lokasi jembatan tergantung pada kondisi-kondisi lalu
lintas.Secara umum, suatu jembatan untuk melayani arus lalu lintas yang baik
kecuali, kalau ada kondisi-kondisi khusus. Troitsky (dalam Supriyadi dan
Muntohar 2000:25) prinsip dasar dalam pembangunan jembatan adalah “Jembatan
untuk jalan raya, tetapi bukan jalan raya untuk jembatan.”Pada pemilihan lokasi
jembatan harus dilihat dari tiga aspek, yaitu:

a. Aspek lalu lintas


Mengingat jembatan akan melayani arus lalu lintas dari segala arah, maka
muncul kompleksitas terhadap existing dan rencana, volume lalu lintas,
oleh karenanya sangat diperlukan ketepatan dalam penentuan ketepatan
dalam penentuan tipe jembatan yang akan digunakan.
b. Aspek teknis
Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan antara lain:
 Penentuan geometri struktur;
 Pemilihan posisi utama jembatan dan posisi deck;
 Penetuan panjang batang optimum sesuai dengan syarat hidrolika,
arsitektural dan biaya konstruksi;
 Pemilihan elemen-elemen struktur atas dan struktur bawah;
 Pendetailan struktur atas;
 Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan
berdasarkan pertimbangan struktural dan estetika.
c. Aspek estetika
Aspek estetika jembatan di perkotaan merupakan faktor yang penting pula
dipertimbangkan dalam perencanaan. Kesesuaian estetika dan arsitektural
akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang dibangun ditengah-
tengah kota

2.2.2 Layout Jembatan


Setelah lokasi jembatan ditentukan, variabel berikutnya yang juga
penting sebagai pertimbangan adalah layout terhadap topografi setempat. Biaya
investasi jembatan merupakan proporsi terbesar dari total biaya jalan raya.
Sebagai konsekuensinya, struktur tersebut hampir selalu dibangun pada tempat
yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan yang sangat pendek, fondasi
dapat dibuat sehematnya, dan melintasi objek pemisah dengan layout berbentuk
square layout.

2.2.3 Penyelidikan Lokasi


Keseluruhan pekerjaan ini terbagi atas dua bagian yang saling
melengkapi satu sama lain, yaitu:

a. Pekerjaan kantor (Office work)


Pekerjaan kantor atau sering disebut desk study meliputi antara lain:
 Melengkapi pemetaan topografi lokasi jembatan;
 Pemetaan geometri di sekitar jembatan pada site plan dengan skala
yang sesuai;
 Penggambaran layout jembatan pada site plan;
 Pengolahan data lapangan.
b. Pekerjaan lapangan (Field work)
Pekerjaan lapangan meliputi sebagai berikut:
 Penyelidikan lokasi
Peyelidikan lokasi perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik
lokasi nanti, contohnya keadaan lereng sungai.
 Kondisi fondasi setempat
Kondisi fondasi termasuk titik-titik rencana pilar pada potongan
melintang sungai, merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dengan seksama.

2.2.4 Preliminary Design


Troitsky (dalam Supriyadi dan Muntohar 2000:33) menyatakan“Dalam
bidang rekayasa jembatan tindakan dasar dari kemampuan kreatifitas adalah
imajinasi”. Untuk merencanakan sebuah jembatan, hal penting pertama adalah
mengimajinasikannya. Preliminary design tidak memberikan penyelesaian yang
telah siap pakai (ready solution), akan tetapi merupakan suatu penentuan akhir
alternatif yang disajikan

2.3 Standar Jembatan


Pihak Direktorat Bina Marga menggolongkan jembatan atas tiga kelas,
yaitu:
a. Jembatan kelas A, lebar lantai jembatan 7,00 meter dan 2 × 1,00 meter
sebagai trotoar dengan beban 100% dari loading Sistem Bina Marga;
b. Jembatan kelas B, lebar lantai jembatan 6,00 meter dan 2 × 0,50 meter
sebagai trotoar dengan beban 70% dari loading Sistem Bina Marga;
c. Jembatan kelas C, lebar lantai jembatan 4,50 meter dan 2 × 0,25 meter
sebagai trotoar dengan beban 50% dari loading Sistem Bina Marga

2.4 Teori Pembebanan Pada Jembatan


Pembebanan yang digunakan dalam jembatan ini adalah beban jalan raya
pada lantai kendaraan di atas. Pembebanan pada perencanaan jembatan lantai
kendaraan atas ini mengacu pada peraturan teknik perencanaan jembatan
“Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) T-02-2005”. Beban-beban ini
meliputi :

2.4.1 Beban Tetap


a. Berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan
elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah
berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah
dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.

Tabel 2.1. Faktor beban untuk berat sendiri


Faktor Beban
KS;;MS KU;;MS
Jangka Waktu
Biasa Terkurangi
Tetap Baja, aluminium 1,0 1,1 0,9

Beton pracetak 1,0 1,2 0,85

Beton dicor ditempat 1,0 1,3 0,75

Kayu 1,0 1,4 0,7


Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

b. Berat mati tambahan


Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk
suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non struktural, dan mungkin
besarnya berubah selama umur jembatan.

Tabel 2.2. Faktor beban untuk beban mati tambahan


Faktor Beban
KS;;MA; KU;;Ma;
Jangka Waktu
Biasa Terkurangi
Tetap Keadaan umum 1,0 (1) 2,0 0,7

Keadaan khusus 1,0 1,4 0,8


CATATAN (1) Faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

2.4.2 Beban Lalu Lintas


Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri atas beban lajur
"D" dan beban truk "T". Beban lajur "D" bekerja pada seluruh lebar jalur
kendaraan dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan
suatu iring-iringan kendaraan yang sebenarnya. Jumlah total beban lajur "D" yang
bekerja tergantung pada lebar jalur kendaraan itu sendiri. Beban truk "T" adalah
satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan pada beberapa posisi dalam
lajur lalu lintas rencana.
Tiap as terdiri dari dua bidang kontak pembebanan yang dimaksud
sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan berat. Hanya satu truk "T" diterapkan
per lajur lalu lintas rencana. Secara umum, beban "D" akan menjadi beban
penentu dalam perhitungan jembatan yang mempunyai bentang sedang sampai
panjang, sedangkan beban "T" digunakan untuk bentang pendek dan lantai
kendaraan.

a. Beban jalur “D”


Tabel 2.3 Faktor beban akibat beban lajur “D”
Faktor Beban
KS;;TD; KU;;TD;
Jangka Waktu
Transien 1,0 1,8
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Tabel 2.4. Jumlah lajur lalu lintas rencana


Tipe Jembatan Lebar Jalur Kendaraan Jumlah Lajur Lalu lintas

(1) (2) Rencana (nl)


Satu lajur 4,0 - 5,0 1
Dua arah, tanpa median 5,5 - 8,25 2 (3)

11,3 - 15,0 4
Banyak arah 8,25 - 11,25 3

11,3 - 15,0 4

15,1 - 18,75 5

18,8 - 22,5 6
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

CATATAN (1) Untuk jembatan tipe lain, jumlah lajur lalu lintas rencana harus
ditentukan oleh Instansi yang berwenang.

CATATAN (2) Lebar jalur kendaraan adalah jarak minimum antara kerb atau
rintangan untuk satuarah atau jarak antara kerb/rintangan/median
dengan median untuk banyak arah.

CATATAN (3) Lebar minimum yang aman untuk dua-lajur kendaraan adalah 6.0
m. Lebar jembatan antara 5,0 m sampai 6,0 m harus dihindari
oleh karena hal ini akan memberikan kesan kepada pengemudi
seolah-olah memungkinkan untuk menyiap.

1. Beban terbagi rata (UDL) mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q


tergantung pada panjang total yang dibebani L seperti berikut:
L = 30 m : q = 9,0 kPa...................................................................(2.1)
15
> 30 m : q = 9,0 (0,5 + ) kPa........................................................... (2.2)
𝐿

Pengertian : q adalah intensitas beban terbagi rata (UDL) dalam arah


memanjang jembatan L adalah panjang total jembatan yang dibebani
(meter).

2. Beban garis (KEL) dengan intensitas p kN/m harus ditempatkan tegak


lurus terhadap arah lalu lintas pada jembatan. Besarnya intensitas p adalah
49,0 kN/m. Untuk mendapatkan momen lentur negatif maksimum pada
jembatan menerus, KEL kedua yang identik harus ditempatkan pada posisi
dalam arah melintang jembatan pada bentang lainnya.

Gambar 2.1: Beban lajur “D”

Sumber : RSNI T-02-2005 (2005)

b. Beban truk “T”


Tabel 2.5.Faktor beban akibat pembebanan truk “T”
Faktor Beban
KS;;TT; KU;;TT;
Jangka Waktu
Transien 1,0 1,8
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Pembebanan truk "T" terdiri dari kendaraan truk semi-trailer yang


mempunyai susunan dan berat as seperti terlihat dalam Gambar 2.2. Berat dari
masing-masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang
merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as
tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan
pengaruh terbesar pada arah memanjang jembatan.

Gambar 2.2 Pembebanan truk “T”

Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

c. Beban kejut (Dynamic Load Allowance)


Beban kejut (DLA) merupakan hasil interaksi antara kendaraan yang
bergerak dengan jembatan. Besarnya DLA tergantung kepada frekuensi dasar dari
suspensi kendaraan, biasanya antara 2 sampai 5 Hz untuk kendaraan berat, dan
frekuensi dari getaran lentur jembatan. Untuk perencanaan, DLA dinyatakan
sebagai beban statis ekuivalen.
Untuk pembebanan "D": DLA merupakan fungsi dari panjang bentang
ekuivalen seperti tercantum dalam Gambar 2.3. Untuk bentang tunggal panjang
bentang ekuivalen diambil sama dengan panjang bentang sebenarnya.

DLA

Gambar 2.3. Faktor beban dinamis (DLA) untuk beban KEL

Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Faktor beban dinamik berlaku pada “KEL”lajur “D” dan truk “T” untuk
simulasi kejut dari kendaraan bergerak pada struktur jembatan (BMS 1992).
Untuk muatan “T” ⇒ DLA = 0,30 .

2.4.3 Beban rem


Tabel 2.6: Faktor beban akibat gaya rem

Faktor Beban
KS;;TB; KU;;TB;
Jangka Waktu
Transien 1,0 1,8
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Bekerjanya gaya-gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan


traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini diperhitungkan
senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari beban lajur D yang dianggap ada pada
semua jalur lalu lintas, tanpa dikalikan dengan faktor beban dinamis dan dalam
satu jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal dalam arah sumbu
jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas permukaan lantai kendaraan.
Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang bentang melebihi 30 m,
digunakan persamaan 2.1, yaitu: q = 9 kPa.

Gambar 2.4: Gaya rem per lajur 2,75 m

Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

2.4.4 Beban angin


Tabel 2.7 Faktor beban akibat beban angin

Faktor Beban
KS;;EW; KU;;EW;
Jangka Waktu
Transien 1,0 1,8

Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Perhitungan beban angin sesuai dengan RSNI T-02-2005 pasal 7.6 hlm
34,Gaya nominal ultimate dan daya layan jembatan akibat angin tergantung
kecepatan angin rencana seperti berikut:

Tew = 0.0006 Cw (Vw)2 Ab (kN) ....................................................................... (2.3)

Vw = kecepatan angin rencana untuk keadaan batas yang ditinjau (m/det).


Cw = koefisien seret

Ab = luas koefisien bagian samping jembatan (m2)

Tabel 2.8 Koefisien seret CW

Tipe Jembatan CW
Bangunan atas masif: (1), (2) 2.1 (3)

b/d = 1.0 1.5 (3)

b/d = 2.0 1.25 (3)

b/d ≥ 6.0
Bangunan atas rangka 1.2
CATATAN (1)

b = lebar keseluruhan jembatan dihitung dari sisi luar sandaran

d = tinggi bangunan atas, termasuk tinggi bagian sandaran yang masif

CATATAN (2)

Untuk harga antara dari b / d bisa diinterpolasi linier

CATATAN (3)

Apabila bangunan atas mempunyai superelevasi, Cw harus dinaikkan sebesar


3% untuk setiap derajat superelevasi, dengan kenaikan maksimum2,5%
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Tabel 2.9 Kecepatan angin rencana VW


Keadaan Batas Lokasi
Sampai 5 km dari pantai > 5 km dari pantai
Daya layan 30 m/s 25 m/s
Ultimit 35 m/s 30 m/s
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)
Dan apabila suatu kendaraan sedang berada diatas jembatan, beban garis
merata tambahan arah horizontal harus diterapkan pada permukaan lantai seperti
rumus berikut ini :

Tew = 0.0012 Cw (Vw)2 (kN/m)............................................................................(2.4)

2.4.5 Beban Gempa

Tabel 2.10 Faktor beban akibat pengaruh gempa

Jangka Waktu Faktor Beban


K K
Transien Tidak dapat digunakan 1,0
Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

Pada metode beban statis ekivalen untuk beton rencana gempa minimum
sesuai RSNI T-02-2005 pasal 7.7.1 hlm 35. Pengaruh gempa rencana hanya
ditinjau pada keadaan batas ultimate. Dan untuk beban rencana gempa minimum
diperoleh dari rumus berikut:

T ’EQ = Kh .I . WT...............................................................................................(2.5)

Dimana:

Kh = C . S ...........................................................................................................(2.6)

Keterangan:

T’EQ = Gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)

Kh = Koefisien beban gempa horizontal


C = Koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan kondisi setempat yang

sesuai.

I = Faktor kepentingan.

S = Faktor tipe bangunan.

WT = Berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa


diambil sebagai beban mati ditambah beban mati tambahan (kN).

Waktu dasar getaran jembatan yang digunakan untuk menghitung geser


dasar harus dihitung dari analisa yang meninjau seluruh elemen bangunan yang
memberikan kelekuan dan fleksibilitas dari sistem pondasi. Untuk bangunan yang
mempunyai satu derajat kebebasan yang sederhana, memakai rumus sebagai
berikut :

𝑊𝑡𝑝
T = 2 .π√𝑔 . ............................................................................................ (2.7)
𝐾𝑝

T = Waktu getar (detik).

g = Percepatan gravitasi (m/dt2).

WTP = Berat total nominal bangunan atas termasuk beban mati tambahan
ditambah setengah berat berat pilar (kN).

KP = Kekakuan gabungan sebagai gaya horizontal yang diperlukan untuk

menimbulkan satu satuan lendutan pada bagian atas pilar (kN/m).

2.5 Kombinasi Pembebanan


Aksi rencana digolongkan kedalam aksi tetap dan transien,. Kombinasi
beban umumnya didasarkan kepada beberapa kemungkinan tipe yang berbeda dari
aksi yang bekerja secara bersamaan. Aksi rencana ditentukan dari aksi nominal
yaitu mengalikan aksi nominal dengan faktor beban yang memadai. Seluruh
pengaruh aksi rencana harus mengambil faktor beban yang sama, apakah itu biasa
atau terkurangi. Disini keadaan paling berbahaya harus diambil.

Tabel 2.11 Tipe aksi rencana

Aksi Tetap Aksi Transien


Nama Simbol Nama Simbol
Berat sendiri PMS Beban lajur "D" TTD

Beban mati tambahan PMA Beban truk "T" TTT

Penyusutan/rangkak PSR Gaya rem TTB

Prategang PPR Gaya sentrifugal TTR

Pengaruh pelaksanaan Beban pejalan kaki TTP

tetap PPL Beban tumbukan TTC

Tekanan tanah Beban angin TEW

Penurunan PTA Gempa TEQ

PES Getaran TVI

Gesekan pada perletakan

Pengaruh temperatur TBF

Arus/hanyutan/tumbukan TET

Hidro/daya apung TEF

Beban pelaksanaan TEU


TCL

Sumber :RSNI T-02-2005 (2005)

2.6 Perencanaan Gelagar


Gelagar yang direncanakan merupakan Gelagar T karena dalam hal ini plat
lantai dicor secara monolit bersamaan dengan gelagar. Dalam hal ini pelat dapat
bekerja sebagai sayap dari gelagar T. Pada daerah perletakan gelagar T pada
umumnya diperlakukan sebagai gelagar persegi, karena daerah tekan beton akibat
momen negatif berbentuk persegi. Adapun pada tengah bentang gelagar T dapat
diperlakukan dengan dua kemungkinan, dapat dianilisis sebagai gelagar T semu
(gelagar persegi) atau gelagar T sebenarnya. Menurut Anonim (2004) untuk
menentukan gelagar T semu atau sebenarnya perlu digunakan pemeriksaan
terlebih dahulu tinggi blok tekan beton, a dengan asumsi awal tinggi blok tekan
beton memotong flens, dengan persamaan :

Asf y
a = ...................................................................... (2.16)
0.85 f c b f

Setelah a asumsi diperoleh, selanjutnya diperiksa apakah memotong flens atau


badan penampang gelagar :

a. Jika a (asumsi) ≤ hf , maka dianalisis sebagai gelagar T semu


b. Jika a (asumsi) ≥ hf , maka dianalisis sebagai gelagar T sebenarnya

Menurut Anonim (2004) lebar efektif sayap gelagar T adalah nilai terkecil dari
persyaratan sebagai berikut :

 Bf=L/4 , dimana L adalah panjang bentang gelagar tersebut


 Bf=bw+16 hf
 Bf=bw+S0 , dimana S0 adalah jarak bersih antara gelagar dengan
gelagar sebelahnya

Dimana :

a = Tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen beton dalam analisis


kekuatan batas penampang beton bertulang akibat lentur.

As = Luas tulangan tarik non prategang (mm2)

fc = Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari (Mpa)

fy = Kuat tarik leleh baja non prategang (Mpa)

bf = Lebar dari muka tekan komponen flens (mm)


bw = Lebar badan balok atau diameter dari penampang bulat (mm)
hf = Tinggi total komponen flens (mm)

β1 = Faktor tinggi blok tegangan tekan persegi ekivalen beton

d = Jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik non

prategang (mm)

d’ = Jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tekan (mm)

Mn = momen nominal (Nm)

ε’s = Regangan baja (mm)

εcu = Regangan beton (mm)

Es = Modulus elastisitas tulangan (Mpa)

L = panjang bentang (m)

S0 = jarak bersih antara gelagar dengan gelagar sebelahnya (m)

a. Kekuatan geser balok


Menurut anonim (2004) perencanaan penampang akibat geser harus
didasarkan pada

Vu ≤ Vn............................................................................................(2.17)

Vn = Vc + Vs………............................................................................(2.18)

Vc adalah kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton dan, Vs adalah kuat
geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser.

1. Kuat geser yang disumbangkan oleh beton


 Untuk komponen struktur yang dibebani geser dan lentur saja berlaku :

 f 'c 
Vp = b d .................................................................. (2.19)
 6  w
 
2. Kuat geser Vc boleh dihitung dengan perhitungan yang lebih rinci
 Untuk komponen struktur yang hanya dibebani oleh geser dan lentur saja

 V d  bw d
Vc =  f ' c 120  w u  ...................................................... (2.20)
 Mu  7
 

Tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari pada 0,3 f ' c bw d dan besaran

Vu D
, tidak boleh diambil melebihi 1,0 .
Mu

3. Syarat – Syarat tulangan geser


 Apabila 0,5Vc ≤ Vu ≤ Vc harus dipasang tulangan minimum sesuai
persamaan (2.20)
 Tulangan geser ini tidak diperlukan apabila: Vu ≤ 0,5 Vc atau Vu ≤ Vc,
dengan tinggi balok total h ≤ 250 mm, 2,5∙hf atau h ≤ ½∙bw (hf = tinggi
sayap ; bw = lebar badan).

4. Kuat geser yang disumbangkan oleh tulangan geser


Apabila gaya geser, Vu harus ditahan oleh tulangan geser, maka batas spasi
maksimum Smax dan luas tulangan geser Av dapat dihitung berdasarkan
aturan berikut :

 Untuk tulangan geser yang tegak lurus terhadap sumbu aksial komponen
struktur

Avf y d
Vs  ..................................................................................... (2.21)
s

 Untuk tulangan geser miring

Avf y (sin   cos  )d


Vs  ............................................................ (2.22)
s
Notasi α adalah sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal
komponen struktur.

d 1
Smax= atau 600 mm (ambil nilai yang terkecil) bila Vs ≤ f ' c bw d
2 3

d 1
Smax= atau 300 mm (ambil nilai yang terkecil) bila Vs ≥ f ' c bw d
4 3

2
Namun dalam segala hal Vs ≤ f ' c bw d
3

5. Tulangan geser minimum

Luas tulangan geser minimum dapat dihitung sebagai berikut,

1 bw s
As (min)  .............................................................................. (2.23)
3 fy

Nilai bw dan s dinyatakan dalam milimeter

Dimana :

α = Sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal komponen


struktur

 = Faktor reduksi kekuatan

ρw = Rasio tulangan tarik non pra tegang

Vs = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulanagn geser , N

Vn = Kuat geser batas nominal dari penampang strukutur, N

Vu = Gaya geser terfaktor akibat kombinasi pengaruh gaya luar yang

terbesar pada penampang

Vc = Kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton

Ag = Luas penampang bruto, mm

Nu = Beban aksial terfaktor akibat kombinasi pengaruh gaya luar yang


terbesar, yang tegak lurus terhadap penampang, diambil positif
untuk tekan, negative untuk tarik dan memperhitungkan
pengaruh dari tarik akibat rangkak dan susut

Asmin = Luas tulangan tarik non pra tegang minimum, mm2

Smax = Spasi dari tulangan max, mm

b. Syarat tulangan minimum

1. Pada balok persegi Asmin adalah sebagai berikut :

f 'c
As min  bw d ......................................................................... (2.24)
4 fy

Dan tidak lebih kecil dari

1,4
As min  bw d ............................................................................. (2.25)
fy

2. Pada balok T sederhana dengan bagian sayap tertarik, Asmin tidak boleh
kurang dari nilai terkecil di antara :

f 'c
As min  bw d ......................................................................... (2.26)
2 fy

dan

f 'c
As min  b f d ......................................................................... (2.27)
4 fy

3. Sebagai alternatif untuk komponen struktur yang besar dan masif diperlukan
luas tulangan pada setiap penampang, baik akibat momen positif atau
negatif, paling sedikit harus sepertiga lebih besar dari yang diperlukan
berdasarkan analisis, atau dihitung sebagai berikut :

4
Mn≥ Mu ................................................................................. (2.28)
3
4. Syarat tulangan maksimum untuk beton non prategang dengan beban aksial
Pu ≤ 0,1 f’c Ag maka rasio tulangan maksimum ρmax ≤ 0,75 x ρb
5. Jarak tulangan bersih minimum antara tulangan sejajar, seikat tulangan dan
sejenisnya dalam satu lapis tidak boleh kurang dari :

 1,5 x diameter agregat


 1,5 x db (db = diameter tulangan)
 40 mm

Jarak bersih antara lapisan tidak boleh kurang dari diameter tulangan (db)
atau 25 mm.

c. Persyaratan Lendutan
Menurut McCormac (2001:161) lendutan pada batang beton bertulang
sederhana dapat dihitung dengan persamaan seperti berikut :

1. Balok sendi rol beban merata

5wl 4
 .................................................................................. (2.29)
384 EI

2. Balok sendi rolbeban terpusat

Pl 3
 .................................................................................... (2.30)
48 EI

δ = Lendutan hasil komputasi

l = Panjang bentang, m

W = Gaya tekan terbagi rata, N

Ie = Momen inersia efektif dari suatu penampang yang digunakan


untuk perhitungan lendutan
BAB III
ANALISA DAN PERHITUNGAN

3.1 Data Struktur Atas

Panjang Bentang Jembatan, L = 16 m


Lebar Jalan (jalur lalulintas), B1 = 7,00 m
Lebar Trotoar, B2 = 1,00 m
Lebar Total Jembatan, B = 9,00 m
B1 7
Jarak antara Girder, s = jumlah girder−1 = 5−1= 1,75 m

Dimensi Girder:
Tinggi Girder, h = 1,40 m
Lebar Girder, b = 0,70 m
Dimensi Diafragma:
Tinggi Diafragma, hd = 0,40 m
Lebar Diafragma, bd = 0,25 m
Tebal slab lantai Jembatan, ts = 0,25 m
Tebal Lapisan aspal+overlay, ta = 0,08 m
Tebal Trotoar, tt = 0,24 m
Tinggi genangan air hujan, th = 0,05 m
Tinggi bidang samping, ha = 2,50 m
Jumlah Balok Diafragma sepanjang L, nd =4 buah
𝐿
Jarak antar balok diafragma, sd = 𝑛𝑑−1
14 𝑚
=
4−1

= 5,33 m
3.2 Bahan Struktur
3.2.1 Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan adalah
Kuat tekan beton, fc’ = 26 Mpa
Modulus Elastik, Ec = 4700 x √𝑓𝑐′
= 4700 x √26
= 23965,392MPa

Angka Poisson, υ = 0,20


𝐸𝑐
Modulus geser, G = 2 × (1+ 𝜐)
23965,392 𝑀𝑃𝑎
= 2 × (1+ 0,20)

= 9986Mpa
Koefisien muai panjang untuk beton α = 0,00001°C

3.2.2 Mutu Baja


Untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm:
Tegangan leleh baja, fy = 410 MPa
Untuk baja tulangan dengan Ø <12 mm:
Tegangan leleh baja, fy = 240 MPa
3.2.3 Specific Gravity

Berat beton bertulang, wc = 25,00 kN/m³


Berat beton tidak bertulang ( beton rabat), w’c = 24,00 kN/m³
Berat aspal padat, wa = 22,00 kN/m³
Berat jenis air, ww = 9,80 kN/m³

3.3 Analisis Beban


3.3.1 Beban Sendiri (MS)
Faktor beban ultimate: KMS = 1,3
Berat sendiri (self weight) adalah berat bahan dan bagian jembatan yang
merupakan elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang
dipikulnya dan bersifat tetap. Beban berat sendiri balok diafragma pada Girder
dihitung sebagai berikut:
Panjang Bentang Girder, L= 16m
Berat satu balok diafragma,
Wd = bd x (hd-ts)x s x wc
= 0,40m x (0,25 m – 0,25 m)x 1,75 m x 25 kN/m3
= 1,64 kN

Jumlah balok diafragma sepanjang bentang L, nd = 4 buah


Beban diafragma pada girder
𝑛𝑑 𝑥 𝑊𝑑
Qd = 𝐿
4 𝑥 1,64
= 16

= 0,41 kN/m
Beban berat sendiri pada Girder ditunjukkan pada table berikut:
Lebar Tebal Berat Beban
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Plat lantai 1,75 0,25 25,00 10,94
2 Girder 0,70 1,15 25,00 20,13
3 Diafragma Qd = 0,44
QMS = 31,47

Gambar 3.3 Girder untuk Berat Sendiri

Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat berat sendiri (MS) :
VMS=1/2 x QMSx L
= 1/2 x 31,47 kN/m x 16 m
= 251,781 kN
MMS = 1/8 x QMS x L2
= 1/8 x29,65kN/m x (16 m)2
= 1007,125 kNm

3.3.2 Beban Mati Tambahan (MA)


Faktor beban ultimate, KMA = 1,3
Beban mati tambahan (superimposed dead load), adalah berat seluruh bahan yang
menimbulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan. Jembatan di analisis harus mampu
memikul beban tambahan seperti:
1. Penambahan lapisan aspal (overlay) dikemudian hari;
2. Genangan air hujan jika sistem drainase tidak bekerja dengan baik.
Beban mati tambahan pada Girder
Lebar Tebal Berat Beban
No. Jenis
(m) (m) (kN/m3) (kN/m)
1 Lap.Aspal+overlay 1,75 0,08 22,00 3,08
2 Air hujan 1,75 0,05 9,80 0,86
Beban mati tambahan : QMA = 3,94

Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat beban mati tambahan (MA):
1
VMA = 2 x QMA x L

= 1/2 x 3,94 kN/m x 16 m


= 31,500kN
1
MMA = 8 x QMA x L²

= 1/8 x 3,94 kN/m x (16 m)2


= 126,000 kNm

3.3.3 Beban Lalulintas


3.3.3.1 Beban Lajur “D” (TD)
Faktor beban ultimate, KTD = 2,0
Beban kendaraan yang berupa beban lajur “D” terdiri dari beban terbagi rata
(Uniformly Distributed Load), UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti
pada gambar 1. UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada
panjang bentang L yang dibebani lalulintas seperti pada gambar 2 atau dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut:
q = 9,0 kPa untuk L ≤ 30
15
q = 9,0 x (0,5 + ) kPa untuk L ≥ 30
𝐿

Gambar 2. Intensitas Uniformly Distributed Load (UDL)

Untuk panjang bentang L = 16 m, maka q = 9,00 kPa


KEL mempunyai intensitas, p = 49,00 kPa
Faktor beban dinamis (Dinamic Load Allowance) untuk KEL diambil sebagai berikut:
DLA = 0,40 untuk L ≤ 50 m
DLA = 0,40 – 0,0025 x (L-50) untuk 50 m < L < 90 m
DLA = 0,30 untuk L ≥ 90 m
Jarak antara Girder, s = 1,75 m
Untuk panjang bentang L = 16 m, maka DLA = 0,40
Beban lajur pada girder, QTD =qxs
= 9,00 kPa x 1,75 m
= 15,75 kN/m
PTD = (1 + DLA) x p x s
= (1 + 0,40) x 49,00 kN/m x 1,75 m
=120,05kN

Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat beban lajur “D”:
1
VTD = 2 x (QTD x L + PTD)
1
= 2 x (15,75 kN/m x 16 m x 120,05kN)

= 186,03kN

1 1
MTD = 8 x QTD x L² + 4 x PTD x L
1 1
= 8 x 15,75 kN/m x (16 m)² + 4 x 120,05kN x16m

= 984,20kNm

3.3.3.2 Beban Truk “T” (TT)


Faktor beban ultimate, KTT = 2,0
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban
T) yang besarnya, T = 112,5 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0,40
Beban truk “T”: PTT = (1 +DLA) x T
= (1 + 0,40) x 112,5 kN
= 157,50kN

a = 5,00 m
b = 5,00 m

VTT 16 meter VTT

Gaya geser dan momen pada T-Girder akibat beban truk “T”:
VTT = [ 9/8 x L - 1/4 x a + b ] / L x PTT
=[ 9/8 x 16 m - 1/4 x 5 m + 5 m ] / 4,8 m x 157,50kN
= 214,10kN
𝐿
MTT = VTT x 2 - PTT x b

= 214,10 kN x 16 m /2 - 157,50 kN x 5
= 925,31 kNm
Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalulintas, diambil yang
memberikan pengaruh terhadapa T-Girder di antara beban “D” dan beban “T”
Gaya geser maksimum akibat beban, T diambil: VTT =214,10kN
Momen maksimum akibat beban, T diambil: MTT =925,31Nm

3.3.4 Gaya Rem (TB)


Faktor beban ultimate, KTB = 2,0
Pengaruh pengereman dari lalulintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah
memanjang dan dianggap bekerja pada jarak 1,80 m di atas lantai jembatan. Besarnya
gaya rem arah memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai
berikut:
Gaya rem, HTB = 250 untuk Lt ≤ 80 m
Gaya rem, HTB = 250 + 2,5 x (Lt -80) untuk 80 m < Lt <180 m
Gaya rem, HTB = 500 untuk Lt ≥ 180 m

Panjang bentang girder, L = 16 m


Jumlah girder, ngirder = 5 buah
Gaya rem, HTB = 250 kN
Jarak antara Girder, s = 1,75 m
Gaya rem untuk Lt ≤ 80 m : TTB = HTB / ngirder
= 250 kN / 5
= 50 kN
Gaya rem juga dapat diperhitungan sebesar 5% beban lajur “D” tanpa faktor
dinamis.
QTD = q x s
= 9,0 kPa x 1,75 m
= 15,75 kN/m
PTD = p x s
= 49,00 kN/m x 1,75 m
= 85,75 kN
TTB = 0,05 x (QTD x L+ PTD)
= 0,05 x (15,75 kN/m x 16 m) +85,75 kN
= 13,13 kN < 50,00 kN

Karena TTB 5% beban lajur “D” lebih kecil dari TTB untuk Lt ≤ 80 m yaitu
12,75 kN < 50,00 kN maka gaya rem yang diambil adalah TTB = 50,00 kN

Lengan terhadap titik berat balok, y = 1,80 + ta + 2
1,6 𝑚
= 1,80 + 0,08 + 2

= 2,58 m
Beban momen akibat gaya rem, M = TTB x y
= 50 kN x 2,58 m
= 129,00kNm

Gaya geser dan momen maksimum pada balok akibat gara rem:
𝑀
VTB = 𝐿
129,00 𝑘𝑁𝑚
= 16 𝑚

= 8,06 kN

1
MMA =2xM
1
= 2 x 129,00kNm

= 64,50kNm
3.3.5 Beban Angin (EW)
Faktor beban ultimate, KEW = 1,2
Gaya angin tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat
beban angin yang meniup kendaraan di atas lantai jembatan.
- Jembatan terletak di Kota Lhokseumawe, tepatnya di wilayah Darussalam
dengan jarak <5 km dari laut.

Maka beban angin dihitung dengan rumus:


TEW = 0,0012 x Cw x (Vw)²
Dimana:
Cw = 1,2
Vw = kecepatan angin rencana (35 m/detik)
Beban angin tambahan yang meniup bidang samping kendaraan:
TEW = 0,0012 x Cw x (Vw)²
= 0,0012 x 1,2 x (35 m/detik)²
= 1,764 kN/m²
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan
dengan tinggi, h = 2,00 m di atas lantai jembatan.
Jarak antara roda kendaraan, x = 1,75 m
Beban akibat transfer beban angin ke lantai jembatan,

QEW = ½ x 𝑥 x TEW
2,00 𝑚
= ½ x 1,75 𝑚 x 1,764 kN/m²

= 1,008 kN/m
Gaya geser dan momen maksimum pada girder akibat beban angin (EW):
1
VEW = 2 x QEW x L
1
= 2 x 1,008 kN/m x 16 m

= 8,064 kN

1
MEW = 8 x QEW x L²
1
= 8 x 1,008 kN/m x (16 m)²

= 32,256 kNm

3.3.6 Pengaruh Temperatur (ET)


Gaya geser dan momen pada Girder akibat pengaruh temperatur,
diperhitungkan terhadap gaya yang timbul akibat pergerakan temperatur (temperature
movement) pada tumpuan (elastomeric bearing) dengan perbedaan temperatur
sebesar:
ΔT = 20°C
Koefisien muai panjang untuk beton, α = 0,00001°C
Panjang bentang girder, L = 16 m
Shear stiffness of elastomeric bearing, k = 15000 kN/m
Temperature movement, δ = α x ΔT x L
= 0,00001°C x 20°C x 16 kN/m
= 0,0032 m
Gaya akibat temperature movement, FET =kxδ
= 15000 kN/m x 0,0032m
= 48 kN

Tinggi Girder, h = 1,4 m


Eksentrisitas, e = h/2
= 1,4 m / 2
= 0,70 m
Momen akibat pengaruh temperatur, M = FET x e
= 48 kN x 0,70 m
= 33,600 kNm
Gaya geser dan momen pada girder akibat pengaruh temperatur (ET):
𝑀
VET = 𝐿
33,600 𝑘𝑁𝑚
= 16 𝑚

= 2,10 kN
MET = M
= 33,600 kNm

3.3.7 Beban Gempa (EQ)


Gaya gempa vertical pada girder dihitung dengan menggunakan percepatan
vertical ke bawah minimal sebesar 0. 10 x g (g = percepatan gravitasi) atau dapat di
ambil 50% koefisien gempa horizontal stastik ekivalen.
Koefisien beban gempa horizontal :KH = C x S
Dengan:
Kh = Koefisien beban gempa horizontal,
C = Koefisien geser dasar untuk wilayah gempa, waktu getar, dan kondisi tanah
setempat
S = Factor tipe struktur yang berhubungan dengan kapasitas penyerapan
energygempa (daktilitas) dari struktur.
Waktu getar struktur dihitung dengan rumus :
T = 2p x √[ Wt / ( g x KP ) ]
Dengan,
Wt = Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan
KP = kekakuan struktur yang merupakan gaya horisontal yang diperlukan untuk
menimbulkan satu satuan lendutan.
g = Percepatan grafitasi bumi,g =9.81 m/𝑑𝑒𝑡 2

Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan :
Wt = QMS + QMA
Berat sendiri, QMS = 31,47 kN/m
Beban mati tambahan, QMA = 3,94 kN/m
Panjang bentang, L = 16 m
Berat total,
Wt = (QMS+QMA) xL
= (31,47 + 3,94) x 16
= 566,562 kN

Ukuran Girder:
b = 0,70 m
h = 1,40 m

Momen inersia penampang Girder,


1 1
I = 12x b xℎ3 = 12x 0,70 x 1,403

=0,16𝑚4
Modulus elastik beton, Ec = 23965 Mpa
Ec = 23965392 kPa
Kekakuan lentur Girder,
𝐼
Kp = 48 x Ec x 𝐿3
0,16
= 48 x 23965392 x 163

= 44954 kN/m
Waktu getar,
T = 2 π x√[ Wt / ( g x Kp )]
566,562
= 2x 3,14 x √[9,81 ×44954]

= 0,2253 detik
- Berdasarkan Peta Zona Gempa Indonesia, Kota Lhokseumawe termasuk
kedalam zona 3 dengan jenis tanah sedang.
- Dengan menghubungkan nilai waktu getar T = 0,168 detik dengan kondisi
tanah sedang sesuai grafik zona 3, maka didapatkan koefisien geser dasar C

0.2
Tanah Keras
Koefisien geser dasar, C

0.15
Tanah Sedang
Tanah Lunak

0.1

0.05

-3.61E-16
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Waktu Getar, T (detik)

Gambar 3.13 Grafik koefisien geser dasar C


Dari hasil hubungan pada grafik diatas, maka diperoleh koefisien geser dasar
C yaitu 0,18.

Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton beton bertulang,
makafaktor tipe struktur dihitung dengan rumus,
F = 1,25 – 0,025 x n dan F harus diambil ≥ 1
F = Faktor perangkaan,
n = Jumlah sendi plastis yang menahan deformasi struktur.
Untuk nilai, n = 1 maka :F = 1,25 – 0,025 x n= 1,25 – 0,025 x 1= 1,225
Faktor tipe struktur,
S = 1 x F= 1 x 1,225= 1,225
Koefisien beban gempa horisontal,
Kh = C x S= 0,18 x 1,225 = 0,221
Koefisien beban gempa vertikal,
Kv = 50% x Kh
= 50% x 0,221
= 0,110> 0,10
Diambil koefisien gempa vertikal, Kv = 0,110
Gaya gempa vertikal,
TEQ = Kv x Wt
= 0,110 x 566,562
=62,464 kN

Gambar3.14 Beban Gempa


Beban gempa vertikal,
QEQ = TEQ/L
= 62,464/16 m
= 3,904 kN/m

Gaya geser dan momen pada Girder akibat gempa vertikal (EQ) :
VEQ = 1/2x QEQx L
= ½ x 3,904x 16
= 31,232 kN
MEQ = 1/2 x QEQx L2
= 1/8 x3,904x 162
= 124,927 kNm

3.3.8 Kombinasi Beban Ultimate


No. Jenis Beban Faktor Komb-1 Komb-2 Komb-3
Beban
1 Berat sendiri (MS) 1,30   
Beban mati tambahan
2 (MA) 2,00   
3 Beban lajur "D" (TD) 2,00   
4 Gaya rem (TB) 2,00  
5 Beban angin (EW) 1,20 
6 Pengaruh Temperatur (ET) 1,20 
Beban gempa
7 (EQ) 1,00 
Komb- Komb- Komb-
KOMBINASI MOMEN ULTIMATE 1 2 3
Faktor M Mu Mu Mu
No. Jenis Beban
beban (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1,30 1007,13 1309,26 1309,26 1309,26
1 Berat sendiri (MS)
Beban mati tambahan 2,00 126,00 252,00 252,00 252,00
2 (MA)
Beban lajur "D" 2,00 984,20 1968,40 1968,40 1968,40
3 (TD/TT)
2,00 64,50 129,00 129,00
4 Gaya rem (TB)
1,20 32,26 38,71
5 Beban angin (EW)
Pengaruh Temperatur 1,20 33,60 40,32
6 (ET)
1,00 124,93 124,93
7 Beban gempa (EQ)
3697,37 3698,98 3654,59

KOMBINASI GAYA GESER ULTIMATE Komb- Komb- Komb-


1 2 3
Faktor V Vu Vu Vu
No. Jenis Beban
baban (kN) (kN) (kN) (kN)
1,30 251,78 327,32 327,32 327,32
1 Berat sendiri (MS)
2,00 31,50 63,00 63,00 63,00
2 Beban mati tambahan (MA)
2,00 214,10 428,20 428,20 428,20
3 Beban lajur "D" (TD/TT)
2,00 8,06 16,13 16,13
4 Gaya rem (TB)
1,20 8,06 9,68
5 Beban angin (EW)
1,20 2,10 2,52
6 Pengaruh Temperatur (ET)
1,00 31,23 31,23
7 Beban gempa (EQ)
844,32 837,16 849,75
Momen ultimate rencana Girder, Mu = 3698,98kNm
Gaya geser ultimate rencana Girder, Vu = 844,32kN

3.4 Pembesian Girder


3.4.1 Tulangan Lentur
Momen rencana ultimate girder, Mu = 3698,98 kNm
Mutu beton yang digunakan adalah
Kuat tekan beton, fc’ = 26 MPa
Mutu baja tulangan : fy = 410 MPa
Tebal slab beton, Ts = 250 mm
Lebar badan girder, b = 700 mm
Tinggi Girder h = 1400 mm
16000
Lebar sayap T-Girder diambil nilai terkecil dari:L/4 = = 4000 𝑚𝑚
4

S =1750 mm
12 x ts = 12 x 250 mm
= 3000 mm
Diambil lebar efktif sayap T-Girder, beff = 1750 mm
Jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton:
d' = 150 mm
Modulus plastis baja, Es = 200000 MPa
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, ß₁ = 0,85
𝑓𝑐 600
ρb= ß₁ x 0,85 x𝑓𝑦 x 600+ 𝑓𝑦
26 600
= 0,85 x 0,85 x 410 x 600+ 410= 0,027
1 𝜌𝑏 𝑥 𝑓𝑦
Rmax= 0,75 x ρb x fy x (1 − 𝑥 0,75𝑥 )
2 0,85 𝑥 𝑓𝑐 ′
1 0,027 𝑥 410
= 0,75 x 0,027 x 410 x (1 − 𝑥 0,75𝑥 )= 6,78
2 0,85 𝑥 26

Faktor reduksi kekuatan lentur, Ø = 0,80


Tinggi efektif T-Girder, d = h – d’
= 1400 – 150
= 1250 mm
Momen nominal rencana , Mn = Mu / Ø
= 3700,12 kNm / 0,80
= 4623,73 kNm
𝑀𝑛 𝑥 10⁶
Faktor tahanan momen, Rn = (𝑏𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑑²
4623,73 kNm 𝑥 10⁶
= 1750 𝑥 1250²

= 1,69
Rn <Rmax = 1,69<6,21 .....................................OK

Rasio tulangan yang diperlukan:


𝑓𝑐 2 𝑥 Ρn
ρ = 0,85 x 𝑓𝑦 x (1 − √1 − 0,85 𝑥 𝑓𝑐′)
26 2 𝑥 1,69
= 0,85 x x (1 − √1 − )
410 0,85 𝑥 26
= 0,0043
Rasio tulangan minimum,
1,4 1,4
ρ min = = 410 =0,0034 ρmax= 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021
𝑓𝑦

ρ min<ρ <ρmax
0,0034 < 0,0049 <0,021 ...................(OK)
Luas tulangan yang diperlukan :

As = ρ x beff x d

= 0,0043 x 1500 x 1250

= 9396,30 mm²

Diameter tulangan yang digunakan, D = 32 mm


𝜋 3,14
As 1 tulangan = 4 × D2 = 4
× 322 = 804,24 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan, n = As/As 1 tulangan
= 9396,30 / 804,24 mm2
= 11,68≈ 12 tulangan
Maka, digunakan tulangan 12D32, As = As 1 tulangan x n
= 804,24 x 12 tulangan
= 9650,88 mm2
Tebal selimut beton, td = 30 mm
Diameter sengkang yang digunakan, ds = 13 mm
Jumlah tulangan tiap baris, nt = 8
b−nt×D−2td−2ds
Jarak bersih antara tulangan, 𝑥= nt−1
700−8×32−2×30−2×13
𝑥= 8−1

𝑥 =51,14mm > 35 mm......... (OK)


Untuk menjamin agar Girder bersifat daktail, maka tulangan tekan diambil
30% tulangan tarik, sehingga:
As’ = 30% x As

= 30% x9650,88 mm2

= 2895,26 mm2
Jumlah tulangan tekan
As’ 2895,26
ntekan = As 1 tulangan= = 3,59 ≈ 4 tulangan
804,24

Digunakan tulangan tekan adalah 3D32

3.4.2 Kontrol kapasitas momen ultimit


Tebal slab beton ts = 250 mm
Lebar efektif sayap Beff = 1750 mm
Lebar badan Girder b = 700 mm
Tinggi Girder h = 1400 mm
1 1
Y1 = tebal selimut + tul. sengkang + ∅tulangan = 30 + 13 + 32 = 59 mm
2 2
1
Y2 = tebal selimut + tul. sengkang + ∅ tulangan + 35 mm + ∅tulangan
2
1
Y2 = 30 + 13 + 32 + 35 + 32 = 126 mm
2
A = ¼ 𝜋 D2 = ¼ x 3,14 x 322 = 804,25 mm2

8×(Y1×A)+4×(Y2×A) 8×(59×804,25)+4×(126×804,25)
d’ = = = 81,33mm
12×A 12×804,25

Tinggi efektif T-girder d = h–d’= 1318,67

Luas Tulangan, As = 9650,88mm2


Kuat tekan Beton, fc’ = 26 MPa
Kuat leleh Baja, fy = 410 MPa

Gaya internal tekan beton pada sayap,


Cc = 0.85 x fc’ x beff x ts
Cc = 0.85 x 26 x 1750 x 250= 9668750 N

Gaya internal tarik baja tulangan,


Ts = As x fy
= 9650,88 mm2x 410
= 3956860 N

Karena nilai Cc > Ts, maka untuk garis netral berada di dalam sayap T-Girder

𝐴𝑠 𝑥 𝑓𝑦
a = 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏𝑒𝑓𝑓

9650,88 𝑥 410
= 0.85 𝑥 26 𝑥 1750

= 102,31 mm

Jarak garis netral:

𝑎
c=𝛽
1

102,31
= 0.85

= 120,36 mm

Regangan pada baja tulangan tarik,

(𝑑−𝑐)
εs = 0,003 x 𝑐

1318,67 −120,36
= 0,003 x 120,36

= 0,03 ≤ 0,03 ........................(OK)

Momen nominal,
𝑑−𝑎
Mn = As x fy x x 10-6
2
1318,67−102,31
= 9650,88 x 410 x x 10-6
2

= 4177,40 kNm

Kapasitas momen ultimit,

∅ x Mn= 0.80 x 4177,40


= 3341,92 kNm> Mu =3700,12................(OK)

3.4.3 Tulangan geser

Gaya geser ultimit rencana, Vu = 844,32kN

Mutu Beton fc’ = 26 MPa

Mutu baja tulangan fy = 240 MPa

Faktor reduksi kekuatan geser Ø = 0,75

Lebar badan Girder b = 700 mm

Tinggi efektif Girder d = 1309,50 mm

Kuat geser nominal beton:

√fc′ √26
Vc = xbxdx10−3= x 700 x 1309,50 x10−3
6 6

=779,003 kN

∅x Vc = 0.75 x 779,003 kN
= 584,25 kN

Perlu tulangan Geser


∅ x Vs = Vu –(∅ x Vc )

0.75x Vs = 844,32– 584,25 kN

0.75x Vs = 260,07kN
Gayageser yang dipikul tulangan geser,

260,07
Vs = = 346,76 kN
0.75

Kontrol dimensi Girder terhadap kuat geser maksimum :

2
Vsmax = 3 x √𝑓𝑐 ′ 𝑥 [𝑏 𝑥 𝑑]𝑥 10−3

2
= 3 x √26 𝑥 [700 𝑥 1309,50]𝑥 10−3 = 3116,01 kN

Vs = 346,76 kN< Vsmaks= 3116,01 kN ...................................(OK)

Digunakan sengkang berpenampang : 2Ø13

Luas tulangan geser sengkang,


𝜋
Av = 4 x D2 x n

3.14
= x 132 x 2
4

= 265,465 mm2

Jarak tulangan geser (sengkang) yang diperlukan,


Av×fy×d 265,465×410×1309,50
S= = = 411,02 mm
Vs 346,76

Digunakan sengkang 2D13 - 400

Pada badan girder dipasang tulangan susut minimal dengan rasio tulangan,

𝜌rh = 0.001

Luas tulangan susut,

Ash = ρh x b x d= 0.001 x 700 x 1309,50= 916,65 mm2

Diameter tulangan yang digunakan, D = 19 mm


Ash 916,65
Jumlah tulangan susut yang diperlukan, n = 𝜋/4×D2 = 𝜋/4×192= 3,23
Digunakan tulangan 4D19
3.4.4 Lendutan Balok
Mutu beton fc’ = 26 Mpa
Mutu baja tulangan fy = 410 Mpa

Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 x √𝑓𝑐 ′


Ec = 23965 Mpa
Modulus elastisitas baja Es = 200000 Mpa
Tinggi balok h = 1,40 m
Lebar balok b = 0.70 m
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 0,09m
Tinggi efektif balok d = h – d’ = 1,31m
Luas tulangan balok As = 0,008042m2

Inersia brutto penampang balok


1 1
Ig = 12 × b × h3 = 12 × 0.70 × 1,403 = 0,1601 m4

Modulus keruntuhan lentur beton


Fr = 0.7 × √fc′ × 103 = 0.7 × √26 × 103 Fr = 3569,31 kPa
Nilai perbandingan modulus elastis
Es 200000
n = = = 8.3
Ec 23965
n × As = 8.3 × 0,008042 = 0.067 m2

Jarak garis netral terhadap sisi atas beton


n × As 0.067
c = = = 0.096 m
b 0.70

Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton dapat dihitung sebagai


berikut:
1
Icr = × b × c 3 + n × As × (d − c)2
3
1
Icr = × 0.70 × 0.0963 + 0.067 × (1,31 − 0.096)2 = 0,09906 m4
3
h 1,40
yt = = = 0.70 m
2 2

Momen retak
Fr × Ig 3569,31 × 0,1601
Mcr = = = 816,183 kNm
yt 0.70

Tabel 3.6 Momen akibat beban mati dan baban hidup (MD+L)
No. Jenis Beban Momen
(kNm)
1 Berat sendiri (MS) 1007,13
2 Beban mati tambahan (MA) 126,00
3 Beban lalulintas (TD/TT) 984,20
4 Gaya rem (TB) 64,50
MD+L = 2181,83

Inersia efektif untuk perhitungan lendutan

Mcr 3 Mcr 3
Ie = ( ) × Ig + [1 − ( ) ] × Icr
𝑀𝐷+𝐿 𝑀𝐷+𝐿

816,183 3 816,183 3
Ie = ( ) × 0,1601 + [1 − ( ) ] × 0,09906
2181,83 2181,83

Ie = 0,1023 m4

Panjang bentang balok, L = 16 m

1. Lendutan akibat berat sendiri (MS)

Beban akibat berat sendiri,

QMS = 31,47kN/m

Lendutan akibat berat sendiri dapat dihitung sebagai berikut:


5 QMS × L4
δ Ms = ×
384 Ec × Ie

5 31,47 × 164
δ Ms = × = 0,01096 m
384 23965 × 0,1023 × 1000

2. Lendutan akibat beban mati tambahan (MA)

Beban akibat berat sendiri tambahan,

QMA = 3,94kN/m

Lendutan akibat beban mati tambahan

5 QMa × L4
δ Ms = ×
384 Ec × Ie

5 3,94 × 164
δ Ms = × = 0,00137 m
384 23965 × 0,1023 × 1000

3. Lendutan akibat beban lajur “D” (TD)


Beban lajur “D”:
Beban terpusat, PTD= 120,05kN
Beban merata, QTD= 15,75kN/m
Lendutan akibat beban lajur,
1 PTD ×L3 5 PTD ×L3
δTD = (48 × ) + (384 × )= 0,00966 m
Ec×Ie Ec×Ie

4. Lendutan akibat gaya rem (TB)


Momen akibat beban rem, MTB = 64,50kN/m

Lendutan akibat gaya rem,

MTB ×L2 64,50×164


δTB = 0,0642 x = 0,00642 × 23965×0,1023 = 0,00043 m
Ec×Ie ×1000
5. Lendutan akibat beban angin (EW)

Beban akibat transfer beban angin pada kendaraan

QEW = 1.008 kN/m

Lendutan akibat beban angin

5 QEW × L4
δ EW = ×
384 Ec × Ie

5 1,008 × 164
δ Ms = ×
384 23965 × 0,1023 × 1000

= 0,0004 m

6. Lendutan akibat pengaruh temperatur (ET)


Momen akibat temperatur movement, MET = 33,60 kN/m
Lendutan akibat pengaruh temperatur,
MTE × L2 33,60 × 164
δ ET = 0.0642 × = 0.0642 × = 0.00023 m
Ec × Ie 23965 × 0,1023 × 1000

7. Lendutan akibat beban gempa (EQ)


Beban gempa vertikal, QEQ = 3,907N/m
Lendutan akibat beban gempa,
5 QEQ × L4
δ EQ = × = 0,0014
384 Ec × Ie

Lendutan maksimum adalah


L 16
δ Maks = = = 0,06667 m
240 240
Tabel Kombinasi lendutan maksimum
Komb-1 Komb-2 Komb-3
No. Jenis Beban
(kNm) (kNm) (kNm)
0,0110 0,0110 0,0110
1 Berat sendiri (MS)
0,0014 0,0014 0,0014
2 Beban mati tambahan (MA)
0,0097 0,0097 0,0097
3 Beban lajur "D" (TD/TT)
0,0004 0,0004
4 Gaya rem (TB)
0,0004
5 Beban angin (EW)
0,0002
6 Pengaruh Temperatur (ET)
0,0014
7 Beban gempa (EQ)
0,0118 0,0117 0,0124

< L/240 < L/240 < L/240


OK OK OK

3.5 Perencanaan Balok Diafragma


3.5.1 Beban pada balok diafragma

Gambar : Detail diafragma


1. Beban mati

Distribusi beban lantai pada balok diafragma adalah sebagai berikut:

a. Ukuran balok diafragma


Lebar bd = 0.25 m
Tinggi hd = 0.40 m
b. Panjang bentang balok diafragma, S = 1,75 m
c. Tebal lantai, ts = 0.25 m

Tabel 3.8 Berat sendiri (MS)

No. Jenis Lebar Tebal Berat Beban


(kN/m3) (kN/m)
1,75 0,25 25,00 10,938
1 Plat lantai
0,25 0,15 25,00 0,938
2 Balok diafragma
QMS = 11,88

Gaya geser akibat beban mati

1
𝑉𝑀𝑆 = × 𝑄𝑀𝑆 × S
2

1
Vms = × 11,88 × 1,75s = 10,391 kN
2

Momen akibat beban mati

1
𝑀𝑀𝑆 = × 𝑄𝑀𝑆 × S 2
12

1
Vms = × 11,88 × 1,752 = 3,031 kN. m
12
Tabel 3.9 Beban mati tambahan (MA)

No. Jenis Lebar Tebal Berat Beban


(kN/m3) (kN/m)
1 Lap.Aspal+overlay 1,75 0,08 22,00 3,08
2 Air hujan 1,75 0,05 9,80 0,86
QMA = 3,94

Gaya geser akibat beban mati tambahan

1
𝑉𝑀𝐴 = 2 × 𝑄𝑀𝐴 × S = 3,4

Momen akibat beban mati tambahan

1
𝑀𝑀𝑆 = 12 × 𝑄𝑀𝐴 × S 2 = 1,0

2. Beban hidup
Beban truk “T” (TT)
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh truk (beban T) yang
nilainya dapat dihitung sebagai berikut:

a. Beban T = 112,5kN
b. Faktor pembebanan dinamis untuk pembebanan truk, DLA = 0.40

Beban truk “T”

PTT = (1 + DLA) x T= (1 + 0.40) x 112,5 =157,50 kN

Gaya geser akibat beban truk “T”

1 1
VTT = × PTT = × 157,50 kNs = 78,75 kN
2 2
Momen akibat beban truk “T”

1
MTT = 8 × PTT × S = 34,45

Tabel 3.11 Kombinasi beban ultimit


No. Jenis beban Faktor V M Vu Mu
Beban (kN) (kNm) (kN) (kNm)
1 Berat sendiri (MS) 1,30 10,39 3,03 13,508 3,94
2 Beb.mati tamb (MA) 2,00 3,45 1.00 6,891 2,01
3 Beban truk "T" (TT) 2,00 78,75 34,45 157,500 68,91
177,90 74,86

Momen ultimit rencana balok diafragma, Mu = 74,86 kNm

Gaya geser ultimit rencana balok diafragma, Vu = 177,90 kN

3.5.2 Pembesian balok diafragma


1. Tulangan lentur

Momen ultimit rencana balok diafragma, Mu = 74,86 kNm

Mutu beton fc’ = 26MPa

Mutu baja tulangan fy = 410 MPa

Modulus elastisitas beton, Ec = 4700 x √𝑓𝑐′ Ec = 23965 MPa

Modulus elastisitas baja Es = 200000 MPa

Tinggi balok diafragma hd = 400 mm

Lebar balok diafragma bd = 250 mm


Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 50 mm

Tinggi efektif balok diafragma d = hd – d’ = 350 mm

Faktor bentuk distribusi tegangan beton 𝛽1 = 0,85

0,85 × fc′ 600


ρb = β1 × ×
fy 600 + fy

0,85 × 26 600
ρb = 0,85 × × = 0,0272
410 600 + 410

1 ρ × fy
Rmax = 0,75 × ρb × fy × (1 − × 0,75 × b )
2 0,85 × fc′

1 0,0272 × 410
Rmax = 0,75 × 0,0272 × 410 × (1 − × 0,75 × )
2 0,85 × 26

Rmax = 6,78

Faktor reduksi kekuatan lentur, Ø = 0,80

Momen nominal rencana

Mu 74,86
Mn = = = 93,57 kN. m
φ 0,80

Faktor tahanan momen

Mn × 106
Rn =
beff × d2

93,57 × 106
Rn = = 3,06
250 × 3502

Rn <Rmax = 3,06<6,21 .........................................(OK)


Rasio tulangan maksimum,
ρmax= 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021

Rasio tulangan yang diperlukan,

0,85 × fc′ 2 × Rn
ρ = × (1 − √1 − )
fy 0,85 × fc′

0,85 × 26 2 × 3,06
ρ = × (1 − √1 − )ρ = 0,0081
410 0,85 × 26

Rasio tulangan minimum,


1,4 1,4
ρmin = = = 0,0034
fy 410
ρmin <ρ<ρmax
0,0034 <0,0081<0,021 ...............................(OK)

Luas tulangan yang diperlukan


As = ρ × b × d
As = 0,0081 × 250 × 350
= 704,70 mm2

Diameter tulangan yang digunakan, D = 25 mm

𝜋 3,14
As 1 tulangan = 4 × D2 = × 252 = 490,87 mm2
4

Jumlah tulangan yang diperlukan, n = As/As 1 tulangan


= 704,70 / 490,87
= 1,44≈2 tulangan
Maka, digunakan tulangan 2D25, As = As 1 tulangan x n
= 490,87 x 2 tulangan
= 981,75mm2

2. Tulangan geser

Gaya geser ultimit rencana balok diafragma, Vu = 172,90kN

Mutu beton fc’ = 26Mpa

Mutu baja tulangan fy = 240 Mpa

Faktor reduksi kekuatan lentur, 𝜑 = 0,75

Tinggi balok diafragma hd = 400 mm

Lebar balok diafragma bd = 250 mm

Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 50 mm

Tinggi efektif balok diafragma d = hd – d’ = 350 mm

Kuat geser nominal beton

√fc′ √26
Vc = x b x d x 10−3 = x 250 x 50 x 10−3
6 6

Vc = 74,36 kN

Gaya geser yang dipikul tulangan geser

φ × Vs = Vu − (φ × Vc)

φ × Vs = 172790 − (0,75 × 74,36) = 122,128 kN

122,128
φ × Vs = = 162,837 kN
0,75
Kontrol dimensi girder terhadap kuat geser maksimum

2
Vsmax = × √fc′ × (bd × d) × 10−3
3
2
Vsmax = × √26 × (250 × 350) × 10−3 = 297,443 kN
3

Vs < Vs max = 162,837 kN <297,443 kN ............................(OK)

Dimensi balok memenuhi persyaratan kuat geser, digunakan sengkang berpenampang


2Ø12.

Luas tulangan geser sengkang,

1
Av = × π × D2
4

1
Av = × π × 122 = 226,195 mm2
4

Jarak tulangan geser (sengkang) yang diperlukan

Av × fy × d
S=
Vs

226,195×240×350
\S = = 116,683 mm
162,837 kN

Digunakan sengkang 2Ø12 – 100 mm


3.6 Perencanaan Plat Lantai Jembatan
3.6.1 Data Plat Lantai Jembatan

Diketahui data perencanaan jembatan beton adalah sebagai berikut :

Panjang bentang jembatan (L) = 16 m

Lebar total jembatan (B) =9m

Jarak antar girder (s) = 1,75 m

Tebal slab lantai jembatan (ts) = 0,25 m

Tebal lapisan aspal + overlay (ta) = 0,08 m

Tinggi genangan air hujan (th) = 0.05 m

3.6.2 Bahan Stuktur


Mutu Beton: Fc = 26 Mpa
Modulus elastik,
Ec = 4700 .√𝑓𝑐′
= 4700 . √26
= 23965 Mpa

Angka poisson, u = 0,20


Modulus geser ,
𝐸𝑐
G = [2 𝑥 (1+𝑢)]
23965
= [2 𝑥 (1+0.20)]

= 9985,58MPa

Koefisien muai panjang untuk beton, α = 0,00001°C


Mutu baja :
Untuk baja tulangan dengan ∅> 12 mm
Tegangan lebih baja, fy = 410 MPa
Untuk baja tulangan dengan ∅ ≤ 12 mm
Tegangan leleh baja, fy = 240 MPa

Specific Grafity :
Berat beton bertulang wc = 25,00 kN/m3
Berat beton tidak bertulang(beton rabat), w’c = 24,00 kN/m3
Berat aspal padat, wa = 22,00 kN/m3
Berat jenis air ww = 9,80 kN/m3

3.6.3 Analisa Beban Plat Lantai Jembatan


1. Berat Sendiri (Ms)
Faktor beban ultimit, KMS = 1.3
Ditinjau slab lantai jembatan selebar, b =1m
Tebal slap lantai jembatan, h= (ts) = 0,23 m
Berat beton bertulang, wc = 25.00 kN/m3
Berat sendiri:
QMS = b x h x wc
QMS = 1 m x 0,23 m x 25.00
QMS = 5,75kN/m

2. Beban Mati Tambahan (MA)


Faktor beban ultimit : Kms= 2,0

No JENIS TEBAL BERAT BEBAN

1 Lapisan Aspal 0,08 1 22,00

2 Air hujan 0,05 1 9,80

QMA 2,25

Beban mati tambahan QMA = 2,25kN/m

3. Beban Truk “ T ” ( TT )
Faktor beban ultimit : KTT = 2,0

Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban
T) yang besarnya, T = 112,5 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0.40
Beban truk “ T “ :
PTT = (1 +DLA) x T
= (1 + 0.40) x 112,5
= 157,5 kN
T = 112,5 kN
4. Beban Angin ( EW )
Faktor beban ultimit : KEW = 1.2
Gaya angin tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat
beban angin yang meniup kendaraan diatas lantai jembatan.
- Jembatan terletak di Kota Lhokseumawe, tepatnya di wilayah Darussalam
dengan jarak <5 km dari laut.

TEW = 0.0012 x Cw x ( Vw )2 kN/m2,

Dengan,
Cw = 1.2

Kecepatan angin rencana, Vw = 35 m/det

Beban angin tambahan yang meniup bidang samping kendaraan :

TEW = 0.0012 x Cw x (Vw)2


= 0.0012 x 1.2 x 352
= 1.764 kN/m2
Bidang vertikal yang ditiup angin merupakan bidang samping kendaraan
dengan tinggi 2.00 m di atas lantai jembatan.
h = 2.00 m

Jarak antara roda kendaraan x,


x = 1.75 m

Beban akibat transfer beban angin ke lantai jembatan,


𝑄𝐸𝑊 = ½ . h/x . Tew
2
= ½ x 1,75 x 1.764

= 1,008 KN/m

5. Pengaruh Temperatur (ET)


Faktor beban ultimit: KET = 1,20

Temperatur maksimum rata-rata Tmax = 400C

Temperatur minimum rata-rata Tmin = 15 0C

Perbedaan temperatur pada slab

∆T = (Tmax – Tmix)/2

= (40 – 15)/2

= 12,50C

Koefisien muai panjang untuk beton, α =0,00001

Modulus elastik Ec =23965,39 MPa


6. Momen pada Slab Jembatan
Formasi pembebanan slab untuk mendapatan momen maksimum pada
bentang menerus dilakukan seperti pada gambar. Momen maksimum pada slab
dihitung berdasarkan metode one way slab dengan beban sebagai berikut :

Gambar Pembebanan Slab


Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan untuk beban menerus
dengan beban merata, terpusat, dan perbedaan temperatur adalah sebagai berikut:

Gambar Koefisien momen lapangan dan momen tumpuan

K = koefisien momen

s = 1,75 m

Beban merata, Q : M = k x Q x s2

Untuk beban tepusat, P : M = k x P x s2

Untuk temperatur, ∆T : M = k x a x DT x Ec x s2

Momen akibat berat sendiri (MS) :

Momen tumpuan MMS = 0,0833 x QMS x s2

= 0,0833 x 5,75x 1,752

= 1,594kNm

Momen lapangan MMS = 0,0417 x QMS x S2

=0,0417 x 5,75x 1,752


= 0,798kNm

Momen akibat beban mati tambahan (MA):


Momen tumpuan MMA = 0,1041x QMAx s2
= 0,1041 x 2,25x 1,752 = 0,717kNm
Momen lapangan MMA = 0,0540 x QMAx S2
=0,0540 x 2,25x 1,752
= 0,372kNm

Momen akibat beban truk (TT):


Momen tumpuan MMT = 0,1562x PTTx s
= 0,1562 x 157,5x1,75
= 43,052 kNm
Momen lapangan MMT = 0,1407 x PTTx S
=0,1407x 157,5x 1,75
= 38,780 kNm

Momen akibat beban angin (EW):


Momen tumpuan MEW = 0,1562x QEWx s
= 0,1562 x 1,008 x 1,75
= 0,276kNm

Momen lapangan MEW = 0,1407 x QEW x S


=0,1407 x 1,008x 1,75
= 0,248 kNm

Momen akibat temperatur (ET):


Momen tumpuan MET = 0,000000562 x α x ∆T x EC x s3
= 0,000000562 x 0,00001 x 12,5 23965,39 x 1,753
= 0,00000993kNm
Momen tumpuan MET = 0,000000281 x α x ∆T x EC x s3
= 0,00000281 x 0,00001x 12,5 23965,39 x 1,753
= 0,0000496 kNm
6.1 Momen Slab
M
Faktor Daya Keadaan M Lapangan
No Jenis Beban Tumpuan
Beban Layan Ultimit (KNm) (KNm)
1 Berat Sendiri Kms 1 1,30 1,594 0,798
Beban Mati
2 Kma 1 2,00 0,717 0,372
Tambahan
3 Beban Truck "T" Ktt 1 2,00 43,053 38,780
4 Beban Angin Kew 1 1,20 0,276 0,248
Pengaruh
5 Ket 1 1,20 9,92 x 10-6 4,96 x 10-5
Temperatur

6.2 Kombinasi-1
M M M M
Faktor
No Jenis Beban Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Beban (KNm) (KNm) (KNm) (KNm)
1 Berat Sendiri 1,3 1,594 0,798 2,073 1,038

Beban Mati 2 0,717 0,372 1,435 0,744


2
Tambahan
Beban Truck 2 43,053 38,780 86,105 77,561
3
"T"
4 Beban Angin 1 0,276 0,248 0,276 0,248

Pengaruh 1 0,000 0,000 0,000 0,000


5
Temperatur
Total Momen Ultimit Slab (Mu) 89,888 79,591

6.2 Kombinasi-2
M M M M
Faktor
No Jenis Beban Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan
Beban (KNm) (KNm) (KNm) (KNm)
1 Berat Sendiri 1,3 1,078 0,539 1,401 0,701
Beban Mati
2 2 0,527 0,273 1,054 0,547
Tambahan
Beban Truck
3 1 36,902 33,240 36,902 33,240
"T"
4 Beban Angain 1,2 0,236 0,213 0,283 0,255
Pengaruh
5 1,2 5,88 x 10-6 2,94 x 10-5 5,88 x 10-6 2,94 x 10-5
Temperatur
Total Momen Ultimit Slab (Mu) 46,891 40,860

Momen Ultimit:
Momen rencana lapangan plat lantai =76,496 kNm
Momen rencana tumpuan plat lantai =67,942 kNm

3.6.4 Pembesian Plat Lantai


1. Tulangan Lentur Negatif

Momen rencana tumpuan : Mu = 89,888 kNm


Mutu Beton: fc’ = 26 MPa
Mutu Baja: fy = 410 MPa
Tebal slab beton: h = 250 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton: d’ = 30 mm
Modulus elastisitas baja: Es = 2 x105 Mpa
Faktor bentuk distribusi tengangan beton: 𝛽1 = 0,85

𝛽1 𝑥 0.85 𝑥 𝑓𝑐′ 600


ρb = x 600+ 𝑓𝑦
𝑓𝑦
0.85 𝑥 0.85 𝑥 26 600
= x 600+ 410
410

= 0,027
1 𝑓𝑦
Rmax = 0.75 x ρb x fy x [1 − 2 x 0.75 x ρb x ]
0.85𝑥 𝑓′𝑐
1 410
= 0.75 x0,027x 410 x[1 − 2 x 0.75 x 0,027 x ]
0.85𝑥 26
= 6,785

Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0.80


Momen rencana ultimit Mu = 89,888 kNm
Tebal efektif slab beton :
d = h – d’
= 250 – 30
= 220 mm
Momen nominal rencana,
𝑀𝑢
Mn = ∅
89,888
= 0.80

= 112,360kNm
Faktor tahanan momen,
𝑀𝑛 𝑥 106
Rn =
𝑏𝑒𝑓𝑓 𝑥 𝑑2

112,360 𝑥106
= 1000 𝑥2002

= 2,321 Rn < Rmax .................... (OK)

Rasio tulangan yang di perlukan;


0.85 𝑥 𝑓𝑐′ 1−2 𝑥 𝑅𝑛
ρperlu = x [1 − √ 0.85 𝑥 𝑓𝑐 ]
𝑓𝑦

0.85 𝑥 26 1−2 𝑥 2,321


= x [1 − √ ]= 0,006
410 0.85 𝑥 26

1,5 1,5
ρmin = 𝑓𝑦 = 410= 0.004 ρmax= 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021

Kontrol : ρmin= 0.004<ρperlu = 0.006<ρmax = 0,021 ...........(OK)

Luas tulangan yang diperlukan :

As = ρ x beff x d
= 0,006 x 1000 x 220

= 1493,96mm²

Diameter tulangan yang digunakan D 16

Jarak tulangan yang diperlukan,


𝜋𝐷 2 𝑏 𝜋×162 1000
S= × 𝐴𝑠 = × 1493,96 = 152,431 mm, Digunakan Tulangan D16-100
4 4

𝜋𝐷 2 𝑏 𝜋×162 1000
As = × 𝑆= × = 2010,62 mm2
4 4 100

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 50% tulangan pokok:


As’ = 50% x As = 50% x 2010,62= 1005,31 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 13
Jarak tulangan yang diperlukan,
𝜋𝐷 2 𝑏 𝜋×132 1000
S= × 𝐴𝑠′ = × 1005,31 = 131,964 mm
4 4

Digunakan Tulangan D13-100


𝜋𝜋2 𝜋 𝜋×132 1000
As’ = × 𝜋= × = 1326,65 mm2
4 4 100

2. Tulangan Lentur Positif


Momen rencana lapangan Mu = 79,591kNm
Mutu beton fc = 26 MPa
Mutu Baja: fy = 410 MPa
Tebal slab beton h = 250 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d = 30 mm
Modulus elastisitas baja: Es = 2 x105 Mpa
Faktor bentuk distribusi tengangan beton: 𝜋1 = 0,85
𝜋1 𝜋 0.85 𝜋 𝜋𝜋′ 600
ρb = x 600+ 𝜋𝜋
𝜋𝜋
0.85 𝜋 0.85 𝜋 26 600
= x 600+ 410
410
= 0,027
1 𝜋𝜋
Rmax = 0.75 x ρb x fy x [1 − 2 x 0.75 x rb x ]
0.85𝜋 𝜋′𝜋
1 410
= 0.75 x 0,036 x 330 x [1 − 2 x 0.75 x 0.036 x ]
0.85𝜋 26

= 6,785

Faktor reduksi kekuatan lentur, ∅ = 0.80


Momen rencana ultimit, Mu = 79,591kNm
Tebal efektif slab beton :
d = h – d’
= 250 – 30
= 220 mm
Momen nominal rencana,
𝜋𝜋 79,591
Mn = = = 99,489 kNm
∅ 0.80

Faktor tahanan momen,


𝜋𝜋 𝜋 106
Rn = 𝜋𝜋𝜋𝜋 𝜋 𝜋2
79,591 𝜋106
=
1000 𝜋2202

= 2,056 Rn < Rmax...................(OK)

Rasio tulangan yang di perlukan;


0.85 𝜋 𝜋𝜋′ 1−2 𝜋 𝜋𝜋
ρperlu = x [1 − √0.85 𝜋 𝜋𝜋]
𝜋𝜋

0.85 𝜋 26 1−2 𝜋 2,123


= x [1 − √ ]= 0,005
410 0.85 𝜋 26

1,5 1,5
ρmin = 𝜋𝜋 = 410= 0,004 ρmax= 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021

Kontrol : ρmin= 0,004<ρperlu = 0,006<ρmax = 0,021................(OK)


Luas tulangan yang diperlukan :
As = ρx beff x d
= 0,006x 1000 x 220
=1159,68 mm²
Diameter tulangan yang digunakan : D 16 mm

Jarak tulangan yang diperlukan,


𝜋𝜋2 𝜋 𝜋×162 1000
S= × = × = 173,377 mm
4 𝜋𝜋 4 1159,68

Digunakan Tulangan D16-150


𝜋𝜋2 𝜋 𝜋×162 1000
As = × 𝜋= × = 1340,41 mm2
4 4 150

Tulangan bagi/susut arah memanjang diambil 50% tulangan pokok:


As’ = 50% x As = 50% x 1340,41 = 670,206 mm2
Diameter tulangan yang digunakan, D 13

Jarak tulangan yang diperlukan,


𝜋𝜋2 𝜋 𝜋×132 1000
S= × 𝜋𝜋′ = × 670,206 = 198,047 mm
4 4

Digunakan Tulangan D13-150

𝜋𝜋2 𝜋 𝜋×132 1000


As’ = × 𝜋= × = 669,87 mm2
4 4 150

3. Kontrol Lendutan Plat Lantai

Mutu beton: fc’ = 26 MPa


Mutu baja: fy = 410 MPa

Modulus elastik Ec = 4700 x √𝜋𝜋′


= 23965,39 MPa
Modulus elastisitas baja: Es = 2 x105 MPa
Tebal slab beton: h = 250 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton: d’ = 30 mm
Tebal efektif slab beton :
d = h – d’
= 250 – 30
= 220 mm
Luas tulangan yang diperlukan : As = 1319,038 mm²
Panjang bentang slab di ambil 6 m Lx = 1750 mm
Ditinjau slab selebar b = 1000mm
Beban terpusat: P = PTT =157,5kN
Beban merata: Q = QMS + QMA = 5,75+2,25
=8,50 kN/m
Lendutan total yang terjadi (𝜋tot) harus: <Lx/240 = <1500/240 = 6,250 mm
Inersia brutto penampang balok :
1
Ig = × b × h3
12
1
g = × 1000 × 2303
12
= 1,01 x 109 mm4
Modulus keruntuhan lentur beton
Fr = 0.7 × √fc′
Fr = 0.7 × √26
= 3,569 MPa
Nilai perbandingan modulus elastis
Es 200000
n = = = 8,345
Ec = 23965,39
n × As = 8,345 × 1319,038 = 11007,853 mm2
Jarak garis netral terhadap sisi atas beton
n × As 11007,853
c = = = 11,008 mm
b 1000
Inersia penampang retak yang ditransformasikan ke beton dapat dihitung sebagai
berikut:
1
Icr = × b × c3 + n × As × (d − c)2
3
1
Icr = × 1000 × 12,4363 + 11007,853 × (200 − 11,008)2
3
= 4,38 x 108mm4
h 250
yt = = = 125 mm
2 2

Momen retak:
Fr × Ig 3,357 × 1,01 x 109
Mcr = =
yt 115
=2.96 x107 Nmm

Momen maksimum akibat beban:


Ma = 1/8 x Q x Lx2 + ¼ x p x Lx
= 1/8 x 8,00 x 1,752+ 1/4 x 157,5 x 1,75
= 72,160kNm
= 7,22 x 107 Nmm
Inersial efektif untuk perhitungan lendutan;
Mcr 3 3
Mcr 3
Ie = ( ) × Ig + c + [1 − ( ) ] + Icr
Ma Ma
3 3
2,96 x 107 2,96 x 107
Ie = (7,22 x 107 ) × (1,01 x 109 )+ [1 − (7,22 x 107 ) ] + 4,38 x 108

=5,94 x 108mm4

Lendutan elastis seketika akibat beban mati dan beban hidup:


5 Q × L4 1 P × L3
𝜋𝜋 = (384 x )+ (48 x )
Ec × Ie Ec × Ie

5 8,00 ×15004 1 157,5 ×15003


𝜋𝜋 = (384 x )+ (48 x )
24870 x5,94 x 108 24870 x5,94 x 108

= 0,0742 mm
Rasio tulangan slab lantai jembatan :
𝜋 = As / ( b x d )
= 1401,543/(1000 x 200)
= 0.007

Faktor ketergantungan Waktu untuk beban mati ( jangka waktu > 5 tahun )
Nilai ζ =10,00
λ = ζ / ( 1 + 50 x P)
= 10,00/(1 +50 x 0,007)
= 7,465

Lendutan jangka panjang akibat rangkak dan susut


5 Q × L4
δg = λ x (384 x )
Ec × Ie

5 8,00 ×15004
= 7,405x(384 x )
24870 x 5,03 x 108

= 0,528 mm
Lendutan total pada plat lantai jembatan :
Lx / 240 = 1500/240 = 6,250mm
δtot = δe + δg
= 0,0475 + 0,344
= 0,600 mm <L/240 = 6,250mm......................(OK)

3.6.5 Kontrol Tegangan Geser Pons


Mutu beton: fc’ =26 MPa
Kuat geser pons yang diisyaratkan

fv= 0,3 x√𝜋′ 𝜋


=0,3 x √26 = 1,530 MPa
Faktor reduksi kekuatan geser: 𝜋 = 0.6

Beban roda truk pada slab:


PTT = 157,5kN = 157500N
h =0,25 m a = 0,30 m
ta = 0,08 m b = 0,50 m
u = a +2 x ta + h
= 0,30 m + 2 x 0,08m + 0,25 m
= 0,71 m = 710 mm
v = b + 2 x ta + h
= 0,50 m + 2 x 0,08 m + 0,25 m
= 0,91 m = 910 mm
Tebal efektif plat :
d =220 mm

Luas bidang geser :


Av =2 x ( u + v) x d
= 2 x (690 + 890) x 200
= 712800 mm2

Gaya geser pons nominal:


Pn = Av x fv
= 712800 x 1,439
= 1090374 N
𝜋 x Pn = 0,60 x 1090374 N = 654224,6 N

Faktor beban ultimit, KTT= 2,00


Beban ultimit roda truk pada slab:
Pu = KTT x PTT
= 2,00 x 157500
=315000N< 𝜋 x Pn = 615324,4 N ...............(OK)

3.7 Perhitungan Tiang Sandaran


3.7.1 Beban Tiang Sandaran

Jarak antara tiang ralling, L =2,00 m


Beban horizontal pada ralling, H1 =0.75 kN/m
Gaya horizontal pada tiang ralling
HTP = H1 X L
HTP = 0.75 X 2 = 1,5 kN
Lengan terhadap sisi bawah tiang ralling
Y= 0,45 + 0, 45
Y= 0,9 m
Momen pada tiang ralling
MTP = HTP x Y
MTP = 1.5 x 0,9 = 1,35 KN/m
Faktor beban ultimit, Ktp =2.00
Momen ultimit rencana
Mu = Ktp x MTP
Mu = 2,00 x 1,35 = 2.7 kN/m
Gaya geser ultimit rencana
Vu =2.00 x 1.5 = 3 kN
3.7.2 Pembesian Tiang Ralling
3.7.2.1 tulangan lentur
Kuat tekan beton f’c =26 Mpa
Tengangan leleh baja fy =410 Mpa
Tebal tiang ralling h =100 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton d’ = 20 mm
Modulus elastisitas Baja Es =200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton β1 = 0.85
β1 x0.85 x f′c 600
ρb = [600+𝜋𝜋]
𝜋𝜋
0.85 x 0.85 x 26 600
ρb = (600+410)
410

= 0,027
1
1− 𝜋 0,75 𝜋Ρb x fy
2
Rmax = 0.75 x Ρb x 𝜋𝜋 [ ]
0,85 𝜋𝜋′𝜋
1
1− 𝜋 0,75 𝜋0,027x 410
2
Rmax = 0.75 x 0.027 x 410 [ ] = 6,785
0,85 𝜋26

Faktor reduksi kekuatan lentur, 𝜋= 0.80


Faktor reduksi kekuatan geser, 𝜋= 0.60
Momen rencana ultimit, Mu= 2,7 kN/m
Lebar tiang ralling, b = 150 mm
Momen nominal rencana
𝜋𝜋
Mn= 𝜋
2,7
Mn = 0.80= 3,375

Faktor tahanan momen


Rn =Mn x 106 /(b x d2)
Rn = 3,375 x 106 /(150 x802) =3,516
Rn < Rmax (6,785) ..............................(OK)
Rasio tulangan yang di perlukan:
𝜋 =0,85 x f'c/fy x {1-{√ x 1-2 x Rn/(0,85 x f'c)}
=0,85 x 26/410x {1-{√ x 1-2 x 3,516/(0,85 x 26)}
= 0,009393
Rasio tulangan minimum:
𝜋 min =1,4/fy = 1,4/410 = 0,00341
Rasio tulangan maksimum:
ρmax= 0,75 x ρb = 0,75(0,027) = 0,021
Kontrol : 0,00384 < 0,009393 < 0,021 ......................(OK)
Luas tulangan yang diperlukan,
As =𝜋 x b x d
= 0,017214 x 150 x 80
= 128,409mm2
Diameter tulangan yang digunakan D 13
As 1 tulangan = 𝜋/4 x D2 = 𝜋/4 x 132 = 132,665 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan,
n = As/ As 1 tulangan
= 128,409/132,665
= 0,968
Digunakan Tulangan 4 D 13

3.7.2.2 tulangan geser


Gaya geser ultimit rencana ( Vu )= 3 kN = 3000 N
Vc =(√ f'c)/6 x b x d
= (√ 26)/6 x 150 x 80
= 10198,04 N
ØVc = 0,6 x 10198,04
= 6118 N = 6,118 kN
1 1
Av min = 3 × √𝜋𝜋 × 𝜋𝜋/𝜋𝜋 = 3 × √26 × 150 × 80/240 = 84,984mm2

Digunakan sengkang berpenampang 2Ø8 mm


Luas tulangan sengkang,
Av = 𝜋/4 x D2 x n = 3,14/4 x 82 x 2 = 100,53mm2
Vs = ØVc / 0,6 = 5755/0,6 = 9591,66 N
Jarak tulangan geser (sengkang) yang diperlukan:

S = Av x fy x d / Vs = 100,53x 240 x 80 / 9591,66 = 201,24 mm

Digunakan sengkang Ø8 – 200


3.8 Perhitungan Trotoar
3.8.1 Berat sendiri trotoar
Jarak antara tiang sandaran, L = 2 m
Berat beton bertulang, wc = 25 kN/m3

Berat sendiri trotoar untuk panjang L = 2 m


b h L Berat Lengan Momen
No Shape
(m) (m) (m) (kN) (m) (kNm)
1 0,5 0,23 1 2 5,750 0,250 1,438
2 0,3009 0,24 1 2 3,611 0,150 0,543
3 0,0813 0,24 0,5 2 0,488 0,328 0,160
4 0,0813 0,24 0,5 2 0,488 0,355 0,173
5 0,1178 0,24 1 2 1,414 0,441 0,624
6 0,0545 0,24 0,5 2 0,327 0,518 0,169
7 0,0674 0,21 0,5 0,15 0,027 0,427 0,011
8 0,1049 0,21 1 0,15 0,083 0,502 0,041
9 0,0451 0,21 0,5 0,15 0,018 0,570 0,010
10 0,15 0,55 1 0,15 0,309 0,525 0,162
11 SGP 3" dengan berat/m 0,63 4 2,520 0,525 1,322
Total 14,724 4,654
Berat sendiri trotoar per m lebar PMS 7,362 MMS 2,327
3.8.2 Beban hidup pada pedestrian

Beban hidup pedestrian per meter lebar tegak lurus bidang gambar:
Gaya Lengan Momen
No Jenis Beban
(kN) (m) (kNm)
1 Beban horizontal pada ralling (H1) 0,75 1,0038 0,753
2 Beban horizontal pada kreb (H2) 1,5 0,3550 0,533
3 Beban vertikal terpusat 20 0,1911 3,822
4 Beban vetikal merata = q x b2 1,91 0,1911 0,365
Momen akibat beban hidup pada pedestrian: MTP 5,473

3.8.3 Momen ultimit rencana slab trotoar


Faktor beban ultimit untuk berat sendiri pedestrian, KMS = 1,3
Faktor beban ultimit untuk beban hidup pedestrian, KTP = 2,0
Momen akibat berat sendiri pedestrian, MMS = 2,327 kNm
Momen akibat beban hidup pedestrian, MTP = 5,473 kNm
Momen ultimit rencana slab trotoar,
Mu = KMS x MMS + KTP x MTP
= 1,3 x 5,473 + 2,0 x MTP
Mu = 13,970 kNm
3.8.4 Pembesian slab trotoar
Mutu beton, fc = 26 MPa
Mutu baja, fy = 410 MPa
Tebal trotoar, h = 240 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 200 mm
Modulus elastisitas baja, Es = 200000
Faktor beban untuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

β1 x0.85 x f′c 600


ρb = (600+𝜋𝜋)
𝜋𝜋
0.85 x 0.85 x 26 600
ρb = (600+410)
410

= 0,027
1
1− 𝜋 0,75 𝜋Ρb x fy
2
Rmax = 0.75 x Ρb x 𝜋𝜋 ( )
0,85 𝜋𝜋′𝜋

1
1− x 0,75 x 0,028 x 410
2
Rmax = 0.75 x 0.028 x 410 ( ) = 6,785
0,85 x 26

Faktor reduksi kekuatan lentur, 𝜋= 0.80


Faktor reduksi kekuatan geser, 𝜋= 0.60
Momen rencana ultimit, Mu = 13,970kN/m
Tebal efektif slab trotoar, d = h-d’ = 240-200 = 40 mm
Ditinjau trotoar selebar 2 m, b = 2000 mm
Momen nominal rencana
𝜋𝜋
Mn= 𝜋
13,970
Mn = =17,463 kNm
0.80

Faktor tahanan momen


Rn =Mn x 106 /(b x d2)
Rn = 17,463x 106 /(2000 x402) = 5,457
Rn (5,457) < Rmax (6,213) ..............................(OK)
Rasio tulangan yang di perlukan:
𝜋 = 0,85 x f'c/fy x {1-{√ x 1-2 x Rn/(0,85 x f'c)}
= 0,85 x 26/410 x {1-{√ x 1-2 x 5,273/(0,85 x 26)}
= 0,01555
Rasio tulangan minimum:
𝜋 min = 1,4/fy
= 1,4/410
= 0,00341
Rasio tulangan maksimum:
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75(0,027) = 0,021
Kontrol : Ρmin< ρ < ρmaks
0,00341< 0,01555 < 0,021 .................(OK)
Rasio tulangan yang digunakan, 𝜋 = 0,01796
Luas tulangan yang diperlukan,
As= 𝜋 x b x d
=0,01796x 2000 x 40
= 1437,06mm2
Diameter tulangan yang digunakan D 13
Jarak tulangan yang diperlukan,

S = π/4 x d2 x b / As
= 3,14/4 x 132 x 2000 / 1437,06
= 184,63mm
Digunakan tulanganD13-150
As = π/4 x d2 x b / S
= 3,14/4 x 132 x 2000 / 150
= 1768,87 mm2
3.9 Perhitungan Plat Injak (Approach Slab)
3.9.1 Plat injak arah melintang jembatan
T = 112.5 kN

Beban Truk “T” (TT)


Faktor beban ultimate, KTT = 2,0
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban
T) yang besarnya, T = 112,5 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0,40
Beban truk “T”: PTT = (1 +DLA) x T
= (1 + 0,40) x 112,5 kN
= 157,50 kN

Momen pada plat injak


Tebal plat injak, h = 0,23 m
Tebal lapisan aspal, ta = 0,08 m
Lebar bidang kontak roda truk, b = 0,5 m
b’ = b + ta = 0,5 + 0,08 = 0,58 m
Kuat tekan beton, fc = 26 MPa
Momen max. Pada plat injak akibat beban roda dihitung dengan rumus:
𝜋𝜋𝜋 0,6
𝜋𝜋𝜋𝜋 = × [1 − (𝜋 × √2/λ) ]
2

0,25
𝜋𝜋×ℎ3
dengan, λ = [{12×(1−υ2}×𝜋𝜋]

υ = angka Poisson, υ = 0,20


Ks = standar nodulus of soil reaction, Ks = 81500 kN/m3
Ec = modulus elastik beton = 22540 Mpa = 22540408,16 kN/m2
r = lebar penyebaran beban terpusat, r = b’/2 = 0,29 m

0,25
22540408,16 ×0,233
λ= [ ] = 1,533 m
{12×(1− 0,202 }×81500

157,50 0,6
𝜋𝜋𝜋𝜋 = × [1 − (0,29 × √2/1,533 ) ] = 63,10kNm
2

Momen ultimit plat injak arah melintang jembatan:


Mu = KTT x Mmax = 126,20 kNm

Pembesian plat injak arah melintang jembatan


Kuat tekan beton, fc = 26 MPa
Tegangan leleh baja, fy = 410 Mpa
Tebal plat injak, h = 230 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 30 mm
Modulus elastis baja, Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85

β1 x0.85 x f′c 600


ρb = (600+𝜋𝜋)
𝜋𝜋
0.85 x 0.85 x 26 600
ρb = (600+410)
410

= 0,027
1
1− 𝜋 0,75 𝜋Ρb x fy
2
Rmax = 0.75 x Ρb x 𝜋𝜋 ( )
0,85 𝜋𝜋′𝜋

1
1− x 0,75 x 0,027 x 410
2
Rmax = 0.75 x 0.028 x 410 ( ) = 6,213
0,85 x 26

Faktor reduksi kekuatan lentur, 𝜋= 0.80


Faktor reduksi kekuatan geser, 𝜋= 0.60
Momen rencana ultimit, Mu = 126,20 kN/m
Tebal efektif slab plat injak, d = h-d’ = 230-30 = 200 mm
Ditinjau plat injak selebar 1 m, b = 1000 mm

Momen nominal rencana


𝜋𝜋
Mn= 𝜋
126,20
Mn = =157,75 kNm
0.80

Faktor tahanan momen


Rn =Mn x 106 /(b x d2)
Rn = 157,75 x 106 /(1000 x 2002) = 3,944
Rn (3,944) < Rmax (6,213) ..............................(OK)

Rasio tulangan yang di perlukan:


𝜋 = 0,85 x f'c/fy x {1-{√ x 1-2 x Rn/(0,85 x f'c)}
= 0,85 x 26/410 x {1-{√ x 1-2 x 3,944/(0,85 x 26)}
= 0,01219
Rasio tulangan minimum,
𝜋 min = 1,4/fy = 1,4/410 = 0,00384
Rasio tulangan maksimum,
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021
Kontrol: 0,00384 < 0,01219 < 0,021 ....................(OK)
Luas tulangan yang diperlukan,
As = 𝜋 x b x d
= 0,01219 x 1000 x 200
= 2438,44 mm2
Diameter tulangan yang digunakan D 19
Jarak tulangan yang diperlukan,

S = π/4 x d2 x b / As
= 3,14/4 x 192 x 1000 / 2438,44
= 116,22mm
Digunakan tulangan D19-100 mm
As = π/4 x d2 x b / S
= 3,14/4 x 192 x 1000 / 50
= 2833,85mm2

3.9.2 Plat injak arah memanjang jembatan


T = 112.5 kN

Beban Truk “T” (TT)


Faktor beban ultimate, KTT = 2,0
Beban hidup pada lantai jembatan berupa beban roda ganda oleh Truk (beban
T) yang besarnya, T = 112,5 kN
Faktor beban dinamis untuk pembebanan truk diambil, DLA = 0,40
Beban truk “T”: PTT = (1 +DLA) x T
= (1 + 0,40) x 112,5 kN
= 157,50 kN

Momen pada plat injak


Tebal plat injak, h = 0,23 m
Tebal lapisan aspal, ta = 0,08 m
Lebar bidang kontak roda truk, a = 0,3 m
b’ = a + ta = 0,3 + 0,08 = 0,38 m
Kuat tekan beton, fc = 26 MPa
Momen max. Pada plat injak akibat beban roda dihitung dengan rumus:
𝜋𝜋𝜋 0,6
𝜋𝜋𝜋𝜋 = × [1 − (𝜋 × √2/λ) ]
2

0,25
𝜋𝜋×ℎ3
dengan, λ = [{12×(1−υ2}×𝜋𝜋]

υ = angka Poisson, υ = 0,20


Ks = standar nodulus of soil reaction, Ks = 81500 kN/m3
Ec = modulus elastik beton = 22540 Mpa = 22540408,16 kN/m2
r = lebar penyebaran beban terpusat, r = b’/2 = 0,19m

0,25
22540408,16 ×0,233
λ= [ ] = 1,533 m
{12×(1− 0,202 }×81500

157,50 0,6
𝜋𝜋𝜋𝜋 = × [1 − (0,19 × √2/1,533 ) ] = 68,50kNm
2
Momen ultimit plat injak arah melintang jembatan:
Mu = KTT x Mmax = 136,99kNm

Pembesian plat injak arah melintang jembatan


Kuat tekan beton, fc = 26 MPa
Tegangan leleh baja, fy = 410 Mpa
Tebal plat injak, h = 230 mm
Jarak tulangan terhadap sisi luar beton, d’ = 30 mm
Modulus elastis baja, Es = 200000
Faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85
β1 x0.85 x f′c 600
ρb = (600+𝜋𝜋)
𝜋𝜋
0.85 x 0.85 x 26 600
ρb = (600+410)
410

= 0,027
1
1− 𝜋 0,75 𝜋Ρb x fy
2
Rmax = 0.75 x Ρb x 𝜋𝜋 ( )
0,85 𝜋𝜋′𝜋

1
1− x 0,75 x 0,027 x 410
2
Rmax = 0.75 x 0.027 x 410 ( ) = 6,213
0,85 x 26

Faktor reduksi kekuatan lentur, 𝜋= 0.80


Faktor reduksi kekuatan geser, 𝜋= 0.60
Momen rencana ultimit, Mu = 126,20 kN/m
Tebal efektif slab plat injak, d = h-d’ = 230-30 = 200 mm
Ditinjau plat injak selebar 1 m, b = 1000 mm

Momen nominal rencana


𝜋𝜋
Mn= 𝜋
136,99
Mn = =171,24kNm
0.80

Faktor tahanan momen


Rn =Mn x 106 /(b x d2)
Rn = 171,24x 106 /(1000 x 2002) = 4,281
Rn (4,281) < Rmax (6,213) ..............................(OK)

Rasio tulangan yang di perlukan:


𝜋 = 0,85 x f'c/fy x {1-{√ x 1-2 x Rn/(0,85 x f'c)}
= 0,85 x 26/410 x {1-{√ x 1-2 x 4,281/(0,85 x 26)}
= 0,01341

Rasio tulangan minimum


𝜋 min = 1,4/fy
= 1,4/410
= 0,00384
Rasio tulangan maksimum,
ρmax = 0,75 x ρb = 0,75(0,028) = 0,021
Kontrol: 0,00384 < 0,01341< 0,021 ....................(OK)
Rasio tulangan yang digunakan, 𝜋 = 0,01341
Luas tulangan yang diperlukan,
As = 𝜋 x b x d
= 0,01341x 1000 x 200
= 2681,31mm2
Diameter tulangan yang digunakan D 16
Jarak tulangan yang diperlukan,

S = π/4 x d2 x b / As
= 3,14/4 x 222 x 1000 / 2681,31
= 141,70mm
Digunakan tulangan D22-100 mm
As = π/4 x d2 x b / S
= 3,14/4 x 222 x 1000 / 50
= 3799,40mm2
3.10 Perencanaan Perletakan (Elastomer)
Beban total yang bekerja pada bangunan struktur atas adalah sebagai berikut:
Tabel Beban yang Bekerja Pada Elastomer
No Berat
Nama Keterangan
. (kN)
1 Berat Sendiri
16,0 0,7 1,1 25,0
- Girder 0 x 0 x 5 x 5 x 0 1610
0,2 0,1 2 25,0
- Diafragma 1,75 x 5 x 5 x 0 x 0 32
16,0 9,0 0,2
- Plat Lantai 0 x 0 x 5 x 25,00 900
16,0 0,2 1,0 25,0
- Trotoar 0 x 4 x 0 x 2 x 0 192
0,1 1,0 1 25,0
- Tiang Sandaran 0,15 x 5 x 0 x 6 x 0 9
2 Beban Mati Tambahan
- Lapisan Aspal + 16,0 7,0 0,0
Overlay 0 x 0 x 8 x 22,00 197,12
16,0 9,0 0,0
- Air Hujan 0 x 0 x 5 x 9,80 70,56
3 Beban Lalu Lintas
- Beban Lajur 186,03
- Beban Truk 214,10
- Gaya Rem 8,06
4 Beban Lingkungan
- Beban Angin 8,06
- Pengaruh Temperatur 2,10
- Beban Gempa 31,23
3461,0
Berat Total Bangunan Atas 8
Berat Untuk 1 1730,5
Abutment 4
Berat 1 Elastomerik Untuk 5 Buah Girder 346,11

Maka dari tabel jenis-jenis Elastomeric Bearings dengan standar ukuran


berdasarkan Din 4141 bagian 14, diperoleh dimensi elastomer yang sanggup menahan
beban sebesar 346,11 kN adalah 150 mm x 250 mm x 14 mm.

Anda mungkin juga menyukai