DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah BK (Bimbingan Dan Konseling). Makalah
ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliyah Bimbingan dan Konseling. Tidaklupa
kami mengucapkan banyak terimakasi kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi susanan kata maupun bahasa. Oleh karena itu saya menerima kritik dan
saran yang diberikan oleh pembaca. Semoga makalah ini memberikan manfaat dan inspirasi bagi
kalian yang membacanya .
Penulis,
1
DAFTAR ISI
KATA PENGHANTAR………………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………….2
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….………….3
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………….3
C.Tujuan………………………………………………………………………………………………3
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………14
B. Saran……………………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………….…15.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya konselor merupakan sebuah upaya untuk memberi bantuan kepada
klien dari konselor, sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Bimbingan
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu secara kontinyu dan
sistematis,
2. Bertujuan untuk membantu proses pengembangan potensi diri melalui pola-pola sosial
yang dilakukannya sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Pola-
pola sosial yang dimaksudkan adalah pola-pola dimana individu tersebut dapat
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
4
untuk membantu individu dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi
konflik-konflik dalam diri dalam upaya mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian,
perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta
upaya membantu individu dalam membina hubungan sosial di berbagai lingkungan
(pergaulan sosial) (Yusuf, 2009: 53-55).
Pada dasarnya bimbingan tidak hanya berfungsi untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi individu (kuratif), melainkan memiliki fungsi lain yaitu sebagai upaya
pencegahan (preventif) dan pengembangan (developmental). Lynn Bullard (Syamsu Yusuf,
1998:78) mengungkapkan untuk melakukan reformasi (pembaharuan) program bimbingan
dan konseling secara tepat, maka layanan-layanannya harus diintegrasikan ke dalam program-
program yang berorientasi pengembangan, yang membantu para siswa mengembangkan dan
mempraktekkan kompetensi-kompetensinya.
Bimbingan dan konseling yang berorientasi pengembangan tidak hanya berfungsi
untuk membantu individu ketika permasalahan muncul, melainkan lebih kepada sebelum
permasalahan terjadi dan upaya membantu individu mencapai self developmental dan self
realization. Individu dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi
positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan, (A.K.
Nayak,1997: 5).
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2005 : 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial
sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan keadaan psikologis dan sosial klien, sehingga individu memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah
dirinnya.Bimbingan pribadi-sosial juga sebagai upaya pengembangan kemampuan peserta
didik untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara
menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem
pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan kemampuan pribadi-
sosial.
Berdasarkan berbagai pengertian yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan
bimbingan pribadi-sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa agar mampu
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang bersifat pribadi maupun
sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di lingkungannya.
Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif,
interaksi pendidikan yang akrab, mengembangkan system pemahaman diri, dan sikap-sikap
yang positif, serta kemampuan-kemampuan pribadi sosial yang tepat.
5
2. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
3. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara positif
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
4. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
5. memiliki sifat positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
6. memiliki kemampuan melakukan pilihan secara sehat.
7. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya.
8. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen, terhadap
tugas dan kewajibannya.
9. memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan
dalam bentuk persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama manusia.
10. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal
(dalam diri sendiri) maupun orang lain.
11. emiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
Juntika Nurihsan (2003 : 9) menyatakan tujuan bimbingan pada akhirnya membantu individu
dalam mencapai:
7
b. Prinsip-prinsip dalam Pengembangan Program
Ciri-ciri program bimbingan yang baik menurut Miller (Uman Suherman dan Dadang
Sudrajat, 1998 : 23), yaitu :
1. Disusun dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan nyata siswa.
2. Diatur menurut skala prioritas berdasarkan kebutuhan siswa.
3. Dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua unsur petugas.
4. Mempunyai tujuan yang ideal tetapi realistis.
5. Mencerminkan komunikasi yang berkesinambungan di antara semua staf pelaksana.
6. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
7. Penyusunannya disesuaikan dengan program pendidikan dan pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
8. Memberikan kemungkinan pelayanan kepada seluruh siswa.
9. Memperlihatkan peran yang penting dalam menghubungkan sekolah dengan
masyarakat.
10. Berlangsung sejalan dengan proses penilaian baik mengenai program, kemajuan siswa
yang dibimbing, dan kemajuan pengetahuan, kemampuan serta sikap para petugas
pelaksananya.
11. Menjamin keseimbangan dan kesinambungan pelayanan bimbingan.
Dewa Ketut dan Desak Made (1990:14-16) mengemukakan beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan program bimbingan yang terencana, yaitu :
1. Tujuan setiap langkah bimbingan akan lebih jelas.
2. Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya.
3. Penyediaan fasilitas akan lebih sempurna.
4. Pemberian pelayanan lebih teratur dan memadai.
5. Memungkinkan lebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan
dengan kegiatan bimbingan.
6. Adanya kejelasan kegiatan bimbingan di antara keseluruhan kegiatan program
sekolah.
8
1. Karakteristik para peserta didik serta kebutuhan akan bimbingan dan konseling.
2. Dasar dan tujuan lembaga pendidikan bersangkutan.
3. Kemampuan lembaga dalam menyediakan dana dan fasilitas yang diperlukan.
4. Lingkup sasaran dan prioritas kegiatan.
5. Jenis kegiatan dan layanan yang perlu diprioritaskan.
6. Ketersediaan tenaga profesional untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan
konseling.
c. Komponen Program
Komponen program (Rambu-Rambu Penyelengaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal, 2008 : 224) dipaparkan sebagai berikut:
1) Layanan dasar
a. Bimbingan Klasikal
Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak
langsung dengan siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan kepada siswa. Kegiatan bimbingan klasikal dapat berupa
diskusi kelas atau brain storming (curah pendapat).
b. Pelayanan Orientasi
Pelayanan orientasi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat
memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru,terutama dengan
lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi di sekolah biasanya dilaksanakan
pada awal program pelajaran baru. Materi pelayanan orientasi di sekolah
biasanya mencakup organisasi sekolah, staf dan guru-guru, kurikulum,
program bimbingan dan konseling, program ekstrakurikuler, fasilitas atau
sarana dan prasarana, dan tata tertib sekolah.
c. Pelayanan Informasi
Layanan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang
bermanfaat bagi siswa melalui komunikasi langsung maupun komunikasi tidak
langsung (melalui media cetak dan elektronik yang meliputi: buku, brosur,
majalah dan internet).
d. Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan yang diberikan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 s.d 10 orang). Bimbingan kelompok ditujukan untuk
merespon kebutuhan dan minat siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok adalah masalah-masalah yang bersifat umum (common
problem) dan tidak rahasia.
9
atau informasi tentang pribadi siswa dan lingkungannya. Pengumpulan data
dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2) Layanan responsif
f. konferensi kasus
Konfrensi kasus merupakan kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik
dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan
kemudahan dalam memecahkan masalah konseli.
10
g. Kunjungan rumah
Kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang konseli tertentu yang sedang
ditangani, dalam upaya menyelesaikan masalahnya.
3) Perencanaan Individual
Konselor membantu konseli menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data
atau informasi yang diperoleh yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Melalui perencanaan individual, siswa memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan
dirinya secara positif dan konstruktif. Fungsi konselor dalam perencanaan individual meliputi
pemberian pertimbangan, penempatan dan penilaian individual. Pada perencanaan
individual, siswa menggunakan informasi yang diperolehnya untuk : 1) merumuskan tujuan,
dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau
kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya, 2) melakukan kegiatan yang
sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan 3) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya.
4) Dukungan Sistem
Dukungan sistem kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara,
dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional
(hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat), manajemen
program, penelitian dan pengembangan
11
Berdasarkan beberapa definisi penyesusian sosial di atas, dapat dipahami bahwa yang
dimaksud penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam mereaksi tuntutan-tuntutan
sosial secara tepat dan wajar. Holmberg & MacKenzie (Nicole A. Healy, Tammy H.
Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 5) mengemukakan bahwa
“relationship beliefs play a role in developing what an individual’s ideal relationship looks
like. Senada dengan pendapat Holmberg & MacKenzie, Fletcher, Thomas & Simpson (Nicole
A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 5)
mengungkapkan bahwa “the ideal relationship provides insight about a person’s actual
relationship in three ways: an estimation and evaluation of quality, regulation and
accompanying adjustments, and enhanced understanding of events of the
relationship.Senyshyn et al. (Nicole A. Healy, Tammy H. Scheidegger, Amy L. Ridley
Meyers, and Karen Friedlen, 2009: 6) mengemukakan bahwa “...Males were more satisfied
and confident and had fewer difficulties than females, The process of adjustment appears to
be gradual.” Kemampuan penyesuaian sosial siswa dalam penelitian ini dibandingkan
berdasarkan perbedaan gender, yang dimaksud gender dalam penelitian ini adalah jenis
kelamin. Perbandingan tersebut menyangkut aspek kemampuan siswa menjalin hubungan
persahabatan dengan teman di sekolah, kemampuan siswa bersikap hormat terhadap guru,
kepala sekolah, dan staf sekolah yang lainnya, parisipasi aktif siswa dalam mengikuti
kegiatan sekolah, dan siswa bersikap hormat dan mau menerima peraturan sekolah.
Data-data yang didapatkan dari hasil penyebaran instrumen kepada siswa dijadikan
acuan dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling pribadi-sosial. Secara
eksplisit layanan bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tugas-
tugas perkembangannya dan menyelesaikan masalahnya (Yusuf, 2009: 49). Salah satunya
meliputi bidang pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial bertujuan untuk membantu siswa
mencapai tugas-tugas perkembangan pribadi-sosialnya serta mampu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi, baik yang bersifat pribadi, maupun sosial.Surya
(1988: 47) mengemukakan pengertian bimbingan pribadi-sosial sebagai bimbingan dalam
menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial seperti masalah pergaulan,
penyelesaian konflik, penyesuaian diri, dan sebagainya.Selanjutnya Winkel (1991: 124)
mengungkapkan bimbingan pribadi-sosial merupakan proses bantuan yang menyangkut
keadaan batinnya sendiri, dan yang menyangkut hubungan dengan orang lain.Dalam bidang
pribadi, membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap, dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
Sedangkan dalam bidang sosial, membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan
lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan
kenegaraan (Yusuf, 2009: 50).
Berdasarkan beberapa pemaparan mengenai definisi bimbingan pribadi-sosial di atas,
dapat disimpulkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan layanan yang diberikan
kepada siswa agar mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialaminya, baik yang
bersifat pribadi maupun sosial, sehingga mampu membina hubungan sosial yang harmonis di
12
lingkungannya.Berdasarkan Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal (2007: 14), tujuan bimbingan dan konseling dalam bidang
pribadi-sosial adalah untuk membantu siswa agar;
1. memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
maupun pergaulan dengan teman sebaya;
2. memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati
dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing;
3. memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta mampu meresponnya secara
positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut;
4. memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara obyektif dan konstruktif, baik yang
terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik psikis maupun fisik;
memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain;
5. bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak
melecehkan martabat atau harga dirinya;
6. memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara tepat dan sehat;
7. memiliki rasa tanggung jawab yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya;
8. memiliki kemampuan berinteraksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk hubungan
persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan swsama manusia;
9. memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, baik yang bersifat internal
maupun dengan orang lain;
10. memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan secara efektif.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Prayitno. (1987). Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor. Padang: FIP IKIP.
Nayak, A. (1997). Guidance and Counseling. New Delhi: Aph Publishing Corporation.
15