Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA KEBUDAYAAN DAN PERADABAN ISLAM

1. Islam memandang ilmu pengetahuan dan orang-orang berilmu


Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
manusia sebab dengan adanya ilmu pengetahuan seseorang dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk. Orang yang berilmu juga akan
mendapatkan kehormatan sebab dihormati oleh orang lain karena memiliki
pengetahuan yang luas dan bijaksana. Dalam Islam, ilmu pengetahuan
merupakan suatu hal yang teramat penting juga orang yang berilmu akan
mendapatkan keutamaan-keutamaan, hal ini dibuktikan dengan adanya ayat-
ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an maupun hadits mengenai ilmu
pengetahuan dan orang-orang yang berilmu.
Dalam Q.S. Az-Zumar ayat 9, Allah berfirman :“Apakah kamu orang
musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu
malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada azab akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sebenarnya
hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.”( Q.S. Az-
Zumar : 9). Jelas sekali dalam ayat tersebut bahwa dengan adanya ilmu kita
akan mengetahui segalanya sehingga bisa menjadi bekal bagi kita untuk
menjalankan kehidupan dunia maupun kehidupan di akhirat kelak. Dengan
adanya ilmu, seseorang akan mengetahui sebab dan akibat dari apa yang ia
perbuat sehingga mereka akan memiliki rasa takut untuk berbuat dosa kepada
Allah SWT. Dengan begitu orang yang berilmu akan senantiasa beriman
kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Oleh karena ilmu
pengetahuan sangatlah penting bagi manusia, sehingga kita dituntut untuk
mencari ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ضةٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِلم‬


َ ‫طلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
َ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari
sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam
Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913). Jadi menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap umat muslim maupun muslimah. Dalam menuntut ilmu, bukan hanya
ilmu dunia saja yang dituntut namun ilmu akhirat juga agar kita mencapai
keberhasilan dan kesuksesan dalam urusan dunia maupun akhirat.

Tidak hanya itu, perintah untuk menuntut ilmu pun jelas di terangkan dalam
Q.S Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-
orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan, (QS. Al-Mujadalah : 11). Pada ayat diatas, bahwa orang yang
berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT sehingga memiliki posisi
yang mulia dan tinggi dihadapan Allah dibanding orang yang tidak memiliki
ilmu. Selain dihadapan Allah, orang yang berilmu akan memiliki posisi yang
tinggi dan mulia serta dihormati oleh orang disekitarnya sebab kehadirannya
akan membawa ketenangan dan kenyamanan. Selain itu, orang yang berilmu
akan memiliki cara pandang yang berbeda dengan orang yang tidak memiliki
ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan selalu memandang suatu hal dari sisi
positif sebab ia tahu bahwa semua yang terjadi di dunia merupakan kehendak
Allah SWT dan tidak ada yang sia-sia melainkan terdapat hikmah yang dapat
diambil atas semua yang terjadi, sehingga mereka senantiasa mengambil
pelajaran atas semua yang terjadi. Berbeda dengan orang yang tidak memiliki
ilmu, mereka akan selalu memandang suatu hal dari sisi negatif. Apapun yang
terjadi, mereka menyikapinya dengan keluh kesah dan putus asa.
Selain diangkat derajatnya oleh Allah SWT, orang yang berilmu akan
mendapatkan keutamaan-keutamaan sebagai berikut.
a. Orang yang berilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga.
Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ط ِر ْيقًا ِإلَى ْال َج َّن ِة‬ َ ،‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
َ ‫س َّه َل هللاُ لَهُ ِب ِه‬ ُ ‫ط ِر ْيقًا َي ْلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬
َ ‫َم ْن‬
“Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). Jelas
sekali dalam hadits tersebut dikatakan bahwa orang yang berilmu akan
dimudahkan jalannya menuju surga oleh Allah. Sebab orang yang
berilmu tahu cara beribadah kepada Allah dan akan melakukan perintah
serta menjauhi larangan-Nya.

b. Orang yang berilmu akan memperoleh pahala yang terus mengalir.


Hal ini terdapat dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW.
bersabda :

َ ‫ أَ ْو َولَد‬،‫ أَ ْو ِع ْلم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه‬،‫اريَة‬


ُ ‫صا ِلح يَدْعُو لَه‬ َ :‫ط َع َع َملُهُ ِإ ََّّل ِم ْن ث َ ََلث‬
ِ ‫صدَقَة َج‬ َ َ‫سانُ ا ْنق‬ ِ ْ َ‫ِإذَا َمات‬
َ ‫اْل ْن‬

“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah amalnya, kecuali dari


tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang
berdoa untuknya” (HR. Muslim). Dalam hadits tersebut dijelaskan
bahwa apabila seseorang telah meninggal dunia, ilmu yang ia peroleh dan
ia amalkan serta bermanfaat bagi sekitarnya maka ia akan memperoleh
pahala yang terus mengalir untuk dirinya.

c. Orang yang berilmu akan memiliki rasa takut kepada Allah SWT.
Dalam Q.S. Fathir ayat 28, Allah berfirman yang artinya:“Dan demikian
pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-
hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di
antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para
ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun.”. Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang yang berilmu akan mengetahui
segala akibat yang ia perbuat sehingga mereka akan memiliki rasa takut
kepada Allah sebab hanya Allah lah yang patut disembah.

d. Orang yang berilmu akan mewarisi kekayaan Nabi


Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh hadits,

َ‫ فَ َم ْن أ َ َخذَهُ أَ َخذ‬،‫ َو َل ِك ْن َو َّرث ُ ْوا ْال ِع ْل َم‬،‫َارا َو ََّل د ِْرهَا ًما‬ ِ َ‫ا َ ْلعُلَ َما ُء َو َرثَةُ ْاْل َ ْن ِبي‬
ً ‫اء َوإِ َّن ْاْل َ ْن ِبيَا َء لَ ْم ي َُو ِ ِّرث ُ ْوا ِد ْين‬
ِّ ‫ِب َح‬
‫ظ َوافِر‬
“Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak
mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Maka dari
itu, barang siapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang
cukup.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah; dinyatakan
shahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.
6297). Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa orang yang berilmu tidak
akan mewarisi kekayaan nabi berupa dinar namun akan mewarisi ilmu
yang akan bermanfaat untuk kehidupan dunia maupun akhirat.

e. Orang yang diberi ilmu akan diberi karunia oleh Allah


Hal ini terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 269, Allah SWT. Berfirman
yang artinya :

“Allah berikan Al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan


kearifan) kepada siapa saja yang dia kehendaki. Dan barang siapa yang
di anugerahi Al-Hikmah itu, sungguh ia telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran(berdzikir) dari firman-firman Allah.”. dalam ayat tersebut
diterangkan bahwa orang yang berilmu akan selalu dianugerahi oleh
Allah karunia yang banyak serta kebaikan-kebaikan yang tak terduga.

f. Orang yang berilmu akan disejajarkan dengan para malaikat


Dalam Q.S. Ali Imran ayat 18, Allah berfirman yang artinya :“Allah
menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yangberhak disembah)
melainkan Dia, Yang menegakan keadilan. Para malaikat dan orang-
orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).” Dalam ayat
tersebut, dijelaskan bahwa orang yang berilmu memiliki kedudukan yang
sama dengan para malaikat.

2. Kontribusi ilmuan muslim klasik dalam kemajuan sains kontemporer


Pada masa kejayaan islam, umat muslim di wilayah Arab menjadi rujukan
bagi perkembangan keilmuan dunia. Mereka datang untuk menguasai dan
mendalami ilmu pengetahuan untuk selanjutnya disebarkan ke berbagai
penjuru di Eropa. Pada waktu itu, banyak sekali ilmuan muslim yang menjadi
pelopor perkembangan di segala bidang. Jaudah (2007) mengklasifikasi ada
147 orang ilmuan, diantaranya sebagai berikut.
a. Jabir bin Hayyan
Jabir bin Hayyan memiliki nama lengkap yaitu Abu Musa Jabir bin
Hayyan bin Abdullah Al-Azdi, ia lahir di Thus, Iran tahun 110 H (720 M)
dan wafat di tempat kelahirannya pada tahun 197 H (813 M). jabir
merupakan ilmuan yang mengusulkan diterjemahkannya buku-buku ilmiah
Yunani dan Konstatinopel kepada khalifah Harun al-Rasyid. Jabir adalah
seorang ahli kimia, berikut beberapa temuannya:
 Penemuan alat-alat kimia dari logam dan kaca.
 Menemukan cara yang efektif untuk memurnikan logam dan besi yang
berkarat.
 Pemaduan antara asam hidroklorik dengan asam netrik.
b. Muhammad bin Musa al-Khawarizmi
Muhammad bin Musa al-Khawarizmi lahir pada 164 H (780 M) di
Uzbekistan dan wafat pada tahun 232 H (847 M) di Baghdad. Dia adalah
seorang ilmuan muslim yang ahli pada bidang matematika dan dasar-dasar
ilmu al-Jabar. Selain itu,ia ahli dalam bidang trigonometri, ilmu falak, dan
ilmu geografi. Berikut beberapa prestasi al-Khawarizmi:
 Dalam bidang matematika, ia mengutip angka-angka India dan
mengarang buku Algoritma yang menjadi rujukan para ilmuan.
 Menggagas Aljabar dan memisahkannya dari ilmu hitung. Dia
mengarang buku yang berjudul “al-Jabar wa al-Muqabalah” sebagai
dasar pembentukan ilmu ini.
c. Al-Kindi
Al-Kindi memiliki nama lengkap yaitu Abu Yusuf Ya’kub Al-Kindi. Dia
lahir di Kufah dan wafat tahun 260 H (876 M). Al-Kindi memiliki
pemikiran besar yang mungkin mengungguli para ilmuan besar lainnya, ia
menyatakan bahwa karyanya mencapai 230 buku. Berikut ini beberapa
karyanya:
 Dalam bidang astronomi, ia menyatakan dampak posisi planet pada
keadaan di bumi, sama dengan pasang surutnya air laut.
 Dalam bidang ilmu alam dan fisika, al-Kindi menyatakan bahwa
warna biru langit bukanlah warna asli dari langit, melainkan pantulan
dari cahaya lain berupa penguapan air dan butir-butir yang bergantung
pada udara.
 Ia mengarang kitab dalam bidang teknik mesin, kimia industri, kimia,
kimia logam, matematika, geometri, kedokteran, filsafat, farmasi, dan
di bidang music.
d. Ibnu Sina
Ibnu Sina memiliki nama lengkap yaitu Abu Ali Al-Husni Bin Abdullah
Ibn Sina, ia lahir di dekat Bukhara (Uzbekistan, Persia) pada tahun 428 H
(1037 M). Ibnu Sina merupakan seorang ahli dalam bidang kedokteran dan
filsafat. Diantara prestasinya adalah:
 Ilmuan yang pertama kali menumukan cara pengobatan dengan
menyuntikkan obat di bawah kulit.
 Menciptakan alat bantu pernapasan dari emas dan perak yang
dimasukkan ke kerongkongan.
 Menemukan adanya cacing Ancylostoma, cacing filaria penyebab kaki
gajah, cacing penyebab penyakit antrak.
e. Tsabit bin Qurah
Tsabit bin Qurah memiliki nama lengkap Abu Al-Hasan Bin Marwan
Tsabit Bin Qurah Al-Harrani, ia dilahirkan di Harran pada tahun 221 H
(836 M). Tsabit merupakan seorang penerjemah yang mengusai bahasa
Arab, Suryani, Yunani dan Ibrani. Dia banyak mengarang buku dalam
bidang astronomi, matematika, filsafat, dan geografi.

3. Wujud Peradaban Islam Dalam Kebudayaan Indonesia


Wujud peradaban islam dalam kebudayaan Indonesia merupakan pengaruh
islam dalam kebudayaan Indonesia. Hasil kebudayaan pada masa islam yaitu
sebagai berikut.
a. Bidang aksara seni rupa
 Kaligrafi
Seni kaligrafi yang bernafaskan islam merupakan rangkaian dari ayat-
ayat suci Al-Qur-an. Tulisan tersebut dirangkai sedemikian rupa hingga
membentuk gambar, seperti wayang, tumbuhan dan lain sebagainya.
 Seni ukir relief
Seni ukir relief ini sering menghiasi masjid seperti yang terdapat pada
gapura.
b. Seni bangunan
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid kuno di Indonesia
memperlihatkan gaya arsitekturnya, dengan cirri-ciri:
 Atapnya berbentuk tumpang.
 Tidak dilengkapi dengan menara
c. Seni sastra
Seni sastra yang berkembang di awal periode islam merupakan seni sastra
yang berasal dari perpaduan sastra Hindu-Budha dengan Sastra islam.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:
 Hikayat, merupaka cerita yang berasal dari peristiwa atau tokoh
sejarah.
 Babat, merupakan rekaan pujangga keraton yang sering dianggap
sebagai peristiwa sejarah.
 Suluk, merupakan kitab-kitab yang membentangkan tasawuf.
d. Makam
Setelah terdapat pengaruh islam, makam tidak lagi dibentuk dalam wujud
candi melainkan sekedar cungkup serta ditandai dengan batu nisan.
e. Sistem kalender
Sebelum masuknya islam, Indonesia menggunakan kalender perhitungan
tahun saka yang didasarkan pada peredaran matahari, namun setelah
masuknya islam terdapat kalender yang didasarkan pada bulan.
f. Seni musik dan tari
Pada seni music, ini terlihat pada music qasidah dan gamelan pada saat
upacara grebeg maulud. Sedangkan pada seni tari terlihat pada tari seudati
yang diiringi sholawat nabi.

Anda mungkin juga menyukai