Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN STRATEGIS MANAJEMEN RANTAI PASOK BERAS

DI INDONESIA
TUGAS METODE RISET
Diajukan Untuk Menempuh Mata Kuliah Metode Riset
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran

Putri Asyanice S. (170104160006)


Yasmin Nisa Desvianti (170104160018)
Shanti Widya Aryani (170104160046)

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JATINANGOR
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor pertanian. Didukung dengan iklim tropis serta kondisi alam yang
mendukung, sangat memungkinkan lahan di Indonesia dipergunakan untuk bercocok tanam
agar kebutuhan pangan seluruh masyarakatnya dapat terpenuhi. Meski demikian, pertumbuhan
populasi di Indonesia yang setiap tahunnya meningkat menjadi tantangan besar negeri ini
untuk meningkatkan produksi pangannya. Pangan merupakan kebutuhan mendasar untuk
keberlangsungan hidup manusia. Beras merupakan salah satu bahan pangan pokok yang
banyak dikonsumsi oleh sebagian masyarakat Indonesia. Undang-Undang Pangan No.7 Tahun
1996 menyatakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Konsep Manajemen Rantai Pasok merupakan konsep baru yang melihat seluruh aktivitas
perusahaan adalah bagian terintegrasi. Dalam hal ini integrasi perusahaan pada bagian hulu
(upstream) dalam menyediakan bahan baku dan integrasi pada bagian hilir (downstream) pada
proses distribusi dan pemasaran produk. SCM adalah serangkaian pemdekatan yang
diterapkan untuk mengintegrasi pemasok, pengusaha, gudang dan dan tempat penyimpanan
lainnya secara efisien hingga produk dihasilkan dan didistribusikan dengan kualitas yang
tepat, lokasi dan waktu yang tepat untuk memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan
pelanggan (Simchi Levi,et,al,2003:76)
Dalam pendistribusian beras, mengambil keputusan dalam jaringan manajemen rantai
pasok merupakan hal yang sangat penting, karena diperlukan strategi jangka panjang dan
biaya yang besar apabila terjadi perubahan yang memerlukan perbaikan dan penyesuaian.
Pujawan dan Mahendrawati (2010:71) menyatakan, rancangan desain rantai pasok merupakan
suatu kegiatan strategis yang harus dilakukan pada manajemen rantai pasok dan mencakup
keputusan tentang lokasi, jumlah dan kapasitas fasilitas produksi dan distribusi dalam suatu
rantai pasok (baik yang dimiliki oleh satu atau sejumlah perusahaan yang berkolaborasi).
Permasalahan yang terjadi pada pendistribusian beras di Indonesia terdapat beberapa
permasalahan seperti tidak stabilnya pendistribusian beras yang menyebabkan penumpukan
beras maupun kekosongan persediaan beras. Ketidakpastian mengenai stok beras dapat
dipecahkan dengan memanfaatkan manajemen rantai pasok padi pasca panen di Indonesia.
Pemanfaatan manajemen rantai pasok ini untuk mengetahui hubungan keterkaitan antara
aliran produk, aliran keuangan dan aliran informasi mulai dari petani hingga konsumen akhir.
Manajemen rantai pasok merupakan manajemen keseluruhan proses produksi baik dari
kegiatan pengolahan suatu produk hingga memperoleh nilai tambah, distribusi pemasaran
hingga produk sampai ke tangan konsumen. Berdasarkan uraian di atas, kami tertarik untuk
melakukan penelitian dan mengkaji teori dengan judul “Kajian Strategis Manajemen Rantai
Pasok Beras di Indonesia” guna mengetahui alur rantai pasok beras yang paling efektif
diterapkan di Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, ruang lingkup permasalahan yang ada dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1) Apa saja komponen penting dalam bagan Manajemen Rantai Pasok?
2) Bagaimana alur rantai pasok beras pada umumnya di Indonesia?
3) Model rantai pasok apa yang paling efektif untuk penyaluran beras di Indonesia?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian yang kami lakukan adalah untuk informasi sebanyak-
banyaknya mengenai Manajemen Rantai Pasok khususnya pada komoditi beras di
Indonesia serta membandingkan teori mana yang paling pas untuk diaplikasikan untuk alur
rantai pasok beras di Indonesia guna mencapai keefektifan. Penelitian ini juga bermaksud
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Metode Riset minat Pengadaan Barang jurusan
Administrasi Keuangan Publik
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini:
1) Mengetahui komponen penting dalam bagan Manajemen Rantai Pasok
2) Mengetahui alur rantai pasok beras pada umumnya di Indonesia
3) Mengetahui strategi Perum BULOG Bandung dalam mengalokasikan biaya
distribusi untuk pengadaan beras seiring dengan meningkatnya laju impor beras
di Indonesia tahun 2018
4) Mengetahui model rantai pasok apa yang paling efektif untuk penyaluran beras
di Indonesia?
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat memberikan masukan berupa saran-saran serta sebagai
pertimbangan untuk perusahaan yang bergerak di bidang produksi beras.
b. Bagi Penulis
Untuk menerapkan metode atau ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan melatih
untuk menganalisis permasalahan yang ada serta mencari penyelesaiannya.
c. Bagi Pembaca
Dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan serta perbandingan atau sumber bacaan
untuk bidang kajian yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Supply Chain Management (SCM) atau Manajemen Rantai Pasok
Supply Chain Management (SCM) atau manajemen rantai pasok adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan, dan pengendalian terhadap pengadaan,
produksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa kepada pelanggan yang
mencakup administrasi harian, operasi , logistik dan pengolahan informasi mulai dari
customer hingga supplier.Untuk penjelasan singkatnya Supply Chain Management (SCM)
adalah mekanisme yang menghubungkan semua pihak yang bersangkutan dan proses
berubahnya bahan baku menjadi sebuah produk. Pihak yang ikut serta adalah yang
bertanggung jawab untuk memberikan barang – barang jadi hasil produksi ke customer pada
waktu dan tempat yang tepat dengan cara yang paling efisien.
Ada beberapa definisi SCM dari para ahli, yaitu;
a) Lambert (1998), menyatakan bahwa SCM merupakan integrasi atas prosesproses
bisnis dari pengguna akhir melalui pemasok awal yang menyediakan produk, jasa, dan
informasi yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
b) Menurut Simchi-Levi (2002), SCM adalah suatu kumpulan pendekatan yang
digunakan untuk mengintegrasikan secara efisien antara pemasok, perusahaan
manufaktur, pergudangan, dan toko, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan
pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar, untuk meminimumkan biaya-biaya pada
kondisi yang memuaskan kebutuhan tingkat pelayanan.
c) Menurut Handfield (1999), SCM merupakan integrasi atas kegiatan-kegiatan dalam
suatu rantai pasok dengan hubungan yang diperbaiki, untuk mencapai suatu
keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
d) Chopra & Meindl (2001), berpendapat bahwa SCM mencakup manajemen atas aliran-
aliran diantara tingkatan dalam suatu rantai pasok untuk memaksimumkan keuntungan
total.
Rantai pasok mencakup semua aktivitas yang berkaitan dengan aliran dan transformasi
barang dari bentuk bahan baku hingga sampai ke pengguna akhir (end user). Rantai pasok
pada dasarnya terdiri dari beberapa elemen, antara lain supplier, pusat manufaktur, gudang,
pusat distribusi, sistem transportasi, retail outlet, dan konsumen. Salah satu aspek yang
penting dalam rantai pasok adalah integrasi dan koordinasi dari semua aktivitas yang terjadi
didalam rantai, suatu keputusan yang diambil akan berpengaruh langsung terhadap seluruh
rantai pasok. Suatu perusahaan harus mengelola rantai pasok sebagai satu entitas. Dengan
tercapainya koordinasi dari rantai pasok perusahaan maka di tiap channel dari rantai pasok
perusahaan tidak akan mengalami kekurangan barang juga tidak sampai kelebihan barang
terlalu banyak. Tujuan dari manajemen rantai pasok adalah mencapai biaya yang minimum
dan tingkat pelayanan yang maksimum. Manajemen rantai pasok mempertimbangkan semua
fasilitas yang berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan dan biaya yang diperlukan dalam
memenuhi kebutuhan konsumen. Aktivitas-aktivitas tersebut, meliputi pembelian dan
outsourcing activities ditambah dengan fungsi-fungsi lain yang akan meningkatkan hubungan
antara pemasok dan distributor. Apabila semua proses dalam manajemen rantai pasok ini
dapat dijalankan dengan baik maka dapat diibaratkan kita melihat sebuah permata yang penuh
dengan cahaya yang enak untuk dipandang. Namun, segalanya akan berubah menjadi tidak
enak dipandang seandainya mekanisme yang diharapkan untuk dijalankan tidak bisa berjalan
dengan baik dan sesuai dengan rencana, misalnya saja adanya kekurangan pasokan bahan
baku pada saat diperlukan untuk produksi. Oleh karena pucuk pimpinan perusahaan, pada
tingkat pemikiran strategis, harus mampu menciptakan suatu visi perusahaan yang mampu
segalanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan (Trunick, 2002). Dalam menjalankan
manajemen rantai pasok tidak hanya semata-mata menginstal sebuah perangkat lunak yang
mendukung proses ini ataupun hanya mengadopsi model yang telah digunakan oleh
perusahaan lain. Setiap rantai pasok mempunyai karakteristik yang berbeda, sebagian karena
memang beberapa pemainnya berbeda, akan tetapi juga karena setiap organisasi mempunyai
parameter yang berbeda dan juga karena setiap fungsi juga mempunyai parameter kesuksesan
yang berbeda. Dengan mempunyai visi strategis, manajemen akan dapat mengarahkan
perusahaan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Oleh Henkoff (1994) disebutkan bahwa manajemen rantai pasok merupakan proses
dimana perusahaan memindahkan material, komponen dan produk ke pelanggan. Dalam
industri mobil, pakaian, komputer dan bahanbahan kimia, para eksekutif meletakkannya
sebagai agenda utama. Karena tekanan tinggi untuk bersaing dengan para kompetitor baik
harga maupun kualitas, perusahaan berusaha memperolehnya dengan kemampuan mereka
dalam hal mengirim barang dalam jumlah yang tepat, lokasi tepat dan tepat waktu. Dengan
membuat manajemen rantai pasok sebagai salah satu bagian dari perencanaan strategik
perusahaan maka seharusnya mulai saat ini kita sudah mulai bisa berpikir bahwa kesuksesan
implementasi manajemen rantai pasok tidak akan bisa diukur dalam periode jangka pendek.
Menurut Verespej (2003) dalam menjalankan strategi ini perusahaan harus mampu melakukan
hubungan secara elektronik (electronically connected) dan perekonomian yang dijalankan pun
sudah harus digerakkan dengan teknologi (technology driven economy). Selain itu apabila dua
buah perusahaan yang telah bekerja sama dalam menerapkan rantai pasok dan gagal untuk
melakukan kolaborasi, sharing of information, dan menyediakan data yang bertujuan untuk
mewujudkan suksesnya rantai pasok ini maka bukan tidak mungkin bahwa kedua perusahaan
tersebut akan gagal untuk memperoleh nilai tambah maksimal yang diharapkan dapat
diperoleh dengan menjalankan manajemen rantai pasok ini. Hal yang paling penting dalam
pelaksanaannya, perusahaan harus mampu berpikir jauh ke depan memprioritaskan integrasi
dengan konsumen pemasok dan bahkan dengan area-area lain yang saling berhubungan.
.
2.1.2 Komponen Supply Chain Management (SCM)
Chain Management yaitu sebuah proses dimana perusahaan mendapatkan supplier dari
pihak luar untuk mendapatkan bahan baku. Menurut Turban, Rainer, Porter (2004), terdapat 3
macam komponen rantai suplai, yaitu:
1. Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain) Bagian upstream (hulu) supply chain
meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang
mana dapat manufaktur, assembler, atau keduaduanya) dan koneksi mereka kepada
pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat
diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih
tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang
utama adalah pengadaan.
2. Manajemen Rantai Suplai Internal (Internal supply chain management) Bagian dari
internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang
digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran
organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di
dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi,
pabrikasi, dan pengendalian persediaan.
3. Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment) Downstream (arah
muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk
kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada
distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service.

2.1.3 Pemain Utama Supply Chain Management


Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier
sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut pemain dalam konteks ini
dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain
utama yang yang terlibat dalam supply chain:
1. Supplier (chain 1) Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber
yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai.
Bahan pertama di sini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong,
suku cadang atau barang dagang.
2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2) Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai
kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun
menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah
mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory
carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3) Dalam tahap ini barang jadi yang
dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa
distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4) Dari pedagang
besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa
pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun
secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di
atas.
5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).
Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chain dalam konteks ini
sebagai end-user.

2.2 Kerangka Konsep


Komponen Supply Chain Pemain Utama Supply Chain
Management Management
•Rantai Suplai Hulu (Upstream •Supplier
Supply Chain) •Supplier-Manufacturer
•Manajemen Rantai Suplai •Supplier-Manufacturer-
internal (Internal Supply Chain Distribution
Management) •Supplier-Manufacturer-
•Segmen Rantai Suplai Hilir Distribution-Retail Outlets
(Downstream Supply Chain •Supplier-Manufacturer-
Segment) Distribution-Retail Outlets-
Customer
Model
Supply Chain
Management
yang efektif
di Indonesia
BAB III
Metode Penelitian

3.1. Metode Penelitian


Menurut Sugiyono (2012) penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Metode penelitian menurut
Iqbal Hasan (2004:4) adalah sebagai berikut : “Penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap
sesuatu masalah dengan perlakuan tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan
mempelajari secara cermat dan sungguh-sungguh) sehingga diperoleh sesuatu (seperti
mencapai kebenaran memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan,
dan sebagainya).” Sedangkan pengertian menurut Sujoko, Stevanus, dan Yuliawati (2007:7)
Berdasarkan teori tersebut, penelitian deskriptif kuantitatif, merupakan data yang diperoleh
dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan
(Karo, 2016). Metode penelitian yang digunakan oleh kami adalah metode deskriptif
kuantitatif dengan menggunakan satu variabel tanpa menggunakan variabel lain sebagai objek
pembanding. Metode Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab
segala rumusan masalah terkait Manajemen Rantai Pasok komoditi beras di Indonesia.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data:
A. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli
(tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual
atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan,
dan
hasil pengujian. Data primer kami peroleh dari hasil wawancara langsung kepada salah
satu supplier beras di Indonesia
B. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Dalam hal ini data sekunder yaitu data dari studi kepustakaan yang akan dicantumkan
di daftar pustaka. Studi pustaka kami mempelajari buku-buku, skripsi, jurnal ilmiah
dan dokumen dari website untuk memperoleh informasi yang berhubungan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Komponen Penting Dalam Bagan Manajemen Rantai Pasok

Pengelolaan rantai pasok dalam mendistribusikan beras mencakup kegiatan pembelian


bahan baku (gabah) dari petani, transportasi ke pabrik penggilingan padi, proses pengolahan
(pengeringan dan penggilingan) di pabrik, pengemasan, penggudangan, dan distribusi ke
berbagai pedagang (pedagang besar dan pengecer) dan akhirnya kepada konsumen.
Alur pertama dari komponen Supply Chain Management adalah upstream supply chain,
yaitu kegiatan pembelian gabah di tingkat petani biasa dilakukan oleh pedagang pengumpul
tingkat desa dan kecamatan dan selanjutnya melakukan pengiriman ke pabrik penggilingan padi.
Pedagang pengumpul bisa merupakan kaki tangan yang diberi modal oleh pabrik penggilingan
padi, atau bisa juga merupakan pedagang independen yang menggunakan modal usaha sendiri,
namun mempunyai langganan pabrik penggilingan padi.
Alur kedua adalah manajemen rantai suplai internal, yaitu kegiatan pengeringan,
penggilingan, dan pengemasan (ada yang menggunakan merek dagang tertentu) dilakukan oleh
perusahaan penggilingan padi. Pelaku kegiatan distribusi dari pabrik penggilingan ke pedagang
tergantung kesepakatan antara keduanya.
Alur terakhir dalam komponen Supply Chain Management adalah kegiatan distribusi dari
pedagang ke konsumen dilakukan melalui pedagang pengecer, atau langsung ke konsumen.
Pedagang beras dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pedagang besar atau grosir
(wholesalers) dan pedagang eceran (retailer). Pada pedagang besar, umumnya masih ada
kegiatan penambahan nilai melalui grading dan pengemasan. Sebagian pedagang besar
melakukan pengemasan dengan merek dagang tertentu. Sebagian beras bermerek ini dipasarkan
ke super market dan sebagian lagi ke pengecer tradisional.

4.2 Model Rantai Pasok yang Paling Efektif untuk Penyaluran Beras di Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai