Pada aritmia ini denyut jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan
tidak ada respirasi. Polanya sangat ireguler dan dapat dibedakan dengan
aritmia tipe lainnya. Karena tidak ada koordinasi aktivitas jantung, maka dapat
terjadi henti jantung dan kematian bila fibrilasi ventrikel tidak segera
dikoreksi (Smeltzer, 2001). Fibrilasi ventrikel jantung merupakan penyebab
utama dari berhenti berdetaknya otot jantung. Fibrilasi jantung terjadi jika
terdapat potensial aksi yang menjalar pada otot jantung tanpa terkendali atau
menjadi liar (douglas,2007). Hal ini bisa disebabkan karena sengatan listrik
yang mendadak dan ischemia (kurangnya suplai darah pada satu bagian,
biasanya disebabkan karena penghambatan fungsional atau penyumbatan
pembuluh darah) pada otot jantung (Arthur,2008).
4. Patofisiologi
Aktivitas listrik pada fibrilasi ventrikel ditandai oleh depolarisasi sel
yang tidak beraturan melalui otot jantung ventrikel. Berkurangnya depolarisasi
yang terkoordinasi mencegah terjadinya kontraksi yang efektif dari otot
jantung dan pengeluaran darah dari jantung. Pada pemeriksaan EKG tidak
ditemukan kompleks QRS walaupun jarak amplitudo yang melebar pada
aktivitas listrik ditemukan, dari gelombang sinus di ventrikel menyebabkan
terjadinya fibrilasi ventrikel yang mungin sulit dibedakan dengan asistol.
Aritmia ini dipertahankan oleh adanya jalur masuk yang berulang-ulang
karena bagian dari otot jantung mengalami depolarisasi secara konstan.
Fibrilasi ventrikel dimulai ketika daerah pada miokard memiliki bagian
refraksi dan bagian konduksi pada jalur masuk. Adanya kombinasi ini
menghasilkan irama sendiri. Fibrilasi ventrikel terjadi pada situasi klinis yang
bervariasi, namun lebih sering dihubungkan dengan penyakit jantung koroner
(PJK) dan sebagai kondisi terminal. Firilasi ventrikel dapat disebabkan oleh
infark miokard akut atau iskemik, atau dapat pula disebabkan oleh skar infark
yang kronik. Akumulasi kalsium intraseluler, aktivitas radikal bebas, gangguan
metabolik, dan modulasi autonom memiliki pengaruh yangbesar pada
perkembangan fibrilasi ventrikel pada iskemik.
Terdapat 3 jenis sel dalam jantung yang berperan dalam proses impuls
normal di dalam jantung, yaitu:
1; Sel perintis (pacemaker cells)–> Sumber daya listrik jantung.
Nodus sino- atrial (SA) adalah pacemaker jantung. Ia terletak di atas krista
terminalis, dibawah pembukaanvena cava superior di dalam atrium kanan
2; Sel konduksi listrik–> Kabel jantung.
Impuls yang dihasilkan oleh nodus SA diantar melalui otot-otot atrial
untuk menyebabkan sinkronisasikontraksi atrial. Impuls tiba ke nodus
atrioventrikular (AV) yang terletak di septum interatrial
dibawahpembukaan sinus koronaria. Dari sini impuls diantar keventrikel
melalui serabut atrioventrikular (His) yangturun ke dalam septum
interventrikular. Serabut His terbagi menjadi 2 cabang kanan dan kiri
yangmenghantar serabut Purkinje untuk tetap didalam subendokardium
dari ventrikel. Posisi serabut Purkinjemenentukan kontraksi ventrikel yang
hampir sinkron.
3; Sel miokardium–> Mesin kontraksi jantung.
Jika sebuah gelombang depolarisasi mencapai sebuah sel jantung, kalsium
akan dilepaskan ke dalam selsehingga sel tersebut berkontraksi. Sel
jantung memiliki banyak sekali protein kontraktil, yaitu aktin danmiosin.
5. Komplikasi
1. Emboli paru
2. Emboli otak
3. Henti jantung
4. Kematian
6. Penatalaksanaan
Berdasarkan pengalaman dalam unit perawatan koroner dan program latihan yang
diawasi, mungkin sebagian besar korban kematian mendadak dapat diresusitasi
pada saat henti yang dengan sokongan kardiopulmoner segera dan defibrilasai.
Sehingga penting bagi sebagian masyarakat dilatih untuk memulai CPR sesegera
setelah henti jantung dan bahwa sistem paramedis disusun untuk berespon dengan
defibrilator dalam 3 menit.
Terapi sangat tergantung pada jenis aritmia. Jika kausa aritmia berhasil
dideteksi, maka tak ada yang lebihbaik daripada menyembuhkan atau
memperbaiki penyebabnya secara spesifik. Aritmia sendiri dapatditerapi
dengan beberapa hal di bawah ini :
a; Jika FV terjadi, maka defibrilasi harus segera dilakukan
b; Bila defibrilasi tidak berhasil, maka harus segera dilakukan resusitasi
jantung paru dan obat-obatan.
c; Obat-obatan yang dapat diberikan adalah epinefrin bila pola vibrilasi
ventrikelnya halus. Epinefrin dapatmembuat fibrilasi menjadi kasar,
sehingga memudahkan untuk mengkonversi defibrilasi. Natriumbikarbonat
diberikan untuk mengatasi asidosis akibat berkurangnya perpindahan
respirasi. Epinefrin danNatrium bikarbonat saling berlawanan apabila
dicampur, oleh sebab itu harus diberikan terpisah.
d; Tekanan darah disokong dengan vasopresor. Masase jantung eksternal dan
ventilasi tidak bolehdihentikan selama resusitasi sebelum lima detik.
e; Pembedahan, dokter akan melakukan pembedahan jika keadaan pasien
sudah sangat memburuk. Didalam pembedahan, bagian yang rusak bisa
dibuang atau diperbaiki.
f; Perentak tiruan, perentak ini digunakan untuk menghantarkan isyarat
elektrik ke jantung. Alat inidipasang di bawah permukaan kulit melalui
pembedahan kecil. Perentak yang permanen digunakan untukmerawat
penderita yang mengalami nodus sinus yang tidak berfungsi.
g; Kardioversi (pembilang-renjatan), kaedah kejutan elektrik untuk
memulihkan rentak jantung yangabnormal bagi penderita yang mempunyai
kadar denyutan jantung yang tunggi. Kemudian, penatalaksanaan ini
digunakan pada keadaan cemas.
7. Pemeriksaan penunjang
; EKG
8. Prognosis
Menurut Dewanto (2009), prognosis pada klien dengan stroke adalah
bergantung pada penyebab, beratnya gejala, dan respon terapi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1; Pola Persepsi Kesehatan Dan Peliharaan Kesehatan
Pola hidup : merokok, minum alkohol, jarang berolaraga, makan makanan
berlemak tinggi, minum kopi
2; Pola Nutrisi Dan Metabolik
Gejala :
Hilang nafsu makan, anoreksia.
Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat)
Mual/muntah.
Perubahan berat badan
Tanda :
Perubahan berat badan.
Edema
Perubahan pada kelembaban kulit/turgor.
3; Pola Eliminasi
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat
4; Pola Aktivitas Dan Latihan
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum dan karena kerja.
Tanda : Perubahan frekwensi jantung/TD dengan aktivitas/olahraga.
Sirkulasi
Gejala: Riwatar IM sebelumnya/akut ( 90%-95% mengalami
disritmia ), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi.
Tanda :
Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode
disritmia.
; Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus
altenan (denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi bigeminal
(denyut kuat tak teratur/denyut lemah).
; Deficit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
; Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun.
; Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat,
sianosis, berkeringat (gagal jantung, syok).
5; Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Status mental/sensori berubah, contoh disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi.
6; Pola Mekanisme Koping Dan Toleransi Terhadap Stres
Gejala :
; Perasaan gugup (disertai takiaritmia), perasaan terancam.
; Stressor sehubungan dengan masalah medik.
2. Diagnosa Keperawatan
1; Penurunan curah jantung berhubungan dengan Gangguan kontraktilitas
2; Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler-alveolar.
3; Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
4; Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Intervensi Keperawatan
1; Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam Klien
menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan
penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang
mengurangi beban kerja jantung.
Kriteria evaluasi :
; Menunjukan curah jantung yang memuaskan
; Menunjukan status sirkulasi
; Tekanan darah sistolik, diastolik, dan rerata rentang tekanan
darah dalam batas normal
; Denyut jantung dibawah normal
Intervensi Rasional
1; Auskultasi nadi apical ; kaji Biasnya terjadi takikardi (meskipun
frekuensi, irama jantung. pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
2; Catat bunyi jantung. S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah kesermbi yang
disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi/stenosis katup.
3; Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi dan pulse
alternan.
4; Pantau Tekanan darah Pada GJK dini, sedang atau kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada
HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak
dapat norml lagi.
5; Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis Pucat menunjukkan menurunnya
perfusi perifer ekunder terhadap tidak
dekutnya curh jantung; vasokontriksi
dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK. Area yang
sakit sering berwarna biru atu belang
karena peningkatan kongesti vena.
6; Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkn sediaan oksigen untuk
kanula nasal/masker dan obat sesuai kebutuhan miokard untuk melawan
indikasi (kolaborasi) efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
Intervensi Rasional
1; Pantau bunyi nafas, catat krekles menyatakan adnya kongesti
paru/pengumpulan secret menunjukkan
kebutuhan untuk intervensi lanjut.
2; Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, membersihkan jalan nafas dan
nafas dalam. memudahkan aliran oksigen.
3; Dorong perubahan posisi. Membantu mencegah atelektasis dan
pneumonia.
4; Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan Hipoksemia dapat terjadi berat selama
seri GDA, nadi oksimetri. edema paru.
5; Berikan obat/oksigen tambahan Membantu dalam mengurangi edema
sesuai indikasi dan memudah jalan nafas.
Intervensi Rasional
1; Selidiki keluhan nyeri dada, Nyeri secara khas terletak subternal
perhatikan awitan dan factor dan dapat menyebar keleher dan
pemberat dan penurun.Perhatikan punggung. Namun ini berbeda dari
petunjuk nonverbal ketidak iskemia infark miokard. Pada nyeri ini
nyamanan dapat memburuk pada inspirasi dalam,
gerakan atau berbaring dan hilang
dengan duduk tegak/membungkuk
2; Lingkungan yang tenang dan Untuk menurunkan ketidaknyamanan
tindakan kenyamanan mis: perubahan fisik dan emosional pasien.
posisi, masasage punggung,kompres
hangat dingin, dukungan emosional
3; Berikan aktivitas hiburan yang tepat. Mengarahkan perhatian, memberikan
distraksi dalam tingkat aktivitas
individu.
4; Berikan obat-obatan sesuai indikasi untuk menghilangkan nyeri dan respon
nyeri. inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam Klien
Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri
sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas
Krikteria Hasil:
; Menurunnya kelemahan dan kelelahan.
; Keadaan umum cukup
Intervensi Rasional
1; Periksa tanda vital sebelum dan Hipotensi ortostatik dapat terjadi
segera setelah aktivitas, khususnya dengan aktivitas karena efek obat
bila klien menggunakan (vasodilasi), perpindahan cairan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2; Catat respons kardiopulmonal Penurunan/ketidakmampuan
terhadap aktivitas, catat takikardi, miokardium untuk meningkatkan
diritmia, dispnea berkeringat dan volume sekuncup selama aktivitas dpat
pucat. menyebabkan peningkatan segera
frekuensi jantung dan kebutuhan
oksigen juga peningkatan kelelahan
dan kelemahan.
3; Evaluasi peningkatan intoleran Dapat menunjukkan peningkatan
aktivitas. dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
4; Implementasi program rehabilitasi Peningkatan bertahap pada aktivitas
jantung/aktivitas (kolaborasi) menghindari kerja jantung/konsumsi
oksigen berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah
stress, bila fungsi jantung tidak dapat
membaik kembali,
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing