Anda di halaman 1dari 10

Pengembangan Buku Saku Gizi sebagai Media Edukasi Pola Hidup Bersih

dan Sehat pada Siswa – Siswi di SMPN 2 Nguling Kabupaten Pasuruan

(​Semuanya ganti menjadi SMPN 2 Nguling cek bab 2 dan 3​)

Oleh:
Yanuar Rufiati Wongi (G42150869)

POLITEKNIK NEGERI JEMBER


JURUSAN (tolong sampul diselesaikan dengan baik)

1
2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Gizi merupakan suatu kebutuhan tubuh yang harus dipenuhi oleh manusia
dalam melangsungkan hidup. Tanpa gizi cukup (​pakai “cukup” bukan tercukupi
karena pemborosan kata​) maka manusia tidak dapat melakukan aktivitasnya
dengan baik. Gizi dapat diperoleh dari makanan untuk menghasilkan karbohidrat,
protein, lemak, mineral dan air. Komponen–komponen tersebut yang digunakan
oleh tubuh untuk menghasilkan energi, memperbaiki jaringan yang rusak dan
untuk mengatur proses yang lain. Disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan
dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan
otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. ​Dengan konsumsi gizi yang
terpenuhi pada masing–masing individu maka diharapkan dapat mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. (​Kata penghubungan dengan, dan, yang,
jangan diletakkan pada awal kalimat koreksi yg lain​)
Gizi yang seimbang diperlukan oleh tubuh untuk mendorong proses
pertumbuhan terutama pada anak usia sekolah. Gizi seimbang adalah susunan
pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah
masalah gizi (Kemenkes RI, 2014)​. Dengan terpenuhinya asupan gizi yang
seimbang maka akan memberikan dampak positif bagi kesehatan dan terhindar
dari masalah kesehatan yang pada umumnya terjadi pada anak usia sekolah.
Sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademik dan non akademiknya untuk
meraih prestasi gemilang.
Remaja adalah masa transisi dari periode anak-anak ke periode dewasa yang
sebagian besar menganggap diri mereka sehat walaupun sebenarnya mengalami
masalah gizi​. Masa remaja juga dianggap sebagai masa pencarian identitas
termasuk dalam hal pemilihan makanan (apakah ada hubungan antara mencari jati
3

diri dengan pemilihan makanan? Bagaimana kalau diganti dengan ”Masa remaja
adalah masa dimana anak mengalami proses pertumbuhan yang pesat sehingga
sangat penting memperhatikan pola asupan makanan pada anak usia remaja) (Sari,
2017). Pada usia remaja juga terjadi perubahan emosional, fisik, psikis dan sosial
sebagai ciri dalam masa pubertas. Pubertas biasanya muncul pada umur kurang
lebih antara 10-14 tahun. Namun, apabila dalam masa pubertas yang diiringi
dengan perubahan fisik tidak diimbangi dengan asupan makanan yang seimbang
maka bukan tidak mungkin bahwa pada masa yang akan datang remaja tersebut
akan mengalami masalah kesehatan, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Oleh karena
itu dibutuhkan asupan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan
seimbang.
Pada saat ini banyak sekali permasalahan gizi yang dihadapi oleh anak usia
remaja seperti malnutrisi, infeksi penyakit, keracunan, cacingan, batuk, pilek dan
berbagai masalah gizi lain. Permasalahan tersebut diakibatkan oleh budaya
personal hygiene yang masih kurang. Keluarga adalah salah satu faktor yang
memiliki posisi paling dasar dalam membentuk perilaku hidup sehat. Berdasarkan
permasalahan tersebut upaya penanaman pengetahuan pola hidup sehat sangat
penting bagi anak-anak usia sekolah. Sekolah diharapkan juga dapat berperan
untuk menanamkan pengetahuan polahidup sehat dalam kegiatan pembelajaran
dikelas. Prasetyawati, dkk., 2013:145).
Anak–anak usia sekolah di Indonesia saat ini masih banyak yang mengalami
masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa 10,9-13,3 persen anak usia sekolah (6-14
tahun) kurus (10,9% pada anak perempuan hingga 13,3% pada anak laki – laki)
dan 6,4-9,5 persen gemuk (6,4% pada anak perempuan hingga 9,5% pada anak
laki – laki).
Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia
dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja (​Qonita, 2010​).
Masih banyak anak usia sekolah membeli jajanan hanya sesuai dengan kesukaan
4

mereka tanpa tahu bahan–bahan yang terkandung didalam jajanan yang mereka
beli (​Judarwanto, 2008​). Hal tersebut akan berdampak buruk pada kesehatan
mereka. Jajanan anak sekolah merupakan masalah yang perlu diperhatikan
masyarakat, khususnya orang tua dan guru karena makanan jajanan ini sangat
berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu
kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Hamida, dkk., 2012:68).
Fakta yang saat ini terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Berdasarkan hasil observasi di SMPN 2 Nguling ternyata masih ada
banyak siswa SMP yang kurang dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat, sedangkan guru sudah sering mengingatkan kepada siswa-siswi tentang
pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat. Pendidikan kesehatan yang
diajarkan di sekolah dimulai dari hal-hal kecil, karena dari sesuatu hal yang kecil
dapat menjadi suatu hal yang besar. Salah satu diantaranya yaitu untuk selalu
menjaga dan meningkatkan ​personal hygiene​. Kurangnya pengetahuan siswa
tentang pentingnya menjaga kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang
memicu terjadinya masalah kesehatan. Banyak siswa yang tidak selektif dalam
memilih makanan yang akan mereka makan, seperti kurang memperhatikan
hygiene dan santitasi makanan, tidak mencuci tangan sebelum makan, serta sering
mengkonsumi makanan yang mengandung pengawet. Padahal siswa SMP
membutuhkan asupan gizi yang sehat dan seimbang guna mewujudkan visi dan
misi dari SMPN 2 Nguling yaitu unggul dalam prestasi, sehat dan berbudaya.
Personal hygie​ ne merupakan Perilaku (lanjutkan...)
yang termasuk kedalam personal hygiene antara lain membuang sampah pada
tempatnya, berpenampilan rapi dan bersih, tidak jajan sembarangan dan
memperhatikan makanan yang dimakan apakah sudah tergolong makanan sehat
atau tidak, menggosok gigi secara teratur, membersihkan dan memotong kuku
tidak menunggu panjang dan kotor, menjaga kerapihan rambut dan cara
berpakaian. Selain meningkatkan personal hygiene, para guru juga selalu
mengingatkan siswanya untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta
5

lingkungan yang bersih dan sehat. Namun siswa-siswi SMP masih saja banyak
yang belum menerapkan perilaku tersebut dengan alasan bahwa mereka
menganggap hal tersebut tidak penting. Mengingat usia siswa SMP merupakan
usia yang masih labil dan masih memerlukan bimbing dari seorang guru dan
orang tua agar terbentuk pribadi yang peduli terhadap kebersihan diri dan
lingkungan. Selain bimbingan dari orang tua dan guru, siswa-siswi juga
membutuhkan suatu bahan pendukung lainnya agar lebih paham dan mengerti
tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan​.
Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor.(lanjutkan dengan
pendapat pribadu baru didukung dengan pendapat/kata-kata peneliti terdahulu)
Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009:366-369) perilaku untuk hidup
sehat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara
lain keturunan dan motif. Keturunan atau genetik, perilaku seseorang yang berasal
dari keluarga, sedangkan motif adalah perubahan perilaku yang disebabkan karena
ada unsur dorongan atau motif tertentu. Perilaku seseorang biasanya dilandasi
adanya motif untuk memenuhi kebutuhan hidup. kebutuhan hidup dasar manusia
antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan
akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan perilaku mencakup
unsur-unsur antara lain, pengetahuan, kepercayaan (keyakinan), sarana dan
motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang
tersebut, menyebabkan timbulnya unsur-unsur dan dorongan seseorang untuk
berbuat sesuatu. Apabila pendidikan kesehatan diberikan secara benar akan
berdampak untuk jangka panjang siswa itu sendiri terutama dalam keluarga dan
bermasyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting untuk diterapkan
sejak usia dini atau usia sekolah. Karena dengan berbekal pengetahuan tentang
kebersihan maka akan menunjang derajat kesehatan seseorang. Azizah (2012:10)
menyebutkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku
6

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang
ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku siswa terkait
pendidikan kesehatan bertujuan mengubah perilaku yang tadinya tidak sehat
menjadi sehat dan bertanggung jawab pada kesehatan diri siswa itu sendiri
(Prasetyawati dan Tri, 2013).
Berbagai metode telah dikembangkan dunia pendidikan dalam
menyampaikan pesan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan sikap dan
keterampilan (Hamida, dkk., 2012:68). Media penyampaian pesan-pesan
kesehatan yang dapat digunakan salah satunya yaitu menggunakan media visual
berupa buku saku. Alasan peneliti menggunakan buku saku sebagai media edukasi
kesehatan yaitu karena buku saku memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu:
ukuran buku saku yang tidak terlalu besar, praktis dan efisien sehingga mudah
untuk digunakan, memiliki halaman yang tidak terlalu banyak, dapat dibawa
kemana-mana, isi yang ada dalam buku saku dapat disampaikan dengan singkat,
padat, jelas dan tidak bertele-tele sehingga pesan-pesan yang ada didalam buku
saku dapat tersampaikan dengan baik.
Menurut hasil wawancara bebas dengan salah satu guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) bahwa buku saku ini dapat menjadi media promosi
pertama di sekolah. Karena belum ada media serupa yang pernah digunakan
sebagai media promosi kesehatan di SMPN 2 Nguling. Media promosi kesehatan
yang sebelumnya pernah digunakan yaitu poster, leaflet dan stiker. Selain itu
pengembangan media visual berupa buku saku ini menjadi langkah pertama dalam
upaya menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan serta menjadi
sumber belajar bagi siswa di SMPN 2 Nguling maupun dirumah masing-masing
siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas peneliti ingin
melakukan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa promosi
kesehatan dengan menggunakan media buku saku. Menurut Notoatmodjo (2012)
7

mendeskripsikan bahwa dalam proses promosi kesehatan diperlukan adanya


sebuah media untuk membantu dalam menyampaikan pesan atau isi dari promosi
kesehatan. Pratiwi, dkk. (2017) juga berpendapat bahwa pemberian pendidikan
kesehatan akan terlihat menarik apabila disampaikan dengan media yang menarik
pula.
Materi  yang  akan  disajikan  dalam  buku  saku  yaitu  materi  tentang  Perilaku 
Hidup  Bersih  dan  Sehat  (PHBS).  Isi  buku  saku  mengacu  pada  Pedoman  Umum 
Gizi  Seimbang.  Kajian  utama  materi  Perilaku  Hidup  Bersih  dan  Sehat  (PHBS) 
adalah  pengenalan  sebelas  Prinsip  Pedoman  Umum  Gizi  Seimbang  (PUGS), 
personal  hygiene,​   jajanan  sehat  dan  jajanan  tidak  sehat,  dampak  negatif  jajanan 
tidak sehat dan tips untuk memilih jajanan sehat. 
Buku merupakan salah satu jenis bahan ajar cetak, sedangkan buku saku
memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan buku teks pelajaran. Pada
dasarnya buku saku sama saja dengan buku teks, perbedaannya yaitu terletak pada
ukuran dan cara penyajiannya. Menurut Eliana dan Solikhah, (2012:10) buku saku
merupakan buku dengan ukuran kecil seukuran saku sehingga efektif untuk
dibawa kemana-mana dan dapat dibaca kapan saja pada saat dibutuhkan.
Berdasarkan observasi, bahwa para peserta didik terdapat permasalahan
dalam hal menjaga perilaku bersih dan sehat. Setelah dilakukan wawancara
Terhadap salah satu guru di SMPN 2 Nguling, beliau mengatakan bahwa masih
banyak peserta didik yang tidak mengetahui pentingnya menjaga kebersihan dan
kesehatan diri serta lingkungan. Salah satu penyebabnya menurut pemantauan
adalah karena terbatasnya media sumber belajar tentang kebersihan dan kesehatan
yang mereka gunakan. Media yang biasanya digunakan dalam
kurang menarik dan membosankan, ditambah lagi jumlah jam pelajaran
pada (lanjutkan)
mata pelajaran ilmu gizi dalam sekali pertemuan yaitu sebanyak 6 jam
pelajaranProduk pengembangan buku saku Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dikembangkan dengan menggunakan model Dick and Carey.
8

Alasan peneliti hanya melakukan delapan tahapan pengembangan, karena

1.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan

Penelitian ini bertujuan mengembangkan media berupa Buku Saku Gizi


dengan materi Pola Hidup Bersih dan Sehat pada siswa SMP. Buku Saku yang
dikembangkan dapat menjadi pedoman siswa-siswi SMP untuk menjaga pola
hidup dan asupan makanan. Buku Saku dapat menjadi media belajar bagi
siswa-siswi agar lebih peduli terhadap menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat.
Selain bagi siswa-siswi SMP diharapkan Buku Saku Gizi juga dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum dalam menjaga pola hidup bersih dan sehat.

1.3 Spesifikasi Produk yang Diharapankan

Spesifikasi produk pada penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut:

a. Fisik

Penelitian ini dapat menghasilkan produk berupa buku saku dalam bentuk
hardcopy yang dapat dijadikan media belajar bagi siswa-siswi SMP untuk
mengatur pola hidup sehat dan bersih. Selain menjadi media belajar Buku Saku
Gizi juga dilengkapi berupa contoh foto makanan, minuman dan pola olah raga
sebagai pendukung deskripsi materi pada buku saku.

b. Isi Buku Saku

Buku Saku dikembangkan sebagai berikut:


Materi  yang  akan  disajikan  dalam  buku  saku  yaitu  materi  tentang  Perilaku 
Hidup  Bersih  dan  Sehat  (PHBS).  Isi  buku  saku  mengacu  pada  Pedoman  Umum 
Gizi  Seimbang.  Kajian  utama  materi  Perilaku  Hidup  Bersih  dan  Sehat  (PHBS) 
adalah  pengenalan  sebelas  Prinsip  Pedoman  Umum  Gizi  Seimbang  (PUGS), 
personal  hygiene,​   ​empat pilar gizi seimbang yang terdiri dari (memakan beraneka
ragam makanan; berolahraga secara teratur; istirahat secara teratur; dan memantau
9

berat badan secara berkala), ​jajanan  sehat  dan jajanan tidak sehat, dampak negatif 


jajanan tidak sehat dan tips untuk memilih jajanan sehat.

c. Fungsi Buku Saku

Buku Saku Gizi memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Untuk membiasakan perilaku pola hidup bersih dan sehat dengan


berpedoman pada Pedoman Umum Gizi Seimbang
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi siswa – siswi SMP agar
sedikit demi sedikit merubah perilaku konsumsi makanan mereka yang
pada awalnya tidak sehat menjadi berperilaku mengkonsumsi makanan
sehat
c. Untuk menambah wawasan siswa – siswi SMP serta guru tentang
pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
d. Untuk menambah wawasan siswa – siswi SMP agar tidak lagi memakan
jajanan yang tidak sehat sehingga mereka dapat mengontrol asupan
makanan yang dimakan
e. Sebagai buku suplemen bagi guru dalam memberikan edukasi tentang gizi
kepada siswa – siswi SMP
f.
1.4 Pentingnya Penelitian dan Pengembangan
Penelitian pengembangan buku saku gizi sangat penting dilakukan karena
sangat penting sejak dini mengajarkan kepada anak pentingnya menjaga pola
hidup sehat. Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan terpadu yang bukan
hanya memberikan pengetahuan akademik tetapi juga menjadi lembaga yang
dapat memberikan wawasan kesehatan sejak dini bagi anak. Alasan lain peneliti
ingin mengembangkan buku saku gizi adalah agar dapat membuka khasanah
keilmuan baru dalam bidang kesehatan dengan sasaran siswa-siswi SD, SMP,
SMA sehingga dapat berkontribusi memberikan edukasi kesehatan di sekolah.
10

Menjadi media promosi pendidikan dibidang kesehatan agar siswa-siswi, guru,


dan orang tua tahu bahwa pendidikan kesehatan sangat penting diajarkan kepada
anak sejak dini.
1.5 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Buku saku yang dikembangkan ditargetkan dapat menjadikan pedoman bagi


anak usia remaja dalam menjaga pola hidup sehat. Materi yang ada pada buku
saku dapat dipelajari dan diaplikasikan oleh siswa dengan mudah karena bentuk
dan cara pengemasan buku yang simpel dan disesuaikan atas dasar tingkat
kemampuan baca anak usia remaja. Buku saku yang dikembangkan menggunakan
model ​dick and carrey ​yang terdiri dari delapan tahapan. (​lanjutkan.....​)

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penlitian dan pengembangan adalah:

1. Buku saku adalah sebuah desain buku yang bentuknya minimalis dengan
merisi materi yang konkrit agar mudah dipelajari.
2. Dick and Carey adalah salah satu model penelitian pengembangan yang
digunakan sebagai dasar mengembangkan sebuah produk
3. Media Edukasi adalah bahan ajar khususnya berupa buku yang digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
4. Pola Hidup Besih dan Sehat adalah
5. Siswa-Siswi adalah peserta didik yang berada disuatu lembaga pendidikan
formal maupun informal dan mengikuti serangkaian proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai