Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Teori Umum


Kebutuhan pangan bagi suatu negara merupakan hal yang mutlak untuk
selalu dipenuhi dan dijaga keberlangsungannya agar tercipta ketahanan pangan bagi
rakyat dan mengurangi angka terjangkit gizi buruk. Untuk memenuhi kebutuhan
pangan tersebut diperlukan sebagai aspek tinjauan agar tercipta sebuah sistem yang
mampu direncanakan, dibangun, dan diawasi secara bersama. Sistem ini bertujuan
agar selalu dapat dimanfaatkan secara menerus hingga langka waktu layani yang
telah ditentukan oleh perencana. Dalam sistem ini memerlukan berbagai bidang
ilmu terkait untuk mewujudkan. Diantaranya yaitu bidang Teknik Sipil untuk
merencanakan mengenai ketersediaan air dan menyalurkan menuju lahan pertanian.
Dalam laporan tugas besar ini akan dijelaskan mengenai tata cara penyediaan air
bagi lahan pertanian yang selanjutnya disebut sistem irigasi. Selain itu juga akan
dijelaskan bangunan-bangunan pendukung yang dibutuhkan.
Irigasi berasal dari kata irrigate yang diambil dari Bahasa Belanda dan
irrigation yang diambil diambil berasal dari Bahasa Inggris. Keduanya memiliki
arti yang sama yaitu mengairi atau menggenangi. Secara hafiah, irigasi memiliki
pengertian yaitu serangkaian usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan air untuk
lahan luasan lahan pertanian, di mana air diambil dari sumbernya dan dialirkan
menuju petak-petak sawah yang direncanakan. Ini berarti saluran irigasi ada yang
buatan manusia dan buatan alam. Saluran alami yaitu sungai yang sudah terbentuk
sebelum manusia terbentuk mengenal ilmu pengatahuan. Sungai alami tersebut
sebagai sumber air pertanian yang nantinya akan dibuat saluran-saluran penerus air
agar mengalir menuju petak-petak sawah. Saluran-saluran penerus air tersebut yang
dinamai bangunan irigasi.
Saluran irigasi sebenarnya sudah dikenal sejak lama, jauh sebelum masehi.
Bangsa yang dikenal menggunakan saluran irigasi pertama di dunia adalah Mesir
Kuno yang memanfaatkan Sungai Nil sumber air utama untuk mengairi ladang-
ladang mereka. Selanjutnya sistem ini diikuti oleh bangsa-bangsa yang lain seperti

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 1


Babilonia, India, hingga Romawi. Bangsa Romawi membangun saluran irigasi
yang dapat mengaliri lahan pertanian yang jauh dari sumber airnya.

1.2 Data Perencanaan


1.2.1 Data Topografi
Data – data topografi yang diperlukan atau harus dibuat adalah :
1. Peta topografi dengan garis-garis ketinggian dan tata letak jaringan irigasi
dengan skala 1 : 25.000 dan 1 : 5.000;
2. Peta situasi trase saluran berskala 1 : 2000 dengan garis-garis ketinggian pada
interval 0,5 m untuk daerah datar dan 1,0 muntuk daerah berbukit-bukit;
3. Profil memanjang pada skala horisontal 1 : 2000 dan skala vertikal 1 : 200 (atau
skala 1 : 100 untuk saluran berkapasitas kecil bilamana diperlukan);
4. Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1 : 200(atau 1 : 100 untuk
saluran-saluran berkapasitas kecil) dengan interval 50 m untuk bagian lurus dan
interval 25 m pada bagian tikungan;
5. Peta lokasi titik tetap/benchmark, termasuk deskripsi benchmark.
Penggunaan peta-peta foto udara dan foto (ortofoto dan peta garis) yang
dilengkapi dengan garis ketinggian akan sangat besar artinya untuk perencanaan
tata letak dari trase saluran. Peta-peta teristris masih diperlukan sebagai peta
baku/peta dasar. Perkembangan teknologi foto citra satelit ke depan dapat dipakai
dan dimanfaatkan untuk melengkapi dan mempercepat proses perencanaan jaringan
irigasi. Kombinasi antara informasi pengukuran teristris dan foto citra satelit akan
dapat bersinergi dan saling melengkapi.
Kelebihan foto citra satelit dapat diperoleh secara luas dan beberapa jenis
foto landsat mempunyai karakteristik khusus yang berbeda, sehingga banyak
informasi lain yang dapat diperoleh antara lain dengan program/software yang
dapat memproses garis kontur secara digital. Foto-foto satelit ini bisa dipakai untuk
studi awal, studi identifikasi dan studi pengenalan. Kelemahan foto citra satelit
tidak stereometris sehingga aspek beda tinggi kurang dapat diperoleh informasi
detailnya tidak seperti pengukuran teristris, sedangkan dalam perencanaan irigasi
presisi dalam pengukuran beda tinggi sangat penting. Meskipun demikian banyak

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 2


informasi lain yang dapat dipakai sebagai pelengkap perencanaan jaringan irigasi
antara lain sebagai cross check untuk perencanaan jaringan irigasi.
Data-data pengukuran topografi dan saluran yang disebutkan di atas
merupakan data akhir untuk perencanaan detail saluran. Letak trase saluran sering
baru dapat ditetapkan setelah membanding-bandingkan berbagai alternatif.
Informasi yang diperoleh dari pengukuran trase saluran dapat dipakai untuk
peninjauan trase pendahuluan, misalnya pemindahan as saluran atau perubahan
tikungan saluran. Letak as saluran pada silangan dengan saluran pembuang
(alamiah) sering sulit ditentukan secara tepat dengan menggunakan peta topografi
sebelum diadakan pengukuran saluran. Letak akhir bangunan utama dan bangunan
silang tersebut hanya dapat ditentukan berdasarkan survei lapangan (dengan skala
1: 200 atau 1: 500). Lokasi trase saluran garis tinggi akan lebih banyak dipengaruhi
oleh keadaan topografi setempat daripada saluran yang mengikuti punggung
medan.
Saluran-saluran sekunder sering mengikuti punggung medan. Pengukuran
trase untuk saluran tipe ini dapat dibatasi sampai pada lebar 75 m yang
memungkinkan penempatan as saluran dan perencanaan potongan melintang
dengan baik. Untuk saluran garis tinggi, lebar profil yang serupa cukup untuk
memberikan perencanaan detail. Akan tetapi, karena menentukan as saluran dari
sebuah peta topografi sebelum pengukuran saluran lebih sulit, pengukuran peta
trase umumnya ditentukan dengan as saluran yang ditentukan dilapangan.

1.2.2 Kebutuhan Air di Sawah


Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor – faktor berikut:
1. Cara penyiapan lahan.
2. Kebutuhan air untuk tanaman.
3. Perkolasi dan rembesan.
4. Pergantian lapisan air, dan
5. Curah hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan
bersih (netto) air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif.
Besarnya kebutuhan air di sawah bervariasi menurut tahap pertumbuhan tanaman

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 3


dan bergantung kepada cara pengolahan lahan. Besarnya kebutuhan air di sawah
dinyatakan dalam mm/ hari. Besarnya kebutuhan air irigasi pada lahan rawa perlu
dilakukan perhitungan secara khusus mengingat asumsi besaran komponen
kebutuhan air pada lahan rawa berbeda dengan sawah biasa. Besarnya kebutuhan
air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada perhitungan kebutuhan air
untuk padi. Ada berbagai harga yang dapat diterapkan untuk kelima faktor di atas.

1.3 Pengertian Irigasi


Irigasi adalah menyalurkan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke
tanah yang diolah dan mendistribusinya secara sistematis (Sosro Darsono dan
Takeda, 2003). Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak (PP No.20
tahun 2006 tentang Irigasi). Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk
menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan
tanaman (Linsley, Franzini, 1992). Secara umum, pengertian irigasi adalah
penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanam- tanaman (Hansen, dkk, 1990)
Dalam Peraturan Pemerintah PP No.23/1982 Ps.1, pengertian irigasi,
bangunan irigasi,dan petak irigasi telah dibakukan yaitu sebagai berikut:
1. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian.
2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian pemberian dan penggunaannya.
3. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan
irigasi.
4. Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 4


1.4 Maksud dan Tujuan Irigasi
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan air irigasi
dengan tujuan mendapatkan prediksi nilai kebutuhan air irigasi maksimum dan
minimum pada Daerah Irigasi Sungai.

1.5 Jaringan Irigasi


Klasifikasi jaringan irigasi berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta
kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) macam
yaitu:
1. Jaringan Irigasi Sederhana
2. Jaringan Irigasi Semi Teknis
3. Jaringan Irigasi Pedesaan
Jaringan irigasi semi teknis adalah jaringan irigasi yang konstruksi
bangunannya dibuat permanen atau semi permanen, dilengkapi pintu - pintu
pengatur akan tetapi tidak dilengkapi bangunan / alat pengatur debit air. Jaringan
irigasi sederhana adalah jaringan irigasi yang konstruksi bangunan – bangunannya
masih bersifat tidak permanen (sementara), dan jaringan ini juga tidak dilengkapi
dengan pintu-pintu pengatur maupun bangunan/alat pengukur debit air. Jaringan
irigasi pedesaan adalah jaringan irigasi yang bersifat tradisional, yang dibangun dan
dikelola sepenuhnya secara swadaya oleh kelompok petani/desa.
Selain itu juga ada kaitannya dengan bangunan utama irigasi. Bangunan
utama irigasi terbagi atas:
1. Waduk/bendungan.
2. Bendung tetap.
3. Bendung gerak.
4. Bendung karet.
5. Bangunan pengambilan bebas.
6. Pompa dan kincir angin.
7. Pengambilan bebas.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 5


Berikut ini adalah penjelasan mengenai bangunan utama irigasi:
1. Waduk
Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan
sungai, dalam hal ini bangunan bendung dan berbentuk pelebaran
alur/badan/palung sungai. Termasuk jenis bangunan ini yaitu waduk lapangan,
embung dan situ.

2. Bendung
Bendungan di sungai yang berfungsi menaikkan muka air sampai pada elevasi
tertentu. Bendung dapat berupa:
a. Bendung Tetap
Bangunan untuk meninggikan muka air sungai pada ketinggian yang
diperlukan, agar air dapat mengalir ke saluran pembawa sampai ke petak tersier.
Bendung tetap ini ada yang permanen, semi permanen, ataupun tidak permanen.
b. Bendung Gerak
Adalah bangunan sungai yang sebagian besar konstruksinya terdiri dari
pintu-pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air di sungai
sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
pembawa kemudian ke petak tersier.
1) Bangunan Pengambilan
Bangunan yang merupakan bagian dari bangunan utama (waduk,
bendung, embung) yang berfungsi untuk menyadap air/mengalirkan air dari
sumber air/sungai ke saluran induk.
2) Kantong Lumpur
Bangunan yang berada di pangkal saluran induk, yang berfungsi untuk
menampung dan mengendapkan lumpur, pasir, kerikil, agar tidak terbawa
sampai ke saluran hilirnya.
3) Pompa
Alat untuk menaikkan muka air sampai elevasi yang diperlukan secara
mekanis/hidraulis.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 6


4) Kincir Air
Alat yang digunakan untuk menaikkan elevasi muka air sampai elevasi
yang diperlukan dengan mempergunakan kincir berupa baling-baling yang
digerakkan oleh aliran sungai.
5) Pengambilan Bebas
Bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sampai ke
dalam jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka air sungai.

1.6 Sistem Jaringan Irigasi


1.6.1 Bangunan Bagi dan sadap
1. Terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik cabang dan
berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran atau lebih.
2. Berfungsi untuk mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder ke
saluran ke saluran tersier penerima.
3. Bangunan bagi dan sadap mungkin dibagi menjadi satu rangkaian
bangunan.
4. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier, subtersier, dan atau kuarter).

1.6.2 Bangunan-bangunan Pengukur dan Pengatur


Aliran akan diukur di hulu saluran primer, di cabang saluran jaringan
primer dan di bangun sadap sekunder maupun tersier. Peralatan alat ukur dapat
dibedakan menjadi alat ukur aliran atas bebas (free overlow). Dan alat ukur aliran
bawah (underflow). Beberapa dari alat-alat pengukur dapat juga dipakai untuk
mengatur aliran air.

1.6.3 Bangunan Pelengkap


1. Tanggul-tanggul di perlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap
banjir yang berasal dari sungai, saluran pembuang yang besar atau laut.
Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang saluran primer.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 7


2. Pintu bangunan di saluran biasanya dibuat dari material baja. Dalam
standar bangunan irigasi diberi detail-detail lengkap mengenai ukuran
dan tipe standar pintu.
Adapun tipe-tipe pintu standar meliputi:
a. Pintu Gerak Romijin.
b. Pintu Crump-de Gruyter.
c. Pintu Sorong.
Pintu sorong dengan bukan lebar biasanya di buat dari kayu yang lebih
murah untuk diukur.
1) Fasilitas-fasilitas expolitasi, diperlukan untuk exploitas jaringan
irigasi secara efektif dan aman. Failitas-fasiitas itu antara lain kantor-
kantor di lapangan, bengkel, jaringan komunikasi, papan exploitasi,
papan duga, dan sebagainya.
2) Bangunan-bangunan pelengkap yang dibuat di sepanjang saluran.

Gambar 1.1 Contoh Sketsa Saluran Irigasi


Sumber: http://www.ilmutekniksipilindonesia.com/2014/04/pengertian-dan-klasifikasi-
jaringan.html

1.6.4 Bendung Gerak


Adalah bangunan di sungai yang sebagian besar konstruksinya terdiri dari
pintu pintu yang dapat digerakan untuk mengatur ketinggian permukaan air di
sungai sampai pada ketinggian yang di perlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
pembawa kemudian ke petak tersier.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 8


1.6.5 Bangunan Pengambilan
Bangunan yang merupakan bagian dari bangunan utama (waduk, bendung,
embung) yang berfungsi untuk menyadap air atau mengalirkan air dari sumber
air/sungai ke saluran induk.

1.6.6 Kantong lumpur


Bangunan yang berda di pangkal saluran induk, yang berfungsi untuk
menampung dan mengendapkan lumpur, pasir, kerikil agar tidak terbawa sampai
ke saluran hilirnya.

1.6.7 Pompa
Alat untuk menaikkan muka air sampai elevasi yang diperlukan secara
mekanis /hidraulis.

1.6.8 Kincir Air


Alat yang dipergunakan untuk menaikkan elevasi muka air sampai elevasi
yang diperlukan dengan mempergunakan kincir berupa baling-baling yang
digerakan oleh aliran sungai.

1.6.9 Pengambilan Bebas


Bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam
jaringan irigasi tanpa mengatur tinggi muka air sungai bangunan irigasi.

1.7 Aspek Irigasi


1.7.1 Aspek Engineering, antara lain
1. Penyimpanan, penyimpangan dan pertanian.
2. Membawa air ke ladang pertanian.
3. Pemakaian air untuk persawahan.
4. Pengeringan air yang berlebihan.
5. Pembangkit listrik tenaga air.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 9


1.7.2 Aspek Agricultural :
1. Kedalaman pemberian air.
2. Distribusi air secara seragam dan berkala.
3. Kapasitas dan aliran yang berbeda.
4. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline.

1.8 Layout Saluran Irigasi


Hal-hal yang harus dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Merencanakan jaringan irigasi pada peta kontur dengan skala 1 : 25000
2. Membuat nomenklotur berisi tentang pemberian nama peta, nama
saluran, nama bangunan.
Layout irigasi pipa didesain sebagai jaringan irigasi pipa tipe terbuka dengan
sistem gravitasi, di mana jaringan irigasi pipa ini dilengkapi boks-boks terbuka
sebagai pengontrol sedimen. Perencanaan hidraulis didasarkan pada prinsip aliran
air dalam pipa tanpa tekanan (tidak penuh), di mana karakteristik aliran sama
dengan aliran pada saluran terbuka (Open Channel Flow) yang memiliki
permukaan bebas dan sangat dipengaruhi oleh tekanan udara (P atmosphere).

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 10


BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pola Tanaman (Padi, Palawija)


Pola tanam adalah gambaran rencana tanam berbagai jenis tanaman yang
akan dibudidayakan dalam suatu lahan beririgasi dalam satu tahun. Faktor yang
mempengaruhi pola tanam :
1. Ketersediaan air dalam satu tahun.
2. Prasarana yang tersedia dalam lahan tersebut.
3. Jenis tanah setempat.
4. Kondisi umum daerah tersebut, misal genangan.
5. Kebiasaan dan kemampuan petani setempat.
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi
pangan. Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan
luas pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang
diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun.
Macam tanaman yang diusahakan dan pengaturan jenis tanaman yang ditanam
pada suatu lahan dalam kurun waktu tertentu adalah sangat penting dalam
menetukan metode irigasi dan untuk mendapatkan kriteria pemerataan lahan.
Penetapan pola tata tanam diperlukan untuk usaha peningkatan produksi pangan.
Pola tata tanam adalah macam tanaman yang diusahakan dalam satu satuan luas
pada satu musim tanam. Sedang pola tanam adalah susunan tanaman yang
diusahakan dalam satu satuan luas pada satu tahun. Pola tata tanam yang berlaku
pada setiap daerah akan berbeda dengan daerah lain, karena karakteristik setiap
daerah juga berbeda (Wirosoedarmo, 1985).
Ada dua hal pokok yang mendasari diperlukannya tata tanam, yaitu:
1. Persediaan air irigasi (dari sungai) di musim kemarau yang terbatas.
2. Air yang terbatas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga setiap
jarak mendapatkan air sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Tata tanam
adalah upaya pengaturan air yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman,
jenis tanaman dan luas baku sawah pada suatu lahan pertanian. Rencana tanam

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 11


yang dilakukan agar tidak terjadi kekacauan dalam pembagian dan pemberian
air.
Rencana tata tanam yang disusun meliputi (Anonim, 1986):
a. Rencana luas tanam,
b. Awal pemberian air (pembibitan, garapan dan tanam),
c. Akhir pemberian air.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tata tanam adalah:
1. Iklim
Keadaan pada musim hujan dan musim kemarau akan berpengaruh pada
persediaan air untuk tanaman di mana pada musim hujan maka persediaan air
untuk tanaman berada dalam jumlah besar, sebaliknya pada musim kemarau
persediaan air akan menurun.
2. Topografi
Merupakan letak atau ketinggian lahan dari permukaan air laut, berpengaruh
terhadap suhu dan kelembaban udara di mana keduanya mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
a. Debit air yang tersedia
Debit air pada musim hujan akan lebih besar dibandingkan pada musim
kemarau, sehingga haruslah diperhitungkan apakah debit saat itu mencukupi
jika akan ditanam suatu jenis tanaman tertentu.
b. Jenis tanah
Yaitu tentang keadaan fisik, biologis dan kimia tanaman
1) Sosial ekonomi
Dalam usaha pertanian faktor ini merupakan faktor yang sulit untuk
dirubah, sebab berhubungan dengan kebiasaan petani dalam menanam suatu
jenis tanaman. Tujuan pola tata tanam adalah untuk memanfaatkan
persediaan air irigasi seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Sedangkan tujuan dari penerapan pola tata tanam adalah
sebagai berikut:
a) Menghindari ketidakseragaman tanaman.
b) Menetapkan jadwal waktu tanam agar memudahkan dalam usaha
pengelolaan air irigasi.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 12


c) Peningkatan efisiensi irigasi.
d) Persiapan tenaga kerja untuk penyiapan tanah agar tepat waktu.
e) Meningkatkan hasil produksi pertanian.
Berdasarkan pada tujuan pola tata tanam diatas ada beberapa faktor yang
diperhatikan untuk merencanakan pola tata tanam, yaitu:
1. Awal tanam
Wilayah Indonesia memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan
musim hujan. Oleh karena itu dalam pola tata tanam awal tanam merupakan
hal yang penting untuk direncanakan. Pada awal tanam, biasanya musim hujan
belum turun sehingga persediaan air relatif kecil. Untuk menghindari
kekurangan air, maka urutan tata tanam pada waktu penyiapan lahan diatur
sebaik-baiknya.
2. Jenis tanam
Setiap jenis tanaman mempunyai tingkat kebutuhan air yang berbeda-
beda. Berdasarkan hal tersebut, jenis tanaman yang diusahakan harus diatur
agar kebutuhan air dapat terpenuhi. Menurut (Soekarto, 1979), jenis tanaman
yang diusahakan adalah:
a. Tanaman padi
Padi merupakan tanaman yang memerlukan banyak air selama
pertumbuhannya. Perkiraan kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 4 kali
kebutuhan air untuk tanaman palawija.
b. Tanaman tebu
Selain tanaman padi, tanaman lain yang perlu diperhatikan dalam hal
pengairan adalah tanaman tebu. Tanaman tebu diberi air secukupnya pada
musim kemarau tetapi tebu tidak perlu diairi pada musim hujan. Perkiraan
kebutuhan air untuk tanaman tebu adalah 1,5 kali kebutuhan air untuk
tanaman palawija.
c. Tanaman palawija
Yang termasuk dalam tanaman palawija antara lain: jagung, kedelai,
tembakau, kapas, cabe, kacang dan lain-lain. Tumbuhan tersebut biasanya
ditanam dalam musim kemarau dan tidak membutuhkan banyak air.
Kebutuhan air untuk tanaman palawija adalah 0,2-0,25 l/dtk/ha.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 13


3. Luas Areal
Semakin luas areal persawahan yang diairi, maka kebutuhan air irigasi
semakin banyak. Pengaturan luas tanaman akan membatasi besarnya
kebutuhan air tanaman. Pengaturan ini hanya terjadi pada daerah yang airnya
terbatas. Luas tanam juga mempengaruhi besarnya intensitas tanam. Intensitas
tanam adalah perbandingan antara luas tanam per tahun dengan luas lahan.
4. Debit yang Tersedia
Apabila debit yang tersedai cukup besar, maka hampir semua jenis
tanaman dapat dipenuhi kebutuhannya sehingga pada umumnya pemberian air
dapat dilakukan terus-menerus.

2.2 Perencanaan Jaringan Irigasi


Jaringan Irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang
merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian penggunaan dan pembuangan.
Petak irigasi adalah petak tanah atau lahan yang memperoleh air irigasi, sedangkan
kumpulan petak irigasi merupakan satu kesatuan dan mendapatkan air irigasi
melalui saluran tersier yang sama disebut petak tersier. Pemberian air di petak
tersier diserahkan ke petani. Untuk membawa air dari sumber ke sawah diperlukan
saluran pembawa. Saluran-saluran ini terdiri dari saluran primer, sekunder, tersier
dan kuarter dengan saluran pembuang air yang tidak mengenang di sawah sehingga
tidak berakibat buruk.
Saluran-saluran dapat dilengkapi dengan bermacam-macam bangunan yang
berfungsi untuk mempermudah pengaturan air yang berada pada saluran yang lebih
kecil atau pada petak sawah.pada jaringan irigasi terdapat bangunan –bangunan
pelengkap yang terdiri dari:
1. Tanggul-tanggul untuk melindungi daerah irigasi dari banjir.
2. Kisi-kisi penyaring untuk menyegah tersumbatnya bangunan (pada
sipon/gorong).
3. Jembatan dan jalan penghubung dari desa ke desa untuk keperluan penduduk.

Selain bangunan utama dan pelengkap terdapat bangunan pengontrol yang


terdiri dari bangunan bagi, sadap, bagi sadap, bangunan terjun, talang, got miring,

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 14


sipon, peninggi muka air, bangunan pembuang dan jalan inspeksi. Perencanaan
jaringan irigasi mempertimbangkan faktor-faktor seperti medan lapangan,
ketersediaan air dan lain-lain. Sebelum merencanakan suatu daerah irigasi harus
diadakan penyelidikan mengenai jenis-jenis tanah pertanian yang akan
dikembangkan, bagian yang akan dilewati jaringan irigasi (kontur, sungai, desa dan
lainnya). Keseluruhan proses tersebut harus mempertimbangkan faktor ekonomis
dan dampak setelah serta sebelum pelaksanaan proyek. Saluran Irigasi
direncanakan dengan mempertimbangkan garis kontur, sistem irigasi menggunakan
gravitasi, yaitu air mengalir karena gaya tarik bumi dari tempat yang tinggi ke
tempat yang rendah.

2.2.1 Evapotranspirasi Potensial


Evapotranspirasi potensial adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari
permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya
pengaruh faktor–faktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya
evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari
permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk
vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Beda
antara intersepsi dan transpirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan
kembali ke atmosfer tersebut adalah air hujan yang tertampung sementara pada
permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan transpirasi adalah
penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil
proses fisiologi vegetasi.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap berpengaruh terhadap
besarnya evapotranspirasi, maka dalam hal ini evapotranspirasi perlu dibedakan
menjadi evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET
lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET di pengaruhi oleh
fisiologi tanaman dan unsur tanah.
Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi PET adalah radiasi panas
matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan angin, dan secara umum
besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban,
dan kecepatan angin bertambah besar.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 15


Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses
fotosintesis. Dalam mengatur hidupnya, tanaman memerlukan sirkulasi air melalui
sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran) ke atas
(daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap
vegetasi yang bersangkutan. Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara
langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi matahari. Suhu yang
akan mempengaruhi PET adalah suhu daun dan bukan suhu udara di sekitar daun.
Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air
yang keluar dari pori-pori daun. Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula
laju evapotranspirasinya. Dibandingkan dengan pengaruh radiasi panas matahari,
pengaruh angin terhadap laju ET adalah lebih kecil (de Vries and van Duin dalam
Ward, 1967).
Kelembaban tanah juga ikut mempengaruhi terjadinya evapotranspirasi.
Evapotranspirasi berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan sedang tidak
kekurangan suplai air (Penman, 1956 dalam Ward, 1967). Dengan kata lain
evapotranspirasi (potensial) berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar
antara titik wilting point dan field capacity. Karena ketersediaan air dalam tanah
tersebut ditentukan oleh tipe tanah, dengan demikian, secara tidak langsung,
peristiwa PET juga dipengaruhi oleh faktor potensial.
Laju evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi dinyatakan dengan volume
air yang hilang oleh proses tersebut setiap satuan luas dalam satuan satuan waktu
yang biasanya diberikan dalam mm/hari atau mm/bulan. Laju Evapotranspirasi
tergantung pada ketersedian air dan kemampuan atmosfer
mengevapotranspirasikan air dari permukaan. Apabila ketersediaan air (lengas
tanah) tak terbatas maka evapotranspirasi yang terjadi disebut evapotranspirasi
potensial (ETP).
𝛽. 𝐸𝑛 + E
Eto =
𝛽+1
Dimana:
Eto : Evapotranspirasi Potensial
En : Kedalaman Penguapan (mm/hr)
E : evaporasi

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 16


1. Menghitung 𝛽
Pada perhitungan nilai β digunakan data temperatur yang sudah diolah dan
diambil rata-ratanya dari jumlah total data temperatur selama 10 tahun.
Tabel 2.1. Nilai 𝛽 fungsi temperatur
Temperatur T (oC) 𝜷 = ∆/𝜸

0 0,68

5 0,93

10 1,25

15 1,66

20 2,19

25 2,86

30 3,69

35 4,73

Sumber: Bambang Triatmodjo, 2008, Hidrologi Terapan, halaman 86

2) Menghitung En
Nilai Rh diperoleh dari rata-rata data kelembaban udara.
Nilai es didapat dari tabel nilai temperatur udara dan tekanan uap air jenuh(es).
Rn
En =
𝜌𝑤𝑙𝑣

Dengan:
En : Kedalaman penguapan (cm/hari)
Rn : Radiasi netto yang diterima permukaan bumi (cal./cm2/hari)
𝜌𝑤 : Rapat massa air (gr/cm3)
Lv : Panas laten untuk evaporasi (cal./gr)
Ed = es x Rh

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 17


Dimana :
Rh = Kelembaban Udara / 100

3) Mencari nilai Lv dan Rn.


Lv = 597,3 – (0,564 x TᵒK)
Rn = Sn – Ln
Sn = So x (1- α) x ( 0,29 + ( 0,42 x ( Penyinaran % ))

4) Menghitung nilai E
E = 0,35 x (0,5 + (0,54 x U2)) x (es – ed)

2.2.2 Kebutuhan Air Tanam


Kebutuhan Air irigasi sebagian besar dicukupi dari air permukaan.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi berbagai faktor klimatologi, kondisi tanah,
koefisien tanaman, pola tanam, pasokan air yang diberikan, luas daerah irigasi,
efisiensi irigasi, penggunaan kembali air drainase untuk irigasi, sistem golongan,
jadwal tanam dan lain-lain.
Berbagai kondisi lapangan yang berhubungan denngan kebutuhan air untuk
pertanian bervariasi terhadap waktu dan ruang seperti dinyatakan dalam faktor-
faktor berikut ini:
1. Jenis varietas tanaman yang ditanam petani.
2. Variasi koefisien tanaman tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhna dari
tanaman.
3. Kapan dimulainya persiapan pengolahan lahan (golongan)
4. Jadwal tanam yang dipakai oleh petani, termasuk di dalamnya pasokan air
sehubungan dengan persiapan lahan, pembibitan dan pemupukan.
5. Status sistem irigasi dan efisiensi irigasi.
6. Jenis tanah dan faktor agro-klimatologi.

2.3 Analisis Frekuensi


Dalam melakukan analisis hidrologi sering dihadapkan pada kejadian-
kejadian ekstrim seperti banjir dan kekeringan. Banjir sangat mempengaruhi

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 18


bangunan-bangunan air seperti bendung. Bangunan tersebut harus direncanakan
untuk dapat melewatkan debit banjir maksimum yang mungkin terjadi.
Analisis frekuensi dapat diterapkan untuk data debit sungai. Data yang
digunakan adalah data debit tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi selama satu
tahun yang telah terukur selama beberapa tahun.
1. Data awal
1 n
X=  xi
n i =1
Keterangan :
n : Jumlah data

2. Parameter Statik

S=
1

n
(X1 − X rt )2
n −1 i −1

 (X − X rt )
n n
Cs =
3

(n − 1)(n − 2)s 2 i −1 1

S
Cv =
X rt

 (X − X rt )
n n
Ck =
4

(n − 1)(n − 2)s 4 i −1 1

Keterangan :
S : Standar Deviasi
Cs : Koefisien Asimetri
Cv : Koefisien Variasi
Ck : Koefisien Kurtosis

3. Penentuan Jenis Distribusi


Penentuan jenis distribusi yang sesuai dengan data dilakukan dengan
mencocokan parameter statik dengan syarat masing-masing jenis distribusi.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 19


Tabel 2.2. Parameter Statik Untuk menentukan Jenis Distribusi
No Ditribusi Persyaratan

1 Normal ( Xrt ± s) =68,27%

( Xrt ± 2s ) = 95,44%

Cs ≈ 0

Ck ≈ 3

2 Log Normal Cs = 𝐶𝑣 3 + 3Cv

Ck = 𝐶𝑣 8 + 6𝐶𝑣 6 + 15𝐶𝑣 4 + 16𝐶𝑣 2 + 3

3 Gumbel Cs = 1,14

Ck = 5,4

4 Log Pearson Selain dari nilai diatas

(Sumber: Sosrodarsono dan Takeda, 1993)

4. Uji Chi-Kudrat
K = 1 + 3,322log (n )
DK = K − R − 1
n
Ef =
k

Dx =
(Xmax − Xmin )
n −1
Xawal = (Xmin − (0,5  Dx ))

X = i −1
2 n (Of − Ef )2
Ef

Keterangan :
k : Banyaknya kelas
Log n : Banyaknya data
R : Banyaknya parameter (Untuk Uji Chi-kuadrat adalah 2)

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 20


Ef : Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
n : Banyaknya data

5. Uji Smirnov Kolmogorov


Pengujian smirnov kolmogorov menggunakan metode grafis dengan kertas
Probabilitas. Pada Distribusi Log Person III, nilai p di hitung dengan rumus :
p = arc ln yT
Dimana :
p : Probobilitas
yT : y rerata x ( KT x standar deviasi)
KT : Didapat dari tabel sesuai nilai koefisien skew

2.4 Perencanaan Bendung


Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard
Work yaitu bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang untuk menyadap
air dari suatu sungai sebagai sumbernya.
Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong
suatu aliran sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat
menampung dan menyimpan air. Pada hakikatnya, bendung dapat disamakan
sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow Weir Type. Syarat-syarat konstruksi
bendung yang harus dipenuhi antara lain :
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus diperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di
bawahnya.
3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran
air yang meresap ke dalam tanah.
4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang
diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir,
kerikil, dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada
tubuh bendung.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 21


Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap
permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang
paling menguntungkan dari berbagai segi, misalnya dilihat dari segi perencanaan,
pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan, dan
lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek, yaitu:
1. Keadaan Topografi
a. Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diairi
b. Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi
mercu bendung dapat ditetapkan
c. Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi
d. Di samping itu, ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula
direncanakan

2. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi bendung harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik
c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan
sedimen

3. Kondisi Hidraulik dan Morfologi


Dilihat dari lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang
harus dipertimbangkan pula dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi:
a. Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir
sedang dan kecil
b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir sedang dan kecil
c. Tinggi muka air pada debit banjir rencana
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 22


Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan
bendung di lokasi lain, misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun
pengendalian sungai.

4. Kondisi Tanah Fondasi


Bendung harus ditempatkan di lokasi di mana tanah pondasinya cukup baik
sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu
potensi gerusan, karena arus dan sebagainya. Secara teknik, bendung dapat
ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah fondasi yang kurang baik, tetapi
bangunan akan membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan
pelaksanaan yang tidak mudah.

5. Biaya Pelaksanaan
Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan yang selanjutnya biaya
pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaannya, peralatan dan tenaga.
Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan terakhir. Dari
beberapa alternatif, lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

6. Faktor-faktor Lain
Dalam memilih lokasi bendung yang harus dipertimbangkan yaitu penggunaan
lahan disekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak
terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.

2.5 Pembagian Bendung


Berdasarkan cara pembendungannya, pembendungan air tidak hanya dengan
puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu
pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut
maka bendung dapat dibagi menjadi :
1. Bendung
Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah
puncak pelimpah yang permanen.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 23


2. Barrage
Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan
oleh pintu. Pada barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh
pintu, maka pada waktu banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya
akan menjadi minimum atau berkurang.

Bendung berdasarkan fungsinya:


a. Bendung Pengarah (Diversion Weir)
Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah tanpa pintu penutup dan
terletak melintang atau memotong ke dalam dasar sungai yang berfungsi untuk
membelokkan air sungai ke saluran primer.
b. Bendung Penahan
Bendung penahan berfungsi untuk menyimpan air banjir atau menahan air
banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.

Perencanaan bendung berdasarkan bentuk dan material konstruksi:


1. Masonary Weir With Vertical Drops
Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak
ambang dari pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir tegak.
Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung keras.
2. Rock Dry Stone Weir
Bendung tipe ini adalah bendung tipe sederhana. Tipe ini cocok untuk tanah
dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan
jumlah batu yang sangat banyak sehingga bendung tipe ini tidak banyak
dipakai.

Perencanaan bendung dapat dianalisis dengan desain hidraulik Vlughter-


Sitompul/Empiris, yaitu sebagai berikut :
1. Kedalaman kritis

3 𝑄
d = √(𝐶𝑑 ×𝑏1 × )²
√𝑔

2. Tebal air pada mercu bendung

H = 1,5d

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 24


3. Kedalaman efektif muka air banjir

Hʺ = Elv.Mercu + H – Elv. Dasar Sungai

4. Luas penampang basah di bendung

A = Be × Hʺ

5. Kecepatan aliran saat banjir

𝑄𝑏𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟
V= 𝐴

6. Tebal air di hilir bendung (hʹ)

hʹ dihitung dengan persamaan sebagai berikut:


2
1 𝐵ℎ′ 3
Q= (Bhʹ)𝑛 ((2ℎ′ )+𝐵) √𝑠

Dengan:

Q : Debit banjir (𝑚3 /s)

B : Lebar sungai (m)

n : Koefisien kekasaran Manning

s : Kemiringan dasar sungai

7. Elevasi muka air banjir di hulu bendung


Elv.M.A.Banjir di Hulu Bendung = Hʺ+Elv.Dasar Sungai Hulu Bendung

8. Elevasi muka air banjir di hilir bendung


Elv.M.A.Banjir di Hilir Bendung = hʹ + Elv.Dasar Sungai Hilir Bendung

9. Kedalaman air pada hulu bendung sampai hilir bendung


Z = Elv.M.A.Banjir di Hulu Bendung – Elv.M.A.Banjir di Hilir Bendung

10. Kedalaman tengah bendung dari mercu


D = Hʹ + 1.1Z
Dengan:
Hʹ = H + k𝑣 2

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 25


𝑉2
K = 2𝑔

11. Tinggi lantai peredam


𝐻′
a = 0.2hʹ √ 𝑧

12. Panjang rayapan


1
L = LV + 3 ∆𝐻

Dengan:
L = 4 × ∆H
∆H = Z

2.6 Pelayanan Irigasi


Untuk kapasitas masing-masing ruas pada setiap saluran, baik itu saluran
primer maupun sekunder, digunakan jumlah debit kumulatif dari jumlah ruas
saluran. Setiap ruas saluran mempunyai efisiensi saluran untuk mengetahui faktor
dari kehilangan air pada saat pengaliran, maka dari itu digunakan beberapa
persamaan.

2.6.1 Perhitungan Debit Petak dan Debit Bangunan


Bentuk persamaan dari debit efektif adalah sebagai berikut :
Qp = α  β  K  A

Dengan :
Qp = debit petak (lt/det)
α = koefisien dengan nilai 1,00
β = koefisien bangunan, dapat dilihat ditabel.
A = luas petak tersier (ha)
NFRmax
K =
8,64
2.6.2 Perhitungan Debit Efektif
Bentuk persamaan dari debit efektif adalah sebagai berikut :
𝑄𝑝
Qeff = 𝛾

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 26


Dengan:
Qeff = debit efektif (lt/detik)
Qp = debit petak (lt/detik)
γ = efisiensi bangunan, yang telah ditetapkan bernilai 0,855

2.7 Pendimensian Saluran Irigasi


Untuk mengembangkan suatu daerah menjadi daerah irigasi diperlukan data
sebagai berikut :
1. Peta topografi daerah
2. Jumlah air yang dapat dimanfaatkan berdasarkan debit sumber airnya
3. Lokasi sumber air / lokasi pengambilannya
4. Keadaan tanah daerah pengairan untuk memperkirakan banyaknya air yang
hilang melalui rembesan, bocoran serta menentukan bentuk tampang
saluran.
5. Data hidrologi terutama menyangkut potensi penyediaan air (water avability)
dan kesetimbangan air (water balance).
6. Kebutuhan air pada areal irigasi (water requirement) sesuai jenis tanaman dan
pada perencanaan ini didasarkan kebutuhan air untuk tanaman padi.
7. Keadaan air terutama menyangkut kualitasnya.
8. Data klimatologi
9. Peta lahan tanah
10. Data lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perencanaan pembangunan
daerah menjadi daerah irigasi
a. Menetukan Lokasi Bendung
Bendungan yang merupakan bangunan penyadap air dibangun dengan
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1) Tinggi tempat diusahakan agar daerah yang dapat diairi seluas mungkin
sehingga lokasi bendung yang dipilih cukup tinggi.
2) Debit air, jika sungai akan dibendung merupakan pertemuan dari dua
sungai atau lebih maka bendung diletakkan di sebelah hilir titik
pertemuan dengan demikian akan diperoleh debit yang lebih besar.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 27


3) Kandungan lumpur, lokasi bendung dipilih daerah di mana sungai
belum banyak mengalami pengotoran karena lumpur akan mempersulit
pemeliharaannya.
4) Hindari terjadinya tanah tandus yang disebabkan kurangnya air di
sebelah hilir.
5) Tanah longsor, umur dari bendung ditentukan oleh pemeliharaan dan
keadaan lingkungannya maka bangunan di mana tanahnya mudah
longsor sangat mempengaruhi kekuatan bendung.

b. Saluran Primer
Saluran primer atau saluran induk dibuat dengan mengikuti arah garis
tranche dan dimulai dari bangunan penyadap. Pada bagian pertama dibangun
saluran penangkap pasir atau lumpur, kemudian bangunan penguras yang
bercabangan dengan bangunan pengambilan. Dari bangunan penguras dibuat
saluran penguras yang hampir sejajar dengan sungai untuk memudahkan
pengurasan lumpur. Dalam pembuatan saluran primer harap diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1) Panjang saluran diusahakan tidak berlebihan karena harus membelok-belok
mengikuti garis tranche.
2) Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong
aliran sungai, sehingga perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan
timbunan karena nanti akan mengakibatkan banyaknya kehilangan air.
3) Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, di tepi saluran
dibuat saluran pelampung air hujan.
4) Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang
dibutuhkan untuk seluruh areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor
kehilangan air baik di petak sawah maupun di sepanjang saluran.

c. Saluran Sekunder
Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka
saluran sekunder dibuat menyilang tegak lurus garis tranche dan diletakkan di

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 28


punggung topografi. Dalam pembuatan saluran sekunder, hal-hal di bawah ini
harus menjadi pertimbangan :
1) Bentuk petak tersier dan jenis pengairannya, saluran sekunder merupakan
batas dari petak tersier, sehingga penentuan dari petak tersier, sehingga
penentuan dari petak tersier diusahakan berbentuk persegi panjang
(memanjang arah aliran) dengan luas disesuaikan dengan keadaan topografi
daerah.
2) Perbedaan tinggi tempat, saluran yang melalui suatu daerah di mana
kemiringan tanahnya besar akan memperbanyak bangunan terjunan yang
diperlukan serta memperbesar biaya pembangunan.
3) Dimensi saluran sekunder ditentukan berdasarkan kebutuhan air dari
seluruh petak tersier yang dilayani dengan memperhitungkan kehilangan air
banyak di petak sawah maupun pada saluran sekunder
4) Bangunan pembagi dan bangunan pelengkap dijadikan satu untuk
memudahkan operasinya dan penghematan biaya pembangunannya.

d. Tampang Saluran
Dimensi saluran dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar didapatkan
saluran stabil yaitu tidak mengganggu masalah erosi maupun sedimentasi.
Persoalan pada saluran yang perlu mendapat yaitu penentuan kecepatan
terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun longsoran-longsoran.
Apapun yang dikehendaki adalah kecepatan terpakai kecepatan transport.
1) Tampang Memanjang Saluran
Pada saluran primer maupun sekunder dibuat tampang memanjang
untuk mengetahui :
• Elevasi muka tanah asli yang diperoleh dari ketinggian garis kontur
pada peta topografi daerah.
• Elevasi dasar saluran dengan memperhitungkan debit air saluran.
• Panjang saluran sesuai dengan panjang daerah irigasi.
• Elevasi saluran muka air sesuai dengan bentuk tampang saluran.
• Tinggi / dalamnya timbunan maupun galian maksimum.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 29


• Tinggi muka air minimum sebagai kontrol.
Jumlah bangunan terjunan yang diperlukan, diperlukannya bangunan ini
diperhitungkan berdasarkan tinggi yang harus dihilangkan oleh bangunan
terjunan sebagai berikut :

• Selisih tinggi karena kemiringan saluran.

• Tinggi yang hilang pada bangunan pembagi.

• Tinggi yang hilang pada alat ukur.

• Selisih tinggi karena tinggi muka tanah asli.

• Bangunan pelengkap.
Tinggi muka air minimum ditentukan berdasarkan :

• Tinggi petak sawah

• Tinggi genangan

• Tinggi kehilangan tinggi box tersier / pemberi.

2) Tampang Melintang Saluran


Dimensi saluran baik saluran primer maupun saluran sekunder
ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum yang diperhatikan
menurut luas daerah yang dialiri, yaitu :

• Untuk saluran primer berdasarkan seluruh daerah irigasi yang


dilayani.

• Saluran sekunder berdasarkan atas petak-petak tersier yang dialiri


dengan memperhatikan banyaknya air yang hilang karena rembesan,
bocoran dan sebagainya.
Pada perencanaan jaringan irigasi, banyaknya air yang hilang di saluran
diambil sebagai berikut :

• Untuk saluran terpanjang diambil 0,675 dan saluran terpendek


diambil 0,885 dan di antara keduanya diadakan interpolasi linier.

• Untuk saluran terpendek diambil : 0/99 dan diantara keduanya


diambil / diadakan interpolasi linear.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 30


2.7.1 Penggolongan Pendimensian
Setiap saluran digolongkan dari debit saluran yang tertinggi ke debit saluran
yang terendah. Debit yang digolongkan merupakan debit komulatif dari setiap
saluran. Penggolongan saluran ini dimaksudkan untuk selanjutnya dihitung dimensi
saluran.

2.7.2 Menentukan Dimensi Saluran


Saluran yang digunakan dalam pengaliran saluran irigasi yang merupakan
saluran dengan bentuk trapesium karena bentuk ini banyak digunakan sebagai
saluran irigasi dan pelaksanaan pekerjaan bentuk ini juga mudah sehingga
menjadikan saluran lebih efektif dan efisien. Perencanaan saluran trapesium ini
menggunakan kemiringan saluran dengan asumsi parameter perhitungan pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.3 Tabel Nilai m dan F Saluran Pada Profil Trapesium
Q (𝒎𝟑 /det) m F (m)

0,15 – 0,30 1,0 0,3

0,30 – 0,50 1,0 0,4

0,50 – 0,75 1,0 0,5

0,75 – 1,00 1,0 0,5

1,00 – 1,50 1,0 0,5

1,50 – 3,00 1,5 0,5

3,00 – 4,50 1,5 0,5

4,50 – 5,00 1,5 0,5

5,00 – 6,00 1,5 0,5

6,00 – 7,50 1,5 0,5

7,50 – 9,00 1,5 0,5

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 31


9,00 – 10,00 1,5 0,5

10,00 – 11,00 2 0,5

11,00 – 15,00 2 0,5

15,00 – 25,00 2 0,7

25,00 – 40,00 2 1

Sumber : (IrigasiI, MochAbsor, 2004)


Dimensi saluran dihitung berdasarkan rumus kontinuitas persamaan strikler
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran (standar perencanaan irigasi KP –
03, 1986). Kecepatan aliran dihitung dengan rumus :
2 1
V = K . R3 . I 2
Menurut standar perencanaan irigasi KP-03, (1986), kecepatan maksimum
yang diizinkan untuk saluran tanah V = 0,6 m/det dan saluran pasangan batu V =
1,5 – 2,0 m/det.
Unsur geometris penampang saluran dihitung dengan menggunakan rumus
seperti di bawah ini:
A
R =P

A = (b + m.h) × h

P = (b + 2h√1 + 𝑚2)

Q=A×V

Dimana :
Q : Debit saluran (m3/det)
V : Kecepatan aliran (m/det)
A : Luas tampang basah saluran (m2)
R : Jari-jari hidrolis saluran (m)
P : Keliling basah (m)
b : Lebar dasar (m)
h : Tinggi air (m)

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 32


I : Kemiringan dasar saluran
K : Koefisien stikler
m : Kemiringan talud

2.8 Terjunan
Bentuk persamaan dalam perhitungan terjunan adalah sebagai berikut:
H = S×L
Elv. Dasar sal. Maks = elv. Muka air tanah – stripping
Elv. Muka air min = elv. Muka air tanah + ∆H + tinggi air genangan
Elv. Dasar sal. Min = elv. Muka air min – h
elv. dasar sal. maks+elv. dasar sal. min
Elv. Dasar sal. Rencana =
2
Elv. Muka air maks = elv. Dasar sal. Maks + h
Elv. Muka air rencana = elv. Dasar sal. Recana + h
Elv. Muka tanggul = elv. Muka air rencana + freeboard

Head yang hilang = elv.Dasar sal.Rencana1 – H – elv.Dasar sal.Rencana2


head yang hilang
Tinggi terjunan =
jumlah bangunan terjunan

Dengan:
H : Tinggi hilang (m)
S : Kemiringan saluran
L : Panjang saluran (m)
Stripping : 0,2 m
∆H : Tinggi hilang total (0,35m), didapat dari penjumlahan
tinggi antar muka air petak sawah dan saluran sekunder
(0,015m) + tinggi hilang antar saluran tersier dan sekunder
(0,15m) + tinggi hilang saluran pemberi (0,15m).
F : Freeboard (m)
h : Tinggi basah (m)
Tinggi air genangan : 0,1m

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 33


2.9 Data Sungai
Aliran permukaan pada daerah tangkapan air (daerah aliran sungai, DAS)
terjadi dalam beberapa bentuk yaitu aliran limpasan pada permukaan tanah, aliran
melalui parit/selokan, aliran melalui sungai-sungai kecil, dan aliran melalui sungai
utama. Aliran limpasan pada permukaan tanah terjadi selama atau setelah hujan
dalam bentuk lapisan air yang mengalir pada permukaan tanah. Aliran tersebut
masuk ke parit/selokan yang kemudian mengalir ke sungai-sungai kecil dan
selanjutnya menjadi aliran di sungai utama.

2.9.1. Tingkatan sungai


Tingkatan sungai ditetapkan berdasarkan ukuran alur dan posisinya, tingkatan
terendah untuk alur terkecil yang merupakan sungai-sungai paling ujung dan
tingkat yang lebih tinggi untuk alur yang lebih besar yang berada di daerah bagian
hilir. (Strahler, 1952 dan Thompson, 1999) menetapkan anak sungai paling ujung
sebagai sungai tingkat satu. Apabila dua alur pada tingkat yang sama bergabung,
maka tingkat alur di bawah percabangan tersebut menigkat satu tingkat. Apabila
sebuah sungai dengan suatu tingkat bertemu dengan sungai yang mempunyai
tingkat lebih rendah maka tingkat sungai pertama tidak berubah.

Gambar 2.1. Jaringan sungai dan tingkatannya


(Sumber: Sosrodarsono, S. dan T. Takeda. 1982. Hidrologi untuk
Pengairan, Pradnya Paramita, Bandung)

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 34


2.9.2. Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung-
punggung gunung/pegunungan di mana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan
mengalir menuju sungai utama pada suatu titik/stasiun yang ditinjau. DAS
ditentukan dengan menggunakan peta topografi yang dilengkapi dengan garis-garis
kontur. Daerah yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi
adalah DAS. Luas DAS sangat berpengaruh terhadap debit sungai. Pada umumnya
semakin besar DAS semakin besar jumlah limpasan permukaan sehingga semakin
besar pula aliran permukaan atau debit sungai.

Gambar 2.2. Daerah aliran sungai (DAS)


(Sumber: Sosrodarsono, S. dan T. Takeda. 1982. Hidrologi untuk Pengairan,
Pradnya Paramita, Bandung)

2.9.3. Panjang sungai


Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun
yang ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya (disimbolkan dengan L).
Panjang pusat berat (Lc) adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari
stasiun yang ditinjau sampai titik terdekat dengan titik berat DAS. Pusat berat DAS
adalah pusat berat titik perpotongan dari dua atau lebih garis lurus yang membagi
DAS menjadi dua DAS yang kira-kira sama besar. Jumlah panjang sungai semua
tingkat Lt adalah jumlah dari panjang semua segmen sungai semua tingkat. Lt
digunakan untuk mengukur kerapatan sungai.

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 35


2.9.4. Kemiringan sungai
Kurva yang menunjukan hubungan antara elevasi dasar sungai dan jarak
yang diukur sepanjang sungai mulai dari ujung hulu sampai muara disebut profil
memanjang sungai atau kemiringan sungai. Untuk menghitung kemiringan sungai,
sungai dibagi menjadi beberapa pias dan kemiringan dihitung untuk setiap pias.

Gambar 2.3. Profil memanjang sungai


(Sumber : Niemeyer - Lullwitz & Zucchi, 1985)

2.10. Ambang Pengambilan Saluran Induk/Primer


Persyaratan umum (lokasi dan dimensi) :
1. Lokasi dipilih pada bagian s ungai yang tidak mudah terjadi sedimentasi,
biasanya di tikungan luar.
2. Dimensi dirancang dengan kecepatan aliran di dekat ambang tidak terlalu
cepat sehingga terlalu banyak sedimen yang masuk, namun juga tidak
terlalu lambat sehingga menyebabkan sedimentasi yang berlebihan di
depan ambang pengambilan.
3. Persyaratan umum kecepatan aliran di atas ambang pengambilan adalah
dirancang sebesar 0,80 m/detik.

2.11. Bangunan Pembilas


Sewaktu membilas kantong lumpur, maka debit pembilas:
Q = 50% dari debit saluran
V = 2 m/dt

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 36


Gambar 2.4 Proses pembilasan pada kantong lumpur
(Sumber : KP-02 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama)
Partikel A yang masuk kolam, dengan kecepatan endap partikel W dan kecepatan
air V harus mencapai dasar akhir kolam, titik C. Artinya, partikel A tadi selama
waktu H/W (tarikan gravitasi) akan berjalan juga secara horizontal sepanjang garis
L dalamwaktu L/ W.

𝐻 𝐿 𝑄 𝐻 𝐿𝐻𝐵
Jadi : 𝑊 = ;dengan rumus V = 𝐻𝐵 , maka 𝑊 =
𝑉 𝑄

𝑄
LB =
𝑊

Dimana:
H : Kedalaman air
W : Panjang kantong lumpur
V : Kecepatan aliran
L : Kecepatan endap partikel sedimen
Q : Debit Saluran
B : Lebar kantong
Karena sangat sederhananya, maka rumus ini dipakai dalam rencana awal
dalam menentukan dimensi kantong. Pada waktu detail desain, maka perencanaan
yang lebih detail diperlukan, dengan dilengkapi data:
- Jenis endapan
- Concentration endapan sungai
- Kecepatan dalam saluran tersebut

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 37


Dimensi kantong tersebut sebaiknya sesuai dengan kaidah bahwa L/B > 8,
untuk mencegah agar aliran tidak “meander” di dalam kantong lumpur.
Apabila medan topografi tidak memungkinkan memenuhi syarat tersebut,
maka kantong harus dibagi-bagi kearah memanjang dengan dinding-dinding
pemisah, untuk mencapai perbandingan antara L dan B tersebut. Dalam rumus
tersebut, penentuan kecepatan endap amat penting, karena sangat berpengaruh
terhadap dimensi kantong lumpur.
Untuk menentukan kecepatan tersebut ada 2 cara, yaitu:
1. Pengukuran di tempat
2. Dengan teori (grafik) dan rumus-rumus
Pengukuran kecepatan endap dapat diadakan pengambilan contoh di sungai
oleh tenaga yang sudah berpengalaman. Setelah itu, contoh tersebut harus dianalisa
dengan tabung pengendap (Setting Tube). Metode ini dijelaskan dalam:
“Konstruksi cara-cara untuk mengurangi angkutan sedimen yang akan masuk ke
intake dan saluran irigasi” (DPMA, 1981).

2.12. Tanggul Banjir


Tanggul di sepanjang sungai adalah bangunan yang paling utama dan paling
penting dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap
genangan-genangan yang disebabkan oleh banjir. Tanggul dibangun terutama
dengan konstruksi urugan tanah

Gambar 2.5. Bagian-bagian Tanggul


(Sumber: KP-02 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama)

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 38


Tabel 2.4. Lebar Standar Mercu
Lebar
No. Debit Banjir Rencana Mercu
(m³/dtk) (m)
1 < 500 3.0
2 500 - 2000 4.0
3 2000 - 5000 5.0
4 5000 - 10000 6.0
5 > 10000 7.0
Sumber: Sosrodarsono (1994:29)
Tinggi jagaan merupakan tambahan tinggi pada tanggul untuk menampung
loncatan air dari permukaan air sungai yang mengalir.
Tabel 2.5. Tinggi Jagaan Tanggul
Debit Banjir Rencana Jagaan
No.
(m³/dtk) (m)
1 < 200 0.6
2 200 - 500 0.8
3 500 - 2000 1.0
4 2000 - 5000 1.2
5 5000 - 10000 1.5
6 > 10000 2.0
Sumber: Sorodarsono (1994:87)
Perencanaan tanggul banjir dapat dianalisis dengan rumus:
1. Kedalan kritis (d)
𝑄 𝑏𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟
d =| |2/3
𝐶𝑑 ×𝑏1 × √𝑔

Dengan :
b1 : Lebar sungai
Cd : Koefisien banjir (1,33)
Q banjir : Debit banjir rencana T25 tahun

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 39


2. Tebal air saat banjir dari mercu bendung (H)
3
H= ×d
2
3. Elevasi muka air banjir di depan bendung
Elv.M.A.Banjir Depan Bendung = Elv. Mercu Bendung + H
4. Elevasi tanggul
Elevasi tanggul = Elv.M.A.Depan Bendung + tinggi jagaan (0,5)

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 40


BAB 3

METODE PERENCANAAN

3.1 Tahapan Perencanaan Jaringan Irigasi


Perencanaan jaringan irigasi melalui tahapan sebagai berikut :

Mulai

Data Hidrologi +
Klimatologi + Peta
Kontur

Menghitung Eto Membuat Layout


Saluran

Menghitung Kebutuhan Menghitung


Air Tanam (NFR) Luas Petak
Sawah

Menghitung Kapasitas
Saluran

Analisis Perencanaan
Bendung
Menghitung
• Analisis Frekuensi
Profil Saluran
• Ambang Pengambilan
• Saluran dan Pintu
Pengambilan
• Tanggul Banjir
Analisis Potongan
• Dimensi Tubuh
Memanjang dan
Bendung Terjunan
• Panjang Rayapan
Bendung
Gambar

Selesai

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI DAN BANGUNAN AIR KELOMPOK 9C&G 41

Anda mungkin juga menyukai