A. PENGERTIAN
meningitis bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera traumatik
atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di dalam tubuh ke
pada meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan zat kimia (Betz, 2009).
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi, 2006).
B. ETIOLOGI
4. Organisme jamur
(Muttaqin, 2008)
C. KLASIFIKASI
a. Asepsis
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada
meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
b. Sepsis
influenza. Bakteri paling sering dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu
mencakup droplet dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa
kuman (paling sering) atau infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang
tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif yang terjadi
pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau
meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui
salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain,
cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus
pungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat pemantau TIK) (Muttaqin, 2008).
D. MANIFESTASI KLINIS
bising usus lebih dari 30x/menit ketika sedang diare, tonus otot melemah,
menangis lemah (bayi yang sakit atau merasakan nyeri ditubuhnya akan
merengek lemah sepanjang hari dan merintih lemah seakan tidak memiliki
energi yang kuat untuk menangis).
2. Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, maniak, stupor, koma, kaku
meningococal).
3. Ciri Khas : penderita yang tanpak sakit berat, demam akut yang tinggi, kesadaran
yang menurun (lethargi atau gaduh gelisah), nyeri kepala, muntah dan kaku
mengkaji tanda kernig, mulai dengan klien berbaring dan paha ditekuk dengan
sudut yang tepat terhadap abdomen dan dengan lutut ditekuk 90 derajat kepaha.
Kemudian ekstensikan kaki bawah klien pada iritasi meningen, meluruskan kaki
ke arah atas akan menimbulkan nyeri, spasme dari otot hamstring, dan resistansi
pada lutut terhadap ekstensi kaki lebih lanjut. Untuk memeriksa tanda
cepat. Jika tidak ada iritasi meningen, fleksi leher ke depan akan menghasilkan
fleksi pada kedua paha pada pangkal dan gerakan fleksi pada lutut dan engkel.
4. Manisfestasi umum yang terkait dengan dengan infeksi dapat juga ditemukan,
muntah. Klien mungkin tampak pemarah pada awalnya, tetapi saat infeksi
berlanjut, klien tanpak sakit akut dan kebingungan, stupor atau koma. Kejang
dapat terjadi Petekie atau ruam perdarahan dapat muncul. Diagnosis detegakkan
dengan pungsi lumbal. CSS (Cairan Serebro Spinal) keruh. Pewarnaan gram
pada CSS menunjukkan organisme pada 70% hingga 80% kasus. Ketika
sering kali terdeteksi dengan teknik ini. Klien dengan menigitis bakterial
E. PATOFISIOLOGI
Patogen yang berupa bakteri, jamur, virus dan protozoa masuk kedalam
tubuh pasien melalui nasofaring atau melalui luka terbuka. Kemudian ikut terbawa
ke seluruh tubuh melalui aliran darah, termasuk ke sistem serebral. Darah yang
melalui sistem vaskular, dapat sampai di daerah ginjal. Terjadi gangguan pada
nefron ginjal sehingga darah dan protein dapat lolos dari proses penaringan ginjal,
Kemudian tromboemboli juga dapat masuk menembus Blood Brain Barrier (BBB).
Cerebro Spinal (CSS). Keberadaan dari tromus darah yang terinfeksi tersebut
sistem vaskular, dapat sampai ke kelenjar adrenal pada superior ginjal, dan
kolaps pembuluh darah. Pembuluh darah yang kolaps, membuat darah banyak
berada di luar sistem vaskular. Jika terjadi di serebral, tubuh harus melakukan
perfusi secara maksimal agar dapat mengembalikan darah masuk kembali kedalam
serebral.
Akumulasi sekret yang terbawa dalam aliran darah ke seluruh tubuh. Darah
mematikan patogen. Hasil dari imun tersebut terbentuklah sekret sebagai hasil dari
sehingga akan meningkatkan viskositas darah. Darah yang semakin kental akan
kapiler agar dapat lewat dengan mudah. Permeabilitas yang semakin meningkat,
kebocoran pada sistem vaskular. Kebocoran dari sistem vaskular akan membawa
cairan yang bocor tersebut kedalam ruang intestinal. Cairan yang masuk kedalam
ronga intestinal akan mengganggu keseimbangan ion dalam rongga intestinal. Ion
menimbulkan kejang. Ketika keang, terjadi kontraksi otot yang tidak terkontrol,
pembuluh darah. Pembuluh darah yang semakin banyak mengalir menuju jaringan
meningkatkan Tekanan Intra Kranial (TIK), juga akan berlaku pustulat monroe
klein. Saat TIK meningkat, akan merangsan sistem saraf simpatis untuk bekerja
bekerjanya saraf simpatis yang berlebihan akan memicu klien untuk merasakan
kurang dari kebutuhan tubuh. Peningkatan TIK juga dapat menekan saraf pada
bagian servikal. Sehingga terjadi kontraksi otot bagian servikal secara berlebihan.
Kontraksi yang berebihan ini akan menimbulkan gejala seperti kaku kuduk / otot
aliran darah ke otak sebab aliran darah banyak masuk ke aliran serebral. Respon
tubuh umum yang dilakukan ketika suplai darah ke otot kurang adalah
Dampak meningkatnya tekanan darah tersebut, akan menekan saraf pada sistem
saraf kranial, jika terjadi pada saraf optikus, dapat menyebabkan menurunya
selalu sama. Dengan adanya peningkatan volume dalam rongga tengkorak, akan
menekan kearah luar tengkorak pada anak, atau akan menimbulkan hidrosefalus.
Jika pada orang dewasa akan menekan organ yang ada di dalamnya. Bagian otak
kesadaran yang menurun juga akan menurunkan kemampuan klien untuk batuk
efektif, sehingga akan terjadi penumpukan sekret dalam saluran nafas klien. Dengan
(Muttaqin, 2008)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
hati)
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto thorax
b. Foto kepala
c. CT Scan
dengan tanda-tanda edema otak atau iskema fokal yang masih dini. Selain
itu, dapat juga ditemukan tuberkuloma yang silent, biasanya korteks serebri
atau thalamus.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi antibiotik agar pemberian
1. Meningitis tuberkulosa:
tahun.
2. Meningitis bakterial:
3. Pengobatan simtomatis:
10mg/kgBB/dosis.
perlengketan): 1mg/kgBB/hari
cairan. Mulai dari air putih, teh, jus jeruk ataupun minuman yang
dari 8 gelas.
dengan istirahat secara total. Istirahat total ini sangat diperlukan bagi
berat yang memerlukan banyak tenaga dan pikiran. Istirahat yang terbaik
bagi penyakit meningitis adalah dengan tidur sebanyak mungkin.
Diet makanan
dengan selalu melakukan mandi dengan air hangat. Hal ini bertujuan
selaput otak. Usahakan untuk mandi dengan air hangat di atas suhu 35◦C
setiap hari.
H. KOMPLIKASI
inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus
cranial, lesi cerebral fokal, hydrosefalus atau penumpukan cairan serebrospinal dan
meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura) adalah
perdarahan adrenal juga termasuk komplikasi dari meningitis. DIC adalah suatu
ginjal,lalu terakumulasi pada nefron ginjal. Nefron tidak berfungsi dengan baik
sehingga protein dan darah lolos dari proses filtrasi sehingga juga terjadi
Albuminura dan Hematuria. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada
saluran nafas bagian atas, telinga Tengah dan paru-paru,biasanya disebabkan karena
A. Pengkajian Primer
1. Airway
sekret akibat kelemahan refleks batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
Guedel airway
2. Breathing
otot bantu apas, dan peningkatan frekuensi pernapasan yang sering didapatkan pada
klien meningitis disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks
hanya dilakukan apabila terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan
efusi pleura masif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis). Auskultasi bunyi
napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer di
paru.
3. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normla pada tahap dini, disritmia, kulit dan
4. Dissability
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS.
5. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua cidera
yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang belakang, maka
imobilisasi in line harus dikerjakan (Muttaqin, 2008).
B. Pengkajian Sekunder
a. Anamnesa
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua
keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi dan peningkatan TIK.
Keluhan gejala awal tersebut biasanya sakit kepala dan demam. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain,
d. Pemeriksaan fisik
tubuh lebih dari normal, yaitu 38-41oC, dimulai dari fase sistemik,
Tingkat kesadaran
Fungsi serebri
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah dan aktivitas
(+)
saluran napas.
aliran darah.
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakefektif - Tanda-tanda vital - Buka jalan nafas, gunakan
an pola napas dalam rentang teknik chin lift atau jaw
berhubungan normal. thrust.
dengan - Suara napas jernih, - Posisikan pasien untuk
penurunan klien tidak merasa memaksimalkan ventilasi.
tingkat tercekik, irama nafas - Lakukan fisioterapi dada, dan
kesadaran yang bagus, dan keluarkan sekret dengan
frekuensi pernafasan batuk atau suction
dalam rentang - Auskultasi suara nafas, catat
normal. adanya suara tambahan.
- - Mendemostrasikan - Lakukan suction pada mayo.
batuk efektif, dan - Berikan bronkodilator bila
tidak adanya stidor, perlu dan berikan pelembab
sianosis, pucat. udara Kassa basah NaCl
Lembab.
- Atur intake untuk
mengoptimalkan cairan.
- Monitor respirasi dan starus
O2 ( Oxygen Therapy ).
- Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea.
- Pertahankan jalan nafas yang
paten.
2. Ketidakefektif - Lakukan fisioterapi - Pastikan kebutuhan
an bersihan dada, dan keluarkan oral/tracheal suctioning.
jalan napas sekret dengan batuk - Auskultasi suara nafas
berhubungan atau suction. sebelum dan sesudah
dengan - Mendemostrasikan suctioning.
penumpukan batuk efektif dan - Berikan O2 dengan
secret pada suara nafas yang menggunakan nasal untuk
saluran bersih, tidak ada memfasilitasi suction
napas. sianosis dan dyspneu nasotrakeal.
(mampu - Monitor status oksigen
mengeluarkan pasien, dan ajarkan keluarga
sputum, mampu pasien bagaimana cara
bernafas dengan melakukan suction.
mudah, tidak pursed - Buka jalan nafas, gunakan
lips). teknik chinlift atau jaw thrust.
- Mampu - -Posisikan pasien untuk
mengindentifikasi memaksimalkan ventilasi,
dan mencegah faktor lakukan fisioterapi dada bila
yang dapat perlu.
menghambat jalan - -Identifikasi pasien perlunya
nafas. pemasangan alat jalan nafas
buatan.
3. Hipertermia - Suhu tubuh, nadi, - -Monitor suhu sesering
berhubungan respiratory rate mungkin.
proses infeksi dalam rentang - Monitor warna dan suhu
normal. kulit.
- Tidak ada perubahan - -Monitor tekanan darah, nadi,
warna kulit dan tidak RR, GCS, WBC, Hb, dan
ada pusing. Hct.
- Monitor intake dan output.
- -Tingkatkan sirkulasi udara,
Kompers pasien pada lipat
paha dan aksila, lakukan
tapid sponge, dan kolaborasi
pemberian cairan intravena.
4. Kekurangan - -Mempertahankan - Kolaborasikan pemberian
volume cairan urine output sesuai cairan IV.
berhubungan dengan usia dan BB. - Pertahankan catatan intake
dengan BJ urine normal, HT dan output yang akurat,
diaphoresis. normal. tawarkan snack (jus buah dan
- Tekanan darah, suhu buah segar), dorong keluarga
tubuh, dalam batas untuk membantu pasien
normal. makan, atur kemungkinan
- Tidak ada tanda- transfusi.
tanda dehidrasi. - Monitor status hidrasi, ttv,
- Elastisitas turgor monitor masukan nutrisi dan
kulit baik, membran intake kalori harian.
mukosa lembab,
tidak ada rasa haus
berlebihan.
5. Resiko - Mendemonstrasikan - Monitor adanya daerah
Ketidakefektif kemampuan kognitif tertentu yang hanya peka
an perfusi jar. ditandai dengan : terhadap panas / dingin /
Cerebral - Berkomunikasi tajam / tumpul.
berhubungan dengan jelas dan - Monitor adanya paretese.
dengan sesuai dengan - Instruksikan keluarga untuk
penyumbatan kemampuan. mengobservasi kulit.
aliran darah. - Menunjukan - Gunakan sarung tangan untuk
perhatian konsentari proteksi.
dan orientasi. - Batasi gerekan pada kepala,
- Memproses leher dan puggung.
infomasi, membuat - Monitor kemampuan BAB,
keputusan dengan kolaborasi pemberian
benar. analgetik, Monitor adanya
- Menunjukkan fungsi tromboplebitis, diskusikan
sensori motori mengenai penyebab
cranial yang utuh : perubahan sensasi.
- -tingkat kesadaran - Batasi gerekan pada kepala,
membaik, tidak ada leher dan puggung.
gerakan-gerakan - Kolaborasi pemberian
involunter. analgetik
- Mendemonstrasikan
status sirkulasi yang
ditandai dengan :
- Tekanan systole dan
diastole dalam
rentang yang
diharapkan.
- Tidak ada
ortostatikhipertensi.
- Tidak ada tanda-
tanda peningkatan
tekanan intrakranial
(tidak lebih dari
15mmHg).
6. Nyeri akut - Mampu mengontrol - Lakukan pengkajian secara
berhubungan nyeri ( tahu komprehensif termasuk
dengan proses penyebab nyeri, lokasi, karakteristik, durasi,
infeksi mampu frekuensi, kualitas, dan faktor
menggunakan teknik presipitasi.
nonfarmakologi - Observasi reaksi nonverbal
untuk mengurangi dari ketidaknyamanan.
nyeri ). - Gunakan komunnikasi
- Melaporkan bahwa teraupeutik untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien.
dengan - Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi respon nyeri.
manajemen nyeri. - Evaluasi pengalaman nyeri
- Menyatakan masa lampau, evaluasi
rasanyaman setelah bersama pasien dan tim
nyeri berkurang. kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
di masa lampau.
- - Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
7. Hambatan - Klien menigkat - Monitoring vital sign
mobilitas fisik dalam aktivitas fisik. sebelum/sesudah latihan dan
berhubungan - Mengerti tujuan dari lihat respon klien saat latihan.
dengan peningkatan - Kolaborasi dan konsultasikan
kerusakan mobilitas. dengan terapi fisik tentang
neuromuskule - Memverbalisasikan rencana ambulasi sesuai
r perasaan dalam dengan kebutuhan.
meningkatkan - Bantu klien untuk
kekuatan dan menggunakan tongkat saat
kemampuan berjalan dan cegah terhadap
berpindah. cedera.
- Memperagakan - Ajarkan pasien tentang teknik
pengguunaan alat ambulasi.
dan membantu untuk - Kaji kemampuan pasien
mobilisasi. dalam mobilisasi.
- Latihan pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan.
- Dampingi dan bantu penuhi
kebutuhan pasien saat
mobilisasi dalam kebutuhan
ADLs ps.
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
- - Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
8. Resiko cidera - Klien terbebas dari - Sediakan lingkungan yang
berhubungan cedera, mampu aman untuk pasien.
dengan menjelaskan cara - Identifikasi kebutuhan
kejang untuk mencegah keamanan pasien, sesuai
cedera. dengan kondisi fisik dan
- Klien mampu fungsi kognitif pasien dan
menjelaskan factor riwayat penyakit terdahulu
resiko dari pasien.
lingkungan perilaku - Menghindarkan lingkungan
personal. yang berbahaya ( misalnya
- Mampu memindahkan perabotan )
memodifikasi gaya - Memasang side rail tempat
hidup untuk tidur, menyediakan tempat
mencegah injury tidur yang nyaman dan
- Menggunakan bersih.
fasilitas kesehatan - Mengontrol lingkungan dari
yang ada. kebisingan, memindahkan
- Mampu mengenali barang-barang yang dapat
perubahan status membahayakan.
kesehatan. - - Berikan penjelasan pada
pasien dan kelua rga atau
pengujung adanya perubahan
status kesehatan dan
penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC. Corwin,
EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Tangerang : Gramedia Pustaka Utama.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Edisi