Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi manusia. Dapat dipastikan
manusia tidak dapat hidup tanpa adanya air. Sedangkan fungsi air untuk keperluan
kita sehari-hari cukup banyak sekali, seperti untuk mencuci, mandi, minum dan
kebutuhan lainnya.
Seperti biasanya, manusia untuk memenuhi keperluan air, mereka harus
menimba dari sumur atau dari sungai. Maka dengan adanya pompa yang
digerakkan oleh listrik maka pekerjaan penyediaan air akan sedikit berkurang.
Dengan adanya pompa ini, maka dengan mudah kita memperoleh kebutuhan air
tanpa harus menimba dari sumur atau dari sungai.
Pada saat ini telah tersedia pompa air yang digerakkan oleh motor listrik.
Dengan adanya pompa yang digerakkan oleh motor listrik maka penyediaan dan
penyaluran air akan makin praktis. Air dari sumur atau dari sungai dipompakan ke
tempat (bak penampungan) yang terletak pada ketinggian tertentu. Dari bak
penampungan air tersebut disalurkan dengan menggunakan gravitasi bumi melalui
pipa-pipa penyaluran ke tempat konsumen, sehingga untuk keperluan air cukup
dilakukan dengan membuat kran air yang telah tersedia.
Pengoperasian pompa dapat dilakukan dengan cara otomatis dengan
menggunakan motor listrik sebagai pompa. Pemompaan air dengan menggunakan
motor listrik secara otomatis artinya motor akan memompa air dengan sendirinya
pada saat dibutuhkan dan akan berhenti apabila tidak diperlukan lagi.

1.2.Tujuan
1. Mahaiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol pusat air
kotor baik secara otomatis maupun secara manual.
2. Mahaiswa dapat memahami dan mengerti cara merangkai suatu rangkaian
kontrol pusat pemompaan air kotor.

1
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari setiap peralatan yang
digunakan pada rangkaian kontrol pusat pemompaan air kotor.
4. Mahaiswa daapat mencari kesalahan/troubleshooting pada rangkaian
kontrol pusat pemompaan air kotor dan dapat memperbaiki.
5. Mahaiswa dapat menganalisa sistem kerja rangkaian serta dapat
menyimpulkannya dalam bentuk suatu laporan.

1.3. Sumber Data


Untuk menunjang tersusunnya laporan bengkel semester VI ini penulis
mengambil data dari kegiatan praktik bengkel listrik dan teori yang telah penulis
dapatkan serta data-data dari buku-buku yang berhubungan dengan kegiatan
praktik bengkel listrik termasuk juga PUIL. Keseluruhan sumber data tersebut
merupakan pedoman bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan ini.

1.4.Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis terapkan dalam menyusun laporan bengkel
listrik ini adalah :
1. Metode Eksperimen
Di sini penulis mengambil metode penulisan berdasarkan analisa
rangkaian dari hasil praktek.
2. Metode Literatur
Di sini penulis mengambil metode penulisan berdasarkan buku-buku yang
berkaitan selama penulis melaksanakan praktik bengkel listrik dan juga dari
petunjuk-petunjuk serta bimbingan instruktur bengkel listrik.

1.5. Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penyusunan praktik laporan bengkel ini meliputi
latihan instalasi penerangan, maintenance dan kontrol pada bengkel listrik pada
semester VI dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL).

2
1.6.Sistematika Penulisan
Sistematika yang penulis pakai dalam penyusunan laporan ini berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam penyusunan selayaknya sebuah laporan. dijumpai pada
waktu praktikum. Adapun sistematika penulisan laporan Praktikum bengkel
teknologi listrik pada semester enam ini adalah :
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sumber Data
1.4 Metode Penulisan
1.5 Ruang Lingkup
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II DASAR TEORI
2.1Ketentuan Umum
2.2 Penggunaan Kabel
2.3 Tegangan Kerja
2.4 Peralatan dan Bahan yang Digunakan
BAB III DAFTAR PERALATAN DAN LANGKAH KERJA
3.1 Daftar Bahan
3.2 Daftar Alat
BAB IV GAMBAR RANGKAIAN
4.1 Single Line Diagram Rangkaian Kontrol
BAB V ANALISA
5.1 Posisi Manual
5.2 Posisi Automatis
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Ketentuan Umum
Peralatan dan bahan listrik yang digunakan untuk keperluan pemasangan
instalasi Listrik pada semester VI ini adalah bahan atau peralatan yang telah
disetujui untuk digunakan oleh konsumen dan telah memakai standar ISO.
Peralatan yang akan digunakan harus dipasang dengan benar sesuai dengan
penggunaan peralatan tersebut. Peralatan tersebut haruslah mempunyai pengaman
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi hubung singkat dan terjadi arus yang
sangat besar tidak dapat membahayakan ataupun menyebabkan peralatan tersebut
menjadi rusak, oleh karena itu harus dipasangnya pengaman salah satunya adalah
FUSE ataupun MCB.
Peralatan yang akan dipasang haruslah mengikuti peraturan dari pada
PUIL sehingga apabila terjadinya kerusakan kita dapat mengantisipasi kerusakan
tersebut dengan cepat. Salah satu contoh yaitu penandaan kabel yang akan dipakai
(Untuk fasa R = Merah, S = Kuning, T = Hitam, Netral = Biru, PE = Kuning-
Hijau), Dan juga dalam pemasangan peralatan harus diperhatikan pula
penempatan peralatan, sehingga apabila adanya pemeliharanan ataupun kerusakan
dapat dilakukan dengan mudah dan aman.

2.2. Penggunaan Kabel


Pemasangan kabel atau kawat berisolasi dipasang secara vertikal maupun
horizontal (pasal 740 A8). Penempatan kabel haruslah diperhitungkan untuk
rangkaian kontrol biasanya menggunakan kabel 1,5 mm2, untuk motor 2,5 mm2,
power supply 6 mm2. kabel tersebut harus cukup terlindungi dari kerusakan
mekanis maupun termal dengan cara memasukkan kabel kedalam pipa atau
pelindung lainnya.

4
2.3. Tegangan Kerja
Tegangan kerja bekerja dengan tegangan nominal, seperti yang disebutkan
dalam PUIL 77 bab T13. tegangan kerja adalah tegangan yang mendasari
perencanaan pembuatan suatu peralatan yang harus sesuai dengan karakteristik
kerja. Tegangan kerja yang dimaksudkan adalah tegangan antara penghantar pada
sebuah sistem. Adapun batas
Tegangan maksimum yang di izinkan yang bekerja secara terus – menerus
± 15 % dari tegangan kerja.

2.4. Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan


Dalam melaksanakan praktek bengkel semester VI ini praktek bengkel
kontrol pompa pembuangan air limbah ini menggunakan beberapa peralatan dan
bahan listrik, diantara lain :

2.4.1. Motor Induksi 3 Phasa


Motor induksi adalah jenis motor arus bolak-balik yang banyak digunakan
karena kesederhanaannya dan mudah dioperasikan motor induksi tidak punya
rangkaian penguat terpisah. Cara kerjanya sama dengan trafo yaitu
menginduksikan tegangan dan arus ke dalam rangkaian medannya. Pada dasarnya
induksi yang terjadi pada motor induksi dipengaruhi oleh kecepatan mesinnya.
Bila kumparan stator diberi tegangan tiga fasa, maka akan timbul induksi
(fluks) medan putar yang membentuk kutub U dan S yang berputar sepanjang
permukaan stator fluks tersebut memotong batang-batang konduktor jangkar
karena motor merupakan rangkaian tertutup sehingga akan timbul induksi pad
akonduktornya. Dengan mengalirkan arus jangkar pada konduktor maka akan
timbul gaya yang kemudian menimbulkan kopel dan motor berputar. Motor
induksi biasanya beroperasi pada putaran mendekati kecepatan singkron, tetapi
tidak pernah beroperasi tetap pada kecepatan sinkron.
Motor Induksi 3 phase bekerja dengan memanfaatkan perbedaan fasa
sumber untuk menimbulkan gaya putar pada rotornya. Jika pada motor AC 1
phase untuk menghasilkan beda phase diperlukan penambahan komponen

5
Kapasitor (baca disini), pada motor induksi 3 phase perbedaan phase sudah
didapat langsung dari sumber seperti terlihat pada gambar arus 3 phasa berikut ini:

Gambar 2.1 Grafik arus 3 fasa

Pada gambar di atas, arus 3 phase memiliki perbedaan phase 60 derajat


antar phasenya. Dengan perbedaan ini, maka penambahan kapasitor tidak
diperlukan.

1. Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi tiga fasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan
rotor, bagian rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit
(air gap) dengan jarak antara 0,4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga
fasa berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam yaitu rotor belitan
(wound rotor) adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan
yang sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai (Squirrel-cage rotor)
yaitu tipe motor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan
logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi,
kemudian setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga membuat batangan logam
terhubung singkat dengan batangan logam yang lain.

6
Gambar 2.2 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa

Gambar 2.3 Sistem kerja Motor Pompa

Gambar 2.4 Gambar Name Plat Motor Pompa

7
2. Slip Motor Induksi

Motor induksi mempunyai belitan stator yang dihubungkan dengan jala-


jala dan stator timbul medan putar yang kecepatan putarnya adalah
S = 120 f/P ………………………………………………………….. (2.1)
Keterangan : f = frekwensi jala-jala
p = jumlah kutub
S = kecepatan sinkron
Agar pada motor induksi terjadi imbas, maka kecepatan rotor harus
berbeda dengan kecepatan medan stator, beda kecepatan medan stator dengan
kecepatan medan rotor tersebut dengan slip. Slip dapat dibagi menjadi tiga bagian:
1. Slip absolut : S = S – Sr (rpm)
2. Slip pecahan : S = (S-Sr) / S
3. Slip persen : S = (S-Sr) / S x 100%
Sehingga kecepatan rotornya didapat :
Sr = S (1-S) = 120 . f / P (1-S) ………………………………………. (2.2)

3. Frekuensi Arus Rotor

Waktu rotor masih dalam keadaan diam maka slip = 1 motor sama dengan
trafo, lilitan stator sebagai primer sedangkan lilitan rotor sebagai skunder, yang
mana frekwensi arus bocor sama dengan frekwensi jala-jala.

f2 = f1

Karena motor induksi mempunyai slip, sehingga dapat dipakai untuk


merubah frekwensi.
Bila rotor telah berputar dengan slip (S), maka :
f2 = f1 . S ……………………………………………………… (2.3)

4. Torsi Motor Induksi


Dalam kawat rotor mengalir arus induksi, karena di dalam medan magnet
ada arus, sehingga kawat akan menimbulkan gaya lorenz dan torsi yang akan

8
menyebabkan rotor berputar, arah putaran dapat ditentukan dengan menggunakan
tangan kiri.Torsi di sini dihasilkan dari tegangan dan arus gap.
Mesin terbagi dua bagian yatiu stator dan rotor, menurut bentuk rotor
motor induksi terbagi atas :
1. Motor induksi rotor sangkar
2. Motor induksi motor lilit
Belitan stator untuk keduanya adalah sama, tiga bagian fasanya dapat
dibentuk bintang dan segitiga.
Rotor bentuk sangkar teriri dari bintang konduktor yang kedua ujungnya dihubung
singkat dengan ring, rotor lilit tersebut belitan kawat-kawat terpasang pada alur-
alur yang miring terhadap poros, belitan tersebut srupa dengan belitan stator tetapi
dalam hubungan bintang untuk hubungan rangkaian luar terdapat tiga pasang
cincin geser dan sikat biasanya dipakai untuk tahanan starting.

5. Operasi motor induksi


Motor induksi merupakan salah satu motor listrik yang paling praktis
dalam penggunannya, untuk motor induksi rotor sangkar operasinya memerlukan
sebuah saklar dan untuk motor induksi jenis belitan diperlukan langkah
selanjutnya setelah saklar masuk yaitu pengaturan tahanan rotor.
Untuk motor induksi rotor sangkar ukuran besar diperlukan rangkaian
starting dengan saklar lain, seperti tahanan luar, bintang segitiga,
autotransformator, reactor starting dan direct on line.

6. Operasi motor induksi sistem DOL


DOL (direct on line) adalah suatu sistem pengoperasian motor listrik yang
disambung langsung ke jala-jala tanpa starting bintang segitiga atau tahanan luar.
Pengoperasian jenis ini biasanya dilakukan pada motor dengan daya yang kecil
yaitu lebih kecil dari 3 HP.

9
Gambar 2.5. Rangkaian pengasutan Direct On Line (DOL)

Rangkaian kendalinya disuplai dari tegangan 220 Volt. Pada saat tombol
start S2 ditekan arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – K1. Kontaktor megnetik 1
(K1) bekerja, kontak bantu K1 (NO) menutup dan motor terhubung pada saluran.
Untuk selanjutnya, arus akan mengalir melalui F2 – S1 – Kontak bantu K1 – K1.
Pengasutan ini digunakan untuk motor-motor berdaya kecil. Pada cara ini
motor dapat diasut pada tegangan saluran penuh dengan menggunakan penstart
saluran yang dilengkapi dengan Relay termis beban lebih. Cara ini dapat
menghasilkan kopel start yang lebih besar mengingat kopel motor induksi
berbanding lurus dengan kuadrat tegangan yang dikenakan. Kelemahan
pengasutan cara ini adalah dapat menghasilkan arus start yang besar, karena itulah
hanya digunakan untuk motor-motor yang berdaya kecil.

7. Starting dengan perubahan hubungan Bintang Delta


Pengoperasian dengan hubungan bintang-delta hanya dilakukan pada
motor yang hubungan delta, dengan cara ini maka tegangan masuk ke setiap
belitan = 1/3 x tegangan nominal dan arus start turun menjadi 1/3 kopel arus
nominal. Start dengan bintang delta dilakukan pada motor dengan di atas 5 HP.

10
Gambar 2.6. Rangkaian start motor star/bintang – delta/segitiga

Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini disuplai oleh tegangan 220
Volt. Cara kerjanya : jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir melalui F2 – S1 –
S2 – kontak bantu timer T (NC) – kontak bantu K3 – K1. Kontaktor magnetik 1
(K1) bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang. Saat itu juga kontak
bantu K1 (NC) membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup sehingga arus
mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu K1 (NO) – K2. Kontaktor magnetik
2 (K2) bekerja dan motor terhubung pada sumber tegangan. Pada saat yang sama
kontak bantu K2 (NO) menutup dan timer T bekerja. Setelah t detik kontak bantu
T (NC) membuka sehingga K1 tidak dilewati arus (K1 tidak bekerja), kontak
bantu T (NC) menutup, arus mengalir melalu F2 – S1 – kontak K2 (NO) – kontak
bantu T (NO) – kontak bantu K1 (NC) – K3. Kontaktor magnetik K3 bekerja,
motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1 digunakan untuk melepaskan
motor dari sumber tegangan.
Pada pengasutan ini selama periode start lilitan motor akan berada dalam
hubungan bintang dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke hubungan

11
lilitan delta. Dengan cara ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga
kali saja dibandingkan bila motor langsung terhubung delta
Dengan pengasutan cara ini, kenaikan arus start dapat dibatasi hingga
sepertiga kali saja dibandingkan bila lilitan motor langsung terhubung delta.

8. Starting dengan menggunakan tahanan luar


Start ini hanya dapat dilakukan pada motor induksi rotor lilit yaitu dengan
menghubungkan tahanan luar tersebut pada rotor dengan menggunakan saklar.

2.4.2. Push Button


Push botton adalah saklar yang digunakan untuk mengoperasikan peralatan
listrik yang membutuhkan tegangan sesaat. Pada pengoperasiannya, seperti untuk
mengoperasikan saklar impuls, staircase, kontaktor dan sebagainya.
Pengoperasian saklar ini dengan menekan tombol sehingga rangkaian akan
terhubung dan jika dilepaskan maka rangkaian akan kembali terputus. Dalam hal
ini saklar tekan mempunyai kontak tekan NO dan NC.
Pada saat tombolnya dioperasikan maka kontak NO akan menutup
sedangkan kontak NC membuka, dan saat dilepaskan NO membuka dan kontak
NC menutup seperti semula.

Gambar 2.7 Push Button

2.4.3. Saklar Pilih (Selector)


Saklar ini biasanya dinamakan saklar sandung atau saklar berurut, saklar
ini jarang dipakai dan digunakan untuk rangkaian-rangkaan penerangan tetpai
sering digunakan untuk rangkaian-rangkaian pengatur tenaga.
Saklar pilih terdiri dari sebuah proses yang dapat berputar satu atau lebih
piringan. Pada piringan ini terdapat lekuk-lekuk dan pada porosnya dipasang alat

12
pelayanan. Pada saklar pilih yang berputar adalah porosnya, kontak-kontaknya
juga ikut berputar sebab umumnya sangat panjang, dengan menambah
penempatan piringan-piringan pada porosnya maka di sini dapat diperoleh
berbagai kombinasi hubungan.

Gambar 2.8Gambar dan Simbol Saklar Pilih

Beberapa kombinasi variasi yang dapat dilakukand ari saklar pilih adalah :
a. Penguncian terhadap pemutaran balik, saklarnya hanya dapat diputar ke satu
arah saja.
b. Saklar dengan kunci, saklarnya dilengkapi dengan kunci silinder, sehingga
dapat dikunci pada kedudukan tertentu atau pada semua kedudukan.
c. Penguncian timbal balik sepanjang saklar, saklar yang satu hanya dapat diputar
apabila kedudukan saklar, saklar yang satu hanya dapat diputar aapbila
kedudukan saklar yang lain memungkinkan atau sebaliknya.

2.4.4. Saklar Aliran (Flow Switch)


Flow switch adalah suatu saklar yang bekerja berdasarkan aliran udara atau
zat cair lainnya, dan biasanya saklar ini dipasang dalam pipa. Flow switch
mempunyai kontak NO dan NC.

13
Gambar 2.9 Saklar Aliran

Prinsip kerja dari flow switch ini adalah berdasarkan aliran, saklar ini sering
dipasang pada pompa yang ditempatkan dalam pipa atua dimana-mana ada aliran
udara atau air.
Kontak NO akan menutup bilamana ada suatu aliran yang melintasi flow
switch tersebut, sebaliknya kontak NC akan membuka. Jika alirannya tidak
adalagi melewati flow switch maka kotaknya akan kembali seperti semula.

2.4.5. Saklar Pembatas (Limit Switch)


Sakelar pembatas merupakan sakelar yang berfungsi untuk pembatasi kerja
suatu peralatan listrik. Sakelar ini biasanya dipasang pada bagian-bagian mekanik
peralatan listrik.

LS LS

NO NC

Gambar 2.10Bentuk dan Simbol Saklar Pembatas

Saklar akan bekerja menghubungkan atau memutuskan suatu rangkain


listrik, bila bekerja suatu peralatan telah mencapai batas yanh diizinkan, dimana
bagian mekanik peralatan menyentuh dan menekan kontak sakelar, sehingga
saklar terhubung atau terputus sesuai yang diinginkan.

14
2.4.6. Saklar Pelampung (Float Switch)
Sakelar pelampung merupakan sakelar khusus, karena tidak semua
rangkaian menggunakan sakelar jenis ini. Saklar ini biasanya digunakan untuk
mengontrol ketinggian atau level dari suatu zat cair, seperti air.
Saklar pelampung ini ditempatkan pada suatu tangki atau bak yang berisi zat
cair. Pada saat zat cair mencapai ketinggian tertentu yang melebihi dari
pelampung, maka akan menyebabkan kontak dari sakelar pelampung terhubung.
Sedangkan apabila zat cair tersebut berkurang maka akan menyebabkan
pelampung turun, dengan demikian anak kontaknya akan kembali terlepas
sehingga menyebabkan rangkaian terputus.

2.4.7. Saklar Impuls


Saklar impuls adalah saklar yang bekerja berdasarkan impuls yang
diberikan secara sesaat dengan menggunakan tombol tekan, pada dasarnya impuls
mempunyai empat terminal, dimana dua terminal dengan notasi A1 dan A2
menandakan untuk terminal masukan sumber koil magnet dan dua notasi 1 dan 2
menandakan anak kontak impuls untuk mengoperasikan beban.

Gambar 2.11 Saklar Impuls

Dari Gambar 2.8 diatas terlihat pada saklar impuls hanya mempunyai satu
anak kontak saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsinya sama dengan
saklar tunggal hanya prinsip kerjanya saja yang berbeda.

15
N
PE
L1

Gambar 2.12 Diagram pengawatan untuk Saklar Impuls

Sistem pengaturan sebuah lampu dengan mengunakan saklar impuls


dengan dua buah tombol tekan yang disusun secara paralel. Selain itu kondisi
lampu akan berubah ON atau OFF bila tombol ditekan, jadi prinsip kerjanya
saklar akan berubah pada setiap impuls yang diberikan. Disini saklar impuls
mempunyai dua posisi kontak yaitu kontak On pada impuls pertama dan kontak
OFF pada impuls kedua. Lamanya pengoperasian dari kontak tekan tidak
mempengaruhi sistem kerjanya. Jadi kesimpulannya lampu diatas dapat
dioperasikan dari dua tempat dengan bantuan dua buah tombol tekan.

2.4.8. MCB (Miniature Circuits Breaker)


MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan
komponen thermis (bimetal) dan juga dilengkapi relay elektromagnetik berfungsi
sebagai alat proteksi pada instalasi listrik yang berfungsi utuk membatasi arus
sehingga terlindung system kelistrikan dari kerusakan. Secara rinci fungsi mcb
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk membatasi besar arus yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik,
sehingga MCB berfungsi sebagai pengaman.
b. Akan berfungsi jika arus listrik yang mengalir pada rangkaian melebihi
ketetapannya (beban lebih atau terjadi hubung singkat). Karena dilengkapi
dengan pengaan thermis dan elektromagnetis (pengaman termis berfungsi

16
untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis
berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat).

Besarnya ditentukan oleh daya yang terpasang dan tegangan yang ada
(berdasarkan besarnya arus yang mengalir).
MCB dapat digolongkan menjadi lima jenis berdasarkan penggunaaan dan daerah
kerjanya, yaitu :
1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk pengaman
rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitifterhadap tegangan.
2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk mengamankan
alat-alat rumah tangga.
3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan


MCB/MCCB diantaranya adalah:
a. Tegangan nominal MCB/MCCB harus lebih besar atau sama dengan
tegangan sistem
b. Arus nominal MCB/MCCB harus lebih besar dari arus beban
c. Arus nominal MCB/MCCB harus lebih kecil dari arus kha kabel
d. Frekuensi MCB/MCCB harus sama dengan frekuensi sistem

17
Gambar 2.13 Kontruksi MCB

Jenis – jenis dari MCB ditinjau dari jumlah kutub.

3 phasa 2 phasa 1 phasa

Gambar 2.14MCB (3,2 dan 1 phasa)

Berdasarkan PUIL 1987 pasal 520 E.23, maka setelan tertinggi untuk suatu
pengaman rangkaian tenaga akibat hubung singkat adalah seperti Tabel 2.1
berikut ini:

Tabel 2.1 Nilai pengenal atau setelan tertinggi gawaiproteksi sirkit motor terhadap
hubung pendek.
Prosentase arus beban penuh
Jenis Motor
Pemutus tenaga Pengaman lebur
Motor sangkar/serempak dengan 250 400
pengasutan bintang segitiga, DOL,
reactor, tahanan dan motor satu fasa.
Motor sangkar/serempak dengan 200 400
pengasutan autotrafo atau motor
sangkar reaktansi tinggi

18
Motor rotor lilit atau motor arus searah 150 400
(DC)

2.4.9. TORL (Thermal Over Load Relay)


Thermal over load relay merupakan pengaman yang mengamankan suatu
Kesalahan atau memutuskan hanya bagian yang terjadi kesalahan. Thermal over
load relay digunakan untuk melindungi motor terhadap panas Yang berlebih yang
disebabkan oleh beban lebih atau kegagalan pengasutan.Thermal over load relay
dipasang seri dengan kontaktor, dayanya dan penyetelan Arus pada thermal over
load relay sama dengan arus maksimum (arus nominal) Dari motor yang
dimaksudkan sesuai dengan PUIL 87 pasal 520 D3. Bila arus yang melewati pada
suatu thermal over load relay melebihi arus nominal Motor dalam selang waktu
beberapa detik akan bekerja tergantung dari perbandingan arus yang mengalir
dengan arus nominal.
Thermal over load relay bekerja disebabkan :
1. Beban lebih yang terus menerus dan kerjanya yang sering.
2. Naik turunnya tegangan yang berlebihan sehingga mengakibatkan panas
3. Frekuensi penggunaan saklar yang tinggi.

Gambar 2.15 Bentuk Thermal Overload Relay (TOLR)

19
Thermal Overlaod terdapat reset mekanis yang berfungsi untuk
mngembalikan kedudukan kontak ke posisi semula, serta riset pengatur batas arus
trip.
1 3 5
95 97

2 4 6

96 98

Gambar 2.16 Simbol dan Kontak-kontak TOLR

2.4.10. Kontaktor
Kontaktor termasuk jenis saklar yang digerakkan dengan magnet.
Peralatan ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik,
sedangkan cara kerjannya berdasarkan elektro magnetic, maka kontaktor sangat
cocok digunakan sebagai saklar yang beroperasi secara otomatis.
Pada dasarnya kontaktor magnet ini terdiri dari beberapa bagian utama :

a. Belitan magnet (magnet coil)


Belitan magnet berfungsi untuk menghidupkan / mengoperasikan anak
kontak yang ada pada kontaktor. Apabila belitan tersebut diberi tegangan, maka
akan timbul medan magnet yang terbentuk, ini akan menimbulkan gaya
20arikelektromagnetik, akibatnya anak-anak kontak dari kontaktor akan berubah
posisinya dari posisi semula. Dari posisi terbuka menjadi tertutup dan sebaliknya
dari posisi tertutup menjadi terbuka. Belitan magnet ini mempunyai rating
tegangan dari 220V – 380V /50Hz. Atau lebih dari itu.

b. Kontak utama (main kontak)


Kontaktor magnet mempunyai kontak utama yang digunakan untuk
menghubungkan rangkaian beban dengan sumber tegangan. Kontak utama terdiri
dari tiga buah kontak normal. Ketiga kontak tersebut bekerja secara bersamaan
yakni setelah belitan magnet diberi erus akan timbul gaya 20arik elektromagnetik,
maka akan menarik anak kontak tersebut.

20
c. Kontak Bantu (auxiliary contack)
Kontak Bantu ini mempunyai kontak normal terbuka dan tertutup yang
berfungsi sebagai hubungan rangkaian control sedangkan Jumlah kontak bantu
tersebut tergantung dari jenis kontator tersebut.

1 3 5 13 23 31
A1 21

2 4 6 A2 14 22
24 34 32

Gambar 2.17 Simbol Kontaktor

keterangan : A1 – A2 = Terminal belitan magnet


 1, 3, 5, = Kontak utama input AC
 2, 4, 6 = Kontak utama untuk beban
 13, 14 = Kontak Bantu NO
 11, 12 = Kontak Bantu NC
 21, 22 = Kontak Bantu NC
 23, 24 = Kontak Bantu NO

Gambar 2.18 Kontaktor

2.4.11. Relay
Relay penunda fungsinya adalah untuk memudahkan kerja dari rangkaian
pengontrolnya dalam waktu tertentu menurut setting waktu yang dilakukan yang

21
bekerja secara otomatis, misalnya untuk rangkaian kontrolnya hubungan bintang
segitiga (Y-D). untuk memindahkan hubungan bintang kehubung segitiga
menggunakan relay yang bekerja secara otomatis.
Bekerjanya relay ini berdasarkan waktu yang diseting pada putaran motor,
dengan memberikan sumber arus bolak balik (AC) maka motor akan berputar.
Kalau daya yang diberikan sumber putus, maka pegasnya akan menarik kembali
pada keadaan semula. dengan demikian relay tidak bekerja atau berfungsi. Tiap-
tiap relay bekerja dalam prinsip-prinsip yang berbeda untuk melaksanakan fungsi
penunda waktu. Dalam penghubungan relay perlu dilihat bagaimana kedudukan
kaki relay tersebut. Secara kontruksinya telah dirakit sesuai dengan kedudukan
dari kaki relay tersebut.

Gambar 2.19 Bentuk dan Simbol Relay

2.4.12. On Delay

Gambar 2.20 Gambar On Delay

22
On delay fungsinya adalah untuk memperlambat waktu kerja peralatan
yang dikontrol, prinsip kerja on delay ini secara umum sama dengan off delay
yaitu berdasarkan kerja bimetal tetapi pada on delay ini dilengkapi dengan
pengaturan waktu. Pada relay biasanya beban pertama telah berfungsi dan beban
kedua menunggu setting waktunya serta pada relay tidak mempunyai anak kontak
bantu NO maupun NC, sedangkan on delay bila komparan mendapat arus listrik,
kontaknya tidak langsung berubah posisi, kontaknya akan berubah keposisi
semula apabila arus listrik pada kumparan diputuskan.

2.4.13. Lampu Indikator


Lampu indikator sebagai penanda untuk mengetahui apakah rangkaian
bekerja dengan normal , bisa juga sebagai tanda peringatan bahwa terjadi sesuatu
pada rangkaian panel tenaga listrik.

Gambar 2.21 Lampu Tanda

2.4.14. Dioda
Dioda merupakan salah satu bahan dari semikonduktor PN junction yang
mempunyai dua buah elektroda dihubungkan dengan masing-masing tapis kristal
P dan N. PN junction elektroda yang tersambung dengan kristal N disebut dengan
katoda (K) dan elektroda yang tersambung dengan kristal P disebut dengan anoda
(A).hal ini dikarenakan elektron akan mengalir darilapis N menuju ke lapis P.
Pada dioda ideal akan mengalir arus secara bebas ketika arah maju danmenahan
arus ketika berarah sebaliknya. Dioda dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dioda
germanium dan silikon. Dioda germanium tegangan ambangnya sampai dengan
0,6 Volt sedangkan untuk dioda silikon 0,2 Volt.

23
Gambar 2.22Bentuk dan Simbol Dioda

2.4.15. Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen
pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan
kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan.

Gambar 2.23 Bagian dan Simbol Transformator

Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
…………………………………………………….…. (2.4)

Keterangan :
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder

24
2.4.16. Kabel
Ada tiga hal penting yang ada pada kabel diantaranya :
a. Penghantar (Konduktor) : media untuk menghantarkan arus listrik
b. Isolator : bahan dielektrik untuk mengisolasi dari penghantar yang satu
terhadap yang lain dan juga terhadap lingkungan lingkungannya.
c. Pelindung luar : yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis,
pengaruh bahan- bahan kimia elektrolysis, api atau pengaruh pengaruh luar
lainnya yang merugikan.
Tidak banyak jenis kabel yang umumnya digunakan untuk instalasi
penerangan rumah dan gedung. Secara umum jenis kabel dilihat dari bentuk
penghantar dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Solid, untuk ukuran kecil
2. Pilin, untuk ukuran besar
3. Serabut, untuk kabel fleksibel

Lebih spesifik lagi jenis kabel yang digunakan pada instalsi listrik
perumahan dan gedung yang sering digunakan dilapangan adalah:
a. NYA
b. NYM
c. NYAF
d. NYFGbY
e. NYY
f. N2XY

1. Kabel NYA : yaitu kabel yang berinti penghantar/tembaga tunggal, berlapis


atau terselubung bahan isolasi PVC.

Gambar 2.24Kabel NYA

25
Tabel 2.2 Karakteristik kabel NYA

Dari tabel, misalnya kabel dengan ukuran 1 mm² pada temperatur 20º C :
penghantarnya memiliki resistansi sebesar 23.4 ohm setiap 1 km panjang kabel
dan penyekatnya memiliki resistansi sebesar 51 M ohm setiap 1 km panjang
kabel.

2. Kabel NYM : merupakan kabel jenis standar dengan tembaga sebagai


penghantar berisolasi PVC dan berselubung PVC (isolasi berlapis). Kabel
NYM berinti 1, 2, 3 bahkan lebih.

Gambar 2.25 Kabel NYM

26
Tabel 2.3 Karakteristik Kabel NYM

3. Kabel NYAF : merupakan jenis kabel serabut fleksibel dan berisolasi PVC
dengan penghantar tenbaga berjenis serabut dimaksud untuk mempermudah
bergerak (fleksibel). Kabel jenis NYAF digunakan untuk instalasi panel-panel
yang memerlukan fleksibilitas yang tinggi.

Gambar 2.26 Kabel NYAF

Tabel 2.4 Karakteristik Kabel NYAF

27
BAB III
DAFTAR PERALATAN DAN LANGKAH KERJA

3.1. Daftar Bahan


No Nama Bahan Spesifikasi / Ukuran Satuan Jumlah

1 Panel PDEC ELDRA 0065 Buah 1


2 Pintu Panel PDEC ELDRA 0066 Buah 1
3 Lembaran besi plat 2 mm 320 x 462 mm Buah 1
4 Besi plat 2 mm Lebar 30 mm Buah 0,6
5 Profil C Alumunium 660 mm Buah 2
6 Profil C Alumunium 395 mm Buah 2
7 Profil C Alumunium 395 mm Buah 3
8 Profil DIN 35 mm 395 mm Buah 3
9 Saluran kawat dari plastik 43 x43 mm, 395 mm Buah 5
10 Saluran kawat dari plastik 43 x 43 mm, 89 mm Buah 1
11 Saluran kawat dari plastik 43 x 43 mm, 93 mm Buah 1
12 Saluran kawat dari plastik 43 x 43 mm, 121 mm Buah 1
13 Pipa PVC 21 mm PG Buah 1
14 Baut kepala bundar M6 x 15 Buah 12
15 Baut kepala bundar M6 x 80 Buah 6
16 Mur geser M6 Buah 12
17 Ring M6 Buah 20
18 Mur M6 Buah 18
19 Baut kepala bundar M4 x 15 mm Buah 12
20 Baut kepala bundar M4 x 20 mm Buah 8
21 Baut kepala bundar M4 x 25 mm Buah 6
22 Baut kepala bundar M4 x 15 mm Buah 4
23 Mur geser M4 Buah 10
24 Mur M4 Buah 16
25 Ring M4 Buah 32

28
26 Baut kepala perseng M3 x 15 mm Buah 8
27 Mur M3 Buah 8
28 Ring M3 Buah 8
29 Sekrup parker 3,5 x 20 mm Buah 6
30 Pemasangan terminal deret - Buah 4
31 Terminal deret warna palsu 4 mm2 Buah 45
32 Klem plat pengunci 44 mm2 Buah 1
33 Pengunci akhir Klem pemasangan Buah 4
34 Terminal 10 mm2 Buah 4
35 Klem plat pengunci 10 mm2 Buah 1
36 Terminal warna DE 16 mm2 Buah 9
37 Terminal warna phasa 16 mm2 Buah 1
38 Klem plat pengunci 16 mm2 Buah 1
39 MCB tiga phasa 10 A Buah 2
40 Sekering socket satu kutup 25 A Buah 3
41 Rumah sekering Ukuran II Buah 4
42 Locking screw Safety screw Buah 1
43 Locking screw 2A Buah 2
44 Sekering 6A Buah 1
45 Sekering 2A Buah 2
46 Transformator 220V/48V, 50VA Buah 1
47 Saklar, dirakit 3 Kutub 25 A Buah 1
48 Saklar Impuls 1 Kutub Buah 2
49 Tombol tekan 11 – 12, 13 - 14 Buah 3
50 Fitting lampu tanda merah 48 V Buah 5
51 Fitting lampu tanda hijau 48 V Buah 2
52 Bola lampu 48 V Buah 7
53 Jam –meter 220 V Buah 2
54 Kontaktor 220 V Buah 2
55 Pembatas beban lebih LC1-D 16220 V Buah 2

29
56 Blok Kontak bantu LAI-D 09 Buah 2
57 Kontaktor LCI-D 09, 200V Buah 2
58 Blok pengatur waktu LA 2-D22 Buah 2
59 Socket relay K 11, 11 Pin Buah 8
60 Relay 3 posisi bergambar K 11, 11 Pin, 48 V Buah 7
61 Relay putus lambat CMC RSR 48 V Buah 1
62 Saklar bertahap dengan 1 220 V Buah 1
kontak
63 NTC – tahanan 500 Ohm/ 200C,470 Buah 2
Ohm
64 Dioda 4005, 4006, 4007 Buah 7
65 Kawat fleksibel 2,5 mm2 m 2
66 Kawat fleksibel 1,5 mm2 m 12
67 Kawat fleksibel 1 mm2 m 50

3.2. Daftar Alat

No. NAMA MATERIAL JUMLAH SATUAN

1 Obeng Besar + 2 Buah


2 Obeng Besar - 2 Buah
3 Obeng Kecil + - 2 Buah
4 Tang Kombinasi 2 Buah
5 Tang Potong 2 Buah
6 Tang Lancip 2 Buah
7 Tang Kupas 2 Buah
8 Palu 1 Buah
9 Gergaji Besi 1 Buah
10 Multimeter 1 Buah
11 Taspen 2 Buah

30
3.3. Langkah Kerja

Dalam melaksanakan praktek bengkel semester VI ini, maka mahasiswa


harus adanya perencanaan yaitu langkah kerja, agar dapat melakukan praktek
bengkel dengan benar dan efektif. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Mempersiapkan Jobsit semester VI yaitu tentang sistem kontrol pompa


pembuangan air limbah.
2. Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, peralatan berpedoman
pada jobsit.
3. Melakukan pemeriksaan terhadap peralatan berfungsi dengan baik atau tidak
4. Merangkai Panel instalasi tenaga dan menempatkan semua peralatan kontrol
pada tempatnya masing-masing.
5. Melakukan pengawatan pada peralatan kontrol sesuai dengan rangkaian yang
ada di jobsit.
6. Membuat pintu panel dengan ukuran seperti yang telah tertera pada jobsit.
7. Menempatkan semua peralatan pada pintu panel, seperti saklar tombol tekan,
selektor, dan lampu tanda sesuai dengan tempatnya masing-masing.
8. Melakukan pengawatan dari peralatan kontrol ke peralatan pada pintu panel
agar pusat kontrol pompa air kotor menjadi sempurna.
9. Membuat simulasi yaitu memakai lampu simulasi sebagai pengganti motor
dan menambahkan saklar sebagai pengganti peralatan di luar panel. Exs :
flow switch dan saklar pelampung.
10. Memasukkan perangkat panel kedalam Box panel dan menukar peralatn
simulasi dengn motor pompa serta memasang limit switch, saklar pelampung
dan flow switch.
11. Menghidupkan sistem kontrol pompa pembuangan air limbah dengan adanya
persetujuan dari pada instruktur.

31
BAB IV

GAMBAR RANGKAIAN

4.1. Single Line Diagram Rangkaian Kontrol

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
48 Volt

220 Volt

e 04 e 05 Fuse e 07
MCB MCB
10A 10A 6A

M 07
48V
50VA
b 01
C 21 C 23
25A

e 21 e 23 e 07.1

2A
Fuse

Badan panel

Pintu panel
48 Volt
Rangka panel
220 Volt

R S T N E U V W E U V W E

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

32
0 1 2 3 4 5 6 7 8 19
48 Volt

220 Volt

3 7

SW b11 SW b16

4 8

4 3 5 7
d15 d15
1 6

M A Input tangan 0 Automatis M A Input tangan 0 Automatis

b10 b15

Pengontrol
1 Pengontrol 5 aliran
aliran 55-67 55-67
x d11 x d16 26
b10.1 56 68 b15.1 56 68
61 1 61 1
1
2 C21 d12 6 C23 d17
d14
62 3 62 3
2
19 21
6 23 1 25
13 23 d27 13 23 d30
n13 n19
d11 NTC 5 d16 NTC 4
14 24 24 14 24
20 22
A1 2 A1 2 A1 2

Bagian.21 Bagian.22
A2 d11 10 d12 h13 A2 d14 10 d15 A2 d16 10 d17 h18

48 Volt

220 Volt
Pompa.1 Pompa.2
NO NC NO NC NO NC U NO NC NO NC
10 11 13 14 11 15 16 18
Pompa 1 tidak ada aliran

Pompa 2 tidak ada aliran

11 34 16 16 35
ke P2 atau seba
Bergantian P1

Kontak yang
komplit
liknya

0 1 2 3 4 5 6 7 8 19

33
0 1 2 3 4 5 6 7 8 29
48 Volt

220 Volt

95 95 97
e 21 e 23 e 21
96 96 98

53 53 83 1 83 11
C21 C23 C21 C27 C23 d30
54 54 84 3 84 9

28 30 32 34

n25 n26 n28 n29


MV 21 MV 23

A1 27 29 31 33
15 A1 17 2
C21 h C23 h d27
A2 g22 A2 g24 h25 h26 10 h28 h29
16 18

48 Volt

220 Volt

NO NC NO NC NO NC
4 5 26 12
4 5 35
Beban lebih untuk P2
Beban lebih untuk P1

4 5
22 12 24 17
Beban lebih P1

25 28
27 21 30 23
P1 kerja

P2 kerja

0 1 2 3 4 5 6 7 8 29

34
0 1 2 3 4 5 6 7 8 39
48 Volt

220 Volt

48 Volt

Alarm
b38 OFF

11

97 1 1 6
e21 b31 C32 d32 d37 d37
b37
98 3 3 7

12

n39

35

9 13

1 11
d35 d37
6 6 11 6 3 9
d12 d17 d27 d30
7 7 9 7

10 14

2 7 2 2 2
2

10 d30 10 d32 10 d35 10 d37 h39

48 Volt

220 Volt

NO NC NO NC NO NC NO NC
29 17 34 36 2x38
36 39
Level batas tertinggi
Beban lebih P2

pengetesan

Pemilihan

tertinggi
Lampu

alarm

Level

0 1 2 3 4 5 6 7 8 39

35
0 1 2 3 4 5 6 7 8 49

Nomor Terminal
Bagian Ukuran
Group No.
R
S
1 6 Suplai
T
N
E
U
V
4 2,5 Pompa .1
M1
W
E
U
V
4 2,5 Pompa .2
M2
W
E

1
b.10.1
10 1,5 2
Tidak ada aliran
E
3
11 1,5 4 b.11
Sakelar penampung .1
E
5
1,5 b.15.1
15 6
Tidak ada lairan
E
7
b.16
16 1,5 8 Sakelar penampung .2
E
9
36 1,5 Laporan ada kesalahan
10
11 b.37
37 1,5
12
13 Laporan ada kerusakan
38 1,5
14
15
Katub untuk air yang
16 telah terpompa .1
E
17
Katub untuk air yang
18 telah terpompa .2
E
19
NTC Pompa . 1
20 d. 11
21 NTC Pompa . 2
22 d. 16
d 12
h 13 23
24

0 1 2 3 4 5 6 7 8 49

36
0 1 2 3 4 5 6 7 8 59

Nomor Terminal
Bagian Ukuran
Group No.
d 17 25
h 18
26
c 21
27
h 26
28
d 27 29
h 26
30
c 23
31
h 28
32
d 30
33
h 29
34
d 37 35
h 39
LK 36

0 1 2 3 4 5 6 7 8 59

37
4.2. BaganRencana WS EL PenelKontrol Semester VI

395

Terminal

e 07 e 07.1 e 07.1

e 04 e 05
660

d
d12 d15 d17 d27 d30 d35 d37 d32 14

m .07
d11 d16 c21 c23

e21 e23

M
30

30
30

Lebih lanjut informasi EDC EL DRA :0068

BENGKEL SEMESTER VI 395 x 660 Bagan bengkel EL

JUMLAH Nama bahan No bagian Bahan Ukuran Keterangan

III II I

Skala Digambar Dede Iskandar


BAGAN PERENCANA WS EL
PANEL KONTROL SEMESTER VI T. Hasannuddin, ST. M.Eng
Diperiksa
Heppy Yuhaimi, ST. M.T

Politeknik Negeri Lhokseumawe EDEC EL DRA 0069

38
4.3. Rangkaian Simulator Sementara

18

hijau
P2

MV23

N
17
16

abu-abu
P1

MV21
15

merah
Disesuaikan dengan terminal- terminal yang ada dalam panel

14

s2

Tanpa beban kerja atau relai panas

Perhatian : Salah satu penyelesaian – Mahasiswa harus merealisasi ide- ide


13

s
12

b37
11
10

s1

mereka sendiri (sesuai dengan yang ada)


9

s
8

b16
7

d2

d2
6
5

b11
4
3

d1

d1
2
1

BENGKEL SEMESTER VI 395 x 660 Bagan bengkel EL

JUMLAH Nama bahan No bagian Bahan Ukuran Keterangan

III II I

Digambar Dede Iskandar


RANGKAIAN SIMULATOR Skala
SEMENTARA GAMBAR BENGKEL
SEMESTER VI Diperiksa Heppy Yuhaimi, ST. M.T
T. Hasannuddin, ST. M.Eng

Politeknik Negeri Lhokseumawe EDEC EL DRA 0070

39
Aliran P1
Aliran P2

kosong

Katub tidak kembali


Level 1

Level 2

Level 3

Level 4
Alarm
P2

& thermo-rel

d2

b 15.1
no load

d1
P1

b 10.1

b 37

Dingin berlubang
b 16

b 16
b 11
Level 3 = 2 pompa on
Level 2 = 1 pompa on

b 11
Level 1 = pompa off
Level 4 = alarm

Level 2

Level 1
Level 4

Level 3

BENGKEL SEMESTER VI 395 x 660 Bagan bengkel EL

JUMLAH Nama bahan No bagian Bahan Ukuran Keterangan

III II I

PERINSIP KERJA SIMULATOR Skala Digambar Dede Iskandar


STASIUN POMPA BENGKEL
SEMESTER VI Diperiksa Heppy Yuhaimi, ST. M.T
T. Hasannuddin, ST. M.Eng

Politeknik Negeri Lhokseumawe EDEC EL DRA 0072

40
450
25 99 99 99 99 25
2 2

25

63 63
84
50

b31
g22 g24
25 25

h h

b32
56

h25 h28
40

h26 h29
40

h13 h18

h39
69

20
750

b10 b15
20

b38
95

b.01
62
150

Lembaran metal dibuat oleh mahasiswa


25

LATIHAN BENGKEL SEMESTER VI 395 x 660 Bagan bengkel EL

JUMLAH Nama bahan No bagian Bahan Ukuran Keterangan

III II I

RENCANA PENERAPAN Skala Digambar Dede Iskandar


PADA PINTU
SEMESTER VI Diperiksa Heppy Yuhaimi, ST. M.T
T. Hasannuddin, ST. M.Eng

Politeknik Negeri Lhokseumawe EDEC EL DRA 0067

41
BAB V
ANALISA

Rangkaian kontrol pompa air menggunakan dua buah motor induksi 3,
yang berfungsi sebagai pompa. Air kotor ditampung dalam suatu bak (tangki)
penampung yang akan dibuang dengan menggunakan dua buah pompa motor
induksi 3. Dalam mengoperasikan motor ini bisa dijalankan secara manual
maupun otomatis.

5.1. Posisi Manual


Pada posisi ini hanya digunakan untuk mengoperasikan masing-masing
motor secara sendirian atau tidak saling ketergantungan. Kedua motor akan
bekerja bila sakelar selector dioperasikan pada posisi manual.

Pada posisi manual pompa tidak dipengaruhi oleh ketinggian air. Jadi pada
posisi ini sakelar pelampung Sw tidak berfungsi. Pompa 1 akan bekerja atau
beroperasi dengan memutar selector b.10 pada posisi manual. Posisi manual ON,
sehingga C.21 mendapat tegangan mellui d.11. T (11-12) dan d. 11 (5-6).
Kontaktor C.21 menarik anak kontaknya sehingga menyebabkan motor pompa 1
bekerja.

Bekerjanya pompa 1 ini ditandai dengan menyalanya lampu tanda H25


bila tombol tekan b.32 ditekan dan bila terjadi overload ditandai dengan
menyalanya lampu tanda H26.

Pompa 2 akan bekerja atau beroperasi dengan memutar selector b.15 pada
posisi manual. Pada saat b.15 ON, kontaktor C.21 mendapat tegangan melalui
d.16T.T(11-12) dan d.16 (5-6). Sehingga kontaktor C.21 menarik anak kontaknya
sehingga menyebabkan motor pompa 2 bekerja.

Bekerjanya pompa 2 ini ditandai dengan menyalanya lampu tanda H 28


bila tombol tekan b.32 ditekan dan bila terjadi overload ditandai dengan
menyalanya lampu tanda H 29.

42
Sedangkan bila kedua selector dioperasikan bersama-sama, maka kedua
motor akan bekerja secara bersama.

5.2. Posisi Automatis


Sebelum dilakukan pengoperasian pompa terlebih dahulu operator dapat
melakukan pengetesan lampu tanda dengan menekan tombol tekan b.31. Bila
semua lampu tanda berada dalam keadaan menyala semua, maka berarti rangkaian
kontrol dalam keadaan baik (normal). Pada posisi otomatis system kontrol sangat
tergantung pada sakelar pelampung dan flow switch dalam pipa. Pada keadaan
otomatis dibagi menjadi dua tahap, yatu :

5.2.1. Tahap 1 (Satu)


Posisi otomatis pada rangkaian kontrol pusat pompa air kotor mulai
bekerja apabila sakelar pelampung I (b.11) bekerja. Dimana sakelar pelampung I
akan bekerja jika air dalam bak penampung menyentuh sakelar tersebut. Dengan
bekerjanya pelampung b.11 maka sakelar impuls juga akan bekerja. Bekerjanya
sakelar ini maka akan merubah posisi anak kontaknya yaitu dari posisi 0 ke posisi
1. Dengan tertariknya anak kontak impuls ke posisi 1 ini akan mengakibatkan
bekerjanya d.15. Dengan bekerjanya d.15 maka akan merubah posisi anak
kontaknya sehingga kontaktor d.16T juga bekerja bila terjadi pengaruh perubahan
suhu pada NTC, dimana NTC ini akan berubah resistansinya menjadi kecil jika
mendapatkan suhu yang dingin. Yang menyebabkan perubahan suhu pada NTC
adalah air dalam bak penampung. Pada saat d.16T bekerja maka akan merubah
posisi anak kontaknya yang NO menjadi NC, sehingga pompa 2 akan bekerja.
Pompa 2 ini akan bekerja memompa air dalam bak penampung ke tempat
pembuangan. Apabila setting waktu untuk timer d.16T.T telah habis maka anak
kontak timernya akan berubah dari posisi NC menjadi NO, akan tetapi pompa
akan terus bekerja walaupun kontak timer d.16T T telah berubah posisi. Hal ini
disebabkan oleh flow switch yang telah bekerja karena adanya aliran air. Jika pada
saat d.16T T ini berubah posisi anak kontak timernya, sedangkan flow switch

43
tidak bekerja maka C.23 tidak bekerja sehingga pompa 2 akan mati, sedangkan
E.17 justru yang bekerja.

Dengan bekerjanya d.17 maka akan merubah posisi anak kontaknya,


sehingga lampu tanda H 18 akan menyala disertai dengan bunyi alarm pada
tempat pembuangan air sebagai tanda bahwa pompa 2 tidak bekerja lagi.

Kemudian sakelar pelampung II (b.16) jika air dalam bak penampungan


menyentuhnya. Bekerjanya b.16 maka dengan sendirinya kontaktor d.11T akan
bekerja setelah terjadi perubahan suhu pada NTC. D.11T bekerja maka akan
menarik anak kontaknya. Dengan tertariknya anak kontak d.11T maka C.21
mendapat tegangan, sehingga pompa 1 akan bekerja. Pompa 1 ini akan melakukan
pemompaan dari bak penampungan sampai pada level II.

Pompa 2 tidak akan bekerja lagi karena pelampung I (b.11) tidak


menyentuh air dalam bak penampungan. Jika permukaan air dalam bak
penampungan telah kosong pada batas level I, maka pompa 1 juga tidak akan
bekerja lagi.

Pada level I ini kedua pompa tidak akan bekerja lagi karena air dalam bak
penampungan ini telah kosong. Untuk memulai pengoperasian kembali dari pusat
pompa air kotor kembali berulang seperti pengoperasian awal, yaitu pelampung I
(b.11) bekerja kembali.

5.2.2. Tahap 2 (Dua)


Setelah tahap 1 selesai, maka pelampung I (b.11) bekerja kembali
(menyentuh air), maka dengan sendirinya sakelar impuls akan bekerja. Bekerjanya
sakelar impuls justru akan merubah posisi ana kontaknya yang dari posisi 1
menjadi posisi 0. Dengan demikian relay d.15 tidak bekerja. Dengan tidak
bekerjanya d.15 maka arus akan mengalir ke d.11, setelah terjadi perubahan suhu
dari NTC yaitu suhu dingin yang menyebabkan tahanannya mengecil, sehingga
d.11T menjadi bekerja. Dengan bekerjanya d.11T maka akan menarik anak
kontaknya sehingga arus mengalir melalui anak kontak d.11T (5-6) sehingga C.21
bekerja. Bekerjanya C.21 ini akan menyebabkan pompa 1 justru yang bekerja.

44
Pada saat anak kontak timer d.11T berubah posisi dari NC menjadi NO pompa 1
tetap bekerja karena flow switch b.10.1 telah bekerja, sehingga arus tidak lagi
mengalir melalui anak kontak tersebut. Apabila pelampung b.11 tidak menyentuh
air lagi maka pompa 1 akan mati kembali.
Apabila pelampung b.16 menyentuh air maka arus listrik akan mengalir ke
d.16T. Bekerjanya d.16T apabila telah terjadi perubahan suhu pada NTC. Dimana
suhu yang dingin akan menyebabkan resistansi dari NTC akan mengecil. Jika
resistansi NTC mengecil maka d.16T akan bekerja. Setelah d.16T bekerja maka
akan menarik anak kontaknya sehingga arus listrik mengalir ke C.23. Bersamaan
bekerjanya C.23 maka pompa 2 juga bekerja. Pada saat anak kontak timer d.16T
berubah posisi dari NC menjadi NO pompa 2 tetap bekerja karena flow switch
b.15.1 telah bekerja, sehingga arus tidak lagi mengalir melalui anak kontak
tersebut. Apabila pelampung b.16T tidak menyentuh air lagi maka pompa 2 akan
mati kembali.
Begitulah cara kerja rangkaian ini, yaitu jika tahap 1 selesai maka
rangkaian akan bekerja pada tahap 2, setelah taha 2 selesai maka rangkaian akan
bekerja kembali pada tahap 1 lagi. Begitulah seterusnya, selalu bergantian kerja
rangkaian. Pelampung b.11 merupakan perlaatan yang menentukan atau yang
merubah tahap tersebut.
Supaya rangkaian bekerja dari tahap 1 kembali lagi ke tahap 1, maka
pelampung b.11 harus bekerja tiga kali. Demikian juga jika ingin bekerja dari
tahap 2 kembali lagi ke tahap 2, pelampung b.11 harus bekeja tiga kali.
Sedangkan pengaturan hidup dan mati dari pompa pada rangkaian ini
adalah sebagai berikut:
Level 1 : maka kedua motor tidak akan bekerja
Level 2 : berarti kedua motor akan bekerja secara bergantian
Level 3 : berarti kedua motor bekerja secara bersamaan
H 26 : menyala berarti terjadi overload pada pompa 1
H 29 : menyala berarti terjadi overload pada pompa 2

45
Pada rangkaian ini jika kenaikan air di dalam bak penampungan terus
bertambah hingga mencapai level 4, maka pelampung pada level 4 yaitu b.37 akan
terhubung dan alarm akan berbunyi untuk memberi tahu kepada operator bahwa
air dalam bak penampungan telah penuh, sehingga operator dapat mengambil
alternatif dalam mengatasi hal tersebut, misalnya menutup intu-pintu air
pembuangand alam bak penampungan tersebut.
Untuk mengontrol permukaan air dalam bak penampungan telah mencapai
level yang tertinggi, operator dapat menlihat kode pada panel dengan menyalanya
lampu H 29 dan untuk pemberitahuan di luar ditandai dengan bunyi bell.
Bila pada pengontrolan air kotor ini terjadi level tertinggi yang ditandai
dengan menyalanya H39 dan untuk meng-OFF-kan pemberitahuanitu kita dapat
menekan tombol b.38 pada pintu panel kontrol.
Pada rangkaian kontrol ini untuk melihat apakah pompa yang ditempatkan
dalam bak penampungan air sedang bekerja atau tidak kita dapat mengoperasikan
sakelar b.32 yang terdapat pada pintu panel. Kalau kedua pompa sedang bekerja,
ditandai dengan menyalanya lampu tanda H 25 untuk motor 1 dan menyalanya
lampu tanda H 28 untuk pompa 2. Lamanya kerja H 25 dan H 28 tergantung pada
setting waktu dari d 32. D.32 ini juga berfungsi untuk memudahkan operator
untuk mengecek kesalahan, apakah kesalahan yang terjadi pada bagian pompa
atau pada bagian rangkaian kontrol.
Gangguan pada motor dapat terjadi dalam pipa saluran pembuangan air
bila terdapat benda keras yang dapat menghambat pipa tersebut, sehingga aliran
air atau debit air yang dihasilkan menjadi kecil dan memungkinkan juga tidak
mengalirnya air sama sekali.

46
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Jadi, hasil praktikum bengkel listrik yang telah dilakukan pada semester
enam ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengoperasian pompa pada posisi manual tidak bergantung dari level air
(saklar apung).
2. Pada posisi otomatis pompa bekerja secara bergantian pada level 2. hal ini
bertujuan untuk mengurangi jam kerja pompa yang bisa memperpanjang
umur pompa.
3. Pompa akan bekerja secara bersamaan apabila air menaiki level 3.
4. Pompa akan berhenti bekerja apabila tidak ada lagi aliran dalam pipa, hal
ini bertujuan untuk mencegah pompa bekerja tanpa beban yang dapat
mengakibatkan kerugian daya listrik.
5. Dioda digunakan untuk menghalangi baliknya arus ke lampu tanda.
6. Untuk mengoperasikan lampu tanda dan relay digunakan sumber tegangan
48 volt.

47
DAFTAR PUSTAKA

Church Austin H. 1993. Pompa dan Blower Sentrifugal. Terjemahan Zulkifli


Harahab. Jakarta : Erlangga

Eugene C. Lister. 1988. Mesin dan Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga

Panitia Revisi PUIL. 1977. Peraturan Umum Instalasi Listrik. Jakarta : LIPI

PEDC. 1984. Instalasi Listrik Semester 1, 2, dan 3.Jakarta : LIPI

Zuhal. 1992. Dasar-dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta :


Erlangga

Zuhal. 1998. Dasar Tenaga Listrik. Bandung : ITB

Drs. Daryanto, Pengetahuan Teknik Listrik, PPGT/ VEDC MALANG.

Drs. Wurdono, Instalasi Motor-Motor Listrik, Angkasa, Bandung.

Ir Djoko Achyanto, Mesin-mesin Listrik, Erlangga, Jakarta.

Ir Musliming Marapung, Teknik Tenaga Listrik, Armico, Bandung, 1979

48

Anda mungkin juga menyukai