Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen Pengasuh Mata Kuliah :ARIF , S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

A. LAILI RISKI AMALIA (1847041048)

RIFKA ARHAM (1847041054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah BK (Bimbingan Dan Konseling). Makalah
ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliyah Bimbingan dan Konseling. Tidaklupa
kami mengucapkan banyak terimakasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susanan kata maupun bahasa. Oleh karena itu saya menerima kritik dan
saran yang diberikan oleh pembaca. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi
kalian yang membacanya .

Makassar, 29 Oktober 2019

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR………………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….2

BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….3

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….………….3

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….3

C.Tujuan………………………………………………………………………………………………3

BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..4

A. Pengertian Bimbingan ………………………………………………………………….…………4.

B. Tujuan Bimbingan Konseling Sosial……………………….……………………………………...5

C. Fungsi Bimbingan Pribadi Sosial…………………………………………………………………..5

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………………....14

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………14

B. Saran……………………………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….…15.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya konselor merupakan sebuah upaya untuk memberi bantuan kepada
klien dari konselor, sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
yang lebih baik.

Dalam kehidupan semuaorangpasti mempunyai permasalahan tidak terkecuali anak us


iasekolah. Bimbingan dan Konseling sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada
di sekolah.Yang bertujuan membuat siswa dalam mencari penyelesaiyan dari permasalahan
serta mengarahkannya kepenyelesaian yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Bimbingan ?

2.Apa tujuan bimbingan konseling social ?

3. Apa fungsi bimbingan pribadi social ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Bimbingan.

2. Untuk mengetahui tujuan bimbingan Konseling Sosial.

3. Untuk mengetahui fungsi bimbingan pribadi social.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Bimbingan

Bimbingan merupakan upaya untuk membantu individu berkembang sesuai dengan


kemampuan yang dimilikinya secara bertahap dalam proses yang matang. Rochman
Natawidjaja (Syamsu Yusuf, 2009: 38) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar,
sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat.
W.S. Winkel (1991: 124) mendefinisikan bimbingan sebagai pemberian bantuan kepada
seseorang atau kepada sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana
dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan hidup.
Moh. Surya (1988:36) mengemukakan bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai
kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Senada dengan pendapat M.Surya, Prayitno (1987:35) mengemukakan : Bimbingan adalah
bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu
dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup 5 fungsi
pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri yaitu

1. Mengenal diri sendiri dan lingkungan,


2. Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
3. Mengambil keputusan,
4. Mengarahkan diri,
5. Mewujudkan diri.

Berdasarkan definisi-definisi bimbingan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan yaitu :

1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinyu dan
sistematis,
2. Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola sosial
yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-
pola sosial yang dimaksudkan adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Bimbingan pribadi merupakan upaya untuk membantu individu dalam menemukan


dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mantap dam mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Sementara bimbingan sosial merupakan
upaya untuk membantu individu dalam mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial
yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung jawab. Bimbingan pribadi-sosial berarti upaya

4
untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi
konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta
upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan
(pergaulan sosial) (Yusuf, 2009: 53-55).
Pada dasarnya bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai upaya
pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Lynn Bullard (Syamsu Yusuf,
1998:78) mengungkapkan untuk melakukan reformasi (pembaharuan) program bimbingan
dan konseling secara tepat, maka layanan-layanannya harus diintegrasikan ke dalam program-
program yang berorientasi pengembangan, yang membantu para siswa mengembangkan dan
mempraktekkan kompetensi-kompetensinya.
Bimbingan dan konseling yang berorientasi pengembangan tidak hanya berfungsi
untuk membantu individu ketika permasalahan muncul, melainkan lebih kepada sebelum
permasalahan terjadi dan upaya membantu individu mencapai self developmental dan self
realization. Individu dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan, (A.K.
Nayak,1997: 5).
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial
sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinnya.Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta
didik untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara
menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem
pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan pribadi-
sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
bimbingan pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa agar mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun
sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di lingkungannya.
Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,
interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahaman diri, dan sikap-sikap
yang positif, serta kemampuan-kemampuan pribadi sosial yang tepat.

B. Tujuan Bimbingan Pribadi-Sosial


Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005:14), merumuskan beberapa tujuan
bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial sebagai berikut :
1. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya.

5
2. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
5. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap
tugas dan kewajibannya.
9. memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.
10. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal
(dalam diri sendiri) maupun orang lain.
11. emiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Juntika Nurihsan (2003 : 9) menyatakan tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu
dalam mencapai:

1. Kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan,


2. Kehidupan yang produktif dan efektif dalam masyarakat,
3. Hidup bersama dengan individu-individu lain, dan
4. Harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dapat disimpulkan tujuan bimbingan pribadi pribadi sosial yang harus
dikembangkan dalam program layanan bimbingan dan konseling adalah memfasilitasi
siswa dalam mengarahkan pemantapan kepribadian serta mengembangkan
kemampuan dalam mengatasi masalah-masalah pribadi dan sosial siswa.

C. Fungsi Bimbingan Pribadi-Sosial

Fungsi dalam bimbingan pribadi-sosial yang diungkapkan oleh Totok (Rima


Puspita, 2007:47-49), yaitu :
1. Berubah menuju pertumbuhan. Pada bimbingan pribadi-sosial, konselor secara
berkesinambungan memfasilitasi individu agar mampu menjadi agen perubahan
(agent of change) bagi dirinya dan lingkungannya. Konselor juga berusaha membantu
individu sedemikian rupa sehingga individu mampu menggunakan segala sumber
daya yang dimilikinya untuk berubah.
2. Pemahaman diri secara penuh dan utuh. Individu memahami kelemahan dan
kekuatan yang ada dalam dirinya, serta kesempatan dan tantangan yang ada diluar
dirinya. Pada dasarnya melalui bimbingan pribadi sosial diharapkan individu mampu
6
3. mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang utuh dan penuh seperti yang
diharapkan, sehingga individu tidak memiliki kepribadian yang terpecah lagi dan
mampu mengintegrasi diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi
dan seimbang.
4. Belajar berkomunikasi yang lebih sehat. Bimbingan pribadi sosial dapat berfungsi
sebagai media pelatihan bagi individu untuk berkomunikasi secara lebih sehat dengan
lingkungannya.
5. Berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Bimbingan pribadi-sosial digunakan
sebagai media untuk menciptakan dan berlatih perilaku baru yang lebih sehat.
6. Belajar untuk mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui bimbingan
pribadi-sosial diharapkan individu dapat dengan spontan, kreatif, dan efektif dalam
mengungkapkan perasaan, keinginan, dan inspirasinya.
7. Individu mampu bertahan. Melalui bimbingan pribadi-sosial diharapkan individu
dapat bertahan dengan keadaan masa kini, dapat menerima keadaan dengan lapang
dada, dan mengatur kembali kehidupannya dengan kondisi yang baru.
8. Menghilangkan gejala-gejala yang disfungsional. Konselor membantu individu
dalam menghilangkan atau menyembuhkan gejala yang menggangu sebagai akibat
dari krisis.

1. Program Bimbingan Pribadi-Sosial


a. Definisi Program
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing
atau konselor sekolah adalah mengelola program bimbingan dan konseling, yaitu:
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut atau
mendesain perbaikan atau pengembangan program bimbingan dan konseling (Yusuf,
2009: 68-69). Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan yang
terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare, 2006:254).
Dalam konteks bimbingan dan konseling, program bimbingan dan konseling
terintegrasi dengan kurikulum yang mendukung pencapaian visi dan misi sekolah,
seperti ditegaskan oleh Gysbers & Handerson (Muqodas, 2011) bahwa “...true
comprehensive, developmental school counseling programs are well integrated into a
curriculum that supports the mission of the school district, and complement the
existing academic programs.”Borders & Durry (Muqodas, 2011: 5) menyatakan
program bimbingan dan konseling perkembangan adalah program yang bersifat
proaktif, preventif, dan bersifat mengarahkan dalam proses membantu seluruh siswa
menemukan pengetahuan, kemampuan, self-awareness, dan sikap-sikap yang
dibutuhkan dalam proses perkembangan individu.Dari berbagai definisi para ahli,
dapat disimpulkan yang dimaksud dengan program bimbingan dan konseling adalah
serangkaian rencana kegiatan layanan yang disusun secara sistematis, terencana, dan
terarah berlandaskan pada analisis kebutuhan siswa, guna mencapai dan memfasilitasi
perkembangan siswa secara optimal serta untuk menunjang pencapaian tujuan, visi
dan misi sekolah.

7
b. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Program

Program bimbingan berisikan sejumlah kegiatan layanan bimbingan. Suatu program


bimbingan merupakan suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi
dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Program bimbingan yang dikembangkan
menjadi pedoman yang pasti dan jelas bagi tenaga pembimbing di sekolah sehingga
kegiatan bimbingan di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif, efisien serta dapat
dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses maupun hasil. Program bim bingan
yang disusun secara baik dan matang tentu saja akan memberikan banyak keuntungan,
yaitu baik bagi siswa yang mendapatkan layanan maupun bagi guru pembimbing atau staf
bimbingan yang melaksanakannya.

Ciri-ciri program bimbingan yang baik menurut Miller (Uman Suherman dan Dadang
Sudrajat, 1998 : 23), yaitu :
1. Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa.
2. Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur petugas.
4. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis.
5. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf pelaksana.
6. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa.
9. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan
masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program, kemajuan siswa
yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan, kemampuan serta sikap para petugas
pelaksananya.
11. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.

Dewa Ketut dan Desak Made (1990:14-16) mengemukakan beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan program bimbingan yang terencana, yaitu :
1. Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas.
2. Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya.
3. Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna.
4. Pemberian pelayanan lebih teratur dan memadai.
5. Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan kegiatan bimbingan.
6. Adanya kejelasan kegiatan bimbingan di antara keseluruhan kegiatan program
sekolah.

Pengembangan program bimbingan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka


keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan di sekolah. Pengembangan program bimbingan
di sekolah, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

8
1. Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling.
2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan bersangkutan.
3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan.
4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan.
5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan.
6. Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling.

c. Komponen Program
Komponen program (Rambu-Rambu Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal, 2008 : 224) dipaparkan sebagai berikut:
1) Layanan dasar

a. Bimbingan Klasikal
Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak
langsung dengan siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan kepada siswa. Kegiatan bimbingan klasikal dapat berupa
diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).

b. Pelayanan Orientasi
Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,terutama dengan
lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan
pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di sekolah
biasanya mencakup organisasi sekolah, staf dan guru-guru, kurikulum,
program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau
sarana dan prasarana, dan tata tertib sekolah.

c. Pelayanan Informasi
Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak
langsung (melalui media cetak dan elektronik yang meliputi: buku, brosur,
majalah dan internet).

d. Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d 10 orang). Bimbingan kelompok ditujukan untuk
merespon kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok adalah masalah-masalah yang bersifat umum (common
problem) dan tidak rahasia.

e. Pelayanan Pengumpulan Data


Pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data

9
atau informasi tentang pribadi siswa dan lingkungannya. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.

2) Layanan responsif

a. Konseling individual dan kelompok


Pemberian layanan konseling ditujukan untuk membantu konseli yang mengalami
kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Melalui konseling, konseli dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab
masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan
secara lebih tepat. Konseling dapat dilakukan secara individual maupun
kelompok.

b. Referal (rujukan atau alih tangan)


Konselor yang kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah konseli,
maka sebaiknya mereferal atau mengalihtangankan konseli kepada pihak yang
lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, kepolisian dan banyak
lainnya.

c. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas


Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang konseli, memecahkan masalah konseli, dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang perlu dilakukan.

d. Kolaborasi dengan orang tua


Konselor perlu melakukan kerjasama dengan orang tua, karena proses bimbingan
tidak hanya terjadi di sekolah saja melainkan juga di rumah. Melalui kerjasama
memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar
pikiran antara konselor dengan orang tua siswa dalam upaya mengembangkan
potensi konseli atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi konseli.

e. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah


Konselor perlu menjalin kerjasama dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipandang relevan dengan mutu pelayanan bimbingan.

f. konferensi kasus
Konfrensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik
dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan
kemudahan dalam memecahkan masalah konseli.

10
g. Kunjungan rumah
Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang konseli tertentu yang sedang
ditangani, dalam upaya menyelesaikan masalahnya.

3) Perencanaan Individual
Konselor membantu konseli menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data
atau informasi yang diperoleh yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Melalui perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan
dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi konselor dalam perencanaan individual meliputi
pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian individual. Pada perencanaan
individual, siswa menggunakan informasi yang diperolehnya untuk : 1) merumuskan tujuan,
dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau
kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya, 2) melakukan kegiatan yang
sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan 3) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya.

4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara,
dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional
(hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), manajemen
program, penelitian dan pengembangan

2.Penyesuaian Sosial Siswa Berdasarkan Gender dan Implikasinya bagi Program


Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Penyesuaian Sosial Siswa Berdasarkan Gender


Schneiders (1964: 454-455) menyatakan ”Social adjustment signifies the capacity to react
efectively and wholesomely to social realities, situation, and relation so that the requirements
for social living are fulfilled in acceptable and satisfactory manner”.Penyesuaian sosial
menandakan kemampuan atau kapasitas yang dimiliki individu untuk bereaksi secara efektif
dan wajar pada realitas sosial, situasi, dan relasi sosial dengan cara yang dapat diterima dan
memuaskan sesuai ketentuan dalam kehidupan sosial.Selain itu, penyesuaian didefinisikan
juga sebagai proses yang mencakup respon mental dan perilaku di dalam mengatasi tuntutan
sosial yang membebani dirinya dan dialami dalam relasinya dengan lingkungan sosial
(Schneiders, 1964: 454). Selanjutnya, Callhoun dan Accocella (Fauziah: 2004: 30)
mendefinisikan bahwa penyesuaian sosial sebagai interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri,
orang lain, dan dunia atau lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Mu’tadin (2002: 3),
penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan.

11
Berdasarkan beberapa definisi penyesusian sosial di atas, dapat dipahami bahwa yang
dimaksud penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam mereaksi tuntutan-tuntutan
sosial secara tepat dan wajar. Holmberg & MacKenzie (Nicole A. Healy, Tammy H.
Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 5) mengemukakan bahwa
“relationship beliefs play a role in developing what an individual’s ideal relationship looks
like. Senada dengan pendapat Holmberg & MacKenzie, Fletcher, Thomas & Simpson (Nicole
A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 5)
mengungkapkan bahwa “the ideal relationship provides insight about a person’s actual
relationship in three ways: an estimation and evaluation of quality, regulation and
accompanying adjustments, and enhanced understanding of events of the
relationship.Senyshyn et al. (Nicole A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley
Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 6) mengemukakan bahwa “...Males were more satisfied
and confident and had fewer difficulties than females, The process of adjustment appears to
be gradual.” Kemampuan penyesuaian sosial siswa dalam penelitian ini dibandingkan
berdasarkan perbedaan gender, yang dimaksud gender dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin. Perbandingan tersebut menyangkut aspek kemampuan siswa menjalin hubungan
persahabatan dengan teman di sekolah, kemampuan siswa bersikap hormat terhadap guru,
kepala sekolah, dan staf sekolah yang lainnya, parisipasi aktif siswa dalam mengikuti
kegiatan sekolah, dan siswa bersikap hormat dan mau menerima peraturan sekolah.
Data-data yang didapatkan dari hasil penyebaran instrumen kepada siswa dijadikan
acuan dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling pribadi-sosial. Secara
eksplisit layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-
tugas perkembangannya dan menyelesaikan masalahnya (Yusuf, 2009: 49). Salah satunya
meliputi bidang pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk membantu siswa
mencapai tugas-tugas perkembangan pribadi-sosialnya serta mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi, baik yang bersifat pribadi, maupun sosial.Surya
(1988: 47) mengemukakan pengertian bimbingan pribadi-sosial sebagai bimbingan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial seperti masalah pergaulan,
penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya.Selanjutnya Winkel (1991: 124)
mengungkapkan bimbingan pribadi-sosial merupakan proses bantuan yang menyangkut
keadaan batinnya sendiri, dan yang menyangkut hubungan dengan orang lain.Dalam bidang
pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap, dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Sedangkan dalam bidang sosial, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan
kenegaraan (Yusuf, 2009: 50).
Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai definisi bimbingan pribadi-sosial di atas,
dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan layanan yang diberikan
kepada siswa agar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang
bersifat pribadi maupun sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di

12
lingkungannya.Berdasarkan Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal (2007: 14), tujuan bimbingan dan konseling dalam bidang
pribadi-sosial adalah untuk membantu siswa agar;
1. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun pergaulan dengan teman sebaya;
2. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing;
3. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara
positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut;
4. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik psikis maupun fisik;
memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain;
5. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya;
6. memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara tepat dan sehat;
7. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya;
8. memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan swsama manusia;
9. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, baik yang bersifat internal
maupun dengan orang lain;
10. memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan beberapa faktor yang telah di bahas di atas, faktor yamg


mempengaruhi perkembangan keterampilan social anak adalah faktor lingkungan
keluarga, lingkungan luar,, pengalaman social anak, dan keperibadian atau diri sendiri
intrinsic). Jika anak di tempatkan pada lingkungan social yang baik serta keluarga
yang baik maka, anak akan memiliki keterampilan social yang baik pula. Dengan
memiliki keterampilan social yang baik, anak akan memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, menambah hubungan pertemanan, mudah bergaul, dan bisa cepat beradaptasi
dengan lingkungan yang baru.
Implementasi layanan dalam bimbingan dan konseling pribadi social
merupakan salah satu usaha dalam pengembangan keterampilan hubungan social,
dimana bimbingan dan konseling pribadi social merupakan sebuah usaha bantu
kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan
social yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan social, memiliki
kelompok social, memiliki jenis-jenis kegiatan social dan kegiatan rekreatif yang
bernilai guna,serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah
pribadi, rekreasi dan social yang dialaminya.

B. SARAN

Agar mahasiswa,konseler,dan pendidikan(yang belum ada konselernya) dapat


menerapkan layanan yang ada pada bimbingan dan konseling dan layanan bimbingan
pribadi-sosial tersebut untuk mempermudah kita dalam menangani masalah yang ada
dan agar terlaksananya pelaksanaan bimbingan dan konseling yang lebih efektif lagi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Surya, M. (1988). Dasar-dasar Penyuluhan (Konseling). Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK:


Jakarta.

Winkel, W. S. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Prayitno. (1987). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP IKIP.

Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation.

Nurihsan, J. (2003). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Bandung: Mutiara.

15

Anda mungkin juga menyukai