Anda di halaman 1dari 16

RONDE KEPERAWATAN

RONDE KEPERAWATAN DENGAN PASIEN HIPERTENSI


Mata kuliah : Manajemen Keperawatan
Dosen pembimbing : Ns Edy Mulyono, M.Kep.,

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

NAMA MAHASISWA NIM


1. ARGIRIANI 15.0159.494.01
2. CENI MARIANI 15.0163.498.01
3. EGI RIZALDI ZAINAL A 15.0229.564.01
4. EKA HARDIYANTI SAFITRI 15.0169.504.01
5. HAMSIAH 15.0173.508.01
6. LIDYA THE VEGA 15.0183.518.01
7. MARNI RONGRE 15.0189524.01
8. MAWADDATUN NISA 15.0191.526.01
9. RUYUN WARDANIYATI 15.0263.598.01
10. WIDYA ASHARIANA I 15.0211.546.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmat dan Karunia-Nya
penyusunan dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Ronde Keperawatan Hipertensi”
Makalah ini kami buat berdasarkan berbagai macam sumber buku-buku referensi, media
elektronik, dan hasil pemikiran kami sendiri. Kami mengharapkan agar para pembaca dapat
mengetahui dan memahami tetang hak dan kewajiban pasien. Selama penyusun makalah ini
kami banyak mendapat masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pnyusun
mengucapkan terima kasih kepada Ns. Edy Mulyono S.Kep, M.Kep selaku Dosen Koordinator
Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Dalam Penyusunan makalah ini.
Penyusunan masih banyak kekurangannya semoga yang membacanya dapat
memberikan kritik ataupun saran untuk memperbaiki makalah ini sehingga kedepannya lagi
dapat lebih sempurna dalam penyusunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kepada
pembacanya dan dapat dijadikan acuan terhadap penyusnan makalah berikutberikutnya.

Samarinda,18 Desember 2018


Penyusun

TIM Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 2
C. Manfaat ......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Ronde Keperawatan ...................................................................................... 3
B. Konsep Penyakit ............................................................................................ 5
C. Rencana Strategis Ronde Keperawatan ........................................................ 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program propesi (pengalaman belajar klinik/lapangan) merupakan proses
transformasi peserta didik dari mahasiswa menjadi seorang perawat professional.
Program ini dilakukan di tempat peraktik yaitusuatu institusi di masyarakat dimana
peserta didik berpraktik di situasi nyata melalui penumbuhan dan pembinaan
keterampilan intelektual, tehnikal, dan interpersonal. Terdapat beberapa metode
yang bisa dipilih oleh pendidik untuk mendidik peserta didik sesuai dengan tujuan
dan karakteristik individual, salahsatunya yaitu ronde keperawatan.
Ronde keperawatan yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui
pendekatan berpikir kritis.
2. Tujuan khusus Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis
b. Meningkatkan kemampuan validasi data klien
c. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
d. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah klien.
f. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
g. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

C. Manfaat
1. Bagi Pasien
a. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat masa
penyembuhan.
b. Mendapat perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien

1
c. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat.
b. Meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan.
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional.
3. Bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
b. Menurunkan lama hari perawatan pasien

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ronde Keperawatan
1. Definisi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.

2. Karakteristik
a. Klien dilibatkan secara langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
d. Kosuler memfasilitasi kreatifitas
e. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat
f. primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.

3. Tujuan
a. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
c. Meningkatkan validitas data klien.
d. Menilai kemampuan justifikasi.
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
f. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.

4. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim


a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b. Menjelaskan masalah keperawata utama.
c. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya.

3
e. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.

5. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor


a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement.
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan
yang rasional.
d. Mengarahkan dan koreksi.
e. Mengintegrasi teori dan konsep yang telah dipelajari.

6. Persiapan
a. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
b. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.

7. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien o/ perawat primer dlm hal ini penjelasan difokuskan
pd mslh keperawatan& rencana tindakan yg akan/telah dilaksanakan&
memilih prioritas yg perlu didiskusikan.
b. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta tindakan yg akan dilakukan.
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.

8. Langkah Ronde Keperawatan


Langkah-langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan

4
2) Pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
3) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
4) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan

9. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan
tindakan yang perlu dilakukan.

B. Konsep Penyakit
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua
kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat
dikenali, sering kali dapat diperbaiki (Marilynn E. Doenges, dkk, 1999).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009).
Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai
tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di
atas 90 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90
mmHg.

5
2. Anatomi dan Fisiologi Hipertensi
a. Anatomi
1) Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang
intercosta kelima kiri pada linea midclavikula.
Hubungan jantung adalah:
a) Atas: pembuluh darah besar
b) Bawah: diafragma
c) Setiap sisi: paru-paru
d) Belakang: aorta dessendens, oesopagus, columna vertebralis
2) Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki lapisan tengah
yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk
organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur
jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara:
a) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya
b) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga
meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan
saraf atau hormon di dalam darah.

6
c) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat, Sebaliknya, jika:
a) Aktivitas memompa jantung berkurang,
b) arteri mengalami pelebaran,
c) banyak cairan keluar dari sirkulasi.
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
b. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal
c. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah,
karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke
salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
3) Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal.
Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.
4) Pembuluh darah utama dan kapiler

7
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan 5
pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama
5) Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi
dengan sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah
mengalami kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi
melalui ruang jaringan
6) Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk
oleh gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan
secara sempurna satu sama lain.

b. Fisiologi
Jantung mempunyai fungsi sebagai pemompa darah yang mengandung
oksigen dalam sistem arteri, yang dibawa ke sel dan seluruh tubuh untuk
mengumpulkan darah deoksigenasi (darah yang kadar oksigennya kurang) dari
sistem vena yang dikirim ke dalam paru-paru untuk reoksigenasi (Black, 2010).

3. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel berikut :

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage I 140-150 90-99

Hipertensi stage II >150 >100

8
Klasifikasi Hipertensi menurut WHO:

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal <120 <80

Normal <130 <85

Tingkat I (hipertensi ringan) 140-159 90-99

Sub group: Perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) >180 >110

Hipertensi Sistol terisolasi >140 <90

Sub group: Perbatasan 140-149 <90

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia :

Kategori Sistol (mmHg) Dan/Atau Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <180

Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi Tahap I 140-159 Atau 90-99

Hipertensi Tahap II ≥160 Atau ≥100

Hipertensi Sistol ≥140 Dan <90


Terisolasi

4. Etiologi
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah dan penyempitan lumen pembuluh
darah
Klasifikasi hipertensi menurut etiologinya:
1) Hipertensi primer : Konsumsi Na terlalu tinggi, Genetik, Stres psikologis
2) Hipertensi renalis : keadaan iskemik pada ginjal
3) Hipertensi hormonal

9
a. Bentuk hipertensi lain : obat, cardiovascular, neurogenik (Andy Sofyan, 2012)

5. Manifestasi Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-
tahun berupa:
1. nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler
(Elizabeth J. Corwin, 2000).
6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada
sistem saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

10
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan
ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer
(Bruner dan Suddarth, 2001).

C. Rencana Strategis Ronde Keperawatan


RONDE KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI DIRUANG PENYAKIT
DALAM RS AJI. M. PARIKESIT
Topik : Asuhan Keperawatan Pada Klien Hipertensi
Sasaran : Ny. S
Waktu : 60 menit. (Pkl 09.00-10.00 WITA)
Hari/tanggal : Kamis, 20 Desember 2018
1. Tujuan Ronde Keperawatan
a. Tujuan Umum :
Menyelesaikan masalah klien yang belum teratasi.
b. Tujuan Khusus :
1) Menjastifikasi masalah yang belum teratasi.
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer lain.
2. Sasaran
Klien Ny. S, Umur 26 tahun yang dirawat diruang penyakit dalam RS Aji. M. Parikesit

11
3. Materi
a. Teori Perawatan hipertensi
b. Masalah-masalah Keperawatan yang muncul pada klien dengan hipertensi.
4. Metode
Diskusi
5. Media
a. Papan White Board
b. Spidol
c. Penghapus
d. Materi yang disampaikan secara lisan.
6. Proses Ronde

NO TAHAP WAKTU PENANGGUNG JAWAB

1 Pra Ronde:
· Menentukan kasus & topik Kepala Ruangan
· Menentukan Tim ronde Kepala Ruangan
· Informed Consent 15 MENIT PP
· Membuat Pra planning PP
· Diskusi PP
· Mencari Sumber Literatur PP & Konselor

2 Ronde :
· Penyampaian Masalah 30 MENIT Kelompok 1B Gerb. I
· Dischange Planning

3 Post Ronde :
Evaluasi Pelaksanaan Ronde 15 MENIT PP & Konselor
Revisi & Perbaikan

7. Kriteria Evaluasi
a. Bagaimana Koordinasi persiapan dan pelaksanaan Ronde
b. Bagaimana peran PP saat Ronde keperawatan
c. Bagaimana PA berperan dalam pelaksanaan ronde keperawatan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 vol.2.
Jakarta: EGC.
Copstead C., Lee-Ellen dan Jacquelyn L. Banasik. 2005. Pathophysiology Vol. 1.
Elsevier :St. Louis Missouri 63146.
Diklat PJT–RSCM. 2008. Buku Ajar Keperawatan Kardiologi Dasar Edisi 4. Jakarta:
RSCM.
Doenges, Marilynn E., dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Gangguan
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus. Corwin, J Elizabeth. 2000. Patofisiologi.
Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai