Anda di halaman 1dari 5

Untuk menghasilkan kompresi dada yang efektif, lakukan penekanan yang hems dan cepat.

Kecepatan
yang digunakan adalah paling sedikit 100x/menit dengan kedalarno 2 inci atau 5 cm. dan harus
dibiarkan dada recoil secara sempurna setelah kompresi dada untuk menghasilkan pengisian jantung
secara lengkap sebelum kompresi berikutnya. Penolong juga harus meminimalkan interupsi terhadap
kompresi dada untuk memaksimalkan jumlah kompresi yang diberikan permenitnya. Total jumlah
kompresi dada yang diberikan kepada korban adalah fungsi dari kecepatan kompresi dan waktu yang
diberikan saat kompresi tanpa adanya interupsi. Artinya bahwa kompresi dada mengacu kepada
kecepatan kompresi bukan oleh jumlah kompresi yang diberikan permenit. Jumlah kompresi dada
yang diberikan permenit dibatasi oleh kecepatan kompresi, jumlah dan lamanya interupsi saat
membuka jalan nafas, memberikan bantuan nafas dan saat AED menganalisa irama. Rasio kompresi
dan ventilasi yang direkornendasikan adalah 30: 2, artinya memberikan 30 kompresi dada terlebih
dahulu kemudian memberikan 2 ventilasi. Pada saat memberikan ventilasi, nap bantuan nafas
diberikan selama 1 detik dengan memberikan tidal volum yang cukup untuk menghasilkan
pengembangan dada. Hindari pemberian ventilasi yang berlebihan.

Jika alat jalan nafas definitif sudah terpasang, maka tidak perlu menghentikan kompresi pada saat
memberikan ventilasi. Kompresi harus diberikan secara terus menerus dengan kecepatan sekurang-
kurangnya 100 x/menit tanpa berhenti saat memberikan ventilasi. Dan ventilasi diberikan setiap 6-8
detik (8-10 kali/rnenit). Pada saat melakukan kompresi dada, harus diperhatikan bahwa dada harus
recoil secara sempurna setelah kompresi sarnpai kompresi berikutnya. Hal ini merujuk pada
pernyataan "duty cycle" yaitu waktu yang diberikan saat kompresi harus proporsional. Artinya
proposional antara saat memulai kompresi dada dan memulal kompresi dada berikutnya. Untuk
rnenciptakan perfusi ke koroner dan serebral yang adekuat, make duty cycle yang direkomendasikan
adalah 50%. Saat melakukan kompresi harus meminimalkan interupsi terhadap kompresi clada. untuk
memaksimalkan jumlah kompresi yang diberikan permenitnya. Interups' boleh dilakukan pada saat
melakukan cek nadi, menganalisa irama atau melakukan aktifitas lain selama resusitasi seperti
pemasangan alat jalan nafas defintif atau s33t pemberian shock pada tindakan defibrilasi. Adapun
waktu yang diperbolehkan utnuk interupsi adalah 10 detik kecuali saat pemasangan alai jalan nafas
definitif atau saat pemberlan shock pada tindakan defibrilasi. Dan kompresi harus segera dilakukan
setelah interupsl.

Sast metakukan komPreia dapat rnenyebabkan brielahan pada panacalll pan pendid, yang lelah dapat
menyebabkan kecepatan dan Itedatarnan kpntprtrs. daps menisci' ndak adekuat Oleh Surma to aka
ada 2 Pencilong make harata.l."... jniara pembert kompreu dan yentilau nap 2 mena atau welsh S srklut
kompreu dan venni., pada ra,io 30.2

S. AED atau Defibrillator Data, ikot,,,► SI Kenka AID atao d•,rilator dean, pasartg pad pads dada per...,
ptJ momungkinkan tanpa mengtnterupu kompreu dada dan nyadolual AID AED Nan menganalisa
tram.) dan kemudian akan mengenterukulun kepada penolong oast membenkan shock 'slug terdapa
mama shockable atau meta nautkan RIP plea terdapat trams unshockabie

bk.] AED ndak tersedia, laniutkan RIP sampat nm bantuart hiclup lanort datang alas pendent.'
bergerak yang menandakan adanya urkutau spontan 6. Cek barn.) (b lab 6) setelah pad pada AED atau
pada, pads defibrillator terpaung 44 dada pawn. maks segefa analew ama Tentukan apakah Kama
shockable atau trarna unshockable 7. trams Shockable (Kotak 7) Jtka terdapat aama shockable (VF/VT
tanpa nada segera benkan shock (tindakan dehbrilau) Pada AED akan membenkan intruku bag.
penctiong was* riseneaan tombol shock Setelah its steer.) lakukan RIP selama 1 menet atau S uklus
bmpte, dan ventilasi i.ka menggunalcan t-JCIO 10 2

8. Irama Unshockable (Kotak 8) Jika terdapat trarna unshockabie I kecualt VF/VT tams nad.) mars
1.111. ki.u,an RIO selama 2 mena atau S uklus kornprest dan tennis,' islia rnensgunallan rasa 30 2
lakukan cek irarna nap 2 rine. atau 5 siklus kompreta dan weransta plea trienounakan raw 30:2 Hal int
torus dilakukan tampst nm bantuan hiduP tan). 4.1.1 atiu pendenta sudah be►gerak amnya sudah
terdapat tanda-tanda uraulau spontan

FtJP Untuk Dewasa Pada Snuasi Khusus


Pasang akses intra vena diatas diafragma Kaji adanya hipotensi (tekanan darah sistolik kurang dan 100
mmHg atau kurang dari 80% dari baseline). Pada penderita yang tidak mengalami henti nafas dan
henti jantung, pemberian larutan koloid dan kristaloid dapat meningkatkan preload. Pertimbangkan
faktor penyebab dan atasi terhadap yang memperburuk kondisi.

Resusitasi pada wanita hamil yang mengalami henti nafas dan henti jantung

1. Airway Penatalaksanaan jalan nafas sangat suit dilakukan selama kehamilan. Penempatan penderita
pada posisi miring bisa menambah kesulitan. Selain itu perubahan anatomi jalan nafas meningkatkan
resiko terjadinya aspirasi dan desaturasi yang cepat. Oleh karena itu, gunakan ventilasi dengan bag
mask dan suctioning secara optimal selama mempersiapkan jalan nafas definitif.

2. Breathing Penderita hamil dapat berkembang menjadi hipoksemia secara cepat karena menurunnya
kapasitas fungsional residual dan meningkatnya kebutuhan akan oksigen. Volume ventilasi perlu
diturunkan karena diafragma ibu meningkat karena kehamilan. Oksigenasi dan ventilasi harus
didukung dan lakukan monitoring saturasi oksigen secara ketat.

3. Circulation Kompresi dada dilakukan sedikit lebih tinggi dari norma pada sternum untuk
menyesuaikan peningkatan pada diagfragma dan abdominal akibat kehamilan. 4. Defibrillation
Penggunaan AED pada wanita hamil belum di teliti tetapi rasional.

Kriteria Untuk Memulai Dan Mengakhiri Resusitasi Jantung Paru (RJP)

1. Uj luar Rumah Sakit a. Kriteria untuk tidak memulai RJP Bantuan hidup dasar pada situasi
apapun harus segera dilakukan RJP tanpa melakukan inform consent karena keterlambatan
dapat menurunkan angka keberhasilan. Tetapi
Bantuan Hidup Dasar pada Penderita Henti Jantung Disertai dengan Kehamilan Kum, kebetlhealan
untuk tnencegah terjadinya henti jantung dan henti nafas pada kehamilan :

• Tempatkan penderita hamil pada posisi lateral kiri untuk mengurangi kemungkinan ter tekannya
versa kava inferior. Sumbatan pada uterine dapat menyebabkan hipotensi dan hiti,r memiut henti
nafas dan henti jantung. Lakukan pemindahan uterine ke kiri dengan Illenggunakan tehnik 2 tangan
dan tehnik 1 tangan. Tergantung posisi tim resusitasi. Jika tehnik tersebut tidak berhasil, tempatkan
posisi pasien lateral kiri dengan kemiringan 15. (4 — 6 inci), gunakan alas yang keras untuk menjaga
pelvis dan thorax. jika tetap tidak liltiktiat lakukan section cessarea. • Ber ikan oksigen 100%.
ada beberapa kondisi yang membuat kita untuk tidak memulai RJP, diantaranya : • Tempat untuk
melakukan RJP dapat meningkatkan resiko injuri serius bahkan kematian bagi penolong maupun
penderita. • Sudah terdapat tanda-tanda kematian biologis seperti kekakuan, lebam mayat • Ada
keterangan yang sah bahwa penderita tidak perlu dilakukan RJP (DNR) b. Kriteria untuk mengakhiri
RJP • Adanya sirkulasi spontan ditandai dengan penderita bergerak atau terdapat nadi dan nafas • Tim
lain datang atau tim bantuan hidup lanjut datang • Penolong kelelahan, lingkungan yang berbahaya
atau kelangsungan usah:.

resusitasi dalam bahaya • Terdapat tanda-tanda kematian

t. Di dalam Rumah Sakit a. Kriteria untuk tidak memulai RJP • tanda-tanda kematian biologis seperti
kekakuan, lebam mayat • veterangan yang sah bahwa penderita tidak perlu dilakukan RJP (DNR)

Anda mungkin juga menyukai