Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

KONSERVASI TANAH DAN AIR


”Degradasi lahan di area sekitar tempat pembuangan sampah(TPS)”

DOSEN PENGAMPU :
Rista Delyani,S.P., M.Si

DISUSUN OLEH :
SUHRI (P0217003)

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA
KALIMANTAN BARAT
(2019)
PENDAHULUAN

Kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya pastilah tidak terlepas dengan adanya
sampah, karena sampah merupakan hasil efek samping dari adanya aktivitas manusia, hasil-
hasil dari organisme ataupun hasil proses alamiah. Seiring berkembangnya waktu, populasi
manusia semakin bertambah dan perkembangan tekhnologi pun semakin canggih sehingga
banyak menghasilkan sampah dalam berbagai macam, seperti hasil-hasil produksi dari berupa
sampah rumah tangga maupun sampah berupa limbah pabrik yang mengandung zat-zat
kimia (Fluor, Clorida, Bromida, dan Iodida) berbahaya bagi kesehatan manusia maupun
lingkungan sekitar. Apalagi jika sampah-sampah tersebut tidak terkelola dengan baik,
sampah tersebut dapat mencemari lingkungan,mengganggu dan merusak ekosistem, dan akan
menimbul-kan bau yang tidak sedap.
Sampah menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi, Jumlah sampah yang kian
meningkat telah mengalami peningkatan volume sampah dari tahun ke tahun, sehingga
terdapat gunungan sampah yang menimbulkan dampak negatif di sekitar TPAS tersebut.
Dampak negatif tersebut berupa penurunan kualitas lingkungan yang berdampak pada
masyarakat di sekitar TPAS tersebut. Peningkatan volume sampah juga berimplikasi terhadap
peningkatan kebutuhan lahan untuk pengelolaan TPAS tersebut serta peningkatan kebutuhan
lahan untuk tempat tinggal akibat peningkatan jumlah penduduk.
PEMBAHASAN
Persoalan lingkungan yang selalu menjadi isu besar di hampir seluruh wilayah perkotaan
adalah masalah sampah. Laju pertumbuhan ekonomi dikota dimungkinkan menjadi daya tarik
luar biasa bagi penduduk untuk hijrah ke kota (urbanisasi), sehingga terjadi tekanan
penduduk di wilayah perkotaan. Akibat dari tekanan penuduk tersebut menyebabkan alih
fungsi lahan didaerah perkotaan yang secara umumnya dari lahan pertanian ke nonpertanian.
Secara detail mengenai perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada
Tabel 1.1 berikut:

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui, bahwa di daerah penelitiantelah terjadi alih fungsi
lahan dari pertanian ke non pertanian. Secara spesifik perubahan tersebut yakni berkurangnya
lahan sawah yakni dari tahun 2007 luasnya 25.127,0193 ha menjadi 25.003,346 ha pada
tahun 2008 dan terjadi peningkatan pada luas area permukiman dari tahun 2007 luasnya
18.587,2868ha menjadi 18.636,095 ha pada tahun 2008.

Selain berakibat terhadap alih fungsi lahan, tekanan penduduk yang semakin bertambah
jumlahnya disertai dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat perkotaan pada akhirnya
akan mengakibatkan jumlah sampah juga meningkat
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat di ketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah penduduk yang
cukup tinggi yaitu dari jumlah 121.305 jiwa pada tahun 2007 menjadi 124.234 pada tahun
2009 atau mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 2.929 jiwa (1,19%),sehingga
diperkirakan akan berdampak pada jumlah sampah yang ada diwilayah tersebut. Semakin
besar jumlah penduduk, maka sampah yang dihasilkan juga akan semakin besar. Untuk itu
perlu upaya pengelolaan sampah di daerah tersebut agar masalah sampah dapat teratasi. Salah
satu cara yang efektif untuk mengelola sampah adalah dengan membuatkan lokasi tempat
penampungan sampah (TPS) sementara. Hal ini diharapkan agar dapat mengurangi volume
sampah yang ada di tempat pembuangan sampah akhir(TPA), sehingga mempermudah
manajemen pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA).

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap
terakhirdalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/
pengangkutan,pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi
secara aman agartidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya
diperlukan penyediaanfasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat
dicapai dengan baik. Berdasarkan data SLHI tahun 2007 tentang kondisi TPA di Indonesia,
sebagian besar merupakan tempat penimbunan sampah terbuka (opendumping) sehingga
menimbulkan masalah pencemaran pada lingkungan. Data menyatakan bahwa 90% TPA
dioperasikan dengan open dumping danhanya 9% yang dioperasikan dengan controlled
landfill dan sanitary landfill. Perbaikan kondisiTPA sangat diperlukan dalam pengelolaan
sampah pada skala kota. Beberapa permasalahan yang sudah timbul terkait dengan
operasional TPA yaitu (Damanhuri, 1995):

1. Pertumbuhan vektor penyakit Sampah merupakan sarang yang sesuai bagi berbagai
vector penyakit. Berbagai jenis rodentisida dan insektisida seperti, tikus, lalat, kecoa,
nyamuk,sering dijumpai di lokasi ini.
2. Pencemaran udara Gas metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah ini, jika
konsentrasinya mencapai 5 – 15 % di udara, maka metana dapat mengakibatkan
ledakan.
3. Peningkatan jumlah timbunan sampah, selain sangat mengganggu estetika (pandangan
taksedap), tumpukan sampah ini juga menimbulkan bau tak sedap.
4. Apabila dilakukan pembakaran, asap pembakaran akan sangat mengganggu terutama
dalam transportasi dan gangguan kesehatan
5. Pencemaran leachate. Leachate merupakan air hasil dekomposisi sampah, yang
dapatmeresap dan mencemari air tanah.
6. Kebisingan Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan
operasikendaraan berat dalam TPA (baik angkutan pengangkut sampah maupun
kendaraan yangdigunakan meratakan dan atau memadatkan sampah).
7. Dampak sosial Keresahan warga setempat akibat gangguan-gangguan yang
disebutkan diatas.

Terkait dengan permasalahan diatas PP No.16/2005 tentang Pengembangan Penyediaan Air


Minum mensyaratkan bahwa penanganan sampah yang memadai perlu dilakukan
untukperlindungan air baku air minum. TPA wajib dilengkapi dengan zona penyangga dan
metode pembuangan akhirnya dilakukan secara sanitary landfill (kota besar/metropolitan)
dan controlledlandfill (kota sedang/kecil). Perlu dilakukan pemantauan kualitas hasil
pengolahan leachate(efluen) secara berkala. Regulasi berdasarkan UU No.18/2008
mengisyaratkan ketentuan penutupan TPA open dumping menjadi sanitary landfill dalam
waktu 5 (lima) tahun, sehingga diperlukan berbagai upaya untuk melakukan revitalisasi TPA.

Keberadaan TPA seharusnya menjadi solusi untuk merealisasikan lingkungan yang bersih dan
sehat, Namun kondisi TPA yang dekat dengan pemukimam penduduk dan telah mengalami
over capacity malah menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat termasuk kesehatan.
Diantaranya karena belum optimalnya pengelolaan sampah disana

Anda mungkin juga menyukai