Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN SOLUSIO PLASENTA

TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan antepartum didefinisikan sebagai perdarahan yang keluar dari saluran genital
yang muncul dari usia kehamilan 24 minggu hingga akhir kehamilan. Solusio plasenta
merupakan salah satu penyebab utama perdarahan pada trimester tiga. Dalam 30% kasus
perdarahan di trimester tiga merupakan solusio plasenta. Solusio Plasenta didefinisikan
sebagai perdarahan yang diikuti pelepasan dini plasenta yang tertanam secara normal dari 24
minggu kehamilan sampai pada kelahiran bayi. Ini dapat mengarah pada morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi3.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsepdasar solusio plasenta?
2. Bagaimana asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan solusio plasenta ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar solusio plasenta serta dapat melaksanakan
asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan solusio plasenta menggunakan pendekatan
Manajemen Kebidanan menurut Varney.
2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tinjauan teori tentang solusio plasenta
b. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan solusio plasenta
sesuai dengan manajemen kebidanan.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan solusio plasenta dengan
pendekatan varney yang terdiri dari
1) Melakukan pengkajian pada Ibu hamil dengan solusio plasenta
2) Menginterpretasikan data dasar
3) Mengidentifikasikan diagnosa dan masalah potensial pada Ibu hamil dengan
solusio plasenta
4) Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada Ibu hamil dengan solusio plasenta
5) Merancang intervensi pada Ibu hamil dengan solusio plasenta
6) Melakukan implementasi pada Ibu hamil dengan solusio plasenta
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan

d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ibu hamil dengan solusio plasenta dalam
bentuk dokumentasi SOAP.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Teori
A. Definisi
Solusio Plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum
kelahiran janin1.
SolusioPlasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantsi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin lahir (Indriyani,
2011).
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat tertanamnya,
sebelum waktunya. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan serius pada kehamilan trimester
ketiga. Perdarahan akan tersembunyi, jika perdarahan dan bagian yang terlepas berasal dari
bagian tengah plasenta, dan akan terlihat dengan jelas jika bagian yang terlepas atau bagian
yang terkoyak berada ditepi plasenta (Varney,2006).

B. Klasifikasi
1. Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan lepasnya plasenta
kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih lemas sehingga bagian janin mudah di
raba. Tanda gawat janin belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vaginam.
2. Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat sampai dua pertiga bagian
dengan perdarahan sekitar 1000 cc. perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit di raba.
Janin sudah mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam
menunjukkan ketuban tegang. Tanda persalinan telah ada dan dapat berlangsung cepat
sekitar 2 jam.
3. Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dari dua pertiga bagian. Perut
nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba, perut sepertipapan. Janin sudah mengalami
gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak tegang.
Darah dapat masuk otot rahim, uterus Couvelaire yang menyebabkan Antonia uteri serta

2
perdarahan pasca partus. Terdapat gangguan pembekuan darah fibribnogen kurang
dari100-150 mg%. pada saat ini gangguan ginjal mulai nampak.
Tingkat keparahan abrupsio plasenta tanda klinis dan laboratorium terkait
perdarahan Kontraksi Frekuensi Tanda vital laboratorium
denyut jantung ibu
janin
Tingkat 1 Sedikit Peka rangsangan normal Tidak Normal
terpengaruh
Tingkat 2 Ringan Peka Masih dalam Denyut nadi ↑, Fibrinogen ↓
sampai rangsangan, ada bata toleransi tekanan darah
sedang kekauan atau stabil
kontraksi uterus
yang sering
Tingkat 3 Sedang Kontraksi Kematian Hipotensi Fibrinogen ↓
sampai parah, renjatan pada janin (<150 mg/dl),
tetapi uteri, nyeri dan trombositope
mungkin kaku pada niam faktor
tersembunyi abdomen pembekuan
(20%) darah
menurun

C. Tanda dan gejala


Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya mengklasifikasikan solusio
plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda renjatan,
janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma
lebih 150 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda prerenjatan, gawat janin
atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen
plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,
pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

3
(Prawirohardjo, 2013)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin : albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.
2. Darah : Hb menurun, pemeriksaan golongan darah, lakukan cross-match test karena pada
solusio plasenta sering terjadi hipofibrinogenemia.
3. Pemeriksaan USG : dapat ditemukan antara lain terlihat daerah terlepasnya plasenta,
janin dan kasndung kemih ibu, darah, serrta tepian plasenta
(Indriyani, 2011)
E. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah
diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi uterus
yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan adanya
kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak
sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan yang
terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih
dapat ditolong dengan penanganan yang baik.
Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan
proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh
karena itu, oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang
harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat.
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh
hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di

4
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus
solusio plasenta yang ditelitinya. Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil
cukup bulan ialah 450mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen
plasma kurang dari 100 mg% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme
gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadipembekuan
darah, disebut disseminated intravasculer clotting. Akibatnya ialah peredaran
darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu. Jadi pada fase I, turunnya kadar
fibrinogen disebabkan karenapemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga
coagulopathi consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan
tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler tersebut.Akibat
gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok, kerusakan jaringan pada alat-
alat yang penting karena hipoksia dan kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan
oliguria/anuria.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar
fibrinogen sehingga terjadi perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan
pembekuan darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun
diklinik pengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan yang terbaik
karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukanwaktu terlalu lama, sehingga
hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita saat itu.
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot Rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru atau
ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau
tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:

5
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
(Prawirohardjo, 2013)
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan solusio plasenta menurut WHO
1. Nilai pembekuan darah, jika gumpalan terbentuk setelah 7 menit atau gumpalan lunak
dan mudah rusak maka pertimbangkan terjadi koagulapati.
2. Lakukan transfusi terutama dengan darah segar
3. Jika perdarahan banyak (jelas/tersembunyi), lahirkan janin secepat mungkin:
a. Jika pembukaan servik telah lengkap, bantu kelahiran bayi menggunakan vacum.
b. Jika persalinan normal tidak segera terjadi maka lakukan seksio caesarea.
c. Dalam kasus solusio plasenta harus bersiap untuk terjadinya perdarahan post partum
4. Jika perdarahan ringan hingga sedang ( ibu tidak dalam keadaan bahaya), tindakan
tergantung pada denyut jantung janin:
a. Jika denyut jantung janin normal atau tidak ada:
1) Jika ibu dalam proses persalinan dan kontraksi uterus buruk, induksi persalinan
dengan oksitosin
2) Jika serviks belum matang (skor bishop ≤ 5) , lakukan seksio caesarea.
b. Jika denyut jantung janin tidak normal (< 100x/menit atau > 180x/menit):
1) Lakukan kelahiran pervaginam dengan cepat
2) Jika kelahiran pervaginam tidak memungkinkan, segera lakukan seksio caesarea.

6
Sumber: WHO, 2017

Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Solusio Plasenta
I. PENGKAJIAN
Tanggal/Jam Pengkajian :
Tanggal/Jam MRS :
Tempat Pengkajian :
Nama Pengkaji :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Usia ibu saat hamil <20 dan > 35 tahun meningkatkan resiko
solusio plasenta ringan dan berat 1.
Suku/Bangsa : resiko solusio plasenta ringan dan berat meningkat ras kulit
hitam 1 .
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan : Ekonomi rendah meningkatkan resiko solusio plasenta ringan
dan berat 1.
Alamat :
2. Keluhan Utama

7
Adanya keluhan perdarahan pervaginam disertai nyeri perut hebat, uterus lembek dan
adanya kontraksi kuat 1.
Solusio ringan tidak atau sedikit menunjukkan gejala, nyeri perut masih ringan dan
darah yang keluar masih sedikit, bagian janin masih teraba jelas().
3. Riwayat Kesehatan Klien
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita klien yang dapat mempengaruhi
atau memperberat/diperberat oleh kehamilannya. Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit
menular, penyakit menurun, dan penyakit menahun pada klien.
Penyakit/Kelainan sistem reproduksi :Adanya mioma di belakang plasenta
meningkatkan resiko solusio plasenta
(Prawirohardjo, 2013).
Penyakit kardiovaskuler : Kejadian solusio plasenta ringan meningkat pada
ibu dengan hipertensi gestasional, sedangkan
solusio berat pada ibu dengan hipertensi kronik,
preeklampsia ringan, preeklampsia berat dan
penyakit jantung bawaan 1. 44% kasus solusio
plasenta terjadi pada ibu yang memiliki
hipertensi3.
Penyakit darah : Anemia meningkatkan resiko solusio plasenta
ringan dan berat 1.
Penyakit paru-paru : Asma meningkatkan resiko solusio plasenta
ringan dan berat 1.
Penyakit saluran pencernaan :
Penyakit hati :
Penyakit Ginjal dan saluran kencing : Penyakit ginjal kronik meningkatkan resiko
solusio plasenta ringan dan berat 1
Penyakit endokrin :
Penyakit saraf :
Penyakit jiwa :
Penyakit sistem imunologi : Acquired antiphospholipid autoantibodies
(Prawirohardjo, 2013).

8
Penyakit infeksi : Korioamnionitis meningkatkan resiko solusio
plasenta ringan dan berat 1.
Riwayat alergi :
Riwayat pembedahan :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan keluarga atau etnisitas,
dan beberapa diantaranya berkaitan dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga
tersebut tinggal (Fraser & Cooper, 2009)
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM, hemofilia) menular (hepatitis,
TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung, asma)
Riwayat kehamilan kembar juga memiliki insidens lebih tinggi pada keluarga tertentu
(Fraser&Cooper, 2009)
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implementasi sebagai periode
sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari menstruasi yang biasa
ia alami (Varney, 2006).
Siklus : 28 + 2 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (Varney, 2006)
6. Riwayat Obstetrik
Adanya riwayat Solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya meningkatkan resiko
solusio plasenta (Prawirohardjo, 2013). Paritas ibu meningkatkan resiko solusio
plasenta (Indriyani, 2011)

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N
BB/ Abnor Pen KB
o suami anak UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK H M Laktasi
PB malitas y

9
7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama
pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan kehamilan.
8. Riwayat Kehamilan Saat Ini

Oligohidramnioin meningkatkan resiko solusio plasenta berat 1. Polyhidramnion


meningkatkan resiko perdarahan antara plasenta dan dinding uterus5. Kehamilan
ganda (gamelli) meningkatkan resiko solusio plasenta. Adanya trauma dapat
mengakibatkan solusio plasenta4.

9. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Terjadi penurunan nafsu makan

Eliminasi Oliguri (Prawirohardjo, 2013)

Istirahat

Aktivitas Adanya trauma seperti jatuh, kecelakaan, dan tendangan atau


pukulan pada perut meningkatkan resiko solusio plasenta5

Personal -
Hygiene

Kebiasaan - Kebiasaan minum alkohol, obat-obatan, merokok, narkoba


meningkatkan resiko solusio plasenta ringan dan berat 1

Seksualitas -

10. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Psikologi
b. Sosial

10
Ibu single beresiko mengalami solusio plasenta 46,6 % berat dan 39,9% ringan 1.
c. Cultural
Adanya tradisi urut perut dapat menyebabkan diskolasi plasenta dan meningkatkan
resiko solusio plasenta5.
d. spiritual

B. DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :mulai memburuk pada solusio plasenta berat
Kesadaran : Composmentis, pada solusio plasenta berat syok/kejang
Tanda Vital : Tekanan darah : hipotensi
Nadi : takikardi
Pernapasan : 16-24 x/menit
Suhu : 36,0 – 37,50C
(Prawirohardjo, 2013).
Antropometri : Berat Badan Sebelum Hamil:
Berat Badan Saat ini : resiko meningkat pada ibu dengan
nutrisi buruk (Indriyani, 2011)
Tinggi Badan : >145 cm
LILA : > 23,5 cm
Menurut WHO , standart BMI ialah sebagai berikut:
Kategori BMI
Rendah < 18,5
Normal 18,5 – 24,5
Overweight
25 – 29,9
(preobese)

Obesitas I 30 - 34,9

Obesitas II 35 – 39,9

2. Pemeriksaan Fisik

11
Inspeksi

Kepala :

Wajah : solusio sedang dan berat terlihat pucat

Mata : cekung, konjungtiva pucat pada solusio sedang dan berat


Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :Perut Membesar, ada striae gravidarum, ada linea, ada/tidak ada
bekas operasi SC.
Genetalia Eksterna :ada/tidak pengeluaran darah, biasanya berwarna
kehitaman/bergumpal. Pengeluaran darah tergantung pada
seberapa besar bagian plasenta yang terlepas. Tidak ada
pengeluaran darah dapat terjadi pada solusio plasenta
tersembunyi(Prawirohardjo, 2013).
Anus :
Ekstremitas : Ada/Tidak edema pada ekstremitas bawah. Adanya edema dapat
menjadi penyebab solusio plasenta karena preeclampsia
(Prawirohardjo, 2013).

Palpasi

Kepala :

Kulit :

Wajah :

Mata :
Telinga :
Hidung :

12
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen : Pada solusio plasenta ringan janin teraba jelas dan nyeri lokal
biasanya pada tempat hematom. Pada solusio sedang, nyeri perut
terus menerus. Pada solusio berat, perut sangat nyeri dan terasa
keras seperti papan,bagian janin tidak teraba jelas, TFU lebih tinggi
dari usia kehamilan jika pada concealed hemorrhage
(Prawirohardjo, 2013).
Genetalia Eksterna:
Anus :
Ekstremitas :

Auskultasi

Dada : Suara nafas

Bunyi jantung I dan II

Abdomen : Bising peristaltic usus

Denyut Jantung Janin (DJJ), pada solusio ringan masih normal.


Pada solusio sedang, mulai menunjukkan gawat janin dan pada
solusio plasenta berat tidak dapat terdengar akibat gangguan
anatomik dan fungsi plasenta (Prawirohardjo, 2013).

Perkusi

Dada :

Abdomen :

Ekstremitas : Pemeriksaan reflex

3. Pemeriksaan Penunjang

13
Darah : Hb, HT, fibrinogen. Pada solusio sedang dan berat mulai
menurun (Prawirohardjo, 2013).

Pemeriksaan USG : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel,
membedakan dengan plasenta previa(Prawirohardjo, 2013).
Tali pusat pendek merupakan predisposisi solusio plasenta
(Manuaba, 2010).

Pemeriksaan NST : mengkaji kelainan DJJ(Prawirohardjo, 2013).

Pemeriksaan VT : menilai dilatasi serviks untuk tindak lanjut persalinan.

Penggunaan color doppler: tidak terdapat sirkulasi darah aktif (Prawirohardjo, 2013).

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis :
G...Papah Usia Kehamilan..... Minggu dengan solusio plasenta
Janin Tunggal/ganda, hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin.

G : Gravida

P : Para -> a : aterm

p : premature

a : abortus

h : hidup ( Varney, 2006)

- Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa USG atau
dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan merupakan kehamilan
intrauterin.

Masalah : hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang dialami
klien yang ditemukan dari hasil

14
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagnosis Potensial pada Ibu:


1. Syok Perdarahan
2. Gagal ginjal
3. Gangguan pembekuan darah
Diagnosis Potensial pada Janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


1. Berikan cairan pengganti berupa NS/RL untuk restorasi cairan sebanyak500 ml dalam
15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama
R : pemberian cairan akan mengatasi syok (Indriyani, 2011)
2. Berikan transfuse dengan darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat
koagulapati.
R : Transfusi darah dapat mengatasi anemia (Indriyani, 2011)
3. Berikan Oksigenasi melalui kanula nasal
R : terapi oksigen dalam kegawatdaruratan berperan untuk mencukupi kebutuhan
oksigen yang adekuat (Asmadi,2009)

V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga
R : mengetahui keadaannya merupakan hak klien

2. Nilai pembekuan darah, jika gumpalan terbentuk setelah 7 menit atau gumpalan lunak
dan mudah rusak maka pertimbangkan terjadi koagulapati.
R:
3. Lakukan transfusi terutama dengan darah segar
R : Transfusi darah dapat mengatasi anemia (Indriyani, 2011)

15
4. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya

5. Jika perdarahan banyak (jelas/tersembunyi), lahirkan janin secepat mungkin8:


a. Jika pembukaan servik telah lengkap, bantu kelahiran bayi menggunakan vacum.
d. Jika persalinan normal tidak segera terjadi maka lakukan seksio caesarea.
e. Dalam kasus solusio plasenta harus bersiap untuk terjadinya perdarahan post
partum.
4. Jika perdarahan ringan hingga sedang ( ibu tidak dalam keadaan bahaya), tindakan
tergantung pada denyut jantung janin8:
a. Jika denyut jantung janin normal atau tidak ada:
1) Jika ibu dalam proses persalinan dan kontraksi uterus buruk, induksi
persalinan dengan oksitosin
2) Jika serviks belum matang (skor bishop ≤ 5) , lakukan seksio caesarea.
b. Jika denyut jantung janin tidak normal (< 100x/menit atau > 180x/menit)8:
1) Lakukan kelahiran pervaginam dengan cepat
2) Jika kelahiran pervaginam tidak memungkinkan, segera lakukan seksio
caesarea.

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang telah
disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 07 Oktober 2019


Waktu Pengkajian : 14.00 WITA
Tempat Pengkajian : RSUD
Oleh : Kelompok 3
S:
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. L Nama Suami : Tn. M
Umur : 18 tahun Umur : 19 tahun
Suku : Kutai Suku : Kutai
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Solong Durian A5
2. Alasan datang periksa/ keluhan utama
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
Ibu merasakan nyeri pada perutnya dan keluar darah berwarna merah kehitaman.

17
3. Riwayat kesehatan klien
Ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, ginjal,
asma, anemia dan penyakit lain yang kronis, yang dapat memperberat atau
diperberat oleh kehamilan, menular ataupun berpotensi menurun.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu dari Ny. L menderita penyakit hipertensi dan diabetes, tidak ada
memiliki riwayat penyakit hepatitis, jantung, asma, anemia, TBC, ginjal dan
penyakit lain yang menular ataupun berpotensi menurun, serta tidak ada riwayat
keturunan kembar.
5. Riwayat menstruasi
HPHT :15-01-2019
TP : 22-10-2019
Riwayat menstruasi teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari, setiap hari ganti
pembalut 2 – 3 kali, ada keputihan, usia pertama haid 14 tahun.
6. Riwayat obstetrik

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N U J BB/ Abnor- Lak
Suami Ank Peny Jns Pnlg Tmpt Peny H M Peny
o K K PB malitas tasi

1 Hamil ini

7. Riwayat kontrasepsi
Ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
8. Riwayat kehamilan sekarang
Ini merupakan kehamilan pertama ibu. Ibu memeriksakan kehamilannya
sebanyak 4 kali ke Puskesmas, 1 kali ke Praktik Mandiri Bidan dan 2x ke dokter untuk
melakukan USG. Selama hamil muda ibu mengeluh pusing dan mual. Ibu sudah
mendapat vaksin TT sebanyak 5 kali. Oleh bidan, ibu diberitahu untuk makan sedikit tapi
sering, makan makanan bergizi, dan kurangi makan nasi. Selama hamil, ibu masih
bekerja di swalayan dekat rumahnya. Dari hasil USG terakhir terlihat plasenta letak
corpus, ketuban cukup, janin tunggal dan intrauterine. Saat berada di tempat kerja pukul
11.00 WITA, Ibu tidak sengaja terpeleset dan jatuh tertelungkup. Saat darah mulai keluar,

18
Ibu hanya berusaha beristirahat. Namun, darah terus keluar hingga Ibu mengganti
pembalut 3x.
9. Data fungsional kesehatan
Data Saat di Rumah Saat di RS
Ibu makan 2x,pagi dan siang satu porsi Ibu belum makan dan minum
Nutrisi makanan (nasi, sayur, lauk pauk) dan
minum air putih 6-8 gelas/ hari.
Ibu BAK 4-5x/hari, berwarna kuning jernih, Ibu BAK 1x
konsistensi cair, tidak ada keluhan
Eliminasi
Ibu BAB 1-2x/minggu,ibu mengeluh sulit
buang air besar
Istirahat Ibu belum ada istirahat Ibu beristirahat 1 Jam
Ibu bekerja dan melakukan pekerjaan Ibu hanya berbaringditempat tidur
Aktivitas rumah tangga seperti mencuci dan
membersihkan rumah
Ibu mandi 2x/ hari, ganti baju 2x/ hari, ganti Ibubelum ada mandi
Personal hygiene
celana dalam > 4x/hari
Ibu tidak memiliki kebiasaan minum jamu Tidak ada
dan alcohol. Tidak merokok dan tidak
Kebiasaan
menggunakan narkoba serta tidak
memiliki heawan peliharaan di rumah.
Seksual 2-3x/ minggu Tidak ada

10. Riwayat psikososiokultural


a. Psikologis
Ibu cemas dengan keadaan bayinya. Kehamilan direncanakan dan dapat
diterima
b. Sosial
Ini merupakan pernikahan pertama ibu. Ibu menikah selama 9 bulan.
Status pernikahan sah. Suami dan keluarga senang dengan kehamilan ibu.
c. Kultural
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisis adat istiadat yang dapat
merugikan kesehatan ibu dan janinnya.
d. Spiritual

19
Tidak ada kebiasaan, mitos dan tradisis agama yang dapat merugikan
kesehatan ibu dan janinnya.

O:
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,7 0 C
Pernapasan : 20 x/menit
Antropometri
Berat badan sebelum hamil : 50 kg
Berat badan saat ini : 59 kg
2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : simetris, bersih, warna rambut hitam, tidak ada lesi, distribusi rambut merata,
tidak teraba benjolan/massa.
Wajah : simetris, tidak ada kloasma gravidarum, tidak pucat, tidak teraba
benjolan/massa, tidak teraba oedem.
Mata : simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, tidak
ada pengeluaran kotoran, penglihatan jelas, tidak ada kelainan, tidak teraba
oedema pada kelopak mata.
Telinga : simetris, tidak ada serumen yang berlebihan dan tidak berbau.
Hidung : simetris, tidak ada polip, tidak ada kelainan bentuk, kebersihan cukup, tidak
ada pernapasan cuping hidung.
Mulut : simetris, bibir berwarna merah muda, bibir lembab, tampak bersih, tidak
stomatitis ataupun caries, gigi geraham lengkap, lidah bersih, lidah tremor.
Leher : tidak ada hiperpigmentasi, tidak teraba pembesaran pada vena jugularis,
kelenjar limfe, dan kelenjar tiroid.

20
Dada : simetris, tidak ada retraksi, tidak ada alat bantu otot pernapasan, terdengar
suara nafas vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan.
Payudara : simetris, bersih, ada hiperpigmentasi pada aerolla mammae, putting susu
menonjol, tidak teraba massa/oedem, tidak ada pengeluaran asi, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe.
Abdomen : ada pembesaran, ada striae livide, ada linea nigra, tidak ada luka bekas
operasi Seksio Caesaria
Tinggi Fundus Uteri 34 cm
Uterus teraba lunak dan teraba kontraksi 1x10’ durasi 20”
Leopold I pada fundus teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang
melenting.
Leopold II teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah
kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin.
Leopold III pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan melenting. Bagian
terendah masih dapat digoyangkan.
Leopold IV tidak dilakukan.
TBBJ : (34-11) x 155 = 3565 gram
Denyut jantung janin terdengar di kuadran kanan bawah frekuensi 142
x/menit, irama teratur dan tidak terdengar lebih dari satu punctum
maksimum.
Genetalia : vulva dan vagina berwarna merah, kebersihan cukup, tampak
pengeluaran darah kehitaman, tidak ada varices, tidak ada edema, tidak
ada flour albus, tidak ada kondiloma.
Anus : tidak dilakukan
Ekstremitas : ekstremitas atas simetris,tidak adalesi, tidak ada oedema dan cavilari
refil kembali dalam waktu ≤ 2 detik, reflek bisep trisep (+).
ekstremitas bawah simetris, tidak adalesi, tidak ad avarices, tidak ada
oedema, cavilari refill kembali dalam waktu ≤ 2 detik, reflek patella (+),
reflek babinski (+) dan homan sign (-).
3. Pemeriksaan Penunjang

21
VT : Tidak ada pembukaan, portio tebal kaku, ketuban utuh, presentasi belakang kepala,
denominator Ubun- ubun kecil depan, tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat
disekitar presentasi terbawah janin, penurunan kepala Hodge I. Skor Bishop
Pemeriksaan laboratorium
a. Protein Urin : (-)
b. Haemoglobin : 11,2 gr%
c. Albumin, Ht,Fibrinogen
A
Diagnosis : GIP0000 Usia kehamilan 37 minggu 6 hari dengan solusio plasenta
Janin tunggal, hidup, intrauterin
Masalah : Ibu cemas dengan janinnya
Diagnosis Potensial : Syok hipovolemik, anemia, gagal ginjal, koagulapti,Fetal distress,
IUFD
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Pemasangan infuse, Pemberian transfuse darah
P
Tanggal/ jam Pelaksanaan Paraf
07 Oktober Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu
2019/ mengalami solusio plasenta atau ari ari yang terlepas
14.15 WITA sebelum janin lahir. Untuk saat ini keadaannya dan janinnya
baik-baik saja. Namun, hal ini dapat membahayakan ibu dan
janin apabila tidak diatasi dengan segera; ibu mengerti
penjelasan yang diberikan.
14.20 WITA Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kemungkinan bayi
akan segera dilahirkan saat di rumah sakit karena keadaan
ini merupakan gawat darurat yang harus segara ditangani
agar ibu dan bayi selamat ; ibu dan keluarga mengerti
penjelasan yang diberikan.
14.25WITA Melakukan Kolaborasi dengan dokter ; lakukan pemantauan
dengan CTG, persiapkan transfuse darah, persiapkan ruang
operasi, lahirkan bayi secara Sectio caesarea, observasi TTV,

22
DJJ dan His.
14.30 WITA . Meminta persetujuan ibu dan keluarga dalam bentuk
inform konsen dan inform choice; ibu dan keluarga bersedia
menandatangani.
15.00 WITA Mengobservasi TTV, DJJ dan His;TD: 100/70,N: 80,RR: 20,
T: 36,70C, His : 1x10’ durasi 20”,DJJ: 138x/menit

15.30 WITA Mengobservasi TTV, DJJ dan His;TD: 100/70,N: 81,RR: 20,
T: 36,70C, His : 1x10’ durasi 20”,DJJ: 130x/menit
16.00WITA Mengobservasi TTV, DJJ dan His;TD: 110/70,N: 80,RR: 18,
T: 36,70C, His : 1x10’ durasi 20”,DJJ: 136x/menit
16.30 WITA Mengobservasi TTV, DJJ dan His;TD: 100/70,N: 82,RR: 24,
T: 36,70C, His : 1x10’ durasi 20”,DJJ: 126x/menit
Memasang kanula nasal 2L;
17.00WITA Mempersiapkan pasien untuk tindakan sectio caesarea;
pasien sudah siap.
17.15 WITA Mengantarkan pasien ke ruang operasi

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Analisa diagnosa kebidanan menurut hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu mengalami
solusio plasenta ringan dengan kondisi ibu dan janin yang masih baik.
2. Diagnosa potensial kasus ini adalah IUFD.
3. Tindakan segera yang akan dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter untuk melahirkan
bayinya.
4. Dari seluruh rangkaian asuhan yang diberikan penulis pada klien dapat dievaluasi bahwa
ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dari masa kehamilan,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga pengetahuan ibu dan keluarga semakin
bertambah.
5. Dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. S sejak hamil, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir dalam bentuk laporan kasus studi kasus.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
a. Meningkatkan pemberian materi dan studi laboratorium mengenai asuhan kebidanan
baik pada ibu hamil dan bersalin khususnya dengan kasus solusio placenta

24
b. Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan kesehatan guna
memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktik mengenai asuhan
kebidanan baik untuk kehamilan dan persalinan khususnya dengan kasus solusio
placenta, sehingga mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir serta nifas.
b. Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ananth V., Cande, dkk. 2016. Severe Placenta Abruption: Clinical Definition and
Assositions With Maternal Complications. American Journal Of Obstetric.
2. Asmadi. 2009. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
3. Gul, Seema,dkk. 2017. Risk Factors and complications of placental abruption among
patients presenting with antepartum hemorrhage.
4. https://www.mayoclinic.org/disease-conditions/placental-abruption/symptomps-cause/syc-
20376458 diakses tanggal 05 oktober 2019 pukul 13.10 WITA
5. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/placental-abruption diakses tanggal
05 oktober 2019 pukul 13.20 WITA
6. Indriyani. 2011. Buku Ajar Kebidanan. Jakarta : Trans Info Medika.
7. Prawirohardjo,Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
8. World Health Organization. 2017. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth : A
Guide For Midwives and Doctors. Malta

25
26

Anda mungkin juga menyukai