Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN PERSEDIAAN
(MANAJEMEN KEUANGAN)
Dosen :
Kristian Chandra, SE, MM
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. AMAGAWANTA AJENG RAISA 122011810005
2. DEA LUPIANA 122011810016
3. DEVVIA AGGRAINI 122011810013
4. IMAM UWESUL QORONI ATASI 122011810039
5. RIDHWAN LAZUARDI 122011810087
6. TANIA ALMIRA PAMUDJI 122011810076
7. TIMBUL SINAGA 122011810077
KELAS B 53/11
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
Daftar Isi
I. Persediaan (Inventory) ....................................................................................................... 3
II. Jenis-Jenis Persediaan ..................................................................................................... 4
III. Manfaat Persediaan ......................................................................................................... 5
IV. Fungsi Persediaan ........................................................................................................... 6
V. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan ........................................................... 7
VI. Jenis-Jenis Biaya Persediaan........................................................................................... 8
VII. Sistem Pengendalian Persediaan ................................................................................... 10
2
I. Persediaan (Inventory)
Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya
memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban (liability) karena
merupakan pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset)
yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).
Berikut ini beberapa pengertian persediaan (inventory) dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang
akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam
proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin.
2. Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam proses
produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
3. Menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses
produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses
produksi.
4. Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
3
5. Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008), persediaan merupakan idle resources atau
sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut.
Menurut Kieso dkk (2008), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan dijual.
1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah persediaan yang dibeli tetapi
tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para
pemasok dari proses produksi.
2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah bahan baku
atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai.
Adanya work in process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat
sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi
persediaan.
3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating,
MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan
dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah selesai
dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan
pelanggan dimasa depan tidak diketahui.
Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya persediaan dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:
4
2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock
merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam pengiriman disebut
work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini
dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Eksternal transit stock adalah persediaan yang
masih berada dalam transportasi. 2) Internal transit stock adalah persediaan yang masih
menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
5
dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar
berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat
menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan
atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh
memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan
bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan
peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat
diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam
rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa
lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang
berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan
level.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”,
fungsi utama persediaan yaitu :
1. Fungsi Decoupling.
2. Fungsi Economic Lot Sizing.
3. Fungsi Antisipasi.
Dari istilah diatas dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan
waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan
proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.Persediaan yang
6
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman
(Seasional Inventories).
Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang
dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi
menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian
3. Jumlah dana yang tersedia
4. Daya tahan material
7
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
1. Bahan baku, dipengaruhi oleh : perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan
sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi.
3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan
penjualan.
8
Dimana :
Q = Kuntitas Pemesanan
T = Jumlah Unit Yang Dijual Setiap Tahun
N = Frekuensi Pemesanan SetiapTahun
Dimana :
C = Carrying Cost menjadi persentse per tahun bagi harga beli
PP = Harga beli per unit persediaan
A = Persediaan rata – rata
Carrying Cost berbanding lurus dengan jumlah yang dipesan. Jika jumlah yang di pesan kecil
maka Carrying Costnya juga akan semakin kecil.
9
3. Biaya Penyiapan (Set-up Cost)
Perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya ini terdiri dari :
• Biaya mesin-mesin yang menganggur
• Biaya persiapan tenaga kerja langsung
• Biaya penjadwalan
• Biaya ekspedisi
10
1. Metode ABC
Metode ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk
mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis
ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de
Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric
mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang
persediaan. Barang dikelompokka ketiga kelompok A, B, dan C seperti terlihat pada grafik di
bawah.
Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
11
• Membeli sumberdaya yang ditujukan untuk pengembangan pemasok harus jauh lebih
tinggi untuk barang-barnag A secara individu dibandingkan dengan barang-barang C secara
individu.
2. Just-in-time
Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang
dikehendakinya. Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari
terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang
berlebihan (excess Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
Dengan adanya sistem JIT, kita telah dapat mengatasi 3 pemborosan (overproduction, excess
inventory dan waiting) diantara 7 pemborosan (7 Waste) yang harus dihindari dalam sistem
produksi Toyota. Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia
adalah Tepat Waktu, Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia
sering disebut dengan Sistem Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua
persedian bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan
jumlah yang tepat juga. Semua barang jadi juga harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang tepat pula. Dengan demikian Stock Level
atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung, komponen, bahan semi jadi (WIP atau
Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada tingkat atau jumlah yang paling
minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan Cash Flow dan
menghindari biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan baku dan barang jadi.
3. Model EOQ
Economic order quantity merupakan tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya
menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini ialah salah satu model tertua penjadwalan
produksi klasik. Kerangka kerja yang dipakai untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga
dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson Formula.
12
• Kategori Biaya dalam Model EOQ
a. Biaya Pemesanan
Biasa dikenal juga sebagai biaya pembelian atau biaya set up. adalah jumlah biaya
tetap yang terjadi setiap kali item dipesan. Biaya tersebut berhubungan dengan
aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk melanjutkan memproses pesanan. Sifat biaya
pemesanan ini konstan, tidak bergantung pada jumlah barang yang dipesan. Adapun
yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah sebagai berikut ini :
➢ Biaya persiapan pemesanan.
➢ Biaya mengirim atau biaya menugaskan karyawan untuk melakukan
pemesanan.
➢ Biaya pada saat penerimaan bahan yang dipesan.
➢ Biaya penyelesaian untuk pembayaran pemesanan.
b. Biaya Tercatat
Biasa disebut juga biaya penyimpanan, biaya tercatat ialah biaya yang terkait dengan
persediaan yang dimiliki di gudang. Halini terdiri dari biaya yang berkaitan dengan
investasi persediaan dan biaya penyimpanan. Adapun beberapa hal yang
berpengaruh dan masuk dalam biaya tercatat ini ialah bunga, asuransi, pajak, dan
biaya penyimpanan seperti biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya kerusakan, dan
lain sebagainya.
• Rumus EOQ
Didalam bukunya Heizer dan Render (2011:323) menyatakan untuk menghitung
economic order quantity terlebih dahulu dihitung biaya pesan dan biaya simpan per satu
bahan baku dengan rumus antara lain sebagai berikut ini :
a. Rumus Biaya Pemesanan
Total biaya pesan : Frekuensi pemesanan
b. Rumus Biaya Penyimpanan
Total biaya simpan : Total kebutuhan bahan baku
Adapun rumus perhitungan economic order quantity (EOQ) menurut Handoko
(2000:340) ialah dapat diuraikan sebagai berikut ini :
13
Dimana :
EOQ : ialah kuantitas pembelian optimal.
S : ialah biaya pemesanan setiap kali pesan.
D : ialah penggunaan bahan baku pertahun.
H : ialah biaya penyimpanan per-unit.
Jawaban:
15
3. Reorder Point (ROP)
Reorder Point adalah saat / titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi
persediaan.
Keterangan :
• Lead time adalah waktu yang diperlukan sejak dimulainya pelaksanaan usaha-usaha
yang diperlukan untuk memesan barang / bahan sampai barang / bahan tersebut
diterima dan ditempatkan dalam Gudang perusahaan.
• Goods in transit adalah barang yang sudah dipesan, tetapi belum diterima.
Contoh Soal :
Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di Gudang adalah 40% dari nilai average inventory.
Biaya pesanan adalah Rp. 15.000 setiap kali pesan. Jumlah material yang dibutuhkan
selama setahun sebanyak 1.200 unit dengan harga Rp. 1.000 per unit. Besarnya safety stock
(SS) 50% dari kebutuhan per bulan. Pada jumlah persediaan berapa perusahaan harus
melakukan pemesanan kembali? (diketahui dibutuhkan waktu 1 bulan untuk memesan
barang)
Diketahui :
D = 1200 unit
S = Rp.15.000
H = 40% x Rp. 1000 = Rp 400
EOQ = {( 2 D S ) / H}
= {( 2 x 1200 x 15000 ) / 400}
= {( 2 x 1200 x 15000 ) / 400}
= {( 36000000) / 400}
= 90000
= 300 unit
16
Kebutuhan 1 tahun = 1200 unit
Kebutuhan 1 bulan = 1200 / 12 = 100 unit
Kebutuhan selama lead time = 1 x 100 unit = 100 unit
Besarnya SS = 50% x 100 unit
= 50 unit
ROP = safety stock + penggunaan selama lead time
= 100 unit + 50 unit
= 150 unit
Persediaan
Maksimum persediaan
O Waktu
tp
17
Notasi-notasi yang digunakan :
18
2. Total biaya penyiapan ( set up cost) = Frekuensi produksi x biaya per sekali produksi
= (D / Q) . S
2. Dengan menyamakan nol terhadap derivasi (turunan) pertama fungsi total cost
terhadap Q atau dTC / dQ = 0, Sehingga diperoleh :
Q optimal = {( 2 D S ) / [H . ( 1 – d/p )] }
Contoh Soal:
Sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator elektronik akan memperbaiki
pengawasan terhadap persediaan plastik yang akan digunakan semua model kalkulator.
Perusahaan memproduksi 500 kalkulator per hari selama 250 hari kerja setahun. Bahan
baku untuk membuat kalkulator dicetak di departemen pencetak plastik. Departemen itu
mempunyai tingkat produksi sebanyak 1000 unit per hari dan tingkat permintaan sebanyak
600 per hari. Biaya penyimpanan bahan baku plastik per unit per tahun sebesar Rp 500,-
sedangkan biaya penyiapan mesin sebesar Rp 80.000,-.
Pertanyaan :
a. Tentukan berapa tingkat persediaan maksimum
Diketahui :
D : 500 kalkulator
t : 250 hari kerja per tahun
H : Rp. 500
19
S : Rp. 80.000
p : 1000 unit
d : 600 unit
Jawab :
Q optimal = {( 2 D S ) / [H . ( 1 – d/p )] }
= {(2 x 500 x 80000) / [500 (1 – 600/1000)]}
= {(800000000) / [500 (1 – 600/1000)]}
= {(800000000) / [500 (0.4)]}
= {(800000000) / 200}
= 400000
= 2000 unit
5. Model diskon kuantitas (Quantity discount)
Diskon kuantitas merupakan harga yang dikurangi karena sebuah barang dibeli dengan
jumlah besar. Faktor utama dalam mempertimbangkan diskon karena kuantitas adalah antara
biaya produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang meningkat. Penentuan kuantitas
suatu pesanan dengan diskon yang paling besar sekalipun mungkin tidak akan meminimalkan
biaya persediaan total. Memang, dengan bertambahnya diskon karena kuantitas biaya produk
menjadi turun, tetapi biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah pesanan yang menjadi
lebih besar. Dalam hal ini, manajemen harus memutuskan kapan dan berapa banyak jumlah
produk pesanan ketika akan mengambil diskon.
Untuk menentukan kuantitas yang akan meminimalkan biaya persediaan tahunan total,
terdapat empat langkah yang dilalui, yaitu:
1. Untuk pesanan setiap diskon yang ditawarkan, hitunglah sebuah nilai untuk ukuran
pesanan yang optimal dengan menggunakan rumus:
2𝐷𝑆
Q* = √
𝐼𝑃
Dimana, D = kebutuhan produk (per tahun), S = biaya pesan produk per pesanan,
I = biaya penyimpanan, dan P = harga per unit
2. Untuk setiap diskon, jika kuantitas pesanan terlalu rendah untuk memenuhi
persyaratan diskon, maka dilakukan penyesuaian kuantitas pesanan ke kuantitas
yang paling rendah yang akan memenuhi persyaratan untuk diskon tersebut.
3. Dengan menggunakan persamaan biaya total, hitunglah biaya total untuk setiap
kuantitas yang telah ditentukan pada langkah 1 dan 2.
20
4. Pilih kuantitas yang memiliki biaya total terendah, sebagaimana yang telah dihitung
pada langkah 3, yang akan menjadi kuantitas yang meminimalkan biaya persediaan
total.
2𝐷𝑆
Q1 = √
𝐼𝑃
2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.581 unit
0,2 𝑥 5
2𝐷𝑆
Q2 = √
𝐼𝑃
2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.597 unit
0,2 𝑥 4,9
2𝐷𝑆
Q3 = √
𝐼𝑃
2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.605 unit
0,2 𝑥 4,85
2. Penyesuaian untuk nilai Q, maka Q = 1.581 unit, termasuk dalam kuantitas 1 – 1.999 unit
(tidak ada diskon)
21
3. Menghitung biaya total untuk masing – masing kuantitas pesanan:
𝐷 𝑄
TC1 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 1.581
= ( 1.581 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 5) + (5 𝑥 50.000) = $ 251.581,138
2
𝐷 𝑄
TC2 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 2.000
= ( 2.000 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 4,9) + (4,9 𝑥 50.000) = $ 246.605
2
𝐷 𝑄
TC3 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 3.000
= ( 3.000 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 4,85) + (4,85 𝑥 50.000) = $ 244.371,667
2
4. Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian ≥ 3.000 unit dengan total biaya terendah yaitu
$ 244.371,667
22