Isi Laporan Fara
Isi Laporan Fara
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi manusia. Dapat dipastikan
manusia tidak dapat hidup tanpa adanya air. Sedangkan fungsi air untuk keperluan
kita sehari-hari cukup banyak sekali, seperti untuk mencuci, mandi, minum dan
kebutuhan lainnya.
Seperti biasanya, manusia untuk memenuhi keperluan air, mereka harus
menimba dari sumur atau dari sungai. Maka dengan adanya pompa yang
digerakkan oleh listrik maka pekerjaan penyediaan air akan sedikit berkurang.
Dengan adanya pompa ini, maka dengan mudah kita memperoleh kebutuhan air
tanpa harus menimba dari sumur atau dari sungai.
Pada saat ini telah tersedia pompa air yang digerakkan oleh motor listrik.
Dengan adanya pompa yang digerakkan oleh motor listrik maka penyediaan dan
penyaluran air akan makin praktis. Air dari sumur atau dari sungai dipompakan ke
tempat (bak penampungan) yang terletak pada ketinggian tertentu. Dari bak
penampungan air tersebut disalurkan dengan menggunakan gravitasi bumi melalui
pipa-pipa penyaluran ke tempat konsumen, sehingga untuk keperluan air cukup
dilakukan dengan membuat kran air yang telah tersedia.
Pengoperasian pompa dapat dilakukan dengan cara otomatis dengan
menggunakan motor listrik sebagai pompa. Pemompaan air dengan menggunakan
motor listrik secara otomatis artinya motor akan memompa air dengan sendirinya
pada saat dibutuhkan dan akan berhenti apabila tidak diperlukan lagi.
1.2.Tujuan
1. Mahaiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari rangkaian kontrol pusat air
kotor baik secara otomatis maupun secara manual.
2. Mahaiswa dapat memahami dan mengerti cara merangkai suatu rangkaian
kontrol pusat pemompaan air kotor.
1
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari setiap peralatan yang
digunakan pada rangkaian kontrol pusat pemompaan air kotor.
4. Mahaiswa daapat mencari kesalahan/troubleshooting pada rangkaian
kontrol pusat pemompaan air kotor dan dapat memperbaiki.
5. Mahaiswa dapat menganalisa sistem kerja rangkaian serta dapat
menyimpulkannya dalam bentuk suatu laporan.
1.4.Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis terapkan dalam menyusun laporan bengkel
listrik ini adalah :
1. Metode Eksperimen
Di sini penulis mengambil metode penulisan berdasarkan analisa
rangkaian dari hasil praktek.
2. Metode Literatur
Di sini penulis mengambil metode penulisan berdasarkan buku-buku yang
berkaitan selama penulis melaksanakan praktik bengkel listrik dan juga dari
petunjuk-petunjuk serta bimbingan instruktur bengkel listrik.
2
1.6.Sistematika Penulisan
Sistematika yang penulis pakai dalam penyusunan laporan ini berdasarkan
ketentuan-ketentuan dalam penyusunan selayaknya sebuah laporan. dijumpai pada
waktu praktikum. Adapun sistematika penulisan laporan Praktikum bengkel
teknologi listrik pada semester enam ini adalah :
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Sumber Data
1.4 Metode Penulisan
1.5 Ruang Lingkup
1.6 Sistematika Penulisan
BAB II DASAR TEORI
2.1Ketentuan Umum
2.2 Penggunaan Kabel
2.3 Tegangan Kerja
2.4 Peralatan dan Bahan yang Digunakan
BAB III DAFTAR PERALATAN DAN LANGKAH KERJA
3.1 Daftar Bahan
3.2 Daftar Alat
BAB IV GAMBAR RANGKAIAN
4.1 Single Line Diagram Rangkaian Kontrol
BAB V ANALISA
5.1 Posisi Manual
5.2 Posisi Automatis
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Ketentuan Umum
Peralatan dan bahan listrik yang digunakan untuk keperluan pemasangan
instalasi Listrik pada semester VI ini adalah bahan atau peralatan yang telah
disetujui untuk digunakan oleh konsumen dan telah memakai standar ISO.
Peralatan yang akan digunakan harus dipasang dengan benar sesuai dengan
penggunaan peralatan tersebut. Peralatan tersebut haruslah mempunyai pengaman
sedemikian rupa sehingga apabila terjadi hubung singkat dan terjadi arus yang
sangat besar tidak dapat membahayakan ataupun menyebabkan peralatan tersebut
menjadi rusak, oleh karena itu harus dipasangnya pengaman salah satunya adalah
FUSE ataupun MCB.
Peralatan yang akan dipasang haruslah mengikuti peraturan dari pada
PUIL sehingga apabila terjadinya kerusakan kita dapat mengantisipasi kerusakan
tersebut dengan cepat. Salah satu contoh yaitu penandaan kabel yang akan dipakai
(Untuk fasa R = Merah, S = Kuning, T = Hitam, Netral = Biru, PE = Kuning-
Hijau), Dan juga dalam pemasangan peralatan harus diperhatikan pula
penempatan peralatan, sehingga apabila adanya pemeliharanan ataupun kerusakan
dapat dilakukan dengan mudah dan aman.
4
2.3. Tegangan Kerja
Tegangan kerja bekerja dengan tegangan nominal, seperti yang disebutkan
dalam PUIL 77 bab T13. tegangan kerja adalah tegangan yang mendasari
perencanaan pembuatan suatu peralatan yang harus sesuai dengan karakteristik
kerja. Tegangan kerja yang dimaksudkan adalah tegangan antara penghantar pada
sebuah sistem. Adapun batas
Tegangan maksimum yang di izinkan yang bekerja secara terus – menerus
± 15 % dari tegangan kerja.
5
Kapasitor (baca disini), pada motor induksi 3 phase perbedaan phase sudah
didapat langsung dari sumber seperti terlihat pada gambar arus 3 phasa berikut ini:
6
Gambar 2.2 Konstruksi Motor Induksi 3 Fasa
7
2. Slip Motor Induksi
Waktu rotor masih dalam keadaan diam maka slip = 1 motor sama dengan
trafo, lilitan stator sebagai primer sedangkan lilitan rotor sebagai skunder, yang
mana frekwensi arus bocor sama dengan frekwensi jala-jala.
f2 = f1
8
menyebabkan rotor berputar, arah putaran dapat ditentukan dengan menggunakan
tangan kiri.Torsi di sini dihasilkan dari tegangan dan arus gap.
Mesin terbagi dua bagian yatiu stator dan rotor, menurut bentuk rotor
motor induksi terbagi atas :
1. Motor induksi rotor sangkar
2. Motor induksi motor lilit
Belitan stator untuk keduanya adalah sama, tiga bagian fasanya dapat
dibentuk bintang dan segitiga.
Rotor bentuk sangkar teriri dari bintang konduktor yang kedua ujungnya dihubung
singkat dengan ring, rotor lilit tersebut belitan kawat-kawat terpasang pada alur-
alur yang miring terhadap poros, belitan tersebut srupa dengan belitan stator tetapi
dalam hubungan bintang untuk hubungan rangkaian luar terdapat tiga pasang
cincin geser dan sikat biasanya dipakai untuk tahanan starting.
9
Gambar 2.5. Rangkaian pengasutan Direct On Line (DOL)
Rangkaian kendalinya disuplai dari tegangan 220 Volt. Pada saat tombol
start S2 ditekan arus mengalir melalui F2 – S1 – S2 – K1. Kontaktor megnetik 1
(K1) bekerja, kontak bantu K1 (NO) menutup dan motor terhubung pada saluran.
Untuk selanjutnya, arus akan mengalir melalui F2 – S1 – Kontak bantu K1 – K1.
Pengasutan ini digunakan untuk motor-motor berdaya kecil. Pada cara ini
motor dapat diasut pada tegangan saluran penuh dengan menggunakan penstart
saluran yang dilengkapi dengan Relay termis beban lebih. Cara ini dapat
menghasilkan kopel start yang lebih besar mengingat kopel motor induksi
berbanding lurus dengan kuadrat tegangan yang dikenakan. Kelemahan
pengasutan cara ini adalah dapat menghasilkan arus start yang besar, karena itulah
hanya digunakan untuk motor-motor yang berdaya kecil.
10
Gambar 2.6. Rangkaian start motor star/bintang – delta/segitiga
Rangkaian kendali pengasutan dengan cara ini disuplai oleh tegangan 220
Volt. Cara kerjanya : jika tombol start S2 ditekan, arus mengalir melalui F2 – S1 –
S2 – kontak bantu timer T (NC) – kontak bantu K3 – K1. Kontaktor magnetik 1
(K1) bekerja dan motor terhubung dalam lilitan bintang. Saat itu juga kontak
bantu K1 (NC) membuka dan kontak bantu K1 (NO) menutup sehingga arus
mengalir melalui F2 – S1 – S2 – kontak bantu K1 (NO) – K2. Kontaktor magnetik
2 (K2) bekerja dan motor terhubung pada sumber tegangan. Pada saat yang sama
kontak bantu K2 (NO) menutup dan timer T bekerja. Setelah t detik kontak bantu
T (NC) membuka sehingga K1 tidak dilewati arus (K1 tidak bekerja), kontak
bantu T (NC) menutup, arus mengalir melalu F2 – S1 – kontak K2 (NO) – kontak
bantu T (NO) – kontak bantu K1 (NC) – K3. Kontaktor magnetik K3 bekerja,
motor terhubung dalam belitan delta. Tombol S1 digunakan untuk melepaskan
motor dari sumber tegangan.
Pada pengasutan ini selama periode start lilitan motor akan berada dalam
hubungan bintang dan setelah selang waktu tertentu akan berpindah ke hubungan
11
lilitan delta. Dengan cara ini kenaikan arus start dapat dibatasi hingga sepertiga
kali saja dibandingkan bila motor langsung terhubung delta
Dengan pengasutan cara ini, kenaikan arus start dapat dibatasi hingga
sepertiga kali saja dibandingkan bila lilitan motor langsung terhubung delta.
12
pelayanan. Pada saklar pilih yang berputar adalah porosnya, kontak-kontaknya
juga ikut berputar sebab umumnya sangat panjang, dengan menambah
penempatan piringan-piringan pada porosnya maka di sini dapat diperoleh
berbagai kombinasi hubungan.
Beberapa kombinasi variasi yang dapat dilakukand ari saklar pilih adalah :
a. Penguncian terhadap pemutaran balik, saklarnya hanya dapat diputar ke satu
arah saja.
b. Saklar dengan kunci, saklarnya dilengkapi dengan kunci silinder, sehingga
dapat dikunci pada kedudukan tertentu atau pada semua kedudukan.
c. Penguncian timbal balik sepanjang saklar, saklar yang satu hanya dapat diputar
apabila kedudukan saklar, saklar yang satu hanya dapat diputar aapbila
kedudukan saklar yang lain memungkinkan atau sebaliknya.
13
Gambar 2.9 Saklar Aliran
Prinsip kerja dari flow switch ini adalah berdasarkan aliran, saklar ini sering
dipasang pada pompa yang ditempatkan dalam pipa atua dimana-mana ada aliran
udara atau air.
Kontak NO akan menutup bilamana ada suatu aliran yang melintasi flow
switch tersebut, sebaliknya kontak NC akan membuka. Jika alirannya tidak
adalagi melewati flow switch maka kotaknya akan kembali seperti semula.
LS LS
NO NC
14
2.4.6. Saklar Pelampung (Float Switch)
Sakelar pelampung merupakan sakelar khusus, karena tidak semua
rangkaian menggunakan sakelar jenis ini. Saklar ini biasanya digunakan untuk
mengontrol ketinggian atau level dari suatu zat cair, seperti air.
Saklar pelampung ini ditempatkan pada suatu tangki atau bak yang berisi zat
cair. Pada saat zat cair mencapai ketinggian tertentu yang melebihi dari
pelampung, maka akan menyebabkan kontak dari sakelar pelampung terhubung.
Sedangkan apabila zat cair tersebut berkurang maka akan menyebabkan
pelampung turun, dengan demikian anak kontaknya akan kembali terlepas
sehingga menyebabkan rangkaian terputus.
Dari Gambar 2.8 diatas terlihat pada saklar impuls hanya mempunyai satu
anak kontak saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsinya sama dengan
saklar tunggal hanya prinsip kerjanya saja yang berbeda.
15
N
PE
L1
16
untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis
berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat).
Besarnya ditentukan oleh daya yang terpasang dan tegangan yang ada
(berdasarkan besarnya arus yang mengalir).
MCB dapat digolongkan menjadi lima jenis berdasarkan penggunaaan dan daerah
kerjanya, yaitu :
1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk pengaman
rangkaian semikonduktor dan trafo-trafo yang sensitifterhadap tegangan.
2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) Digunakan untuk mengamankan
alat-alat rumah tangga.
3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.
4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan
17
Gambar 2.13 Kontruksi MCB
Berdasarkan PUIL 1987 pasal 520 E.23, maka setelan tertinggi untuk suatu
pengaman rangkaian tenaga akibat hubung singkat adalah seperti Tabel 2.1
berikut ini:
Tabel 2.1 Nilai pengenal atau setelan tertinggi gawaiproteksi sirkit motor terhadap
hubung pendek.
Prosentase arus beban penuh
Jenis Motor
Pemutus tenaga Pengaman lebur
Motor sangkar/serempak dengan 250 400
pengasutan bintang segitiga, DOL,
reactor, tahanan dan motor satu fasa.
Motor sangkar/serempak dengan 200 400
pengasutan autotrafo atau motor
sangkar reaktansi tinggi
18
Motor rotor lilit atau motor arus searah 150 400
(DC)
19
Thermal Overlaod terdapat reset mekanis yang berfungsi untuk
mngembalikan kedudukan kontak ke posisi semula, serta riset pengatur batas arus
trip.
1 3 5
95 97
2 4 6
96 98
2.4.10. Kontaktor
Kontaktor termasuk jenis saklar yang digerakkan dengan magnet.
Peralatan ini berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik,
sedangkan cara kerjannya berdasarkan elektro magnetic, maka kontaktor sangat
cocok digunakan sebagai saklar yang beroperasi secara otomatis.
Pada dasarnya kontaktor magnet ini terdiri dari beberapa bagian utama :
20
c. Kontak Bantu (auxiliary contack)
Kontak Bantu ini mempunyai kontak normal terbuka dan tertutup yang
berfungsi sebagai hubungan rangkaian control sedangkan Jumlah kontak bantu
tersebut tergantung dari jenis kontator tersebut.
1 3 5 13 23 31
A1 21
2 4 6 A2 14 22
24 34 32
2.4.11. Relay
Relay penunda fungsinya adalah untuk memudahkan kerja dari rangkaian
pengontrolnya dalam waktu tertentu menurut setting waktu yang dilakukan yang
21
bekerja secara otomatis, misalnya untuk rangkaian kontrolnya hubungan bintang
segitiga (Y-D). untuk memindahkan hubungan bintang kehubung segitiga
menggunakan relay yang bekerja secara otomatis.
Bekerjanya relay ini berdasarkan waktu yang diseting pada putaran motor,
dengan memberikan sumber arus bolak balik (AC) maka motor akan berputar.
Kalau daya yang diberikan sumber putus, maka pegasnya akan menarik kembali
pada keadaan semula. dengan demikian relay tidak bekerja atau berfungsi. Tiap-
tiap relay bekerja dalam prinsip-prinsip yang berbeda untuk melaksanakan fungsi
penunda waktu. Dalam penghubungan relay perlu dilihat bagaimana kedudukan
kaki relay tersebut. Secara kontruksinya telah dirakit sesuai dengan kedudukan
dari kaki relay tersebut.
2.4.12. On Delay
22
On delay fungsinya adalah untuk memperlambat waktu kerja peralatan
yang dikontrol, prinsip kerja on delay ini secara umum sama dengan off delay
yaitu berdasarkan kerja bimetal tetapi pada on delay ini dilengkapi dengan
pengaturan waktu. Pada relay biasanya beban pertama telah berfungsi dan beban
kedua menunggu setting waktunya serta pada relay tidak mempunyai anak kontak
bantu NO maupun NC, sedangkan on delay bila komparan mendapat arus listrik,
kontaknya tidak langsung berubah posisi, kontaknya akan berubah keposisi
semula apabila arus listrik pada kumparan diputuskan.
2.4.14. Dioda
Dioda merupakan salah satu bahan dari semikonduktor PN junction yang
mempunyai dua buah elektroda dihubungkan dengan masing-masing tapis kristal
P dan N. PN junction elektroda yang tersambung dengan kristal N disebut dengan
katoda (K) dan elektroda yang tersambung dengan kristal P disebut dengan anoda
(A).hal ini dikarenakan elektron akan mengalir darilapis N menuju ke lapis P.
Pada dioda ideal akan mengalir arus secara bebas ketika arah maju danmenahan
arus ketika berarah sebaliknya. Dioda dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dioda
germanium dan silikon. Dioda germanium tegangan ambangnya sampai dengan
0,6 Volt sedangkan untuk dioda silikon 0,2 Volt.
23
Gambar 2.22Bentuk dan Simbol Dioda
2.4.15. Transformator
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen
pokok yaitu: kumparan pertama (primer) yang bertindak sebagai input, kumparan
kedua (skunder) yang bertindak sebagai output, dan inti besi yang berfungsi untuk
memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan
jumlah lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
…………………………………………………….…. (2.4)
Keterangan :
Vp = tegangan primer (volt)
Vs = tegangan sekunder (volt)
Np = jumlah lilitan primer
Ns = jumlah lilitan sekunder
24
2.4.16. Kabel
Ada tiga hal penting yang ada pada kabel diantaranya :
a. Penghantar (Konduktor) : media untuk menghantarkan arus listrik
b. Isolator : bahan dielektrik untuk mengisolasi dari penghantar yang satu
terhadap yang lain dan juga terhadap lingkungan lingkungannya.
c. Pelindung luar : yang memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis,
pengaruh bahan- bahan kimia elektrolysis, api atau pengaruh pengaruh luar
lainnya yang merugikan.
Tidak banyak jenis kabel yang umumnya digunakan untuk instalasi
penerangan rumah dan gedung. Secara umum jenis kabel dilihat dari bentuk
penghantar dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Solid, untuk ukuran kecil
2. Pilin, untuk ukuran besar
3. Serabut, untuk kabel fleksibel
Lebih spesifik lagi jenis kabel yang digunakan pada instalsi listrik
perumahan dan gedung yang sering digunakan dilapangan adalah:
a. NYA
b. NYM
c. NYAF
d. NYFGbY
e. NYY
f. N2XY
25
Tabel 2.2 Karakteristik kabel NYA
Dari tabel, misalnya kabel dengan ukuran 1 mm² pada temperatur 20º C :
penghantarnya memiliki resistansi sebesar 23.4 ohm setiap 1 km panjang kabel
dan penyekatnya memiliki resistansi sebesar 51 M ohm setiap 1 km panjang
kabel.
26
Tabel 2.3 Karakteristik Kabel NYM
3. Kabel NYAF : merupakan jenis kabel serabut fleksibel dan berisolasi PVC
dengan penghantar tenbaga berjenis serabut dimaksud untuk mempermudah
bergerak (fleksibel). Kabel jenis NYAF digunakan untuk instalasi panel-panel
yang memerlukan fleksibilitas yang tinggi.
27
BAB III
DAFTAR PERALATAN DAN LANGKAH KERJA
28
26 Baut kepala perseng M3 x 15 mm Buah 8
27 Mur M3 Buah 8
28 Ring M3 Buah 8
29 Sekrup parker 3,5 x 20 mm Buah 6
30 Pemasangan terminal deret - Buah 4
31 Terminal deret warna palsu 4 mm2 Buah 45
32 Klem plat pengunci 44 mm2 Buah 1
33 Pengunci akhir Klem pemasangan Buah 4
34 Terminal 10 mm2 Buah 4
35 Klem plat pengunci 10 mm2 Buah 1
36 Terminal warna DE 16 mm2 Buah 9
37 Terminal warna phasa 16 mm2 Buah 1
38 Klem plat pengunci 16 mm2 Buah 1
39 MCB tiga phasa 10 A Buah 2
40 Sekering socket satu kutup 25 A Buah 3
41 Rumah sekering Ukuran II Buah 4
42 Locking screw Safety screw Buah 1
43 Locking screw 2A Buah 2
44 Sekering 6A Buah 1
45 Sekering 2A Buah 2
46 Transformator 220V/48V, 50VA Buah 1
47 Saklar, dirakit 3 Kutub 25 A Buah 1
48 Saklar Impuls 1 Kutub Buah 2
49 Tombol tekan 11 – 12, 13 - 14 Buah 3
50 Fitting lampu tanda merah 48 V Buah 5
51 Fitting lampu tanda hijau 48 V Buah 2
52 Bola lampu 48 V Buah 7
53 Jam –meter 220 V Buah 2
54 Kontaktor 220 V Buah 2
55 Pembatas beban lebih LC1-D 16220 V Buah 2
29
56 Blok Kontak bantu LAI-D 09 Buah 2
57 Kontaktor LCI-D 09, 200V Buah 2
58 Blok pengatur waktu LA 2-D22 Buah 2
59 Socket relay K 11, 11 Pin Buah 8
60 Relay 3 posisi bergambar K 11, 11 Pin, 48 V Buah 7
61 Relay putus lambat CMC RSR 48 V Buah 1
62 Saklar bertahap dengan 1 220 V Buah 1
kontak
63 NTC – tahanan 500 Ohm/ 200C,470 Buah 2
Ohm
64 Dioda 4005, 4006, 4007 Buah 7
65 Kawat fleksibel 2,5 mm2 m 2
66 Kawat fleksibel 1,5 mm2 m 12
67 Kawat fleksibel 1 mm2 m 50
30
3.3. Langkah Kerja
31
BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
48 Volt
220 Volt
e 04 e 05 Fuse e 07
MCB MCB
10A 10A 6A
M 07
48V
50VA
b 01
C 21 C 23
25A
e 21 e 23 e 07.1
2A
Fuse
Badan panel
Pintu panel
48 Volt
Rangka panel
220 Volt
R S T N E U V W E U V W E
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
32
0 1 2 3 4 5 6 7 8 19
48 Volt
220 Volt
3 7
SW b11 SW b16
4 8
4 3 5 7
d15 d15
1 6
b10 b15
Pengontrol
1 Pengontrol 5 aliran
aliran 55-67 55-67
x d11 x d16 26
b10.1 56 68 b15.1 56 68
61 1 61 1
1
2 C21 d12 6 C23 d17
d14
62 3 62 3
2
19 21
6 23 1 25
13 23 d27 13 23 d30
n13 n19
d11 NTC 5 d16 NTC 4
14 24 24 14 24
20 22
A1 2 A1 2 A1 2
Bagian.21 Bagian.22
A2 d11 10 d12 h13 A2 d14 10 d15 A2 d16 10 d17 h18
48 Volt
220 Volt
Pompa.1 Pompa.2
NO NC NO NC NO NC U NO NC NO NC
10 11 13 14 11 15 16 18
Pompa 1 tidak ada aliran
11 34 16 16 35
ke P2 atau seba
Bergantian P1
Kontak yang
komplit
liknya
0 1 2 3 4 5 6 7 8 19
33
0 1 2 3 4 5 6 7 8 29
48 Volt
220 Volt
95 95 97
e 21 e 23 e 21
96 96 98
53 53 83 1 83 11
C21 C23 C21 C27 C23 d30
54 54 84 3 84 9
28 30 32 34
A1 27 29 31 33
15 A1 17 2
C21 h C23 h d27
A2 g22 A2 g24 h25 h26 10 h28 h29
16 18
48 Volt
220 Volt
NO NC NO NC NO NC
4 5 26 12
4 5 35
Beban lebih untuk P2
Beban lebih untuk P1
4 5
22 12 24 17
Beban lebih P1
25 28
27 21 30 23
P1 kerja
P2 kerja
0 1 2 3 4 5 6 7 8 29
34
0 1 2 3 4 5 6 7 8 39
48 Volt
220 Volt
48 Volt
Alarm
b38 OFF
11
97 1 1 6
e21 b31 C32 d32 d37 d37
b37
98 3 3 7
12
n39
35
9 13
1 11
d35 d37
6 6 11 6 3 9
d12 d17 d27 d30
7 7 9 7
10 14
2 7 2 2 2
2
48 Volt
220 Volt
NO NC NO NC NO NC NO NC
29 17 34 36 2x38
36 39
Level batas tertinggi
Beban lebih P2
pengetesan
Pemilihan
tertinggi
Lampu
alarm
Level
0 1 2 3 4 5 6 7 8 39
35
0 1 2 3 4 5 6 7 8 49
Nomor Terminal
Bagian Ukuran
Group No.
R
S
1 6 Suplai
T
N
E
U
V
4 2,5 Pompa .1
M1
W
E
U
V
4 2,5 Pompa .2
M2
W
E
1
b.10.1
10 1,5 2
Tidak ada aliran
E
3
11 1,5 4 b.11
Sakelar penampung .1
E
5
1,5 b.15.1
15 6
Tidak ada lairan
E
7
b.16
16 1,5 8 Sakelar penampung .2
E
9
36 1,5 Laporan ada kesalahan
10
11 b.37
37 1,5
12
13 Laporan ada kerusakan
38 1,5
14
15
Katub untuk air yang
16 telah terpompa .1
E
17
Katub untuk air yang
18 telah terpompa .2
E
19
NTC Pompa . 1
20 d. 11
21 NTC Pompa . 2
22 d. 16
d 12
h 13 23
24
0 1 2 3 4 5 6 7 8 49
36
0 1 2 3 4 5 6 7 8 59
Nomor Terminal
Bagian Ukuran
Group No.
d 17 25
h 18
26
c 21
27
h 26
28
d 27 29
h 26
30
c 23
31
h 28
32
d 30
33
h 29
34
d 37 35
h 39
LK 36
0 1 2 3 4 5 6 7 8 59
37
4.2. BaganRencana WS EL PenelKontrol Semester VI
395
Terminal
e 07 e 07.1 e 07.1
e 04 e 05
660
d
d12 d15 d17 d27 d30 d35 d37 d32 14
m .07
d11 d16 c21 c23
e21 e23
M
30
30
30
III II I
38
4.3. Rangkaian Simulator Sementara
18
hijau
P2
MV23
N
17
16
abu-abu
P1
MV21
15
merah
Disesuaikan dengan terminal- terminal yang ada dalam panel
14
s2
s
12
b37
11
10
s1
s
8
b16
7
d2
d2
6
5
b11
4
3
d1
d1
2
1
III II I
39
Aliran P1
Aliran P2
kosong
Level 2
Level 3
Level 4
Alarm
P2
& thermo-rel
d2
b 15.1
no load
d1
P1
b 10.1
b 37
Dingin berlubang
b 16
b 16
b 11
Level 3 = 2 pompa on
Level 2 = 1 pompa on
b 11
Level 1 = pompa off
Level 4 = alarm
Level 2
Level 1
Level 4
Level 3
III II I
40
450
25 99 99 99 99 25
2 2
25
63 63
84
50
b31
g22 g24
25 25
h h
b32
56
h25 h28
40
h26 h29
40
h13 h18
h39
69
20
750
b10 b15
20
b38
95
b.01
62
150
III II I
41
BAB V
ANALISA
Rangkaian kontrol pompa air menggunakan dua buah motor induksi 3,
yang berfungsi sebagai pompa. Air kotor ditampung dalam suatu bak (tangki)
penampung yang akan dibuang dengan menggunakan dua buah pompa motor
induksi 3. Dalam mengoperasikan motor ini bisa dijalankan secara manual
maupun otomatis.
Pada posisi manual pompa tidak dipengaruhi oleh ketinggian air. Jadi pada
posisi ini sakelar pelampung Sw tidak berfungsi. Pompa 1 akan bekerja atau
beroperasi dengan memutar selector b.10 pada posisi manual. Posisi manual ON,
sehingga C.21 mendapat tegangan mellui d.11. T (11-12) dan d. 11 (5-6).
Kontaktor C.21 menarik anak kontaknya sehingga menyebabkan motor pompa 1
bekerja.
Pompa 2 akan bekerja atau beroperasi dengan memutar selector b.15 pada
posisi manual. Pada saat b.15 ON, kontaktor C.21 mendapat tegangan melalui
d.16T.T(11-12) dan d.16 (5-6). Sehingga kontaktor C.21 menarik anak kontaknya
sehingga menyebabkan motor pompa 2 bekerja.
42
Sedangkan bila kedua selector dioperasikan bersama-sama, maka kedua
motor akan bekerja secara bersama.
43
tidak bekerja maka C.23 tidak bekerja sehingga pompa 2 akan mati, sedangkan
E.17 justru yang bekerja.
Pada level I ini kedua pompa tidak akan bekerja lagi karena air dalam bak
penampungan ini telah kosong. Untuk memulai pengoperasian kembali dari pusat
pompa air kotor kembali berulang seperti pengoperasian awal, yaitu pelampung I
(b.11) bekerja kembali.
44
Pada saat anak kontak timer d.11T berubah posisi dari NC menjadi NO pompa 1
tetap bekerja karena flow switch b.10.1 telah bekerja, sehingga arus tidak lagi
mengalir melalui anak kontak tersebut. Apabila pelampung b.11 tidak menyentuh
air lagi maka pompa 1 akan mati kembali.
Apabila pelampung b.16 menyentuh air maka arus listrik akan mengalir ke
d.16T. Bekerjanya d.16T apabila telah terjadi perubahan suhu pada NTC. Dimana
suhu yang dingin akan menyebabkan resistansi dari NTC akan mengecil. Jika
resistansi NTC mengecil maka d.16T akan bekerja. Setelah d.16T bekerja maka
akan menarik anak kontaknya sehingga arus listrik mengalir ke C.23. Bersamaan
bekerjanya C.23 maka pompa 2 juga bekerja. Pada saat anak kontak timer d.16T
berubah posisi dari NC menjadi NO pompa 2 tetap bekerja karena flow switch
b.15.1 telah bekerja, sehingga arus tidak lagi mengalir melalui anak kontak
tersebut. Apabila pelampung b.16T tidak menyentuh air lagi maka pompa 2 akan
mati kembali.
Begitulah cara kerja rangkaian ini, yaitu jika tahap 1 selesai maka
rangkaian akan bekerja pada tahap 2, setelah taha 2 selesai maka rangkaian akan
bekerja kembali pada tahap 1 lagi. Begitulah seterusnya, selalu bergantian kerja
rangkaian. Pelampung b.11 merupakan perlaatan yang menentukan atau yang
merubah tahap tersebut.
Supaya rangkaian bekerja dari tahap 1 kembali lagi ke tahap 1, maka
pelampung b.11 harus bekerja tiga kali. Demikian juga jika ingin bekerja dari
tahap 2 kembali lagi ke tahap 2, pelampung b.11 harus bekeja tiga kali.
Sedangkan pengaturan hidup dan mati dari pompa pada rangkaian ini
adalah sebagai berikut:
Level 1 : maka kedua motor tidak akan bekerja
Level 2 : berarti kedua motor akan bekerja secara bergantian
Level 3 : berarti kedua motor bekerja secara bersamaan
H 26 : menyala berarti terjadi overload pada pompa 1
H 29 : menyala berarti terjadi overload pada pompa 2
45
Pada rangkaian ini jika kenaikan air di dalam bak penampungan terus
bertambah hingga mencapai level 4, maka pelampung pada level 4 yaitu b.37 akan
terhubung dan alarm akan berbunyi untuk memberi tahu kepada operator bahwa
air dalam bak penampungan telah penuh, sehingga operator dapat mengambil
alternatif dalam mengatasi hal tersebut, misalnya menutup intu-pintu air
pembuangand alam bak penampungan tersebut.
Untuk mengontrol permukaan air dalam bak penampungan telah mencapai
level yang tertinggi, operator dapat menlihat kode pada panel dengan menyalanya
lampu H 29 dan untuk pemberitahuan di luar ditandai dengan bunyi bell.
Bila pada pengontrolan air kotor ini terjadi level tertinggi yang ditandai
dengan menyalanya H39 dan untuk meng-OFF-kan pemberitahuanitu kita dapat
menekan tombol b.38 pada pintu panel kontrol.
Pada rangkaian kontrol ini untuk melihat apakah pompa yang ditempatkan
dalam bak penampungan air sedang bekerja atau tidak kita dapat mengoperasikan
sakelar b.32 yang terdapat pada pintu panel. Kalau kedua pompa sedang bekerja,
ditandai dengan menyalanya lampu tanda H 25 untuk motor 1 dan menyalanya
lampu tanda H 28 untuk pompa 2. Lamanya kerja H 25 dan H 28 tergantung pada
setting waktu dari d 32. D.32 ini juga berfungsi untuk memudahkan operator
untuk mengecek kesalahan, apakah kesalahan yang terjadi pada bagian pompa
atau pada bagian rangkaian kontrol.
Gangguan pada motor dapat terjadi dalam pipa saluran pembuangan air
bila terdapat benda keras yang dapat menghambat pipa tersebut, sehingga aliran
air atau debit air yang dihasilkan menjadi kecil dan memungkinkan juga tidak
mengalirnya air sama sekali.
46
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Jadi, hasil praktikum bengkel listrik yang telah dilakukan pada semester
enam ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengoperasian pompa pada posisi manual tidak bergantung dari level air
(saklar apung).
2. Pada posisi otomatis pompa bekerja secara bergantian pada level 2. hal ini
bertujuan untuk mengurangi jam kerja pompa yang bisa memperpanjang
umur pompa.
3. Pompa akan bekerja secara bersamaan apabila air menaiki level 3.
4. Pompa akan berhenti bekerja apabila tidak ada lagi aliran dalam pipa, hal
ini bertujuan untuk mencegah pompa bekerja tanpa beban yang dapat
mengakibatkan kerugian daya listrik.
5. Dioda digunakan untuk menghalangi baliknya arus ke lampu tanda.
6. Untuk mengoperasikan lampu tanda dan relay digunakan sumber tegangan
48 volt.
47
DAFTAR PUSTAKA
Panitia Revisi PUIL. 1977. Peraturan Umum Instalasi Listrik. Jakarta : LIPI
48