Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN 2

OLEH :

NAMA : NI LUH KADE YUYUN YULIANITA


KELAS : J(AKUNTANSI MALAM)
NIM :1802622010499/23

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
TAHUN 2019
Untuk mengetahui besarnya penyusutan atau depresiasi yang terjadi pada aktva tetap ada 5
Metode Penyusutan Aktiva Tetap di Dalam Akutansi antara lain metode garis lurus, metode
jumah angka tahun, metode menurun berganda, metode satuan jam kerja, dan metode satuan hasil
produksi.

1. Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode garis lurus adalah suatu metode penyusutan aktiva tetap dimana beban penyusutan aktiva
tetap per tahunnya sama hingga akhir umum ekonomis aktiva tetap tersebut. Metode ini termasuk
yang paling sering dipakai.
Untuk penerapan “Matching Cost Principle”, metode garis lurus dipergunakan untuk menyusutkan
aktiva-aktiva yang fungsionalnya tidak terpengaruh oleh besar kecilnya volume produk atau jasa
yang dihasilkan seperti bangunan dan peralatan kantor
 Contoh Soal :.
Misalnya Anda membeli mesin produksi seharga Rp 60.000.000.
Taksiran nilai residu sebesar Rp. 4.000.000. Umur manfaat ditaksir selama 4 tahun.
Perhitungan nilai depresiasi tiap tahunnya adalah ;

Metode ini sebaiknya digunakan untuk menghitung depresiasi gedung, furniture dan alat-
alat kantor.

2. Metode Penyusutan Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)


Metode saldo menurun adalah metode penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan persentase
tertentu dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan. Metode menurun ganda disebut
juga metode Double Declining.
Balance Methode, menurut metode ini maka penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan
persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan.
Persentase penyusutan besarnya dua kali persentase atau tarif penyusutan metode garis
lurus. Rumus penyusutan aktiva tetap metode menurun ganda adalah Penyusutan = {2 x (100%
: umur ekonomis)} x Harga buku aktiva tetap.
 Contoh Soal :
Sebuah mesin dibeli tanggal 1 Oktober 2000 dengan harga perolehan Rp10.000.000,00.
Taksiran usia ekonomis selama 5 tahun.
Penyusutan setiap tahun dihitung sebagai berikut:
Menghitung besarnya prosentase penyusutan: 100% : 5 = 20%. Dengan demikian besarnya
prosentase menurut metode menurun ganda adalah 2 x 20% = 40%

Akumulasi Harga buku


Periode Perhitungan Penyusutan Mesin
Akuntansi Beban Penyusutan Per 31 Per 31
Desember Desember
2000 3/12 x 40% x Rp10.000.000,00 = Rp1.000.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 9.000.000,00
2001 40% x Rp9.000.000,00 = Rp 3.600.000,00 Rp 4.600.000,00 Rp 5.400.000,00
2002 40% x Rp5.400.000,00 = Rp 2.160.000,00 Rp 6.760.000,00 Rp 3.240.000,00
2003 40% x Rp3.240.000,00 = Rp 1.296.000,00 Rp 8.056.000,00 Rp 1.944.000,00
2004 40% x Rp1.944.000,00 = Rp 777.600,00 Rp 8.833.600,00 Rp 1.166.400,00
2005 9/12 x 40% x Rp1.166.400,00 = Rp349.920,00 Rp 9.183.520,00 Rp 816.480,00

3. Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The Year Digit Method)
Metode Jumlah Angka Tahun disebut juga sum of the years digit method, berdasarkan metode
jumlah angka tahun, besarnya penyusutan aktiva tetap tiap tahun jumlahnya semakin
menurun. Rumus metode penyusutan aktiva tetap metode Jumlah angka Tahun adalah sebagai
berikut:
Penyusutan = Sisa Umur Penggunaan÷ Jumlah Angka Tahun × (harga perolehan nilai residu)
 Contoh Soal :
Pada tanggal 10 Juli 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga perolehan Rp
6.500.000,00. Taksiran usia ekonomis 5 tahun dan nilai residu Rp 500.000,00.
Jumlah angka tahun = 5(5 + 1)/2 = 15
Jumlah yang harus disusutkan = Rp6.500.000,00 – Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai
berikut:
Angka tahun Sisa umur Perhitungan Penyusutan Penyusutan
1 5 5/15 x Rp6.000.000,00 Rp2.000.000,00
2 4 4/15 x Rp6.000.000,00 Rp1.600.000,00
3 3 3/15 x Rp6.000.000,00 Rp1.200.000,00
4 2 2/15 x Rp6.000.000,00 Rp 800.000,00
5 1 1/15 x Rp6.000.000,00 Rp 400.000,00

Pada periode 2000, mesin dioperasikan selama 6 bulan, yaitu sejak bulan Juli
sampai dengan Desember 2000. Dalam hal ini aktiva tetap yang dioperasikan 15
hari atau lebih pada bulan pertama, bulan pertama dapat dianggap dioperasikan
satu bulan penuh. Dengan demikian beban penyusutan periode 2000 adalah
sebesar:
6/12 x Rp 2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
sedang beban penyusutan tahun 2001 dihitung :
dari tahun ke 1: 6/12 x Rp 2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
dari tahun ke 2: 6/12 x Rp 1.600.000,00 = Rp 800.000,00
Jumlah Rp1.800.000,00
Demikian pula beban penyusutan tahun 2002 dihitung seperti diatas. Beban untuk
setiap periode, setelah dihitung seperti diatas, akan tampak seperti dalam tabel
berikut ini:
Perhitungn beban Beban
Akumulasi Nilai Buku
No. Periode penyusutn thn penyusutan
Penyusutan Aktiva
berjalan thn berjalan
1. 2000 6/12 x Rp2.000.000 Rp1.000.000 Rp1.000.000 Rp5.500.000
2 2001 6/12 x Rp2.000.000 Rp1.800.000 Rp2.800.000 Rp3.700.000
6/12 x Rp1.600.000

3 2002 6/12 x Rp1.600.000 Rp1.400.000 Rp4.200.000 Rp2.300.000


6/12 x Rp1.200.000

4 2003 6/12 x Rp1.200.000 Rp1.000.000 Rp5.200.000 Rp1.300.000


6/12 x Rp 800.000

5 2004 6/12 x Rp 800.000 Rp 600.000 Rp5.800.000 Rp 700.000


6/12 x Rp 400.000
6 2005 6/12 x Rp 400.000 Rp 200.000 Rp6.000.000 Rp 500.000

4. Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours Method)


Metode satuan Jam Kerja atau disebut juga Service Hours Method, dengan metode ini, beban
penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam
periode yang bersangkutan.
Rumusnya adalah:
Beban Penyusutan per tahun = Jam kerja yang dapat dicapai × Tarif penyusutan tiap jam
Tarif penyusutan per jam = Harga Perolehan-nilai residu ÷ jumlah total Jam Kerja
penggunaan aktiva tetap.
 Contoh Soal :
Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000 ditaksir
akan dapat digunakan selama 80.000 jam.
Perhatikan cara menghitung nilai depresiasi per jam adalah :

Apabila dalam tahun pertama, mesin tersebut digunakan selama 8000 jam maka beban
depresiasinya adalah :
= 8.000 x Rp 700 = Rp. 5.600.000
Metode jam jasa paling tepat jika digunakan untuk kendaraan. Dengan anggapan
kendaraan itu lebih banyak aus karena digunakan dibandingkan dengan tua karena waktu.

5. Metode Penyusutan Satuan Hasil Produksi (Productive Output Method)


Metode satuan hasil produksi atau disebut Productive Output Method, Menurut metode ini beban
penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam
periode yang bersangkutan.
Beban Penyusutan per tahun = Jumlah satuan produk yang dihasilkan × Tarif penyusutan per
produk
Tarif penyusutan per satuan produk = Harga Perolehan Nilai Residu ÷ jumlah total produk
yang dihasilkan
Penyusutan merupakan proses pengurangan nilai aktiva tetap karena faktor penggunaan aktiva
tetap tersebut, faktor usia atau faktor sejenisnya. Semoga artikel ini bermanfaat untuk
anda. Jangan lupa share ya, agar teman Anda juga mendapatkan manfaatnya. Banyak berbagi
banyak rejeki.
 Contoh Soal :
Misalnya, mesin dengan harga perolehan Rp 60.000.000, nilai sisa Rp 4.000.000 ditaksir
selama umur penggunaannya akan menghasilkan 56.000 unit produk.
Cara menghitung nilai depresiasi per unit produk adalah:

Apabila dalam tahun penggunaan pertama, mesin tersebut menghasilkan 18.000 unit
produk, maka beban depresiasi untuk tahun itu sebesar:

= 18.000 x Rp 1000 = Rp 18.000.000

Metode penyusutan ini sebaiknya digunakan untuk aktiva-aktiva yang bisa diukur hasil
produksinya, seperti mesin.

Beban depresiasi yang dihitung dengan metode hasil produksi, jumlah tiap periode
tergantung pada jumlah produksi.

Sehingga biaya depresiasi yang dihitung dengan cara ini bersifat variabel.
TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN 2

OLEH :

NAMA : NI KOMANG LILIK MELLA SHINTYA


KELAS : J(AKUNTANSI MALAM)
NIM :1802622010488/12

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
TAHUN 2019
METODE PENYUSUTAN

Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan. Dua faktor itu adalah nilai aktiva
tetap yang digunakan dalam perhitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat.
Dasar penyusutannya dapat berupa harga perolehan atau nilai buku. Nilai maksimum aktiva tetap
yang dapat disusutkan adalah harga perolehannya. Tetapi ada kalanya, dianggap bahwa setelah
habis pakai, aktiva tetap yang bersangkutan masih mempunyai nilai, yang disebut nilai sisa
(residual, scrap atau salvage value). Nilai sisa adalah taksiran harga pasar aktiva tetap pada
akhir masa manfaat. Dalam hal demikian, nilai yang dapat disusutkan adalah harga
perolehan dikurangi nilai sisa.

Taksiran manfaat mencerminkan besarnya kapasitas/manfaat aktiva tetap selama dapat


dipakai. Taksiran ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangak waktu pemakaian (umur berguna
atau masa manfaat = useful lives) atau kapasitas produksi yang dapat dihasilkan. Untuk
menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Dengan uraian, pada
dasarnya penyusutan aktiva tetap untuk satu tahun dapat dihitung dengan rumus:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan


Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan yaitu :

1. Metode Garis Lurus


Dalam metode ini, beban penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya waktu, dalam jumlah
yang sama sepanjang masa manfaat aktiva tetap. Beban penyusutan dihitung dengan rumus:

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Tarif penyusutan ini dapat dengan mudah dihitung sebagai 100% dibagi dengan taksiran masa
manfaat. Misalnya, apabila taksiran masa manfaat adalah 5 tahun, maka tariff penyusutannya
adalah:
100% = 20%
5

 Contoh :
Sebagai contoh anggaplah bahwa pada tanggal 2 Januari 2017 dibeli sebuah kendaraan dengan
harga Rp 12.500 (sudah termasuk bea balik nama dan lain-lain). Nilai sisa diperkirakan Rp 1.550.
Umur kendaraan diperkirakan 5 tahun. Beban penyusutan tahunan dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan = 20% (Rp 12.500 – Rp 1.550)

= Rp 2.190

Beban penyutan tahun pertama ( dan tahun-tahun berikutnya) dicatat sebagai berikut

(D) Beban penyusutan Rp 2.190

(K) Akumulasi penyusutan Rp 2.190

Harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan
tersebut selama lima tahun tampak seperti terlihat dibawah ini:

Harga Beban Akumulasi


Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun Nilai Buku

1 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 2.190 Rp 10.310

2 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 4.380 Rp 8.120

3 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 6.570 Rp 5.930

4 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 8.760 Rp 3.740

5 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 10.950 Rp 1.550

2. Metode Saldo Menurun

Dalam metode ini beban penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun. Pembebanan yang makin
menurun didasarkan pada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap dalam memberikan
jasanya juga akan makin menurun. Dalam metode ini, beban penyusutan dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan


Dasar Penyusutan = Nilai Buku Awal Periode

Biasanya tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali tarif metode garis lurus. Misalnya
apabila suatu aktiva tetap ditaksir akan berumur 5 tahun, maka tarif penyusutannya adalah 40%
yaitu dua kali tarif metode garis lurus sebesar 20%. Dengan menggunakan contoh kendaraan
seperti yang telah disebutkan diatas, beban penyusutan pada tahun pertama akan dihitung sebagai
berikut:

Beban Penyusutan = 40% (12.500 – 0) = Rp 5.000

Perhatikan bahwa nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan harga perolehannya,
yaitu 12.500. pada saat ini akumulasi penyusutannya sama dengan nol. Penyusutannya tahun
pertama dicatat sebagai berikut:

(D) Beban penyusutan Rp 5.000

(K) Akumulasi penyusutan Rp 5.000

Pada akhir tahun kedua, beban penyusutannya dihitung sebagai berikut:

Beban penyusutan = 40% x (Rp 12.500 – Rp 5.000) = Rp 3.000

Nilai buku pada awal tahun kedua sama dengan harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan pada saat itu, yang jumlahnya sama dengan Rp 5.000. Penyusutan tahun kedua ini
dicatat sebagai berikut:

(D) Beban penyusutan Rp 3.000

(K) Akumulasi penyusutan Rp 3.000

Harga perolehan, beban penyusutan per tahun akumulasi penyusutan dan nilai buku kendaraan
dalam contoh tadi selama lima tahun tampak sebagai berikut:

Harga Beban Akumulasi


Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun Nilai Buku

1 Rp 12.500 Rp 5.000 Rp 5.000 Rp 7.500


2 Rp 12.500 Rp 3.000 Rp 8.000 Rp 4.500

3 Rp 12.500 Rp 1.800 Rp 9.800 Rp 2.700

4 Rp 12.500 Rp 1.080 Rp 10.880 Rp 1.620

5 Rp 12.500 Rp 70 Rp 10.950 Rp 1.550

Diatas telah dijelaskan bahwa dalam metode saldo menurun, tariff penyusutan dihitung sebesar
dua kali tarif metode garis lurus dengan tidak memperhatikan adanya nilai sisa. Walaupun
demikian, aktiva tetap yang bersangkutan tidak boleh disusutkan sampai dibawah nilai sisa. Untuk
menggambarkan mengenai masalah ini, perhatikan penyusutan yang dilakukan pada tahun kelima.
Pada permualaan tahun kelima nilai buku kendaraan adalah Rp 1.620. Dengan menggunakan cara
perhitungan yang biasa, beban penyusutan untuk tahun ini seharusnya adalah 40% dari Rp 1.620
sama dengan Rp 648. Tetapi apabila jumlah ini yang dicatat sebagai beban penyusutan, maka pada
akhir tahun kelima nilai buku kendaraan menjadi Rp 972. Nilai sisa yang diperkirakan semula
adalah Rp 1.550. Berdasarkan ketentuan diatas, penyusutan yang dibebankan pada tahun kelima
hanyalah Rp 70 yaitu Rp 1.620 dikurangi dengan Rp. 1.550.

3. Metode Jumlah Angka Tahun

Dalam metode ini jumlah penyusutannya akan semakin menurun dari tahun ke tahun. Adapun
untuk cara perhitungan beban penyusutannya sebagai berikut:

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

Dasar Penyusutan pada metode ini adalah harga perolehan dikurangi nilai sisa. Tarif penyusutan
dalam metode ini akan merupakan suatu bilangan pecahan yang makin lama makin kecil.
Pembilang dalam pecahan adalah angka-angka tahun yang ada selama masa manfaat aktiva tetap.
Jadi, apabila suatu aktiva tetap ditaksir berumur lima tahun, maka angka-angka tahun yang adalah
1,2,3,4, dan 5. Sebagai penyebut dalam pecahan adalah jumlah angka-angak tahun yang ada.
Contohnya 1+2+3+4+5 = 15
Beban penyusutan tahun pertama dihitung sebagai berikut:

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)

= 5/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)

= Rp 3.650

Beban penyusutan untuk tahun kedua adalah sebagai berikut:

Beban penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga Perolehan – Nilai Sisa)

= 4/15 x (Rp 12.500 – Rp 1.550)

= Rp 1.920

Pencatatan beban penyusutan untuk tiap-tiap tahun tidak berbeda dengan sebelumnya. Apabila
disusun dalam bentuk table, harga perolehan, beban penyusutan per tahun, akumulasi penyusutan
, dan nilai buku kendaraan selama lima tahun akan tampak terlihat seperti dibawah ini:

Harga Beban Akumulasi


Perolehan Penyusutan Penyusutan
Tahun Nilai Buku

1 Rp 12.500 Rp 3.650 Rp 3.650 Rp 8.850

2 Rp 12.500 Rp 2.920 Rp 6.570 Rp 5.930

3 Rp 12.500 Rp 2.190 Rp 8.760 Rp 3.740

4 Rp 12.500 Rp 1.460 Rp 10.220 Rp 2.280

5 Rp 12.500 Rp 730 Rp 10.950 Rp 1.550

Dalam contoh diatas dianggap bahwa kendaraan dapat dibeli pada tanggal 2 Januari 2017. Jadi,
awal penyusutan dimulai sama dengan awal tahun buku perusahaan. Apabila awal penyusutan
tidak sama awal tahun buku perusahaan, maka beban penyusutan untuk tahun kedua dan
seterusnya harus dihitung atas dasar dua tarif penyusutan. Untuk menggambarkan hal ini
anggaplah bahwa kendaraaan dalam contoh diatas dibeli pada tanggal 1 April 2017. Dalam contoh
ini, tahun penyusutan tidak sama dengan tahun buku. Masa penyusutan tahunan dimulai pada
tanggal 1 April 2017 sedangkan tahun buku dimulai pada tanggal 1 Januari 2017. Tarif penyusutan
dalam metode ini berhubungan dengan masa penyusutan. Oleh karena itu, tarif untuk masa
penyusutan pertama misalnya berlaku dari tanggal 1 April 2017 sampai dengan 1 Maret 2018.
Pada tanggal 31 Desember 2017, masa penyusutan dengan tarif 5/15 baru berlaku 9 bulan,
sehingga beban penyusutan untuk tahun buku 2017 dihitung sebagai berikut:

Beban penyusutan = 9/12 x 5/15 (Rp 12.500 – Rp 1.550)

= Rp 2.737,5

Untuk tahun buku 2017, beban penyusutan akan meliputi dua bagian masa penyusutan, yakni dari
1 Januari sampai dengan 31 Maret 2018 yang tercakup dalam penyusutan dengan tarif 5/15 dalam
periode 1 April sampai dengan 31 Desember 2017 yang tercakup dalam masa penyusutan dengan
tarif 4/15. Beban penyusutan untuk tahun buku 2018, dihitung sebagai berikut:

Masa penyusutan dengan tarif 5/15 = 3/12 x 5/15 x Rp 10.950 = Rp 912,5

Masa penyusutan dengan tarif 4/15 = 9/12 x 4/15 x Rp 10.950 = Rp 2.190

Rp 3.102,5

Demikianlah, maka beban penyusutan untuk tahun-tahun buku selanjutnya akan dihitung
berdasarkan dua masa penyusutan. Perlu dicatat, bahwa cara perhitungannya hanya berlaku untuk
metode jumlah angka tahun saja.

4. Metode Unit Produksi

Dalam metode ini taksiran masa manfaat dinyatakan dalam kapasitas produksi yang dapat
dihasilkan. Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan dalam bentuk unit produksi, jam
pemakaian, kilometer pemakaian atau unit-unit kegiatan. Harga perolehan dikurangi nilai sisa
adalah dasar penyusutan. Tarif penyusutan dihitung sebagai presentase produksi aktual terhadap
kapasitas produksi. Beban penyusutan untuk setiap periode dihitung dengan mengalikan tariff
penyusutan dengan dasar penyusutan. Untuk menggambarkan metode penyusutan anggaplah
bahwa pada tanggal 2 Januari 2017 dibeli suatu mesin dengan harga Rp 55.000. Mesin itu
diperkirakan mempunyai nilai sisa sebesar Rp 5.000. Selama masih dapat digunakan, mesin
tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.000.000 unit barang. Dalam tahun 2017 diproduksi
245.000 unit. Beban penyusutan untuk tahun 2017 dihitung sebagai berikut:
Tarif Penyusutan = Produksi Aktual
Kapasitas Produksi

= 245.000
1.000.000

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan

Dasar Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa

= 24,5% (Rp 55.000 – Rp 5.000)

= Rp 12.250

Anda mungkin juga menyukai