Anda di halaman 1dari 6

OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION

Ocean Thermal Energy Conversion atau dalam bahasa Indonesia adalah Konversi Energi Panas Lautan
merupakan proses konversi energi yang memanfaatkan perbedaan temperatur pada permukaan dan tingkat
kedalaman lautan tertentu.

Proses konversinya terbilang mudah karena prinsipnya sama dengan Organic Rankine Cycle. Air laut pada
permukaan akan dipanaskan oleh sinar matahari, sehingga temperatur air laut pada permukaan berperan
sebagai temperatur panas atau biasa disebut Hot Temperature (TH). Temperatur panas tersebut digunakan
untuk menguapkan fluida organik dengan titik didih rendah pada evaporator, sehingga uap dari fluida
organik tersebut dapat menggerakan sudu turbin. Setelah itu, sudu turbin akan memutar poros yang
terhubung dengan generator dan menciptakan listrik. Uap organik yang keluar dari turbin kemudian
didinginkan dan diembunkan pada kondensor yang memanfaatkan air laut pada kedalaman tertentu sebagai
fluida pendingin. Air laut pada kedalaman tertentu akan memiliki temperatur terendah dalam satu siklus
OTEC yang biasa disebut Cold Temperature (TC). Setelah fluida organik kembali menjadi cair, fluida
organik akan dipompa menuju evaporator kembali dan mengulang proses yang sama.

Gambar 1 Skema OTEC


(sumber: https://www.eia.gov/energyexplained/index.php?page=hydropower_ocean_thermal_energy_conversion)

Proses konversi energi panas laut ini memiliki beberapa keuntungan yaitu prosesnya yang mudah dan
bersih karena tidak membutuhkan pembakaran yang dapat menghasilkan polusi udara dan tidak
menimbulkan sampah padatan maupun cairan. Panas air laut diperoleh dari matahari sehingga bisa dibilang
bahwa pembangkit daya OTEC memanfaatkan energi terbarukan. Proses konversinya pun kontinyu karena
air dari laut selalu mengalir dan matahari juga selalu menyinari permukaan sehingga temperaturnya terjaga,
maka prosesnya tidak berhenti atau membutuhkan pemancing tertentu.

Namun karena perbedaan temperatur yang digunakan tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20°C (dalam
beberapa kasus bisa mencapai 30°C), kapasitas listrik yang dibangkitkan terbilang relatif kecil bila
dibandingkan dengan pembangkit tenaga batu bara, minyak, maupun panas bumi. Walaupun menggunakan
air laut dalam prosesnya, OTEC tidak menyebabkan efek buruk pada lingkungan yang berarti jika
dibandingkan dengan pembangkit tenaga nuklir atau fosil.

Konsep OTEC pertama kali diperkenalkan oleh Jules Verne dalam buku Twenty Thousand Leagues Under
the Sea pada 1870. Setelah itu dikembangkan dan diterapkan oleh ilmuwan fisika asal Prancis bernama
Jacques-Arsène d’Arsonval bersama dengan insinyur asal Amerika dan Italia yaitu Campbell, Dornig, dan
Boggia pada 1881.

Pembangkit listrik yang memanfaatkan OTEC pertama kali berdiri pada 1930 di Belgia oleh George Claude
dengan perbedaan temperatur sebesar 20°C dan menghasilkan listrik sebesar 60 kW, kemudian dipindahkan
ke Kuba dan hanya menghasilkan listrik sebesar 22 kW.

Riset mengenai OTEC kemudian berdiri di Amerika Serikat, Jepang, Cina, India, dan Korea. Kemudian
pada 1979 Mini-OTEC pun berdiri di Hawaii dan disusul dengan OTEC-1 pada 1981. OTEC sampai masih
dikembangkan hingga sekarang dan terus diteliti di Natural Energy Laboratory of Hawaii Authority
(NELHA).Riset-riset yang dikembangkan oleh masing-masing negara seperti Jepang dan India juga masih
berjalan.

OTEC SAAT INI

Walaupun teknologi pemanfaatan perbedaan temperatur lautan ini sudah ditemukan lebih dari seratus tahun
lalu, penggunaannya belum semarak dan sebanyak potensi yang dapat dimanfaatkan. Bahkan di Indonesia
sendiri, yang dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, pembangkit listrik OTEC masih belum didirikan
dan baru mulai diwacanakan pengembangannya pada akhir tahun 2018.

Dalam dunia yang sedang berusaha mengurangi penggunaan fossil-fuel based plant, salah satu pemanfaatan
OTEC terbesar hingga saat ini adalah di NELHA oleh Makai Ocean Engineering. Sejak diresmikan pada
tahun 2015, setiap hari pembangkit OTEC di Hawaii dapat menghasilkan 100 kW listrik untuk menghidupi
listrik sekitar 120 rumah di sekitarnya. Riset dan pengembangannya tidak berhenti disitu saja, Ocean
Energy Research Center di Makai sedang merencanakan pembangkit OTEC berkapasita 100M W dan bisa
menghidupi listrik untuk 120.000 rumah.

TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN MAKAI OCEAN ENGINEERING

Gambar 2 The Ocean Energy Research Center in Kailua-Kona, Hawaii


(sumber: https://www.makai.com/ocean-thermal-energy-conversion/)

Teknologi pembangkitan listrik menggunakan OTEC di Hawaii sekarang masih menggunakan sistem on
shore, atau proses konversinya dilakukan di daratan. Air laut untuk mengondensasikan fluida organik,
diambil dari kedalaman 3000 ft atau sekitar 1000 m bertemperatur 5°C dan disalurkan ke daratan
menggunakan pipa. Sedangkan air laut pada permukaan tidak benar-benar diambil di kedalaman 0 m, tetapi
diambil dari kedalaman 60 ft atau sekitar 18 m dengan temperatur 25°C. Air laut harus diambil di
kedalaman tertentu karena air laut yang benar-benar berada di permukaan mengandung banyak komponen-
komponen mengambang, seperti dedaunan atau sampah-sampah lainnya yang apabila terbawa sampai ke
evaporator akan menyumbat pipa dan merusak keseluruhan proses.

Siklus dari Makai Power Plant sendiri bisa dibilang sangat sederhana. Bisa dilihat pada Gambar 3. Siklus
Pembangkitan Daya pada Makai Power Plant. Fluida organik yang digunakan oleh Makai adalah refrigeran
yang terbuat dari anhydrous ammonia, atau amonia kering yang tidak mengandung air. Amonia kering
mempunyai titik didih sekitar -33°C pada tekanan atmosfer. Sehingga cukuplah air laut bertemperatur 25°C
untuk menguapkan amonia pada tekanan yang lebih tinggi daripada atmosfer.

Uap amonia kemudian menuju turbin dan menggerakkan sudu-sudunya. Turbin tersebut kemudian
menggerakkan generator sehingga daya listrik pun akan terbangkitkan. Uap amonia yang keluar dari turbin
kemudian dialirkan menuju kondensor. Uap amonia bertemu dengan air laut bertemperatur 5°C pada
kondensor sehingga ammonia berkondensasi dan kembali menjadi cair. Ammonia cair pun akan
dipompakan kembali menuju evaporator dan siklus akan dimulai kembali.

Gambar 3 Siklus Pembangkitan Daya pada Makai Power Plant


(sumber: https://www.makai.com/ocean-thermal-energy-conversion/)

RENCANA PENGEMBANGAN 100 MW

Makai Ocean Engineering saat ini sedang dalam tahap riset dan pengembangan pembangkit daya
berkapasitas 100 MW. Pembangkit ini kedepannya tidak akan membangkitkan dayanya di daratan,
sehingga tidak perlu pipa-pipa panjang untuk mengalirkan air laut, karena mesin-mesin pengonversi
energinya akan beroperasi di lepas pantai atau offshore.

Tidak hanya mengusung teknologi lepas pantai, Makai Ocean Engineering juga mengusung desain baru
heat exchanger atau penukar kalor untuk membuat proses konversi menjadi lebih efektif dan efisien.

Gambar 4 Skema Perencanaan Pembangkitan Daya oleh Makai Ocean Engineering kedepannya.
(sumber: https://www.makai.com/ocean-thermal-energy-conversion/)

Siklus baru yang sedang dikembangkan ini kurang lebih akan sama dengan siklus yang sudah ada dan
digunakan. Namun, terdapat sedikit perbedaan yaitu bahwa air laut panas dan dingin akan dicampur setelah
melewati evaporator dan kondensor. Air laut hangat hasil pencampuran tersebut akan dikeluarkan pada
kedalaman tertentu yang juga memiliki temperatur air yang sama.
Gambar 5 Skema Pembangkitan Daya yang Sedang Dikembangkan oleh OERC.
(sumber: https://www.makai.com/ocean-thermal-energy-conversion/)

Sistem pertukaran kalor yang sedang dikembangkan saat ini sedang diteliti oleh Ocean Energy Research
Center (OERC) dan diuji oleh Marine Heat Exchanger Testing. Namun, belum diketahui kapan kiranya
proyeksi dari pendirian pembangkit daya OTEC berkapasitas 100 MW ini.

Nah, apa kabar Indonesia dengan lautnya yang luar biasa melimpah?

Referensi:

- OTEC International, LLC., OTEC History, 2014, http://www.oteci.com/otec-at-work/test-page/


- OTEC Okinawa, OTEC Q&A, http://otecokinawa.com/en/OTEC/index.html
- Bryn Beorse, OTEC History, 1977, https://shamcher.wordpress.com/otec-history/
- Sukardjito, Gandeng Jepang, Pemerintah Indonesia Siapkan Pilot Plant Pembangkit OTEC, 2018,
https://ekbis.rmol.co/read/2018/10/29/363935/Gandeng-Jepang,-Pemerintah-Indonesia-Siapkan-
Pilot-Plant-Pembangkit-OTEC-
- Makai Ocean Engineering, Ocean Thermal Energy Conversion, https://www.makai.com/ocean-
thermal-energy-conversion/

Anda mungkin juga menyukai