PENDAHULUAN
2. Bendung
Bendungan di sungai yang berfungsi menaikkan muka air sampai pada elevasi
tertentu. Bendung dapat berupa:
a. Bendung Tetap
Bangunan untuk meninggikan muka air sungai pada ketinggian yang
diperlukan, agar air dapat mengalir ke saluran pembawa sampai ke petak tersier.
Bendung tetap ini ada yang permanen, semi permanen, ataupun tidak permanen.
b. Bendung Gerak
Adalah bangunan sungai yang sebagian besar konstruksinya terdiri dari
pintu-pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air di sungai
sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran
pembawa kemudian ke petak tersier.
1) Bangunan Pengambilan
Bangunan yang merupakan bagian dari bangunan utama (waduk,
bendung, embung) yang berfungsi untuk menyadap air/mengalirkan air dari
sumber air/sungai ke saluran induk.
2) Kantong Lumpur
Bangunan yang berada di pangkal saluran induk, yang berfungsi untuk
menampung dan mengendapkan lumpur, pasir, kerikil, agar tidak terbawa
sampai ke saluran hilirnya.
3) Pompa
Alat untuk menaikkan muka air sampai elevasi yang diperlukan secara
mekanis/hidraulis.
1.6.7 Pompa
Alat untuk menaikkan muka air sampai elevasi yang diperlukan secara
mekanis /hidraulis.
LANDASAN TEORI
0 0,68
5 0,93
10 1,25
15 1,66
20 2,19
25 2,86
30 3,69
35 4,73
2) Menghitung En
Nilai Rh diperoleh dari rata-rata data kelembaban udara.
Nilai es didapat dari tabel nilai temperatur udara dan tekanan uap air jenuh(es).
Rn
En =
𝜌𝑤𝑙𝑣
Dengan:
En : Kedalaman penguapan (cm/hari)
Rn : Radiasi netto yang diterima permukaan bumi (cal./cm2/hari)
𝜌𝑤 : Rapat massa air (gr/cm3)
Lv : Panas laten untuk evaporasi (cal./gr)
Ed = es x Rh
4) Menghitung nilai E
E = 0,35 x (0,5 + (0,54 x U2)) x (es – ed)
2. Parameter Statik
S=
1
n
(X1 − X rt )2
n −1 i −1
(X − X rt )
n n
Cs =
3
(n − 1)(n − 2)s 2 i −1 1
S
Cv =
X rt
(X − X rt )
n n
Ck =
4
(n − 1)(n − 2)s 4 i −1 1
Keterangan :
S : Standar Deviasi
Cs : Koefisien Asimetri
Cv : Koefisien Variasi
Ck : Koefisien Kurtosis
( Xrt ± 2s ) = 95,44%
Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
3 Gumbel Cs = 1,14
Ck = 5,4
4. Uji Chi-Kudrat
K = 1 + 3,322log (n )
DK = K − R − 1
n
Ef =
k
Dx =
(Xmax − Xmin )
n −1
Xawal = (Xmin − (0,5 Dx ))
X = i −1
2 n (Of − Ef )2
Ef
Keterangan :
k : Banyaknya kelas
Log n : Banyaknya data
R : Banyaknya parameter (Untuk Uji Chi-kuadrat adalah 2)
2. Kondisi Topografi
Dilihat dari lokasi bendung harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :
a. Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi
b. Trase saluran induk terletak di tempat yang baik
c. Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan
sedimen
5. Biaya Pelaksanaan
Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan yang selanjutnya biaya
pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaannya, peralatan dan tenaga.
Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan terakhir. Dari
beberapa alternatif, lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan
pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
6. Faktor-faktor Lain
Dalam memilih lokasi bendung yang harus dipertimbangkan yaitu penggunaan
lahan disekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak
terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.
3 𝑄
d = √(𝐶𝑑 ×𝑏1 × )²
√𝑔
H = 1,5d
A = Be × Hʺ
𝑄𝑏𝑎𝑛𝑗𝑖𝑟
V= 𝐴
Dengan:
Dengan:
L = 4 × ∆H
∆H = Z
Dengan :
Qp = debit petak (lt/det)
α = koefisien dengan nilai 1,00
β = koefisien bangunan, dapat dilihat ditabel.
A = luas petak tersier (ha)
NFRmax
K =
8,64
2.6.2 Perhitungan Debit Efektif
Bentuk persamaan dari debit efektif adalah sebagai berikut :
𝑄𝑝
Qeff = 𝛾
b. Saluran Primer
Saluran primer atau saluran induk dibuat dengan mengikuti arah garis
tranche dan dimulai dari bangunan penyadap. Pada bagian pertama dibangun
saluran penangkap pasir atau lumpur, kemudian bangunan penguras yang
bercabangan dengan bangunan pengambilan. Dari bangunan penguras dibuat
saluran penguras yang hampir sejajar dengan sungai untuk memudahkan
pengurasan lumpur. Dalam pembuatan saluran primer harap diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1) Panjang saluran diusahakan tidak berlebihan karena harus membelok-belok
mengikuti garis tranche.
2) Saluran primer memungkinkan melewati jurang-jurang atau memotong
aliran sungai, sehingga perlu dipertimbangkan banyaknya galian dan
timbunan karena nanti akan mengakibatkan banyaknya kehilangan air.
3) Untuk mengurangi masuknya air hujan ke saluran primer, di tepi saluran
dibuat saluran pelampung air hujan.
4) Dimensi saluran primer ditentukan berdasarkan banyaknya air yang
dibutuhkan untuk seluruh areal irigasi dengan memperhatikan faktor-faktor
kehilangan air baik di petak sawah maupun di sepanjang saluran.
c. Saluran Sekunder
Untuk memungkinkan dapat mengairi daerah kedua sisi saluran, maka
saluran sekunder dibuat menyilang tegak lurus garis tranche dan diletakkan di
d. Tampang Saluran
Dimensi saluran dan bentuk saluran perlu diperhatikan agar didapatkan
saluran stabil yaitu tidak mengganggu masalah erosi maupun sedimentasi.
Persoalan pada saluran yang perlu mendapat yaitu penentuan kecepatan
terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun longsoran-longsoran.
Apapun yang dikehendaki adalah kecepatan terpakai kecepatan transport.
1) Tampang Memanjang Saluran
Pada saluran primer maupun sekunder dibuat tampang memanjang
untuk mengetahui :
• Elevasi muka tanah asli yang diperoleh dari ketinggian garis kontur
pada peta topografi daerah.
• Elevasi dasar saluran dengan memperhitungkan debit air saluran.
• Panjang saluran sesuai dengan panjang daerah irigasi.
• Elevasi saluran muka air sesuai dengan bentuk tampang saluran.
• Tinggi / dalamnya timbunan maupun galian maksimum.
• Bangunan pelengkap.
Tinggi muka air minimum ditentukan berdasarkan :
• Tinggi genangan
25,00 – 40,00 2 1
A = (b + m.h) × h
P = (b + 2h√1 + 𝑚2)
Q=A×V
Dimana :
Q : Debit saluran (m3/det)
V : Kecepatan aliran (m/det)
A : Luas tampang basah saluran (m2)
R : Jari-jari hidrolis saluran (m)
P : Keliling basah (m)
b : Lebar dasar (m)
h : Tinggi air (m)
2.8 Terjunan
Bentuk persamaan dalam perhitungan terjunan adalah sebagai berikut:
H = S×L
Elv. Dasar sal. Maks = elv. Muka air tanah – stripping
Elv. Muka air min = elv. Muka air tanah + ∆H + tinggi air genangan
Elv. Dasar sal. Min = elv. Muka air min – h
elv. dasar sal. maks+elv. dasar sal. min
Elv. Dasar sal. Rencana =
2
Elv. Muka air maks = elv. Dasar sal. Maks + h
Elv. Muka air rencana = elv. Dasar sal. Recana + h
Elv. Muka tanggul = elv. Muka air rencana + freeboard
Dengan:
H : Tinggi hilang (m)
S : Kemiringan saluran
L : Panjang saluran (m)
Stripping : 0,2 m
∆H : Tinggi hilang total (0,35m), didapat dari penjumlahan
tinggi antar muka air petak sawah dan saluran sekunder
(0,015m) + tinggi hilang antar saluran tersier dan sekunder
(0,15m) + tinggi hilang saluran pemberi (0,15m).
F : Freeboard (m)
h : Tinggi basah (m)
Tinggi air genangan : 0,1m
𝐻 𝐿 𝑄 𝐻 𝐿𝐻𝐵
Jadi : 𝑊 = ;dengan rumus V = 𝐻𝐵 , maka 𝑊 =
𝑉 𝑄
𝑄
LB =
𝑊
Dimana:
H : Kedalaman air
W : Panjang kantong lumpur
V : Kecepatan aliran
L : Kecepatan endap partikel sedimen
Q : Debit Saluran
B : Lebar kantong
Karena sangat sederhananya, maka rumus ini dipakai dalam rencana awal
dalam menentukan dimensi kantong. Pada waktu detail desain, maka perencanaan
yang lebih detail diperlukan, dengan dilengkapi data:
- Jenis endapan
- Concentration endapan sungai
- Kecepatan dalam saluran tersebut
Dengan :
b1 : Lebar sungai
Cd : Koefisien banjir (1,33)
Q banjir : Debit banjir rencana T25 tahun
METODE PERENCANAAN
Mulai
Data Hidrologi +
Klimatologi + Peta
Kontur
Menghitung Kapasitas
Saluran
Analisis Perencanaan
Bendung
Menghitung
• Analisis Frekuensi
Profil Saluran
• Ambang Pengambilan
• Saluran dan Pintu
Pengambilan
• Tanggul Banjir
Analisis Potongan
• Dimensi Tubuh
Memanjang dan
Bendung Terjunan
• Panjang Rayapan
Bendung
Gambar
Selesai