Anda di halaman 1dari 22

INVENTORY MANAGEMENT

MANAJEMEN PERSEDIAAN
(MANAJEMEN KEUANGAN)

Dosen :
Kristian Chandra, SE, MM

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3
1. AMAGAWANTA AJENG RAISA 122011810005
2. DEA LUPIANA 122011810016
3. DEVVIA AGGRAINI 122011810013
4. IMAM UWESUL QORONI ATASI 122011810039
5. RIDHWAN LAZUARDI 122011810087
6. TANIA ALMIRA PAMUDJI 122011810076
7. TIMBUL SINAGA 122011810077

KELAS B 53/11

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
Daftar Isi
I. Persediaan (Inventory) ....................................................................................................... 3
II. Jenis-Jenis Persediaan ..................................................................................................... 4
III. Manfaat Persediaan ......................................................................................................... 5
IV. Fungsi Persediaan ........................................................................................................... 6
V. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan ........................................................... 7
VI. Jenis-Jenis Biaya Persediaan........................................................................................... 8
VII. Sistem Pengendalian Persediaan ................................................................................... 10

2
I. Persediaan (Inventory)
Persediaan atau inventory adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu. Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha umumnya
memiliki persediaan. Keberadaannya tidak saja dianggap sebagai beban (liability) karena
merupakan pemborosan (waste), tetapi sekaligus juga dapat dianggap sebagai kekayaan (asset)
yang dapat segera dicairkan dalam bentuk uang tunai (cash).

Sistem pengelolaan persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian untuk


menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga. Apabila jumlah persediaan terlalu besar
(overstock) mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar, juga menimbulkan resiko
kerusakan barang yang lebih besar dan biaya penyimpanan yang tinggi. Namun jika persediaan
terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena
seringkali barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang
menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya
pelanggan.

Berikut ini beberapa pengertian persediaan (inventory) dari beberapa sumber buku:

1. Menurut Herjanto (2007), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang
akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam
proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu
peralatan atau mesin.
2. Menurut Warren (2005), persediaan adalah barang dagang yang dapat disimpan untuk
kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan dan dapat digunakan dalam proses
produksi atau dapat digunakan untuk tujuan tertentu.
3. Menurut Alexandri (2009), persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-
barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha
tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses
produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam proses
produksi.
4. Menurut Ristono (2009), persediaan adalah barang-barang yang disimpan untuk
digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.

3
5. Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008), persediaan merupakan idle resources atau
sumber daya menganggur yang menunggu proses lebih lanjut.

Menurut Kieso dkk (2008), persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan
untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi
dalam membuat barang yang akan dijual.

II. Jenis-Jenis Persediaan


Menurut Render dan Heizer (2005), berdasarkan proses manufakturnya persediaan dibagi
menjadi empat jenis, yaitu:

1. Persediaan bahan baku (raw material inventory). Adalah persediaan yang dibeli tetapi
tidak diproses. Persediaan ini dapat digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para
pemasok dari proses produksi.
2. Persediaan barang setengah jadi (working in process inventory). Adalah bahan baku
atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai.
Adanya work in process disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat
sebuah produk (disebut siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi
persediaan.
3. Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating,
MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan
dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu
pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
4. Persediaan barang jadi (finished goods inventory). Adalah produk yang sudah selesai
dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa saja disimpan karena permintaan
pelanggan dimasa depan tidak diketahui.

Sedangkan menurut Ristono (2009), berdasarkan tujuannya persediaan dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Persediaan pengaman (safety stock). Persediaan pengaman adalah persediaan yag


dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.
Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidakpastian tersebut,
maka akan terjadi kekurangan persediaan (stockout).

4
2. Persediaan antisipasi. Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock
merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
sudah dapat diperkirakan sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock). Persediaan dalam pengiriman disebut
work-in process stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman. Persediaan ini
dibagi menjadi dua kategori, yaitu: 1) Eksternal transit stock adalah persediaan yang
masih berada dalam transportasi. 2) Internal transit stock adalah persediaan yang masih
menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.

III. Manfaat Persediaan


Dalam manajemen persediaan sudah tentu ada manfaatnya, berikut merupakan manfaat dari
manajemen persediaan.
1. Memanfaatkan Diskon Kuantitas
Diskon kuantitas diperoleh jika perusahaan membeli dalam kuantitas yang
besar.Perusahaan membeli melebihi kebutuhan sehingga ada yang disimpan sebagai
persediaan.
2. Menghindari Kekurangan Bahan (Out Of Stock).
Jika pelanggan datang untuk membeli barang dagangan, kemudian perusahaan tidak
mempunyai barang tersebut, maka perusahaan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan.Untuk menghindari situasi tersebut, perusahaan harus
mempunyai persediaan barang jadi.
3. Manfaat Pemasaran.
Jika perusahaan mempunyai persediaan barang dagangan yang lengkap, maka
pelanggan/calon pelanggan akan terkesan dengan kelengkapan barang dagangan yang
kita tawarkan. Reputasi perusahaan bisa meningkat. Di samping itu jika perusahaan
selalu mampu memenuhi keinginan pelanggan pada saat dibutuhkan maka kepuasan
pelanggan semakin baik, dan perusahaan semakin untung.
4. Peningkatan Tingkat Pelayanan
Pelanggan tidak hanya meminta kecepatan pengantaran tetapi juga ketepatan,
kepercayaan, dan macam-macam pengapalan. Pengintegrasian dengan penjualan
meningkatkan pengetahuan pelanggan akan preferensi pengepakan dan pengiriman,
dan memungkinkan otomatisasi untuk memenuhi instruksi; indetifikasi dari daerah
distribusi untuk dibagi antara beberapa pelanggan atau grup dan mudah untuk menyortir

5
dari staging area dan pergerakan stok. Hal ini menjamin bahwa produk yang benar
berada ditempat yang benar pada waktu yang tepat. Tingkat pelayanan tertinggi dapat
menyediakan pelanggan sehubungan dengan respons yang cepat terhadap permintaan
atau perubahan persyaratan dimana hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Pengontrolan Persediaan yang Lebih Baik
Fleksibilitas dari distribusi dan penyimpanan barang-barang secara menyeluruh
memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengontrol persediaan sesuai dengan
bisnis mereka. Akses yang instan terhadap data-data yang kritis meliputi ketersediaan
peresediaan, jumlah yang ada, jumlah yang harus diorder lagi dan biaya yang dapat
diketahui pada saat itu juga terhadap persediaan untuk direspons secara cepat dalam
rangka pengambilan keputusan, sistem dengan kemampuan mengelolah beberapa
lokasi yang berbeda-beda memungkinkan manajemen dari gudang-gudang yang
berbeda-beda dan penelusuran persediaan melalui lot, secara seri atau menggunakan
level.

IV. Fungsi Persediaan


Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan
dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga
pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen
dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”,
fungsi utama persediaan yaitu :
1. Fungsi Decoupling.
2. Fungsi Economic Lot Sizing.
3. Fungsi Antisipasi.
Dari istilah diatas dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar
perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan
waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan
proses-proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan
untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.Persediaan yang

6
diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut Fluctuations Stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing. Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan
penghematan-penghematan atau potongan pembelian., biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena
besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi. Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman
(Seasional Inventories).

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang
dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang


dibutuhkan perusahaan
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan
3. Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan
tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity
Discount).
6. Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan

V. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Persediaan


Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapan faktor :

1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.
2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi
menyebabkan jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian
3. Jumlah dana yang tersedia
4. Daya tahan material

7
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:
1. Bahan baku, dipengaruhi oleh : perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkan pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan
produksi.
2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan
sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian
barang jadi.
3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan
penjualan.

VI. Jenis-Jenis Biaya Persediaan


1. Biaya Penyimpanan (Carrying cost)
Biaya penyimpanan (Carrying cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam mengelola
penyimpanan persediaan. Biaya-biaya tersebut beragam pada jumlah persediaan dan bisa juga
dari berapa lama item persediaan disimpan. Umumnya biaya penyimpanan akan bertambah
secara linear dengan jumlah unit yang disimpan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin
besar apablia kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata – rata persediaan semakin
tinggi. Cara yang paling sering digunakan dalam menghitung biaya penyimpanan adalah
dengan menjumlah seluruh biaya pada item diatas dalam unit per priode waktu baik perbulan
maupun tahunan. Biaya penyimpanan bisa meliputi beberapa item dibawah ini :
• Fasilitas gudang (sewa, penyusutan, listrik, pemanas, pendingin, penerangan,
keamanan, lemari pendingin, pajak, asuransi dll)
• Alat penyimpanan
• Tenaga kerja
• Pencatatan
• Pinjaman untuk pembelian persediaan (bunga kredit, pajak, asuransi)
• Produk gagal, busuk, rusak, barang usang, pencurian.

Menghitung Rata – Rata Persediaan adalah sebagai berikut :
𝑲𝒖𝒂𝒏𝒕𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒎𝒆𝒔𝒂𝒏𝒂𝒏
Rata – Rata Persediaan = 𝟐
𝑻
𝑸 ( )
𝑵
A= 𝟐 = 𝟐

8
Dimana :
Q = Kuntitas Pemesanan
T = Jumlah Unit Yang Dijual Setiap Tahun
N = Frekuensi Pemesanan SetiapTahun

Menghitung Biaya Penyimpanan adalah sebagai berikut :


𝑸
Carrying Cost = 𝑻𝑪𝑪 = 𝑪 𝒙 𝑷 𝒙 𝑨 = 𝑪 𝒙 𝑷𝑷 𝒙 𝟐

Dimana :
C = Carrying Cost menjadi persentse per tahun bagi harga beli
PP = Harga beli per unit persediaan
A = Persediaan rata – rata

Carrying Cost berbanding lurus dengan jumlah yang dipesan. Jika jumlah yang di pesan kecil
maka Carrying Costnya juga akan semakin kecil.

2. Biaya Pemesanan (ordering cost)


Biaya pemesanan (ordering cost) biaya yang dikeluarkan sebelum barang dari persediaan
masuk ke penyimpanan. Secara umum biaya pemesanan bertambah secara linear sesuai dengan
jumlah pemesanan. Biaya pemesanan berlawanan dengan biaya penyimpanan. Ketika pesanan
menambah kapasitas jumlah yang dipesan maka diharapkan bisa mengurangi biaya pemesanan,
karna pemesanan dalam jumlah yang besar akan menambahbiaya penyimpanan. Secara umum
ketika jumlah pemesanan bertambah maka biaya pemesanan berkurang dan biaya penyimpanan
bertambah.
Biaya yang terdapat pada setiap daftar pesanan meliputi :
• Transportasi,
• Pengiriman,
• Penerimaan barang,
• Inspeksi,
• Pemeliharaan,
• Pencatatan,
• Biaya audit,
• Utang lancar.

9
3. Biaya Penyiapan (Set-up Cost)
Perusahaan menghadapi biaya penyiapan (set-up cost) untuk memproduksi komponen tertentu.
Biaya ini terdiri dari :
• Biaya mesin-mesin yang menganggur
• Biaya persiapan tenaga kerja langsung
• Biaya penjadwalan
• Biaya ekspedisi

4. Biaya Kehabisan / Kekurangan Bahan


Biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya
yang termasuk kekurangan bahan adalah sebagai berikut :
• Kehilangan penjualan
• Kehilangan langganan
• Biaya pemesanan khusus
• Biaya ekspedisi
• Selisih harga
• Terganggunya operasi
• Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya
Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam prakteknya, terutama karena kenyataannya biaya
ini sering merupakan opportunity cost, yang sulit diperkirakan secara obyektif.

VII. Sistem Pengendalian Persediaan


Pengendalian persediaan adalah usaha-usaha yang dilakukan atau keputusan-keputusan yang
diambil sehingga kebutuhan bahan untuk keperluan produksi dapat terpenuhi secara optimal
dan dapat meminimalisir risiko. Persediaan yang terlalu besar akan meningkatkan pemborosan
karena meningkatkan peningkatan beban-beban pemeliharaan selama penyimpanan di gudang.
Sebaliknya, persediaan yang terlalu kecil dapat berdampak pada terhambatnya proses produksi
karena kekurang bahan baku. Oleh sebab itu, persediaan harus dikendalikan sedemikian rupa
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Sistem pengendalian persediaan yang dibahas
adalah metode ABC, just-in-time, EOQ, POQ, ROQ dan Quantity Discount.

10
1. Metode ABC

Metode ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory management) untuk
mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai investasi yang tinggi. Analisis
ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum Pareto (Ley de
Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923). Hukum Pareto
menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau
memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-an, Ford Dickie dari General Electric
mengembangkan konsep Pareto ini untuk menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang
persediaan. Barang dikelompokka ketiga kelompok A, B, dan C seperti terlihat pada grafik di
bawah.

Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.

Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.

Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total seluruh
barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.

Kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC adalah:

• Barang-barang A yang berlawan dengan barang-barang B dan C harus memiliki kontrol


fisik yang lebih ketat. Barng-barang tersebut dapat ditempatkan di bagian yang lebih aman,
dan akurasi catatan persediaannya mungkin harus lebih sering diverifikasi.

11
• Membeli sumberdaya yang ditujukan untuk pengembangan pemasok harus jauh lebih
tinggi untuk barang-barnag A secara individu dibandingkan dengan barang-barang C secara
individu.

• Peramalan (forecasting) barang-barang A memerlukan perhatian khusus dibandingkan


barnag-barang lainnya.

2. Just-in-time

Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu sistem produksi yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang
dikehendakinya. Tujuan sistem produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari
terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi (overproduction), persediaan yang
berlebihan (excess Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu penungguan (waiting).
Dengan adanya sistem JIT, kita telah dapat mengatasi 3 pemborosan (overproduction, excess
inventory dan waiting) diantara 7 pemborosan (7 Waste) yang harus dihindari dalam sistem
produksi Toyota. Istilah “Just In Time” Jika diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Indonesia
adalah Tepat Waktu, Jadi Sistem Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia
sering disebut dengan Sistem Produksi Tepat Waktu. Tepat Waktu disini berarti semua
persedian bahan baku yang akan diolah menjadi barang jadi harus tiba tepat waktunya dengan
jumlah yang tepat juga. Semua barang jadi juga harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang tepat pula. Dengan demikian Stock Level
atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung, komponen, bahan semi jadi (WIP atau
Work In Progress) dan juga barang jadi akan dijaga pada tingkat atau jumlah yang paling
minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan dalam mengoptimalkan Cash Flow dan
menghindari biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan baku dan barang jadi.

3. Model EOQ
Economic order quantity merupakan tingkat persediaan yang meminimalkan total biaya
menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini ialah salah satu model tertua penjadwalan
produksi klasik. Kerangka kerja yang dipakai untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga
dikenal sebagai Wilson EOQ Model atau Wilson Formula.

12
• Kategori Biaya dalam Model EOQ
a. Biaya Pemesanan
Biasa dikenal juga sebagai biaya pembelian atau biaya set up. adalah jumlah biaya
tetap yang terjadi setiap kali item dipesan. Biaya tersebut berhubungan dengan
aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk melanjutkan memproses pesanan. Sifat biaya
pemesanan ini konstan, tidak bergantung pada jumlah barang yang dipesan. Adapun
yang termasuk dalam biaya pemesanan ini adalah sebagai berikut ini :
➢ Biaya persiapan pemesanan.
➢ Biaya mengirim atau biaya menugaskan karyawan untuk melakukan
pemesanan.
➢ Biaya pada saat penerimaan bahan yang dipesan.
➢ Biaya penyelesaian untuk pembayaran pemesanan.
b. Biaya Tercatat
Biasa disebut juga biaya penyimpanan, biaya tercatat ialah biaya yang terkait dengan
persediaan yang dimiliki di gudang. Halini terdiri dari biaya yang berkaitan dengan
investasi persediaan dan biaya penyimpanan. Adapun beberapa hal yang
berpengaruh dan masuk dalam biaya tercatat ini ialah bunga, asuransi, pajak, dan
biaya penyimpanan seperti biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya kerusakan, dan
lain sebagainya.

• Rumus EOQ
Didalam bukunya Heizer dan Render (2011:323) menyatakan untuk menghitung
economic order quantity terlebih dahulu dihitung biaya pesan dan biaya simpan per satu
bahan baku dengan rumus antara lain sebagai berikut ini :
a. Rumus Biaya Pemesanan
Total biaya pesan : Frekuensi pemesanan
b. Rumus Biaya Penyimpanan
Total biaya simpan : Total kebutuhan bahan baku
Adapun rumus perhitungan economic order quantity (EOQ) menurut Handoko
(2000:340) ialah dapat diuraikan sebagai berikut ini :

13
Dimana :
EOQ : ialah kuantitas pembelian optimal.
S : ialah biaya pemesanan setiap kali pesan.
D : ialah penggunaan bahan baku pertahun.
H : ialah biaya penyimpanan per-unit.

Cara Menghitung EOQ Secara Matematis


Berikut ialah cara menghitung EOQ secara matematis :TAC : Total biaya persediaan tahunan
(Total Annual Inventory Cost)
TOC : Total biaya pesan (Total ordering cost)
TCC : Total biaya simpan (total carrying cost)
R : Jumlah pembelian (permintaan ) selama satu periode
C : Biaya simpan tahunan dalam rupiah / unit
S : Biaya setiap kali pemesanan
Q : kuantitas pemesanan (unit/order)
Q* : jumlah pesanan optimum (EOQ)
TC : total biaya persediaan minimum (minimum total inventory cost)
Rumus-rumus :
1. TAC adalah TOC + TCC
2. TOC adalah (R/Q)S
3. Frekuensi pemesanan/tahun adalah R/Q
4. Rata-rata persediaan pertahun adalah Q/2 ; TOC = (Q/2)C
5. EOQ=Q*=V(2RS/C) : akar dari (2RS/C)
Menghitung karakteristik lain dari kebijakan persediaan optimum sebagai berikut ini :
Total dari biaya tahunan minimum (TIC) :
TC=(R/Q*)S + (Q*/2)C
Total dari biaya pemesanan tahunan (TOC) :
TOC=(R/Q*)S
Total dari biaya simpan tahunan(TCC) :
TCC=(Q*/2)C
Frekuensi pemesanan optimum per-tahun (F*) :
F*=R/Q*
Jarak Siklus optimum (T*) :
T=Q*/R
14
Contoh Soal EOQ Beserta Pembahasannya
PT. SEJAHTERA pada tahun yang akan datang membutuhkan bahan baku sebanyak 240.000
Unit. Harga bahan baku per unit adalah Rp2.000. biaya pesan untuk setiap kali melakukan
pemesanan adalah sebesar Rp150.000, sedangkan biaya penyimpanan adalah sebesar 25%
dari nilai rata – rata persediaan.
Diminta :
a. Berapa jumlah pemesanan paling ekonomis ( EOQ ) ?
b. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam kurun waktu setahun ?
c. Berapa hari sekali perusahaan harus melakukan pemesanan ( 1 tahun = 360 hari ) ?
d. Apabila waktu yang dibutuhkan dari saat memesan sampai bahan baku tiba di perusahaan
ialah 2 minggu, kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point).
Jika diasumsikan 1 tahun = 50 Minggu.
Jawab :
a.

Jawaban:

b. Pemesanan yang dilakukan perusahaan dalam setahun = 240.000 / 12.000 = 20 x pemesanan.


c. Jika 1 tahun = 360 hari, maka pemesanan dilakukan perusahaan = 360 / 20 = 18 Hari Sekali
d.

15
3. Reorder Point (ROP)
Reorder Point adalah saat / titik dimana pemesanan harus dilakukan lagi untuk mengisi
persediaan.

ROP = lead time in weekness x weekly usage

ROP = (lead time in weekness x weekly usage) – goods in transit

ROP = safety stock + [(lead time in weekness x weekly usage)]

ROP = safety stock + penggunaan selama lead time

Keterangan :

• Lead time adalah waktu yang diperlukan sejak dimulainya pelaksanaan usaha-usaha
yang diperlukan untuk memesan barang / bahan sampai barang / bahan tersebut
diterima dan ditempatkan dalam Gudang perusahaan.
• Goods in transit adalah barang yang sudah dipesan, tetapi belum diterima.

Contoh Soal :

Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di Gudang adalah 40% dari nilai average inventory.
Biaya pesanan adalah Rp. 15.000 setiap kali pesan. Jumlah material yang dibutuhkan
selama setahun sebanyak 1.200 unit dengan harga Rp. 1.000 per unit. Besarnya safety stock
(SS) 50% dari kebutuhan per bulan. Pada jumlah persediaan berapa perusahaan harus
melakukan pemesanan kembali? (diketahui dibutuhkan waktu 1 bulan untuk memesan
barang)

Diketahui :
D = 1200 unit
S = Rp.15.000
H = 40% x Rp. 1000 = Rp 400
EOQ =  {( 2 D S ) / H}
=  {( 2 x 1200 x 15000 ) / 400}
=  {( 2 x 1200 x 15000 ) / 400}
=  {( 36000000) / 400}
=  90000
= 300 unit

16
Kebutuhan 1 tahun = 1200 unit
Kebutuhan 1 bulan = 1200 / 12 = 100 unit
Kebutuhan selama lead time = 1 x 100 unit = 100 unit
Besarnya SS = 50% x 100 unit
= 50 unit
ROP = safety stock + penggunaan selama lead time
= 100 unit + 50 unit
= 150 unit

4. Model Production Order Quantity (POQ)


Model ini digunakan apabila perusahaan tidak melakukan pemesanan barang, tetapi
memproduksi sendiri baik sebagian atau seluruh komponen barang. Selama proses
produksi tersebut maka persediaan akan terus bertambah. Karena produsen tidak
melakukan pemesan maka dalam model ini tidak ada biaya pemesanan (ordering cost),
tetapi yang ada adalah biaya penyiapan yang meliputi seluruh biaya untuk memproduksi
barang tersebut (set up cost).
Adapun asumsi-asumsi yang digunakan pada model POQ adalah :
• Hanya ada satu jenis barang
• Permintaan selama setahun diketahui dan konstan
• Persediaan secara terus-menerus mengalir atau dibuat dalam suatu proses waktu
tertentu setelah dipesan
• Unit persediaan diproduksi dan dijual secara bersamaan
• Tingkat produksi tetap
• Tidak ada potongan harga

Persediaan

Bagian persediaan selama produksi


Bagian permintaan

Maksimum persediaan

O Waktu
tp

17
Notasi-notasi yang digunakan :

1. I max = persediaan maksimum


2. I average = persediaan rata-rata
3. H = biaya penyimpanan
4. D = jumlah permintaan tahunan
5. Q = jumlah persediaan optimum (yang diproduksi atau dipesan)
6. S = biaya penyiapan atau biaya produksi
7. p = Tingkat (jumlah) produksi harian
8. d = Tingkat (jumlah) kebutuhan/permintaan harian
9. t = lama produksi dalam harian

Perhitungan biaya pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :

1. Biaya penyimpanan per tahun (Total holding cost) =


( Persediaan rata-rata ) x Biaya simpan per unit per tahun = ( Q / 2 ) x H
@ Tingkat persediaan rata-rata =
Tingkat persediaan maksimum / 2 = ( I max ) / 2
@ Tingkat persediaan maksimum :
I max = (total produksi selama berjalannya operasi ) –
(Total produksi yang terpakai)

I max = p t - d t ; dimana p t = Q = total produksi , maka t = Q / p

Sehingga , I max = t p - t d atau I max = t (p - d) ;


I max = ( Q / p) . ( p – d )
I max = (Qp/p) - (Qd/p)
I max = Q ( 1 – d/p )

Dengan persediaan maksimum tersebut maka perediaan rata-rata ( I average) :


I average = ( I max ) / 2 atau :
I average = ( Q / 2 ) ( 1 – d/p)
Dari perhitungan di atas maka total biaya penyimpanan per tahun :
( I max ) / 2 . H = Q/2 . ( 1 - d/p) . H = 1/2 . H . Q. ( 1 – d/p )

18
2. Total biaya penyiapan ( set up cost) = Frekuensi produksi x biaya per sekali produksi
= (D / Q) . S

3. Total biaya pengendalian persediaan


TC = total biaya penyiapan + total biaya penyimpanan
TC = (D / Q) . S + 1/2 . H . Q. ( 1 – d/p )

Pemesanan yang ekonomis diperoleh melalui :


1. Dengan menyamakan total biaya penyiapan = total biaya penyimpanan
Total biaya penyiapan = Total biaya penyimpanan
(D / Q) . S = 1/2 . H . Q. ( 1 – d/p )
DS = 1/2 . H . Q2. ( 1 – d/p )
Q2 = ( 2 D S ) / { H . ( 1 – d/p ) }
Q optimal =  {( 2 D S ) / [H . ( 1 – d/p )] }

2. Dengan menyamakan nol terhadap derivasi (turunan) pertama fungsi total cost
terhadap Q atau dTC / dQ = 0, Sehingga diperoleh :
Q optimal =  {( 2 D S ) / [H . ( 1 – d/p )] }

Contoh Soal:
Sebuah perusahaan yang memproduksi kalkulator elektronik akan memperbaiki
pengawasan terhadap persediaan plastik yang akan digunakan semua model kalkulator.
Perusahaan memproduksi 500 kalkulator per hari selama 250 hari kerja setahun. Bahan
baku untuk membuat kalkulator dicetak di departemen pencetak plastik. Departemen itu
mempunyai tingkat produksi sebanyak 1000 unit per hari dan tingkat permintaan sebanyak
600 per hari. Biaya penyimpanan bahan baku plastik per unit per tahun sebesar Rp 500,-
sedangkan biaya penyiapan mesin sebesar Rp 80.000,-.
Pertanyaan :
a. Tentukan berapa tingkat persediaan maksimum
Diketahui :
D : 500 kalkulator
t : 250 hari kerja per tahun
H : Rp. 500

19
S : Rp. 80.000
p : 1000 unit
d : 600 unit
Jawab :
Q optimal =  {( 2 D S ) / [H . ( 1 – d/p )] }
=  {(2 x 500 x 80000) / [500 (1 – 600/1000)]}
=  {(800000000) / [500 (1 – 600/1000)]}
=  {(800000000) / [500 (0.4)]}
=  {(800000000) / 200}
=  400000
= 2000 unit
5. Model diskon kuantitas (Quantity discount)
Diskon kuantitas merupakan harga yang dikurangi karena sebuah barang dibeli dengan
jumlah besar. Faktor utama dalam mempertimbangkan diskon karena kuantitas adalah antara
biaya produk yang berkurang dan biaya penyimpanan yang meningkat. Penentuan kuantitas
suatu pesanan dengan diskon yang paling besar sekalipun mungkin tidak akan meminimalkan
biaya persediaan total. Memang, dengan bertambahnya diskon karena kuantitas biaya produk
menjadi turun, tetapi biaya penyimpanan akan meningkat karena jumlah pesanan yang menjadi
lebih besar. Dalam hal ini, manajemen harus memutuskan kapan dan berapa banyak jumlah
produk pesanan ketika akan mengambil diskon.
Untuk menentukan kuantitas yang akan meminimalkan biaya persediaan tahunan total,
terdapat empat langkah yang dilalui, yaitu:
1. Untuk pesanan setiap diskon yang ditawarkan, hitunglah sebuah nilai untuk ukuran
pesanan yang optimal dengan menggunakan rumus:

2𝐷𝑆
Q* = √
𝐼𝑃

Dimana, D = kebutuhan produk (per tahun), S = biaya pesan produk per pesanan,
I = biaya penyimpanan, dan P = harga per unit
2. Untuk setiap diskon, jika kuantitas pesanan terlalu rendah untuk memenuhi
persyaratan diskon, maka dilakukan penyesuaian kuantitas pesanan ke kuantitas
yang paling rendah yang akan memenuhi persyaratan untuk diskon tersebut.
3. Dengan menggunakan persamaan biaya total, hitunglah biaya total untuk setiap
kuantitas yang telah ditentukan pada langkah 1 dan 2.

20
4. Pilih kuantitas yang memiliki biaya total terendah, sebagaimana yang telah dihitung
pada langkah 3, yang akan menjadi kuantitas yang meminimalkan biaya persediaan
total.

Contoh perhitungan diskon kuantitas


Sebuah perusahaan elektronik membutuhkan material X sebanyak 50.000 unit/tahun.
Biaya penyimpanan di perusahaan sebesar 20% dari harga beli material. Biaya pesanan kepada
supplier sebesar $ 25/pesan. Pihak supplier menawarkan harga diskon pada tiap – tiap jumlah
tertentu, sebagai berikut:
Kuantitas pembelian Diskon Harga setelah diskon
1 – 1.999 unit Tidak ada diskon $5
2.000 – 2.999 unit 2% $ 4,9
≥ 3.000 unit 3% $ 4,85
Berapa unit barang yang harus dibeli perusahaan dalam jumlah yang optimum?

1. Menghitung nilai Q untuk masing – masing harga diskon

2𝐷𝑆
Q1 = √
𝐼𝑃

2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.581 unit
0,2 𝑥 5

2𝐷𝑆
Q2 = √
𝐼𝑃

2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.597 unit
0,2 𝑥 4,9

2𝐷𝑆
Q3 = √
𝐼𝑃

2 𝑥 50.000 𝑥 25
=√ = 1.605 unit
0,2 𝑥 4,85

2. Penyesuaian untuk nilai Q, maka Q = 1.581 unit, termasuk dalam kuantitas 1 – 1.999 unit
(tidak ada diskon)

21
3. Menghitung biaya total untuk masing – masing kuantitas pesanan:
𝐷 𝑄
TC1 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 1.581
= ( 1.581 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 5) + (5 𝑥 50.000) = $ 251.581,138
2
𝐷 𝑄
TC2 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 2.000
= ( 2.000 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 4,9) + (4,9 𝑥 50.000) = $ 246.605
2
𝐷 𝑄
TC3 = (𝑄 ) 𝑆 + ( 2 ) 𝐼 𝑃 + 𝑃 𝐷
50.000 3.000
= ( 3.000 ) 25 + ( ) (0,2 𝑥 4,85) + (4,85 𝑥 50.000) = $ 244.371,667
2

4. Jadi yang dipilih adalah kuantitas pembelian ≥ 3.000 unit dengan total biaya terendah yaitu
$ 244.371,667

22

Anda mungkin juga menyukai