Anda di halaman 1dari 7

A.

LATAR BELAKANG

Seperti yang kita ketahui, pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau interaksi antara
pendidik. Interaksi antara guru (pendidik) dengan murid (peserta didik) disekolah berlangsung
dalam suatu proses yang disebut proses belajar-mengajar. Dengan demikian proses belajar-
mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan sosial. Itulah sebabnya, kegiatan belajar-mengajar
itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat dimana kegiatan tersebut berlagsung.

Sekolah sebagai saah satu institusi penddikan pada dasarnya juga merupakan salah satu
institusi sosial karena ia merupakan masyarakat kecil diantara sistem sosial lainnya. Sebagai
masyarakat kecil sekolah pun mempunyai kebudayaan (kultural) tertentu. Kebudayaan sekolah
dan sistem interaksi individu di dalamnya akan melahirkan suasana (iklim) sosial yag akan
mempengaruhi proses belajar-mengajar tersebut.

Proses belajar-mengajar disekolah, juga mendapat pengaruh dadri institusi lain di luarnya,
seperti teman sebaya, keluarga dan masyarakat dalam arti luas. Sosiobudaya dari institusi-
institusi ini akan mempengaruhi sosiokultural yang ada di sekolah.

Tetapi sebaliknya, sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap institusi sodial di luarnya.
Sekolah berfungsi sebagai pewarisan, pemelihataan pembaharuan kebdayaan dari generasi
terdahulu kepada generasi sekarang dan penerus. Jadi, antara sekolah dengan institusi sosial di
uarnya mempunyai hubungan timbal balik.

B. BEBERAPA DEFINISI KEBDAYAAN

Selanjutnya untuk menjelaskan pengertian pendidikan sebagai gejaa kebudayaan dan


pengertian tentang asumsi dasar atas maka, perlu dikemukakan beberapa definisi kebudayaan
yang telah dirumuskan beberapa tokoh yang dapat dianggap berwewenang di dalam masalah ini.

1. Edward B. Taylor
Sebagai seorangan antropiloog Inggris yang cukup memiliki mana internasional memberi
definisi tentang kebudayaan sebagai berikut :
“ culture is that complex whole which incudes knowledge, belief, art, moral, law, costum,
and any capabilities and habits acquired by man as a member of society.”
“ kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yan meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral kesusilaan, hukum pemerintahan, adat istiadat, dan kemamouan-kemampuan
yang lain yag diperoleh manusia dedbagai anggota masyarakat.”
Brdasar definisi diatas, maka kite peroleh sejumlah penertian antara lain sebagai berikut :
a. Pola kebudayaan, yaitu jumlah dan jenis serta relasi antara elemen-elemen atau unsure-
unsure kebudayaan.
b. Bahwa seala unsur-unsure kebudayaan di ats tidak dibawa sejak lahir sebagai bakat dan
kemampuan, tetapi harus dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
c. Proses pendidikan sebagai proses kebudayaan, yaitu proses dengan mana manusia
memperoleh nilai dan unsur-unsur kebudayaan, baik yang formal maupun informal

2. Freeman Butts.
Sedikit agak lebih lengkap dari definisi di atas adlah denfinisi yang dikemukakan oleh
Freeman Butts, dalam bukunya “ Cultural History of Western Education,” sebagai berikut :
“culture is a concept for the sum total of ways of living of human society,” atau
“Kebudayaan adalah suatu matriks yang lenkap dan komplek jalinan realitasnyinya dari
lembaga-lembaga politik, sosial, ekonomis, keagamaan dan juga kepercayaan, aspirasi ideal
dan cita-cita serta pemikiran-pemikiran yang memmbimbing orang dalam kehidupanna baik
sebagai individu dan masyarakat.”
Pokok-pokok pikiran yang dapat dipetik dari definisi di atas adalah antara lain dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Kebudayaan merupakan cara-cara bertingkah-laku manusia dalam kehidupannya, baik
sebagai pribadi maupun ngota masyarakat.
b. Berisi matriks dari unsur-unsur kebudayaan yang meskipun berbeda dengan yag diatas,
tetapi bertentangan, baik jenis jumlahnya.
c. Fungsi kebudayaan bagi manusia adalah sebagai pembimbing kehidupan dan
penghidupan manusia.

3. Ki Hajar Dewantara
Tokoh kebudayaan dan Pendidikan Nasional ini memberikan definisi debagai berikut :
“ Kebudayaaan, yang berarti buah budi manusia dalah hasil perjuangan manusi terhadap
dua pengaru yang kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat), dalam perjuangan
mana terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai tantangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya una mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai.”
Disamping definisi di ats Ki Hajar Dewantara memperingatka kita tentang asal terciptanya
kebudayaan, sebagai berikut :
“ bahwa janganlah dilupakan bahwa kebudayaan adalah kemurahan Tuhan yang diberikan
kepada manussia untuk keselamatan dan kesejahteraan hidupnya di dunia ini, kaenanya
janganlah menolak kemurahan Tuhan. Tadi, bahkan sebaliknya kita wajib mecari dan
memasukkan segala apa yang dapat menambah dan menyempurnakan hidup manusia hidup
kita dari ana pun datangnya asalnya bahan atau benda-benda kebudayaan itu.”
Sebagai kesimpulan dari definisi diatas adalah dapat di peroleh pokok-pokok pikiran
sebagai berikut:
a. Bahwa sumber kebudayaan adalah Tuhan, kepercayaan kepada Tuhan Yan Maha Esa.
b. Bahwa akulturasi kebudayaan, atau pertukaran kebudayaam dan dari mana pun
datangnya asalkan berguna bagi kesejahteraan hidp harus kita terima dan laksanakan.
c. Bahwa kebudayaan sebagai konsep merupakan cara-cara dan usaha-usaha manusia
untuk mengasai alam sekitarnya, baik lingkungan fisik maupun sosial, demi
kesejahteraan hidup manusia.
d. Bahwa manusia yang berbudaya adalah manusai yang damai dalam kehidupan batinnya
dan tertib dalam kehidupan sosialnya.

C. MASALAH POLA KEBUDAYAAN

Apa yang dimaksud dengan poka kebudayaab atau “ Pattern of culure” adalah rumpun
jumlah dan relasi atau jalinan hubungan antara unsur-unsur atau elemen-elemen kebudayaan
pada suatu daerah dan masa tertentu. Sesuai dengan asumsi dasar bahwa fungsi menentukan
struktur, maka dengan sendirinya fungsi si kebudayaan pada suatu tempat dan masa tertentu akan
menentukan strukturnya, yaitu susunan rumpun, jumlah dan jenis elemen-elemen kebudayaan
tertentu, mana yang berkembang dan dikembangkan dalam suatu kurun waktu tertentu pada
suatu daerah tertentu.
Brameld memberikan suatu contog sebagai ilustrasi apa yang dirumuskan dalam definisi di
atas dalam bentuk bagan, seperti yang dapat dilihat halaman khusus berikut ini. Berdasar atas
bagan tersebut akan diajukan sejumlah komentar dan permasalahan sebagaimana yag data dibaca
di bawah ini :

1. Bagan tersebut menggambarkan bahwa dasar filsafat merupakan symbol, atau sumber
kebudayaan, sehingga apabila logika dibalik, kebudayaan merupakan pengejawantahan
dari sumber dasar filsafat, yaitu sumber-sumber nilai dasar atau ethos-ethos, yaitu nilai-
nilai spiritual ethis yang mendasari tingkah laku manusia.
2. Bagan menggambarkan jumlah dan jenis unsur-unsur kebudayaan yang umum ijumpai
dari pola kebudayaan, terutama dari sudut pendekatan sekuler ilmiah demokratis.
3. Bagan menggambarkan pola da perkembangan unsur-unsur kebudayaan yang normal
dan serempak dan yang seharusnya demikian, sehingga tidak satu pun mendahulu lebih
cepat dari yang lain, padahal dalam kenyataanya tidak mungkin demikian, kecuali
dengan perencanaan sosial.
4. Bagan menggambarkan fungsi peranan pendidikan sebagai unsure pengikat dan tenaga
pengembang kebudayaan, sehingga perkembangan pendidikan merupakan indicator
sosial dari pada perkembangan kebudayaan dari suatu bangsa dan Negara tertentu.
5. Bagan menggambarkan, sesuai dengan butir 1 di atas, bahwa perbedaaan dasar-dasar
nilai filsafat atau ethos-ethos filsafata akan mennyebabkan jumlah dan jenis unsur-unsur
kebudayaan, seperti Negara totaliter monistis komunistis tidak mengakui unsur sosial
dan agama dalam pola kebudayaannya.
6. Bagan menggambarkan, sesuai dengan butir 3 di atas kemungkinan terjadinya
“differentia diffusion of culture,” artinya ketidaksamaan arah dan kecepatan
perkembangan unsur-unsure kebudayaan, yang pada suatu ketika dapat menimbulkan
masalah-masalah sosial dan kebudayaan.
BAGAN

POLA KEBUDAYAAN – PATTERN OF CULTURE

a. Thesa : Agama adalah pendidikan ( religion is education ).


b. Pendidikan merupakan sarana mobilitas sosial dan kebudayaan.
c. Perkembangan pendidikan merupakan barometer pengukur perkembangan kebudayaan.
d. Pendidikan Agama sama derajatnya dengan dan dapat di ganti ole pendidika budi pekerti.
e. Pola kebudayaan yang berdasar landasan sistem nilai sekuler ilmiah.

6 2

5 3

4
Keterangan :

a. Ilmu pengetahuan (science)


b. Ekonomi (economics)
c. Social (human relations)
d. Politik (politics)
e. Agama (religion)
f. Kesenian (arts)
g. Pendidikan ( education)

Dari Theodore Brameld : Education as Power

7. Bagan menimbulkan permasalahan tentang hubungan atara gama dan filsafat dalam
kaitannya dengan kebudayaan, yang pada dasarnya dapat diajukan dua pertanyaan, yaitu:
a. Apakah agama salah satu unsur kebudayaan ?
b. Apakah agama unsur mutak dan sumber kebudayaan ?

Jawaban untuk pertanyaan pertama telah dijelaskan pada bagian di atas, sedang
jawaban pertanyaan kedua dapat dijelaskan dengan pengajuan perbedaan antara
agama dan filsafat, seperti bagan dibawah ini :

Agama Filsafat
Agama adalah unsur mutlak dan sumber Agama adalah salah satu unsur
kebudayaan. kebudayaan.
Agama adalah ciptaan Tuhan Filsafat adalah hasil spekulasi pemikiran
manusia.
Agama adalah sumber-sumber assumsi Filsafat menguji assumsi-assumsi
dari filsafat dan ilmu pengetahuan science, dan science mulai dari assums
(sciene). tertentu.
Agama mndahulukan kepercayaan Filsafat mempercayakan sepenuhnya
daripada keyakinan. kekuatan daya pemikiran .
Agama mempercayai akan adanya Filsafat tidak mengakui dogma-dogma
kebenaran dan kenyataan dogma-dogma agama sebagai kenyataan tentang
agama kebenaran

Pada dasarnya perbedaan antara kedua cabang ilmu pengetahuan di atas adalah dalam
masalah yang harus dihadap dan diselesaikan, meskipun tidak dapat diselesaikan, berdasar
kenyataan adanya ajaran dan tuntutan agama yang bermacam-macam dalam kehidupan
manusia.
8. Bagan belum atau tidak memberikan gambaran yang jelas tentang apa itu atau definisi
kebudayaan dan perubahan kebudayaan, yang meliputi assumsi dasarnya, hakikat proses,
tujuan dan penyebab pendorongnya sampai kepada akibat-akibat baik negative atau
positif yang dapat ditimbulkan.

Assumsi dasar daripada proses perubahan kebudayaan ada dua, yaitu, pertama assumsi
tentang pluralism kebudayaa, dan kedua adalah assumsi relatiisme kebudayaan apabila kita
saksikan kenyataan realita kebudayaan yang berkembang di dunia pada saat ini, pluralism
sebagai assumsi pertama berarti bahwa dalam kebudayaan terdapat keragaman, baik dalam
jumlahnya, tingkatannya maupun jenis dan kecepatanya perubahan aspek atau unsurnya.
Assumsi kedua adalah relativisme kebudayaan yang berarti cara bagaimana kita menyikapi
atas segala macam keragaman diatas, dimana segala macam keragaman di atas baik tidaknya,
benar tidaknya dan tinggi rendahnya relatif ditentukan oleh waktu dan zamannya dan
tempatnya atau bangsanya. Maka dari itu tidak mengakui kenyataan adanya absolutism
kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai