Bab 1. Pendahuluan
Bab 1. Pendahuluan
Oleh:
Yanuar Rufiati Wongi (G42150869)
1
2
BAB 1. PENDAHULUAN
diri dengan pemilihan makanan? Bagaimana kalau diganti dengan ”Masa remaja
adalah masa dimana anak mengalami proses pertumbuhan yang pesat sehingga
sangat penting memperhatikan pola asupan makanan pada anak usia remaja) (Sari,
2017). Pada usia remaja juga terjadi perubahan emosional, fisik, psikis dan sosial
sebagai ciri dalam masa pubertas. Pubertas biasanya muncul pada umur kurang
lebih antara 10-14 tahun. Namun, apabila dalam masa pubertas yang diiringi
dengan perubahan fisik tidak diimbangi dengan asupan makanan yang seimbang
maka bukan tidak mungkin bahwa pada masa yang akan datang remaja tersebut
akan mengalami masalah kesehatan, yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Oleh karena
itu dibutuhkan asupan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang tepat dan
seimbang.
Pada saat ini banyak sekali permasalahan gizi yang dihadapi oleh anak usia
remaja seperti malnutrisi, infeksi penyakit, keracunan, cacingan, batuk, pilek dan
berbagai masalah gizi lain. Permasalahan tersebut diakibatkan oleh budaya
personal hygiene yang masih kurang. Keluarga adalah salah satu faktor yang
memiliki posisi paling dasar dalam membentuk perilaku hidup sehat. Berdasarkan
permasalahan tersebut upaya penanaman pengetahuan pola hidup sehat sangat
penting bagi anak-anak usia sekolah. Sekolah diharapkan juga dapat berperan
untuk menanamkan pengetahuan polahidup sehat dalam kegiatan pembelajaran
dikelas. Prasetyawati, dkk., 2013:145).
Anak–anak usia sekolah di Indonesia saat ini masih banyak yang mengalami
masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas, 2007) menunjukkan bahwa 10,9-13,3 persen anak usia sekolah (6-14
tahun) kurus (10,9% pada anak perempuan hingga 13,3% pada anak laki – laki)
dan 6,4-9,5 persen gemuk (6,4% pada anak perempuan hingga 9,5% pada anak
laki – laki).
Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia
dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja (Qonita, 2010).
Masih banyak anak usia sekolah membeli jajanan hanya sesuai dengan kesukaan
4
mereka tanpa tahu bahan–bahan yang terkandung didalam jajanan yang mereka
beli (Judarwanto, 2008). Hal tersebut akan berdampak buruk pada kesehatan
mereka. Jajanan anak sekolah merupakan masalah yang perlu diperhatikan
masyarakat, khususnya orang tua dan guru karena makanan jajanan ini sangat
berisiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak mengganggu
kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Hamida, dkk., 2012:68).
Fakta yang saat ini terjadi di lapangan tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Berdasarkan hasil observasi di SMPN 2 Nguling ternyata masih ada
banyak siswa SMP yang kurang dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat, sedangkan guru sudah sering mengingatkan kepada siswa-siswi tentang
pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat. Pendidikan kesehatan yang
diajarkan di sekolah dimulai dari hal-hal kecil, karena dari sesuatu hal yang kecil
dapat menjadi suatu hal yang besar. Salah satu diantaranya yaitu untuk selalu
menjaga dan meningkatkan personal hygiene. Kurangnya pengetahuan siswa
tentang pentingnya menjaga kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang
memicu terjadinya masalah kesehatan. Banyak siswa yang tidak selektif dalam
memilih makanan yang akan mereka makan, seperti kurang memperhatikan
hygiene dan santitasi makanan, tidak mencuci tangan sebelum makan, serta sering
mengkonsumi makanan yang mengandung pengawet. Padahal siswa SMP
membutuhkan asupan gizi yang sehat dan seimbang guna mewujudkan visi dan
misi dari SMPN 2 Nguling yaitu unggul dalam prestasi, sehat dan berbudaya.
Personal hygie ne merupakan Perilaku (lanjutkan...)
yang termasuk kedalam personal hygiene antara lain membuang sampah pada
tempatnya, berpenampilan rapi dan bersih, tidak jajan sembarangan dan
memperhatikan makanan yang dimakan apakah sudah tergolong makanan sehat
atau tidak, menggosok gigi secara teratur, membersihkan dan memotong kuku
tidak menunggu panjang dan kotor, menjaga kerapihan rambut dan cara
berpakaian. Selain meningkatkan personal hygiene, para guru juga selalu
mengingatkan siswanya untuk menjaga kebersihan lingkungan agar tercipta
5
lingkungan yang bersih dan sehat. Namun siswa-siswi SMP masih saja banyak
yang belum menerapkan perilaku tersebut dengan alasan bahwa mereka
menganggap hal tersebut tidak penting. Mengingat usia siswa SMP merupakan
usia yang masih labil dan masih memerlukan bimbing dari seorang guru dan
orang tua agar terbentuk pribadi yang peduli terhadap kebersihan diri dan
lingkungan. Selain bimbingan dari orang tua dan guru, siswa-siswi juga
membutuhkan suatu bahan pendukung lainnya agar lebih paham dan mengerti
tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan.
Permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor.(lanjutkan dengan
pendapat pribadu baru didukung dengan pendapat/kata-kata peneliti terdahulu)
Menurut Wahid Iqbal M& Nurul Chayatin. (2009:366-369) perilaku untuk hidup
sehat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara
lain keturunan dan motif. Keturunan atau genetik, perilaku seseorang yang berasal
dari keluarga, sedangkan motif adalah perubahan perilaku yang disebabkan karena
ada unsur dorongan atau motif tertentu. Perilaku seseorang biasanya dilandasi
adanya motif untuk memenuhi kebutuhan hidup. kebutuhan hidup dasar manusia
antara lain: kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, kebutuhan rasa cinta, kebutuhan
akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Faktor eksternal yang mempengaruhi perubahan perilaku mencakup
unsur-unsur antara lain, pengetahuan, kepercayaan (keyakinan), sarana dan
motivasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang
tersebut, menyebabkan timbulnya unsur-unsur dan dorongan seseorang untuk
berbuat sesuatu. Apabila pendidikan kesehatan diberikan secara benar akan
berdampak untuk jangka panjang siswa itu sendiri terutama dalam keluarga dan
bermasyarakat.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat penting untuk diterapkan
sejak usia dini atau usia sekolah. Karena dengan berbekal pengetahuan tentang
kebersihan maka akan menunjang derajat kesehatan seseorang. Azizah (2012:10)
menyebutkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku
6
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang
ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku siswa terkait
pendidikan kesehatan bertujuan mengubah perilaku yang tadinya tidak sehat
menjadi sehat dan bertanggung jawab pada kesehatan diri siswa itu sendiri
(Prasetyawati dan Tri, 2013).
Berbagai metode telah dikembangkan dunia pendidikan dalam
menyampaikan pesan yang bertujuan meningkatkan pengetahuan sikap dan
keterampilan (Hamida, dkk., 2012:68). Media penyampaian pesan-pesan
kesehatan yang dapat digunakan salah satunya yaitu menggunakan media visual
berupa buku saku. Alasan peneliti menggunakan buku saku sebagai media edukasi
kesehatan yaitu karena buku saku memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu:
ukuran buku saku yang tidak terlalu besar, praktis dan efisien sehingga mudah
untuk digunakan, memiliki halaman yang tidak terlalu banyak, dapat dibawa
kemana-mana, isi yang ada dalam buku saku dapat disampaikan dengan singkat,
padat, jelas dan tidak bertele-tele sehingga pesan-pesan yang ada didalam buku
saku dapat tersampaikan dengan baik.
Menurut hasil wawancara bebas dengan salah satu guru mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) bahwa buku saku ini dapat menjadi media promosi
pertama di sekolah. Karena belum ada media serupa yang pernah digunakan
sebagai media promosi kesehatan di SMPN 2 Nguling. Media promosi kesehatan
yang sebelumnya pernah digunakan yaitu poster, leaflet dan stiker. Selain itu
pengembangan media visual berupa buku saku ini menjadi langkah pertama dalam
upaya menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan serta menjadi
sumber belajar bagi siswa di SMPN 2 Nguling maupun dirumah masing-masing
siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan di atas peneliti ingin
melakukan edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa promosi
kesehatan dengan menggunakan media buku saku. Menurut Notoatmodjo (2012)
7
a. Fisik
Penelitian ini dapat menghasilkan produk berupa buku saku dalam bentuk
hardcopy yang dapat dijadikan media belajar bagi siswa-siswi SMP untuk
mengatur pola hidup sehat dan bersih. Selain menjadi media belajar Buku Saku
Gizi juga dilengkapi berupa contoh foto makanan, minuman dan pola olah raga
sebagai pendukung deskripsi materi pada buku saku.
1. Buku saku adalah sebuah desain buku yang bentuknya minimalis dengan
merisi materi yang konkrit agar mudah dipelajari.
2. Dick and Carey adalah salah satu model penelitian pengembangan yang
digunakan sebagai dasar mengembangkan sebuah produk
3. Media Edukasi adalah bahan ajar khususnya berupa buku yang digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
4. Pola Hidup Besih dan Sehat adalah
5. Siswa-Siswi adalah peserta didik yang berada disuatu lembaga pendidikan
formal maupun informal dan mengikuti serangkaian proses belajar.