Ardipal
Abstract: The purpose of education is to develop all the basic potentials possessed by the
learners. To develop the potentials of learners, the professionalism of educators should be
improved. Therefore, improvement of professional skills of educators should be directed to the
standard of competency. Learning the art of the ideal culture should be in accordance with the
demands of the curriculum. The curriculum should be equipped with a supplemental materials
and textbooks that are relevant as a reference for art educators in carrying out the duties and
responsibilities of his profession, so that learners can cope with the changes, expectation and
challenges in the future..
Ardipal adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNP Kampus FBS UNP Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 11 No. 1 Tahun 2010 (1 - 10)
keterampilan dan sikap yang telah diperolehnya kurikulum secara keseluruhan khususnya mata
untuk memecahkan masalah dan membuat pelajaran seni budaya dari jenjang SD dan MI
terobosan-terobosan model baru dengan gagasan sampai SMA dan MA. Karena berdasarkan hasil
yang baik di sekolahnya. pembahasan dan kajian lapangan terbukti bahwa
Seni budaya memberikan sumbangan kepada revisi standar isi kurikulum perlu dilakukan, untuk
peserta didik agar berani dan siap bangga akan menyempurnakan berbagai kelemahan yang ada.
budaya bangsa sendiri dan menyokong dalam Dari uraian diatas maka dirumuskanlah masalah
menghadapi tantangan masa depan adalah mata yaitu, bagaimanakah kurikulum Pendidikan Seni
pelajaran seni budaya. Hal ini dikarenakan yang ideal bagi peserta didik di masa depan?
kompetensi dalam mata pelajaran ini merupakan
bagian dari pembekalan life skill kepada peserta PEMBAHASAN
didik. Selain itu keseluruhan kegiatan pembelajaran
seni budaya yang merupakan aplikasi dari mata Dalam konteks pendidikan seni penjabaran
pelajaran lain dalam menghasilkan suatu konsep DBAE (Discipline-Based Art Education)
produk/karya yang dibuat langsung oleh peserta akan menjadi pencapaian kompetensi kemampuan
didik dapat membuat peserta didik semakin merasakan estetika tari, estetika rupa (termasuk
merasakan manfaat memperoleh pengalaman estetis disain dan kria), estetika musik, estetika teater,
dalam berkarya. estetika sinema/multimedia. Fondasi produksi seni
Seni budaya merupakan mata pelajaran yang akan berkaitan dengan proses kreasi (tari, rupa,
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk musik, teater, dan sinema). Fondasi sejarah seni
terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun merupakan kompetensi pengetahuan umun seni
pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu yang harus dikuasai peserta didik di sekolah
produk berupa benda nyata yang bermanfaat umum. Fondasi kritik seni akan merupakan
langsung bagi kehidupan peserta didik. Dalam mata kompetensi kemampuan mengapresiasi dan
pelajaran seni budaya, peserta didik melakukan kemampuan menilai karya seni yang harus dikuasai
interaksi terhadap benda-benda produk kerajinan oleh peserta didik di tingkat pendidikan dasar dan
dan teknologi yang ada di lingkungan peserta didik, menengah.
dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai
produk kerajinan maupun produk teknologi, secara Prinsip Pendidikan Kesenian
sistematis, sehingga diperoleh pengalaman Untuk menerangkan prinsip seni budaya
konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman dapat dimulai dengan menarik garis substansi seni
kreatif. dan seni budaya. Substansi seni, sebagai berikut:
Orientasi mata pelajaran seni budaya adalah a. Substansi ekspresi, bidang latihnya: melukis,
memfasilitasi pengalaman emosi, intelektual, fisik, mematung menysusun benda-benda limbah,
konsepsi, sosial, estetis, artistik dan kreativitas menyanyi, dan bermain musik yang bebas
kepada peserta didik dengan melakukan aktivitas sesuai dengan kaidah seni. Substansi kreasi,
apreasiasi dan kreasi terhadap berbagai produk diartikan penciptaan adalah membuat
benda di sekitar peserta didik yang bermanfaat bagi rancangan reklame atau slogan bergambar,
kehidupan manusia, mencakup antara lain; jenis, menerjemahkan wacana, mendayagunakan
bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur, sifat, limbah menjadi benda pakai (kursi, meja dan
komposisi, bahan baku, bahan pembantu, peralatan, seterusnya) yang banyak menuntut ide dan
teknik kelebihan dan keterbatasannya. Selain itu kelayakan tampilnya, sama halnya dengan
peserta didik juga melakukan aktivitas bidang penciptaan dan aransemen lagu.
memproduksi berbagai produk benda kerajinan b. Ketrampilan, yang menitik beratkan
maupun produk teknologi misalnya dengan cara kemampuan teknis dan kerajinannya sehinaga
meniru, mengembangkan dari benda yang sudah bersifat reproduktif atau kemampuan melipat
ada atau membuat benda yang baru. gandakan karya dengan tepat dan cepat serta
Berdasarkan paparan di atas, maka dianggap orang lain dapat dan mampu mencontoh hasil
perlu segera dilakukan upaya untuk membahas dan karyanya, misalnya: kerajinan tangan,
mengkaji kembali dokumen kurikulum yang ada menganyam, mengukir. Dalam bidang musik
dan berdasarkan informasi yang berkembang bahwa adalah teknik menyanyi atau teknik bermain
2
Kurikulum Pendidikan Seni Budaya yang Ideal bagi Peserta Didik di Masa Depan (Ardipal)
musik sehingga mampu menampilkan karya- Fungsi musik yang lain adalah untuk
karya musik secara berkualitas dan indah. pembentukan moral dan memperdalam rasa
kebangsaan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Fungsi Pendidikan Kesenian Dewantara (1977: 303-304) yang mengemukakan
Biasanya hasil mata pelajaran lain seperti: bahwa musik tidak hanya sekedar untuk melatih
mata pelajaran bahasa Indonesia, matematika, kehalusan pendengaran, namun juga akan membawa
sejarah, atau jenis ilmu pasti setelah berakhirnya halusnya rasa dan budi, serta memperkuat dan
pelajaran dapat dinilai tingkat pencapaian memperdalam rasa kebangsaan. Menurut Steiner
kompetensinya. Hasilnya tampak nyata dengan (Dewantara, 1977: 312-313) dalam teorinya yang
segera dan dapat dibuktikan. Misalnya: dengan disebut antroposofisch onderwijs menyebutkan
pokok bahasan perkalian apabila anak dites kembali bahwa musik dalam hal ini adalah irama dapat
segera dapat mengerjakan. Tidak seperti mata memudahkan pekerjaan jasmani, mendukung gerak
pelajaran pendidikan kesenian hampir dapat pikiran, mencerdaskan budi pekerti, dan
dikatakan sifatnya sangat individual karena menghidupkan kekuatan jiwa manusia. Khan
pemahaman, penikmatan dan penghayatannya juga (2002: 121) mengemukakan bahwa suara
bersifat individual pula. Maka karya seni, seperti mempunyai nilai psikologis tertentu, setiap suara
lukisan, desain, kria, musik, tari dan teater yang berbeda mengekspresikan suatu nilai,
memerlukan penginderaan, penikmatan, seseorang yang peka dapat merasakan kepribadian
penghayatan yang berlangsung secara individual seseorang hanya mendengar dari efek suara saja.
juga. Namun jika dilihat secara seksama hasil Hanna (2003: 147) berpendapat bahwa pada
tersebut bersifat kumulatif, artinya baru dapat musik vokal terdapat syair yang berperan dalam
dirasakan setelah semuanya berakhir. mempengaruhi kondisi psikologis seseorang,
Mata pelajaran kesenian lebih bersifat bahkan boleh dikatakan unsur ini sangat
membantu secara tidak langsung terhadap berpengaruh terhadap moral seseorang. Dengan
kebutuhan hidup manusia. Secara tidak sadar telah demikian musik mempunyai pengaruh yang besar
ditemukan tingkat apresiasi terhadap segala hasil terhadap moral seseorang.
tingkah laku manusia. Dalam Art and Everyday Life Mahmud (2003:4) mengemukakan bahwa
diungkapkan bahwa pelajaran kesenian mempunyai musik dapat berperan untuk: a) mendorong gerak
korelasi dengan mata pelajaran lain. Tetapi dari pikiran dan perasaan (aspek inteligensi, sosial,
kepustakaan yang lain dapat diungkap bahwa emosi, psikomotorik), b) Membangkitkan kekuatan
pelajaran kesenian berfungsi sebagai transfer of dalam jiwa manusia, c) membentuk akhlak.
learning dan transfer of value dari disiplin ilmu Dari sekian manfaat ini dapat pula ditarik
yang lain. kesimpulan bahwa kehadiran seni budaya di
sekolah karena pada hakekatnya untuk membantu
Manfaat Seni dalam Pendidikan mewujudkan harkat manusia.
Manfaat seni dalam pendidikan dapat Tujuan Pendidikan Kesenian
diterangkan sebagai berikut: (a) seni membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak, (b) seni Seni budaya di Indonesia saat diklasifikasikan
membina perkembangan estetik, (c) seni membantu menjadi dua bagian penting, yaitu :
menyempumakan kehidupan (Soeharjo, 1977). a. Pendidikan Vokasional, yang sering disebut
Musik sebagai bagian yang tidak terlepaskan sebagai sekolah kejuruan seni dan ketrampilan
dari kehidupan merupakan salah satu media yang menitik beratkan lulusannya sebagai: Seniman,
dapat dijadikan alternatif peningkatan kecerdasan juru, tenaga ahli tingkat dasar atau pengelola.
dan pembentukan moral. Bahkan Alkindy (2003) b. Pendidikan Avokasional, yaitu seni budaya
mengungkapkan bahwa dari zaman dahulu sampai yang menitik beratkan seni sebagai media
kini banyak orang tertarik pada musik salah satunya pendidikan, seni sebagai bagian integral dari
disebabkan mereka tengah mencari kehidupan keseluruhan pendidikan. Antara lain sebagai
spiritual serta ketenangan dan kedamaian yang pembinaan pikir, rasa, serta ketrampilan. Jenis
tersembunyi dalam substansi musik yang bersifat ini yang dilaksanakan di sekolah umum (non
spiritual. kejuruan).
3
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 11 No. 1 Tahun 2010 (1 - 10)
Dengan orientasi yang berbeda ini berarti practice. Art is a way to enrich critical
mempunyai konsekuensi tujuan serta konsep yang appreciation of artists, art works, and aesthetic
berbeda pula. Agaknya yang sesuai dengan jabatan forms. Art is a way to become a creative person.
guru kesenian pada sekolah umum adalah butir Art is a way to become a flexible, confident person
yang ke dua. Dengan demikian selanjutnya through telling and saying your ideas in a visual
mengacu sekonsep dengan pendidikan vokasional. language. Art is a way to clarify and fix ideas in the
Seni sebagai media pendidikan memuat arti mind through visual reiteration, by strengthening
bahwa melalui seni pendidikan (pengajaran) harkat what has been learned about something.
kemanusiaan dibina. Didalamnya dipelajari makna Adjat Sakri (1994: 59) mengemukakan,
pembinaan individu agar lebih dewasa, mempunyai melatih mata untuk dapat melihat bentuk rupa
kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan dengan cermat; melatih tangan agar terampil
nasional. Yang dimaksud dengan individu pada menggambar; menumbuhkan perasaan keindahan;
kalimat tersebut di atas, mengandung makna ini melatih membentuk tanggapan (gambaran) yang jelas
berarti satu dan devide berarti terpecah/bagian dalam otak.
menjadi individu berarti satu namun terdiri dari Soedarso (1987:19) mengemukakan bahwa
bagian-bagian. Bagian tersebut adalah: pikir atau tujuan seni budaya rupa adalah: Mengembangkan
sebagai substansi dari cipta, rasa dan kehendak atau sensitifitas dan kreatifitas; Memberikan fasilitas
karsa. Dengan demikian seni budaya yang kepada anak untuk dapat berekspresi lewat seni rupa;
dimaksud di atas bertujuan untuk membina ketiga Memperlengkapi anak dalam membentuk pribadinya
komponen individu tersebut (istilah cipta, rasa dan yang sempurna agar dapat dengan penuh
karsa ini diambil dari Ki Hajar Dewantara). Seperti berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
halnya mata pelajaran yang lain; matematika, serumit (membentuk anak yang harmonis).
apapun dan sesukar apapun temyata bertujuan untuk Adapun tujuan pendidikan musik menurut
meningkatkan harkat kemanusiaan di atas. Safrina (2003: 2) adalah untuk menanamkan dan
Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih pikiran. mengembangkan potensi rasa keindahan,
Sedangkan seni budaya tugas utamanya adalah mengungkapkan perasaan dan pikiran, serta
melatih perasaan estetis. Di bawah ini dikutip kreativtias seni dan memberi pengalaman musikal
pendapat beberapa ahli, tentang tujuan seni budaya: pada anak. Anak-anak mempunyai banyak
Sawyer dan de Francisco (1971: 4) kesempatan untuk mengembangkan keterampilan
mengidentifikasi seni budaya sebagai berikut: Art musik dan sikap yang baik terhadap musik melalui
education is generously, available for all the pengalaman musikal secara formal maupun non
children of all the people. Art education has a formal selama usia Sekolah Dasar. Banyak
major responsibility to develop individual creative penelitian bermutu tentang pembelajaran (mengajar
potential through experience withart, personal dan belajar) musik anak usia TK sampai kelas enam
visual expression possessing qualitiesof art and SD.
ultimately an aesthetic attitude toward art in the Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan
individual's environment and in heritage. Art bahwa tujuan pendidikan kesenian adalah:
education should foster in the individual visual 1) memberikan pengalaman estetik agar anak
aesthetic qualities in response to art in living in mampu mengembangkan kepekaan artistik
relation to his personal needs and to his social (sensitifitas) dan potensikreatifitasnya;
group. Art education should aecur in atmosphere 2) memberikan kesempatan anak untuk
creative- evaluative reflection and processes, mengungkapkan ide gagasan dan fantasi sesuai
within which individual has opportunity to dengan tingkat perkembangan dalam berbagai
formulate visual expressions in relation to his own medium seni;
ideas, at the same time recognizing that the 3) membentuk pribadi yang sempurna (self
boundaries of his freedom are established by the concept, self esteem);
rights of his fellows.
Linderman dan Herberholz, (19785 11) Seni Membantu Belajar Bidang yang Lain
berpendapat, Art is to develop skills of art materials Sebelum menguraikan lebih detail,
through experimentation, manipulation, and sebaiknya kita memahami terlebih dahulu (1) dalam
4
Kurikulum Pendidikan Seni Budaya yang Ideal bagi Peserta Didik di Masa Depan (Ardipal)
5
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 11 No. 1 Tahun 2010 (1 - 10)
kelompok mata pelajaran estetika itu sama sekali daerah setempat di mana ia mengajar. Dengan
tidak bermakna tercantum dalam kurikulum. demikian pendidik seni dapat memenuhi standar isi;
Artinya term estetika itu tampil hanya sebagai “Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan
ornamentasi, karena tidak tercakup sebagai apresiasi dan kreasi seni”
kompetensi lulusan. Dalam perbaikan kurikulum di Pada daerah-daerah tertentu (misalnya, Bali,
masa mendatang, kajian estetika (keindahan) harus Yogyakarta, Jepara, sekedar contoh) mungkin hal
tersurat dengan jelas, sehingga secara formal ini tidak terlalu menjadi masalah, misalnya telah
pembelajaran estetika menjadi terpadu dengan terdapat berbagai buku referensi tentang seni
pembelajaran seni budaya. Sesungguhnya budaya daerah setempat. Tetapi jika hal itu belum
masuknya estetika dalam kurikulum pendidikan ada maka para pendidik seni akan menghadapi
nasional adalah satu kemajuan yang pantas kesulitan untuk memenuhi tugasnya dalam
disyukuri. memanfaatkan lingkungan dalam pembelajaran
Pada tingkat sekolah menengah pertama seni budaya. Dalam kondisi demikian maka para
SMP/MTs kompetensi lulusan menurut Depdiknas pendidik seni sebaiknya menggunakan silabus yang
(2006) adalah kemampuan menghargai karya seni telah diujicobakan pada sekolah-sekolah tertentu,
dan budaya nasional. Sedangkan pada tingkat sehingga mendapat acuan dan dapat
sekolah menengah atas SMA/MA terdapat tiga menyesuaikannya dengan konteks seni budaya di
kompetensi lulusan, yakni (1) mengekspresikan diri lingkungannya. Sementara pemerintah daerah
melalui kegiatan seni dan budaya, (2) setempat perlu segera mengatasi masalah tersebut,
mengapresiasi karya seni dan budaya, dan (3) misalnya mengadakan pengkajian terhadap
menghasilkan karya kreatif baik individual maupun eksistensi khas seni daerah setempat bekerjasama
kelompok. Jika ditinjau dari aspek kompetensi dengan berbagai asosiasi pendidik seni, seperti
lulusan berdasarkan jenjang pendidikan maka mata Ikatan Guru Pendidik Seni Indonesia (IKAGUPSI),
pelajaran Seni Budaya akan tampak seperti tabel 1. Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI), Majelis
Kelompok mata pelajaran Estetika jelas menjadi Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan lain-lain.
payung mata pelajaran Seni Budaya, sedangkan Dengan cara itu maka akan diperoleh sumber
seni budaya diterjemahkan menjadi empat jenis referensi seni budaya yang relevan dan aktual
kesenian, yakni: seni rupa, seni tari, seni musik dan dengan local genius daerah setempat.
seni teater, tanpa seni sastra. Dari penjelasan ini Standar isi tentang apresiasi seni
kita kehilangan kontak dengan kata budaya, kemungkinan besar tidak akan dikuasai oleh para
sehingga tidak jelas peran kata budaya tercantum di guru seni budaya, untuk itu sebaiknya disediakan
sana, sebab isi dan hakikatnya hanya terkait dengan buku ajar yang baik bagi mereka. Misalnya
pembelajaran seni. Jika demikian maka menjadi komponen apresiasi yang terdiri dari feeling,
wajar mempertanyakan penamaan mata pelajaran valuing, dan emphatizing jangan sampai tidak
seni budaya, sebab secara keilmuan dan kebahasaan diberikan oleh pendidik seni budaya. Untuk itu para
menjadi tidak tepat penerapannya. Penggunaan pendidik perlu diberi bekal mendasar baik melalui
nama mata pelajaran Seni Budaya (dan pelatihan, maupun tersedianya buku ajar yang baik
Ketrampilan) yang hanya dibatasi dengan sebagai pegangan para pendidik seni.
pembelajaran seni rupa, seni tari, seni musik, dan Untuk mencapai target standar kompetensi
seni teater, dengan standar kompetensi lulusan: Menunjukkan kegemaran membaca dan
mengapresiasi dan mengekspresikan diri melalui menulis karya seni, maka para pendidik seni perlu
karya seni. Apa lagi pada hakikatnya seni dibekali dengan buku pegangan seni budaya yang
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan. Jika merangkum pengetahuan estetika, seni rupa, seni
dikatakan maksudnya”seni berbasis-budaya”, akan musik, seni tari, dan seni teater. Ruang lingkup
menimbulkan pertanyaan lanjutan:”Apakah isinya dapat ditentukan berdasarkan konteks lokal,
memang ada seni tidak berbasis budaya?” nusantara, dan mancanegara. Sedangkan untuk
Pada hakikatnya mata pelajaran Seni Budaya mencapai target ketrampilan menulis bidang seni,
di tingkat pendidikan dasar dan menengah sangat membutuhkan buku standar sebagai acuan untuk
kontekstual, karenanya para pendidik seni harus penulisan, baik keberbahasaannya maupun metode
memiliki wawasan yang baik tentang eksistensi penulisan sederhana yang diperlukan.
seni budaya yang hidup dalam konteks lingkungan
6
Materi Minimal
Standar Isi Kelompok Mata Kompetensi
Pelajaran Lulusan
Kompetensi
Menunjukkan kemampuan
Meningkatkan sensitivitas Kompetensi
Seni Budaya untuk melakukan kegiatan
kemampuan mengekspresikan Lulusan Minimal
seni dan budaya lokal
dan kemampuan
mengapresiasi keindahan
serta harmoni mencakup
Kompetensi Menghargai karya seni dan
apresiasi dan ekspresi, baik Seni Budaya
Lulusan Minimal budaya nasional
dalam kehidupan individual
sehingga mampu menikmati
dan mensyukuri hidup,
maupun dalam kehidupan Kompetensi Mengekspresikan diri melalui
Seni Budaya kegiatan seni dan budaya
bermasyarakat Lulusan Minimal
Gambar 2 Skema Standar Isi Kelompok Mata Pelajaran Estetika dan Standar Kompetensi.
Dari gambar 2 telihat pendidikan seni dilaksanakan secara konsisten, karena mencakup
budaya di tingkat dasar adalah apresiasi seni, di pula masalah penciptaan dan aktivitas pameran.
tingkat sekolah menengah pertama juga apresiasi Fenomena semacam ini pada gilirannya
seni, sedangkan di tingkat sekolah menengah cukup membingungkan bagi para pendidik seni di
atas/kejuruan adalah apresiasi dan kreasi seni. Jika lapangan. Namun demikian sekedar bahan banding,
disarikan akan menghasilkan kemampuan peserta kiranya perlu dikemukakan serba ringkas apa
didik untuk melaksanakan kegiatan seni budaya di sebenarnya hakikat pendidikan seni.
tingkat lokal, menghargai karya seni budaya
nasional, dan kemampuan kreatif menciptakan KONSEP PENDIDIKAN SENI DAN
karya seni secara individual maupun kelompok. REALITAS KURIKULUM
Jadi standar isi dan standar kompetensi lulusan
hanya mencakup dua domain, yaitu apresiasi seni Seyogianya mata pelajaran Seni Budaya (dan
dan kreasi seni. Sementara untuk tingkat sekolah Ketrampilan) bertujuan mengem-bangkan
dasar dan menengah pertama, yang merumuskan kemampuan peserta didik untuk memahami seni
tujuan pembelajaran apresiasi seni juga tidak dalam konteks ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi,
Ardipal adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNP Kampus FBS UNP Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131
dan seni), sebagai tritunggal pembentuk (spasial), verbal-linguistik, musikal, matematik-
perkembangan sejarah peradaban dan kebudayaan, logik, jasmani-kinestetis, dan lain sebagainya.
baik dalam tingkat lokal, nasional, regional, Dari deskripsi konsep pendidikan seni di atas
maupun global. Pembelajaran seni di tingkat dapat disimpulkan bahwa pendidikan seni memiliki
pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk “multitujuan”, sifat multilingual misalnya, terfokus
mengembangkan kesadaran seni dan keindahan pada konsep pendidikan seni sebagai aktivitas
dalam arti umum, baik dalam domain konsepsi, kreasi dan eksperimentasi. Sifat multidimensional
apresiasi, kreasi, penyajian, maupun tujuan-tujuan terfokus pada kepentingan filosofis harmonisasi
psikologis-edukatif pengembangan kepribadian aktivitas seni dengan aspek budaya lainnya. Sifat
peserta didik secara positif. Yang jelas pendidikan multikultural terfokus pada tujuan psikologis
seni di sekolah umum sama sekali tidak pembentukan sikap demokratis. Akhirnya Sifat
dimaksudkan untuk mendidik seniman. multikecerdasan terfokus pada tujuan edukatif
Depdiknas (2007:2) secara konseptual fungsionalis-psikologis untuk mengembangkan
pendidikan seni bersifat (1) multilingual, yakni potensi individual peserta didik secara optimal.
pengembangan kemampuan peserta didik Jika demikian halnya, maka konsep
mengekspresikan diri secara kreatif dengan pendidikan seni dalam kurikulum memang tidak
berbagai cara dan media, dengan pemanfaatan mencakup konsep pendidikan seni dalam arti yang
bahasa rupa, bahasa kata, bahasa bunyi, bahasa utuh. Karena dalam kurikulum dengan jelas
gerak, bahasa peran, dan kemungkinan berbagai disebutkan: Mengapresiasi dan mengekspresikan
perpaduan di antaranya. Kemampuan keartistikan karya seni rupa, seni musik, seni tari,
mengekspresikan diri memerlukan pemahaman dan seni teater. Jadi pendidikan Seni Budaya
tentang konsep seni, teori ekspresi seni, proses direduksi menjadi sangat sederhana, menjadi
kreasi seni, teknik artisitik, dan nilai kreativitas. pragmatis dan kontekstual. Dengan kata lain
Pendidikan seni bersifat (2) multidimensional, kurikulum tidak signifikan mengemban tujuan
yakni pengembangan beragam kompetensi peserta pembelajaran seni, serta tidak mencerminkan
didik tentang konsep seni, termasuk pengetahuan, kompetensi profesional pendidik seni, yakni: (1)
pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan kreasi menguasai keilmuan bidang studi seni; (2)
dengan cara memadukan secara har-monis unsur memahami langkah-langkah kajian kritis
estetika, logika, dan etika. Pendidikan seni bersifat pendalaman isi bidang studi seni; (3) paham ruang
(3) multikultural, yakni menumbuhkembangkan lingkup materi, struktur, dan konsep estetika
kesadaran dan kemampuan peserta didik sebagai payung pembelajaran seni; (4) memahami
mengapresiasi beragam budaya nusantara dan metode pengembangan seni rupa, seni musik, seni
mancanegara. Hal ini merupakan wujud tari, dan seni teater secara kritis, kreatif, dan
pembentukan sikap demokratis yang inovatif.
memungkinkan peserta didik hidup secara beradab Untuk itu akan sangat bijaksana jika suatu
dan toleran terhadap perbedaan nilai dalam waktu pembenahan konsep pendidikan seni dikaji
kehidupan masyarakat yang pluralistik. Sikap ini ulang oleh pakar pendidik seni Indonesia, sehingga
diperlukan untuk membentuk kesadaran peserta segala kelemahan yang ada dapat disempurnakan
didik akan beragamnya nilai budaya yang hidup di melalui revisi kurikulum di waktu mendatang.
tengah masyarakat. Pendidikan seni berperan Untuk saat ini cukuplah para pendidik seni
mengembangkan (4) multikecerdasan, yakni peran mendapatkan suplemen dan buku ajar yang relevan
seni membentuk pribadi yang harnonis sesuai sebagai pelengkap pemahaman dan pelaksanaan
dengan perkembangan psikologis peserta didik, kurikulum yang sedang berlaku.
termasuk kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual
Ardipal adalah dosen Fakultas Bahasa dan Seni UNP Kampus FBS UNP Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang 25131
Kurikulum Pendidikan Seni Budaya yang Ideal bagi Peserta Didik di Masa Depan (Ardipal)
KAJIAN LAPANGAN
9
JURNAL BAHASA DAN SENI Vol 11 No. 1 Tahun 2010 (1 - 10)
tujuan ideal ini tidak terealisasikan dalam standar tanggung jawab profesinya di sekolah-sekolah
kompetensi dan kompetensi dasar, sebab dalam tingkat dasar dan menengah di Indonesia.
kurikulum tujuan tersebut telah direduksi menjadi
sangat sederhana menjadi dua domain bidang DAFTAR RUJUKAN
seni, yakni apresiasi seni dan kreasi seni. Hal ini
jelas tertulis dalam kalimat mengapresiasi dan Depdiknas. 2006. Permendiknas, RI No. 23
mengekspresikan diri melalui keartistikan karya Tahun 2006, Tentang Standar Kompetensi
seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
Jadi pendidikan Seni Budaya telah direduksi dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
menjadi sangat pragmatis dan kontekstual, dan Depdiknas 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum
hanya berisi pendidikan seni (juga tidak utuh). Seni Budaya. Jakarta: Pengarang
Dengan demikian maka nama mata pelajaran Seni
Dewantara, Ki Hajar. 1977. Pendidikan Bagian
Budaya dipandang kurang tepat. Nama mata
Pertama. Yogyakarta: Majelis Luhur
pelajaran Seni Budaya jika tetap ingin dipakai
Persatuan Taman Siswa.
seterusnya, memerlukan materi pembelajaran yang
signifikan tentang budaya (tidak dibatasi dengan Danusastro, Suharjo, 1977. Analisis
kegiatan apresiasi dan kreasi seni saja). Perbandingan antara Pengaruh
Di samping itu, kurikulum belum Keterarahan Belajar Terprogram dan
menempatkan estetika sebagai payung Klasifikasi terhadap Prestasi Belajar.
pembelajaran seni, seharusnya pengetahuan Solo: UNP
estetika secara eksplisit tersurat sebagai standar Linderman Earl W., Herberholz, Donald W. 1985.
kompetensi dan kompetensi dasar. Kecuali itu Developing Artistic and Perceptual
penjabaran standar kompetensi kepada Awareness: Art Practice in the Elementary
kompetensi dasar dalam sejumlah hal masih Clasroom. Dubugue, Lowa: W. C. Brown.
tumpang tindih apakah termasuk dalam ranah
Mahmud, A.T. 1995. Musik dan Anak 1. Jakarta:
konsepsi, apresiasi, kreasi, atau penyajian,
sehingga peta kompetensi dan penjenjangannya Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
tidak jelas dan tidak konsisten, (misalnya, dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
seni tari di sekolah menengah pertama, domain Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
kreasi baru muncul di kelas IX, sementara untuk Sawyer, John R dan de Francisco, Italo Luther .
bidang seni yang lain domain kreasi muncul di 1971. Elementary School Art for Clasroom
setiap semester. Atau Untuk bidang seni rupa Teacher. New York: Harper and Row.
penjenjangan kompetensi dasar di kelas satu dan Sakri Adjat 1994. Bangun Kalimat Bahasa
dua berdasar lingkup keluasan wilayah, sementara Indonesia. Bandung: ITB.
untuk kelas tiga berdasar klasifikasi seni rupa
murni dan terapan). Juga Mata Pelajaran Seni Soedarso S. P. 1987 Tinjauan Seni. Yokyakarta:
Sastra tidak tercakup dalam pembelajaran seni Sakudayarsana.
budaya, tetapi ditangani oleh pendidik mata Syafrina, Rien. 1999 Pendidikan Seni Musik.
pelajaran Bahasa Indonesia, sehingga bidang Jakarta. Departemen Pendidikan dan
sastra ditempatkan sebagai pelajaran bahasa, Kebudayaan
bukan pembelajaran seni.
Dari berbagai faktor yang telah
disimpulkan di atas, maka kurikulum perlu
dilengkapi dengan suplemen dan penulisan buku
ajar yang relevan tentang (estetika, budaya, seni
rupa, seni tari, seni musik, seni teater, dan seni
sastra dalam konteks lokal, Nusantara,
mancanegara, baik dalam lingkup modern
maupun kontemporer), sebagai acuan bagi
pendidik seni dalam menjalankan tugas dan
10