Anda di halaman 1dari 2

energi.lipi.go.id http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?

cetakartikel&1112492995

Minyak Jarak Pengganti Solar

energi - http://www.energi.lipi.go.id

Minyak Jarak Pengganti Solar


NMP/PPG

DI tengah hiruk-pikuk aksi protes di jalanan maupun rencana sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan Daerah menggugat keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak, serta
tidak adanya kebijakan energi yang andal dari pemerintah menghadapi kelangkaan sumber daya minyak di
dalam negeri, ada yang tanpa banyak bicara terus bekerja mencari energi terbarukan yang ramah lingkungan
dan dapat meningkatkan pendapatan petani miskin.

PENELITIAN yang dilakukan Dr Ir Robert Manurung MEng, pengajar di Jurusan Kimia Industri Institut
Teknologi Bandung (ITB), bersama timnya sudah memperlihatkan titik terang. Tinggal satu tahap penelitian
akhir untuk pemantapan hasil, maka hasil penelitian Manurung bisa dimanfaatkan publik.

"Minyak jarak bisa menggantikan minyak diesel untuk menggerakkan generator pembangkit listrik. Karena
pohon jarak bisa ditanam di hampir semua wilayah Indonesia, maka minyak jarak sangat membantu
membangkitkan energi listrik daerah terpencil dan minyak ini bisa diproduksi sendiri oleh komunitas yang
membutuhkan listrik," kata Manurung awal pekan lalu kepada Kompas.

Potensi lain adalah ekspor karena tekanan pada negara-negara industri maju untuk lebih berperan
menurunkan emisi gas rumah kaca.

Manurung didampingi Eiichi Nagayama dan Masanori Kobayashi dari New Energy and Industrial Technology
Development Organization (NEDO), lembaga di bawah Pemerintah Jepang yang membantu penelitian sumber
energi baru untuk, antara lain, memenuhi kesepakatan Protokol Kyoto dalam menurunkan emisi buangan
bahan bakar minyak (BBM) yang menyebabkan efek rumah kaca. Penelitian Manurung dengan ITB-nya
dikerjakan bersama-sama Mitsubishi Research Institute (Miri) dan dibiayai oleh NEDO.

MINYAK jarak didapat dari jarak pagar (Jatropha curcas L) yang merupakan tanaman semak keluarga
Euphorbiaceae. Dalam waktu lima bulan tumbuhan yang tahan kekeringan ini mulai berbuah, produktif penuh
saat berumur lima tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahun.

Semua bagian tanaman ini berguna. Daunnya untuk makanan ulat sutra, antiseptik, dan antiradang,
sedangkan getahnya untuk penyembuh luka dan pengobatan lain. Yang paling tinggi manfaatnya adalah
buahnya. Daging buahnya bisa untuk pupuk hijau dan produksi gas, sementara bijinya untuk pakan ternak (dari
varietas tak beracun) dan yang dalam pengujian sudah terbukti adalah untuk bahan bakar pengganti minyak
diesel (solar) dan minyak tanah.

"Kita bisa menghemat devisa sangat banyak dengan mengganti 2,5 miliar liter per tahun solar yang digunakan
Perusahaan Listrik Negara, untuk pembangkit listrik di luar Jawa dengan minyak jarak," papar Manurung.

Manurung amat optimistis karena penelitian setahun terakhir bersama Miri sudah membuktikan penggunaan
minyak jarak 100 persen tanpa campuran apa pun pada mesin pembangkit listrik dapat menggantikan solar.
Pengujian tahap pertama parameter fisika-kimia pada motor bakar, dengan bekerja sama dengan Mitsubishi
Heavy Industries, sudah dipublikasikan di ITB bulan lalu (Kompas, 19/2). Sekarang penelitian memasuki uji
tahap akhir untuk menstabilkan minyak jarak dan melihat dampak pada generator dalam penggunaan
operasional 1.000 jam.

Keuntungan lain, minyak jarak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama di daerah dengan sumber
alam marjinal. Jika tiap petani diberi hak mengelola tiga hektar lahan kering, dengan kerapatan tanaman 2.500
pohon per hektar dan produktivitas 10.000 kilogram biji per hektar serta harga biji Rp 500 per kilogram, per
bulan satu keluarga petani bisa memperoleh penghasilan Rp 1,25 juta hanya dari biji jarak. Pendapatan ini
dapat bertambah jika bagian lain tanaman juga dimanfaatkan, misalnya dengan memelihara ulat sutra serta
beternak.
Minyak jarak itu bisa diperoleh dengan pemerasan langsung secara sederhana sehingga investasi Rp 3 juta-
Rp 4 juta sudah memadai untuk menghasilkan 40 liter minyak per hari. "Berbeda dari biodiesel lain, minyak
jarak tidak perlu penambahan apa pun, tidak perlu etanol atau metanol seperti yang lain. Penggunaannya juga
bisa 100 persen, tidak perlu dicampur solar lagi," kata Manurung lagi.

Dalam membangkitkan listrik juga tidak diperlukan generator (genset) baru karena minyak jarak bisa langsung
digunakan pada genset yang ada. Dari sisi lingkungan, minyak ini juga rendah kadar emisi gas sulfur (SOx),
nitrogen (NOx), dan karbon, selain bisa dipakai untuk tanaman penghijauan dan reboisasi. Karena itu,
Manurung yakin penanaman satu juta hektar jatropha pada tanah marjinal akan menghasilkan 4,3 miliar liter
minyak jarak per tahun dan berarti akan menghemat devisa lebih dari Rp 12 triliun, lebih dari penghentian
impor solar senilai Rp 2.800 per liter.

MELIHAT potensinya sebagai sumber pendapatan petani, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) kini
juga bekerja sama dalam penanaman jarak dengan Dr Manurung. "Kami membayangkan, bila petani
menanam jarak, diambil minyaknya, lalu digunakan untuk bahan bakar 100.000 penggilingan padi saja di
Indonesia, itu akan meningkatkan pendapatan petani. Belum hitungan nilai tambah lain dan konservasi
lingkungan," kata Mindo Sianipar, Ketua HKTI Bidang Pertanian.

Selain HKTI, proyek ITB-Miri ini juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur dalam penanaman jarak.

"Yang sekarang kita butuhkan adalah kebijakan energi dari pemerintah untuk jangka pendek, menengah, dan
panjang yang komprehensif. Jangan bersifat jangka pendek dan reaktif. Harga minyak dunia naik, subsidi
dicabut. Selalu begitu. Kenapa tidak mengembangkan energi alternatif terbarukan seperti jarak?" kata Untung
Anwar dari HKTI.

Manurung yakin, produksi komersial oleh masyarakat tahun depan sudah bisa dilakukan. "Sekarang saya ingin
mendokumentasikan semua prosesnya dan memastikan semua berjalan dengan baik, supaya ketika
masyarakat memproduksi sistemnya sudah benar-benar mantap," papar Manurung.

Untuk proses produksi minyak jarak pengganti diesel, Manurung tidak mengajukan paten. "Paten itu salah-
salah malah mematikan kreativitas," katanya. Yang akan dipatenkannya adalah proses lanjutan yang lebih
canggih dan efisien dalam mengubah limbah pemerasan minyak jarak untuk menjadi minyak yang bisa
mengganti minyak tanah.

Jika produksi minyak jarak oleh masyarakat sudah berjalan, ujar Manurung, BBM bukan lagi disiapkan
pemerintah bagi rakyat, tetapi rakyat yang menyediakan BBM bagi dirinya sendiri.

Sumber : Kompas (15 Maret 2005)

revisi terakhir : 3 April 2005

Anda mungkin juga menyukai