Anda di halaman 1dari 12

Materi K3 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam
makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah
upaya penaggulangan, dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan, dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya, dan orang
lain.http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja
Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman
secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun
pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Untuk mencapai hal
ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya
kerugian ekonomi atau kesehatan.

DEFINISI PERLINDUNGAN DIRI (K3)


Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah
pada masa yang akan datang.Berikut ini adalah peralatan pelindung diri dalam bekerja :
1. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu. Berbagai jenis
kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda. Seperti Kacamata las berguna
melindungi mata dari bahaya sinar yang menyilaukan (kerusakan retina mata) pada saat
melaksanakan pengelasan.

2. Alat pelindung kepala


Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada mesin-mesin topi
melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran mesin bor atau rambut terkena percikan api
pada saat mengelas.

3. Alat pelindung telinga/Ear plug


Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang
bising,
juga penahan bising dari letupan / letusan.

4. Pelindung hidung dan mulut


Ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel, udara sering dikotori terutama akibat
kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat semprotan cairan, akibat debu dan partikel lainnya
yang lebih kecil. Misalnya pengotoran pada pernafasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut
dari proses pengecatan, asap yang timbul ketika pahat sedang digerinda dan asap ketika
mengelas.

5. Alat pelindung tangan


Alat pelindung tangan yaitu (sarung tangan) (sarung tangan asbes)
a.Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila memegang benda
yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya
b. Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap bahaya
pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang benda yang panas,
seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa (pande besi).

6. Alat pelindung kaki


Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam, tertimpa benda yang berat,
terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat
dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

7. Alat pelindung badan


a. Apron
Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja. Apron kulit
dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.

Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian biasa akan
terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.
TUJUAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Menghindari hal-hal atau kondisi yang kita tidak inginkan dan menggapai tujuan yang
ingin di capai berupa hasil kerja yang maksimal. Tujuan utama K3 umtuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja terhadap para pekerja agar tidak mengalami cedera.
Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas
terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja
dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat
ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat
dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang sampai Meraoke. Adapun tujuan yang
sudah di simpulkan dari Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yaitu sbb.
 Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
 Mencegah dan mengurangi kecelakaan
 Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
 Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu kebakaran atau kejadian -
kejadian lain yang berbahaya
 Memberi pertolongan pada kecelaka.
bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/tujuan-k3-
keselamatan-dan-kesehatan.html

MANFAAT K3 DALAM BEKERJA BESERTA TUJUANYA


Banyak perusahaan atau pengusaha yang merasa jika Audit adalah proses untuk mencari
kesalahan yang dilakukan oleh pengusaha tersebut atau karyawan yang bekerja di perusahaan
tersebut merasa bahwa ia sedang diperiksa dan dicari kesalahannya sehingga anggapan
bahwa Audit itu akan membuat mereka berada dalam masalah.
Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
1. Mejemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan operasi,
insiden atau kecelakaan yang merugikan shingga kerugian dapat ditekan dan keandalan serta
efisiensi dapat ditingkatkan
2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja yang ada saat minim sasaran apa yang ingin dicapai dimasa mendatang
dan tingkat pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan
kerja yang berlaku
3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang K3 bagi karyawan
yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamtan dan kesehatan kerja
4. Penigkatan citra perusahaan. http://lenterasafety.com/index.php/articles-2/483-4-manfaat-
audit-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3
Adapun manfaat penerapan 5R (5S) di tempat kerja antara lain :
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.
Budaya 5R (5S) sudah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan, bahkan dengan
menerapkan budaya 5R (5S) di tempat tersebut itulah perusahaan-perusahaan banyak yang
berkembang menjadi perusahaan kelas atas. Budaya 5R (5S) merupakan investasi awal bagi
sebuah perusahaan untuk menuju kesuksesan berkelanjutan.
http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pengertian-tujuan-dan-
manfaat-penerapan.htm
PERAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga
dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Pada posting kami sebelumnya, telah dibahas secara singkat pengertian Keamanan,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3). Berdasarkan pengertian K3 sebelumnya, bisa
dirumuskan suatu kesimpulan mengenai peran K3. Berikut ini gambaran singkat Peran
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3) :
 Setiap karyawan atau tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya,
dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan
produksi serta produktivitas perusahaan pada khususnya; juga produktivitas nasional secara
umum.
 Setiap individu / orang / manusia yang berada di tempat kerja perlu terjamin keselamatannya.
 Setiap sumber produksi / alat-alat / inventory perlu dipakai dan dipergunakan secara aman,
efisien, serta tepat guna.
 Merupakan tindakan preventif / antisipatif / pencegahan dari sebuah lembaga / perusahaan
untuk mengurangi / meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat
kerja; sehingga dapat mengurangi anggaran biaya perusahaan.

ANALISA POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA
Bahaya Pada dasarnya diproteksi kedalam 3 faktor utama dilingkungan kerja diantaranya:
1. Manusia atau Karyawan.
2. Material, alat atau Mesin.
3. Lingkungan Kerja atau Lingkungan Sekitar.
Apa bila ketiga elemen kerja diatas diabaikan dapat menimbulkan berbagai kerugian baik
langsung maupun secara tidak langsung. Adapun kerugian yang ditimbulkan adalah sebagai
berikut:
A. Kerugian Secara Langsung.
Kerugian ini timbul akibat kecelakaan kerja, sehingga langsung dirasakan oleh pihak
perusahaan melalui:
· Biaya Pengobatan dan Kompensasi;
· Kerusakan sarana atau fasilitas akibat dari bahaya yang timbul
B. Kerugian Tidak langsung.
Meskipun resiko yang ditimbulkan secara tidak langsung, namun dapat mempengaruhi
kinerja perusahaan serta dapat merugikan perusahaan, kerugian yang ditimbulkan sebagai
berikut:
· Kerugian Jam Kerja.
· Kerugian Produksi.
· Kerugian sosial.
· Kerugian dari efect Kurangnya Citra dan kepercayaan Konsumen.
Analysis Potensi Hazard atau Penilaian potensial bahaya pada umumnya menyertakan
aktivitas sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tugas/task
2. Membentuk team (untuk task yg sederhana – satu orang)
3. Membagi tugas/ task menjadi beberapa steps
4. Mengidentifikasi potential hazards
5. Membuat solusi/ mengontrol untuk memitigasi hazards.

Tujuan dari Penilaian potensi Bahaya ini adalah untuk:


1. Menyediakan pedoman saat melakukan analisis potensi bahaya dengan mengikuti tiga tahap
analisis potensi bahaya;
1. Tahap Perencanaan (JHA)&Risk Assesment
2. Tahap Perizinan (Job Safety Analysis)
3. Tahap Pelaksanaan (Self Assesment)

Susunan Penerapan Tahap Analysis Potensi bahaya Sebagai Berikut:

1. Tahap Perencanaan– Job Hazard Analysis (JHA) bertujuan untuk


 Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan tindakan pencegahannya
 Untuk memastikan bahwa jumlah orang, pengaturan keahlian, peralatan dan APD
sudah termasuk dalam perencanaan.
 Memberikan kesempatan untuk menyesuaikan rencana kerja untuk mengurangi risiko.
 Untuk mengidentifikasi jenis perizinan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
 Digunakan sebagai titik awal (starting point) untuk Onsite JSA.
 Q-SOP dapat digunakan sebagai analisis potensi bahaya untuk perencanaan pekerjaan

2. Tahap Perizinan - Onsite Job Safety Analysis (Onsite JSA)


 Dilakukan dilapangan sesaat sebelum pekerjaan dimulai.
 Melibatkan tim untuk memastikan bahwa orang yang melakukan pekerjaan
mengerti pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya yang ada serta tindakan
pencegahannya
 Mengidentifikasi potensi bahaya pada waktu pekerjaan akan dimulai dan tindakan
pencegahan yang spesifik.
 JSA yang sudah dibuat bisa disimpan sebagai referensi untuk operasi yang serupa dimasa
yang akan datang.
 Dikembangkan dalam bahasa yang sesuai untuk tim yang bekerja (terjemahaan secara verbal
mungkin diperlukan) untuk mengatasi kondisi dilapangan pada hari pekerjaan dilakukan

3. Tahap Pelaksanaan – Self Assessment


Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri dan
tim di
seluruh aktifitas termasuk melindungi lingkungan.
Untuk itu, semua karyawan diberikan hak untuk menghentikan pekerjaannya atau SSWA
(Self Stop
Work Authority) dengan memikirkan langkah yang aman untukbekerja. Dalam hal ini perlu
melibatkan orang yang berwenang untuk mengambil
keputusan. http://krisinashare.blogspot.com/p/didalam-program-k3-metode-analysis.html

PENGERTIAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak dikehendaki dan
dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda (Rachman, 1990).Menurut
Suma’mur (1989), kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau
pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Kronologis Kecelakaan Akibat
Kerja Timbulnya kecelakaan
kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor yang satu mempengaruhi faktor yang
lainnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
Agent, yaitu pekerjaan.
Environment, yaitu lingkungan kerja.
Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal dengan nama teori domino
yaitu tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai berikut:
1. Kurangnya terhadap pengendalian oleh manajemen (Lack of Control Management)
meliputi :
 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Kepemimpinan
 Pengendalian
2. Penyebab-penyebab dasar murni ( Basic Couse (s) Origin (s) ):
 Faktor personal
 Faktor Pekerja

3. Penyebab yang merupakan gejala-gejala ( Immediate: Cause (s) Simptoms )


 Unsafe Act adalah pelanggaran terhadap prosedur yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
 Unsafe Condition atau keadaan yang secara langsung dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
4. Keterkaitan terjadinya kecelakaan ( Incident Contact ).
5. Kehilangan orang atau harta ( People Proverty Loss ).

Faktor Pekerja
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja.
Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami
kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975. dari hasil penelitian di
Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang
berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia
bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak
pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik ( Efrench, 1975).
3. Pengalaman Kerja
pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat
kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan
akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja
di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).
Pekerjaan
1. Giliran Kerja ( Shift )
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam ( Andrauler P.
1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak
mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989).
2. Jenis (Unit) Pekerjaan
jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai
kesatuan operasi dalam suatu proses.
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan
pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal( ILO, 1989 ).
Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat
menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, nilai ambang batas kebisingan adlah 85
dBa untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990).
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan
penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil
suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain
yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan
sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa
menyebabkan kematian (Syukri Sahap, 1998).
Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja
Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan
dapat dibagi menjadi:

1. Perawatan Ringan ( First Aid )


Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/ perawatan terhadap luka kecil berikut
observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis (medical treatment) walaupun
pertolongan pertama itu dilakukan oleh dokter atau paramedis.
2. Perawatan Medis ( Medical Treatment )
Perawatan Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk perawatan luka yang hanya
dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional seperti dokter ataupun paramedis. Yang dapat
dikategorikan perawatan medis terganggunya fungsi tubuh seperti jantung, hati, penurunan
fungsi ginjal dan sebagainya.
3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja tidak dapat
mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat
pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam :
jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari kerja dimana sesorang
pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau
sakit akibat pekerjaan yang dideritanya.
jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted activities), yaitu semua kerja
dimana seorang pekerja karena mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada hari saat kecelakaan atau
saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan hari istirahat.
4. Kematian (Fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang sudah berlalu antara saat
terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya,
dan saat si korban meninggal.
“Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya” (Achmadi, 1990).
”Kecelakaan akibat kerja sesungguhnya dapat dicegah asal ada kemauan yang kuat untuk
mencegah.

UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat
berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :
 Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
 Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
 Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
 Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
 Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan peningkatan
penerpan K3 di tempat kerja.

3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :


 Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
 Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
 Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh tenaga kerja.
Kegiatan – Kegiatan atau Upaya Keselamatan Kerja
Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau di tempat – tempat kerja, maka
ILO, (1989) menyusun suatu ketentuan, yaitu sebagai berikut :
Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian dengan syarat-syarat kerja
umum, perencanaan –perencanaan, kontruksi, perawatan, pengujian dan pemakaian industri,
kewajiban pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja, pertolongan pertama
pada kecelakaan dan pengujian kesehatan.
Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar.
Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang diwajibkan.
Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri dari bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat pelindung diri.
Riset medis, meliputi tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor lingkungan dan
teknologis, keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya
mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebab-sebabnya.
Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum teknik, sekolah-sekolah
perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga yang baru, dalam
keselamatan kerja.
Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menimbulkan sikap untuk selamat.
Asuransi, yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan, misalnya
dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan
Usaha kesehatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya
penerapan keselamatan
kerjahttp://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pencegahan-
kecelakaan-kerja.html

PELAYANAN KESEHATAN KERJA (K3)


Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja
(Permen No. Per-03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, Pasal 2)
1. Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja, Pemeriksaan Berkala dan Pemeriksaan Khusus
2. Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyesuaian Pekerjaan Terhadap Tenaga Kerja.
3. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Lingkungan Kerja.
4. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Perlengkapan Saniter.
5. Pembinaan Dan Pengawasan Perlengkapan Untuk Kesehatan Tenaga Kerja.
6. Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Yang Mempunyai Kelainan Tertentu
Dalam Kesehatannya.
7. Pendidikan Kesehatan Untuk Tenaga Kerja dan Latihan Untuk Petugas PPPK.
8. Pencegahan Dan Pengobatan Terhadap Penyakit Akibat Kerja Dan Penyakit Umum.
9. Memberikan Nasihat Mengenai Perencanaan Dan Pembuatan Tempat Kerja, Pemilihan Alat
Pelindung Diri Yang Diperlukan, Gizi Serta Penyelenggaraan Makanan Di Tempat Kerja.
10. Membantu Usaha Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja Atau Penyakit Akibat Kerja.
11. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK).
12. Memberikan Laporan Berkala Tentang Pelayanan Keehatan Kerja Kepada
Pengurus.http://www.konsultasik3.com/2013/01/tugas-pokok-pelayanan-kesehatan-
kerja.html
LINKUNGAN KERJA (K3)
Konsep Lingkungan Hidup
v Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada
dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia.

Konsep Lingkungan Hidup


v Menurut Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang
ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.

Konsep Lingkungan Hidup


v Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto
UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya

Konsep Lingkungan Hidup


v Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya

Arti Penting Lingkungan dalam Kehidupan


v Lingkungan sebagai tempat tinggal
v Lingkungan sebagai tempat mencari makan

Lingkungan sebagai tempat tinggal


v Individu : makhluk hidup tunggal
v Populasi : kumpulan individu yang sejenis yang hidup pada suatu daerah tertentu
v Komunitas : kumpulan populasi yang hidup pada suatu daerah tetentu
v Ekosistem : kumpulan komunitas yang berinteraksi dengan lingkungannya dan membentuk
suatu system

Lingkungan sebagai tempat mencari makan


Keseimbangan lingkungan atau ekosistem akan terjadi jika rantai makanan, jarring makanan,
dan piramida makanan tepat. Rantai makanan dalam suatu lingkungan. Pada dasarnya tiap-
tiap komponen dalam lingkunga hidup dapat dikatakan sebagai “ satu untuk yang lain”.
Contoh rumput dimakan rusa dan rusa dimakan harimau dan seterusnya.
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakanupaya sadar dan terencana yang
memadukan unsur lingkungan hidup termasuk sumber daya kedalamproses pembangunan
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
v Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan
v Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
v Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan

Kerusakan Lingkungan Hidup


v Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
v Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia

Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam

Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia


v Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya
kawasan industri.
v Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan
kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
v Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.

Perbedaan Faktor Eksternal Dan Faktor Internal


Lingkungan Eksternal adalah ingkungan yang berada di luar organisasi saling
mempertukarkan sumber dayanya dengan organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain,
perusahaan yang berpengaruh tidak langsung terhadap kegiatan perusaan. Lingkungan
eksternal meliputi variabel-variabel di luar organisasi yang dapat berupa tekanan umum dan
tren di dalam lingkungan societal ataupun faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam
lingkungan kerja (industri) organisasi. Variabel-variabel eksternal ini terbagi menjadi dua
jenis, yaitu ancaman dan peluang.
Lingkungan eksternal terdiri atas unsur-unsur diluar organisasi yang sebagian besar tidak
dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer. Organisasi
mendapatkan masukan-masukan yang dibutuhkan, seperti bahan baku, dana tenaga kerja dan
energi dari lingkungan eksternal, mentransformasikan menjadi produk dan jasa, kemudian
memberikan sebagai keluaran-keluaran kepada lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal perusahaan dapat dibedakan menjadi :
a. Lingkungan eksternal makro, adalah lingkungan eksternal yang berpengaruh tidak
langsung terhadap kegiatan usaha.
Contoh :
• Keadaan alam: SDA, lingkungan.
• Politik dan hankam: kehidupan operasional perusahaan sangat terpengaruh oleh politik dan
hankam negara dimana perusahaan berada menciptakan.
• Hukum
• Perekonomian
• Pendidikan dan kebudayaan
• Sosial dan budaya
• Kependudukan
• Hubungan internasional.
b. Lingkungan eksternal mikro, adalah lingkungan eksternal yang pengaruh langsung
terhadap kegiatan usaha.
Contoh :
• Pemasok / supplier : yang menunjang kelangsungan operasi perusahaan.
• Perantara, misalnya distribotur, pengecer yang berperan dalam pendistribusian hasil-
hasil produksi ke konsumen.
• Teknologi: yang berkaitan dengan perkembangan proses kerja, peralatan metode, dll.
• Pasar, sebagai sasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan.

Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berada dalam kegiatan produksi dan
langsung mempengaruhi hasil produksi.
Contoh :
• Tenaga kerja
• Peralatan dan mesin
• Permodalan (pemilik, investor, pengelolaan dana)
• Bahan mentah, bahan setengah jadi, pergudangan
• Sistem informasi dan administrasi sebagai acuan pengambilan keputusan.

PENERAPAN NORMA K3 PENTING BAGI PERLINDUNGAN TENAGA KERJA


Pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang sangat penting karena akan mempengaruhi ketenangan
bekerja, keselamatan, kesehatan, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.
Sesuai UU No.1/1970 tentang keselamatan kerja, Pengusaha wajib melindungi tenaga kerja
dari potensi bahaya yang dihadapinya, dan mewujudkan kondisi kerja yang aman, sehat,
bebas kecelakaan serta terbebas dari pencemaran.
Penerapan K3 dalam aktivitas kerja diharapkan dapat menekan dan menurunkan terjadinya
kasus- kasus kecelakaan kerja.Yang patut diperhatikan semua pihak adalah upaya-upaya
untuk mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas dari
kecelakaan serta penyakit akibat kerja. Menteri Muhaimin minta perusahaan-perusahaan di
Indonesia agar menyediakan peralatan standar K3 untuk melindungi para pekerja dari resiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Peralatan standar K3 sebagai alat pelindung diri
yang wajib dikenakan ketika sedang bekerja diantaranya meliputi pakaian kerja, sepatu kerja,
kacamata kerja, sarung tangan, helm, sabuk pengaman, masker, penutup telinga, dll.
Penggunaan peralatan standar K3 merupakan penerapan norma K3 di lingkungan perusahaan.

Peraturan Yang Berlaku Dalam K3


Perundang-undangan K3 ialah salah satu alat kerja yang sangat penting bagi para Ahli K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) guna menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Tempat Kerja.

Berikut merupakan kumpulan perundang-undangan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)


Republik Indonesia yang memuat isi sebagai berikut antara lain :

Undang-Undang K3 :
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah terkait K3 :
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan
dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai