Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan
nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko
yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang
bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja
yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi
pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai
ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan
kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku
pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian
rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan
psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam
makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.
Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian biasa akan
terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan baju jangan
digulung, sebab lengan baju akan melindungi tangan dari sinar api.
TUJUAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Menghindari hal-hal atau kondisi yang kita tidak inginkan dan menggapai tujuan yang
ingin di capai berupa hasil kerja yang maksimal. Tujuan utama K3 umtuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja terhadap para pekerja agar tidak mengalami cedera.
Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam Penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di atas
terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha, Tenaga Kerja
dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik dalam waktu dekat
ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) di Indonesia dapat
dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang sampai Meraoke. Adapun tujuan yang
sudah di simpulkan dari Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 yaitu sbb.
Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
Mencegah dan mengurangi kecelakaan
Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu kebakaran atau kejadian -
kejadian lain yang berbahaya
Memberi pertolongan pada kecelaka.
bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik,
sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi
kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam
bekerja http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/tujuan-k3-
keselamatan-dan-kesehatan.html
Faktor Pekerja
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian kecelakaan akibat kerja.
Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami
kecelakaan akibat kerja dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda
mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975. dari hasil penelitian di
Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda usia biasanya kurang
berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam menghadapi pekerjaan
yang dipercayakan kepadanya, hubungan tingkat pendidikan dengan lapangan yang tersedia
bahwa pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak
pernah bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik ( Efrench, 1975).
3. Pengalaman Kerja
pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat
kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya pengalaman dan keterampilan
akan disertai dengan penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja
di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).
Pekerjaan
1. Giliran Kerja ( Shift )
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam ( Andrauler P.
1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak
mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari (Andrauler P. 1989).
2. Jenis (Unit) Pekerjaan
jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya kecelakaan akibat kerja
(Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai
kesatuan operasi dalam suatu proses.
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan
pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang maksimal( ILO, 1989 ).
Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena kebisingan dapat
menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi sehingga menyebabkan salah
pengertian, tidak mendengar isyarat yang diberikan, nilai ambang batas kebisingan adlah 85
dBa untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1990).
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang memungkinkan
penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks, hasil
suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun binatang lain
yang ada di tempat kerja. Berbagai macam penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan
sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa
menyebabkan kematian (Syukri Sahap, 1998).
Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja
Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang diakibatkan oleh kecelakaan
dapat dibagi menjadi:
Lingkungan internal adalah faktor-faktor yang berada dalam kegiatan produksi dan
langsung mempengaruhi hasil produksi.
Contoh :
• Tenaga kerja
• Peralatan dan mesin
• Permodalan (pemilik, investor, pengelolaan dana)
• Bahan mentah, bahan setengah jadi, pergudangan
• Sistem informasi dan administrasi sebagai acuan pengambilan keputusan.
Undang-Undang K3 :
1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Stoom Ordonnantie).
2. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 203 tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Pemerintah terkait K3 :
1. Peraturan Uap Tahun 1930 (Stoom Verordening).
2. Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan
dan Peredaran Pestisida.
3. peraturan Pemerintah No 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja di Bidang Pertambangan.
4. Peraturan Pemerintah No 11 Tahun 1979 tentang keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.