Anda di halaman 1dari 8

KEPERCAYAAN DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL PENDERITA

BINGE EATING

Labibah E. Rukmana

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma


Jl. Margonda Raya no. 100, Depok 16424, Jawa Barat
labibahrukmana31@student.gunadarma.ac.id

Abstrak

Pada umumnya setiap wanita terus menerus mengevaluasi diri sendiri dan membandingkan
diri sendiri dengan orang lain. Individu yang memiliki berat badan berlebih dapat
menyebabkan individu merasa rendah diri dalam hal bersosialisasi dengan orang lain di
lingkungan sekitar individu tersebut. Oleh karena itu individu khususnya wanita, menganggap
penampilan merupakan suatu hal yang sangat penting. Wanita yang memiliki kelebihan berat
badan salah satunya dapat disebabkan oleh pola makan yang berlebihan. Jika pola makan
yang berlebihan tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan gangguan pola
makan dan sebagian besar penderita gangguan makan adalah wanita. Binge-eating disorder
merupakan perilaku makan berlebihan tanpa usaha mengeluarkan kembali apa yang sudah
dikonsumsi. Episode makan berlebihan yang berulang, seperti binge eating terjadi dengan
cepat, makan hingga perut terasa terlalu penuh, makan dalam jumlah besar walaupun tidak
merasa lapar, makan sendirian karena merasa malu dengan jumlah makanan yang
dikonsumsinya, depresi, merasa bersalah selepas makan dan mempunyai kepercayaan diri
yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kepercayaan diri dan faktor-
faktor yang menyebabkan kepercayaan diri yang ada pada wanita dalam usia dewasa awal
penderita binge eating. Penelitian ini menggunakan salah satu bentuk metode kualitatif yaitu
studi kasus, yang menggunakan wawancara dan observasi. Subjek dalam penelitian ini
berjumlah satu orang wanita yang merupakan penderita binge eating dan satu significant
other. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek merasa kurang memiliki kepercayaan diri dan
subjek memiliki rasa minder karena subjek menderita binge eating.

Kata Kunci: Kepercayaan Diri, Penderita Binge Eating, dan Wanita Dewasa Awal

SELF-CONFIDENCE IN EARLY ADULTHOOD FEMALE BINGE EATING


PATIENTS

Abstract

In general, every woman continually evaluates oneself and compares oneself with others.
Individuals who have excess weight can cause individuals to feel inferior in terms of
socializing with others in the environment around the individual. Therefore the individual,
especially women, think appearance is a very important thing. Women who are overweight one
of them can be caused by an excessive diet. If an excessive diet is not handled properly, it can
cause eating disorders and most people with eating disorders are women. Binge-eating
disorder is an excessive eating behavior without the effort of re-issuing what has been

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 121


consumed. Excessive episodes of overeating, such as binge eating occur rapidly, eating until
the stomach feels too full, eating in large quantities while not feeling hungry, eating alone
because of being embarrassed by the amount of food they eat, depression, feeling guilty after
eating and having confidence The low one. This study aims to see a picture of confidence and
the factors that cause confidence that exist in women in early adulthood binge eating. This
research uses one form of qualitative method that is case study, which uses interview and
observation. Subjects in this study amounted to one woman who is a binge eating and one
significant other. The results show that the subject feels lack of confidence and the subject has
a sense of inferiority because the subject suffers from binge eating.

Keywords : Self Confidence, Binge Eating Patients, and Early Adult Women.

PENDAHULUAN

Pada dasarnya setiap wanita meng- sampai kekenyangan sekali, makan banyak
anggap bahwa memiliki berat badan ber- meski tidak lapar, makan dengan sangat
lebihan menyebabkan mereka merasa cepat, seringkali disertai rasa malu atau
rendah diri, baik dalam hal bersosialisasi stres dengan pola makan tersebut
dengan lawan jenis maupun dengan teman- (Rooslain, 2013).
teman dilingkungannya khawatir akan Menurut Kristeller sebagian besar
diremehkan karena memiliki kelebihan penderita gangguan makan adalah wanita.
berat badan. Selain itu mereka juga ber- Diagnosis gangguan makan meliputi ano-
anggapan memiliki bentuk badan yang reksia nervosa, bulimia dan gangguan ma-
langsing akan lebih memudahkan mereka kan berlebihan (binge-eating) serta diagno-
untuk melakukan aktivitasnya dan dapat sis lain yang tidak termasuk ketiga go-
menambah kepercayaan diri mereka. Be- longan tersebut (Kristeller & Wolever,
berapa dari mereka melakukan usaha agar 2011). Gangguan makan memiliki ciri ke-
tubuh menjadi langsing seperti melakukan biasaan pola makan yang salah, kesalahan
olahraga rutin dan mengurangi makan dalam manajemen berat badan dan gang-
(diet). Namun ada juga beberapa yang guan perilaku serta persepsi sudut pandang
menyatakan bahwa mereka merasa nyaman berat badan dan bentuk tubuh.
dengan kondisi badan mereka dan sama Gambaran umum penderita anoreksia
sekali tidak berfikir untuk menurunkan nervosa adalah melakukan diet ketat karena
berat badan. Kelebihan berat badan di- memiliki ketakutan berlebihan terhadap
sebabkan karena pola makan yang berle- kelebihan berat badan. Sedangkan bulimia
bihan dan asupan nutrisi yang tidak seim- nervosa memiliki ciri makan berlebihan d-
bang pada tubuh. iikuti pengeluaran makanan dengan ber-
Masyarakat Indonesia pada umum- bagai cara secara periodik, yang mungkin
nya hanya mengetahui beberapa faktor saja tidak secara langsung berhubungan
umum penyebab kelebihan berat badan dan dengan masalah berat badan, tetapi pen-
kurang mengenali pola makan yang dapat derita merasakan sensasi menyenangkan
menyebabkan kelebihan berat badan yaitu dengan mengeluarkan kembali makanan
binge eating disorder. Binge eating yang telah dimakan dengan berbagai cara.
disorder ditandai dengan lepas kontrol ma- Penam-pakan penderita bulimia nervosa
kan minimal sekali seminggu dan merasa tidak sekurus anoreksia nervosa, bahkan
bersalah, serta disertai dengan makan bebe-rapa penderita pernah mengalami

122 Rukmana, Kepercayaan Diri…


anoreksia nervosa sebelumnya. Binge- dapat dari lingkungan sekitar, orang tua
eating disorder merupakan perilaku makan yang terlalu mengkhawatirkan berat tubuh
berlebihan tanpa usaha mengeluarkan anaknya, ataupun hidup dalam masyarakat
kembali apa yang sudah dikonsumsi. dan budaya dimana penghargaan diri di-
Episode makan berlebihan yang berulang, asosiasikan dengan kelangsingan dan ke-
seperti binge eating terjadi dengan cepat, cantikan dapat juga menjadi salah satu
makan hingga perut terasa terlalu penuh, penyebab stress dan kurangnya keperca-
makan sejumlah besar makanan walaupun yaan diri. Kebanyakan dari orang-orang,
tidak merasa lapar, makan sendirian karena terutama wanita, merasa tertekan dengan
merasa malu dengan jumlah makanan yang pemikiran masyarakat yang salah tentang
dikonsumsinya, depresi, merasa bersalah ukuran dan berat badan ideal dan pola
selepas makan dan mempunyai keper- makan seorang wanita.
cayaan diri yang rendah. Penderita merasa Haines, mengungkap bahwa adanya
tertekan terhadap perbuatan makan yang tekanan dari luar seperti teman sebaya
berlebihan. Perilaku makan tersebut yang secara tidak langsung mempengaruhi
berlaku sekurang-kurangnya 2 hari/minggu mereka sehingga mereka memiliki keper-
selama 6 bulan. Perilaku makan tersebut cayaan diri yang rendah (Haines &
tidak diikuti dengan usaha untuk me- Hannan, 2006). Sedangkan, menurut
muntahkan kembali makanan yang telah Fairburn, dkk (1998), kepercayaan diri
masuk ke dalam tubuhnya. Ternyata adalah persepsi seseorang tentang dirinya
mengkonsumsi makanan dalam jumlah sebagai suatu kesatuan yang utuh, perasaan
besar hanya untuk menyenangkan pe- se-seorang tentang nilai dirinya sebagai
rasaan dan pikiran sesaat saja, setelah itu seorang manusia. Kepercayaan diri yang
penderita binge-eating akan merasa ber- rendah dapat menyebabkan permasalahan
salah setelahnya (Schulherr, 2008). dalam persahabatan, stess, kecemasan,
Pada umumnya, penderita eating depresi dan dapat berpengaruh pada pe-
disorders adalah orang-orang yang me- rilaku makan seseorang. Kepercayaan diri
miliki kepercayaan diri yang rendah, pe- yang rendah juga merupakan salah satu
rasaan tidak berdaya, dan perasaan tidak karakteristik primer dari wanita yang
sebanding dengan orang lain. Mereka mengalami binge eating disorder.
menggunakan makanan dan diet sebagai
cara untuk mengatasi masalah-masalah METODE PENELITIAN
dalam hidup mereka. Banyak dari mereka
berpikir bahwa makanan adalah sumber Dalam penelitian ini metode yang
kenyamanan atau penghilang stress semen- digunakan adalah penelitian kualitatif
tara penurunan berat badan dianggap se- dalam bentuk studi kasus yaitu penelitian
bagai cara agar diterima oleh teman-teman dengan kasus tunggal yang memiliki
dan keluarga (Rooslain, 2013). kekhususan dan keluarbiasaan kasus yang
Kay. J juga menyatakan kejadian - dengan tujuan untuk mendapatkan pe-
kejadian maupun keadaan tertentu dalam mahaman mendalam mengenai kasus yang
kehidupan seseorang dapat juga menjadi diamati dan menggunakan tipe studi kasus
faktor pendukung rendahnya kepercayaan intrinsik dimana penelitian ini hanya
diri pada penderita binge eating tersebut ditujukan untuk memahami secara utuh
(Kay & Tasman, 2006). Kejadian-kejadian suatu kasus tanpa harus dimaksud untuk
ini dapat berupa penghinaan terhadap ben- menghasilkan konsep - konsep teori
tuk tubuh, celaan secara verbal yang di- ataupun upaya menggeneralisasi. Dalam

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 123


penelitian ini peneliti menggunanakan tipe teman subjek terutama laki-laki suka
wawancara tidak terstruktur guna dapat mengejek subjek sehingga subjek
menggali ide dan gagasan informasi secara merasa minder terhadap lawan jenis.
terbuka dan alamiah serta menggunakan “iyaa dulu waktu SMA gue sering
observasi non-partisipan yaitu peneliti fo- dibully gitu.. apalagi cowo-cowo
kus mengamati dan mencatat fenomena. suka mengejek gue, cuma mereka
Adapun subjek dalam penelitian ini berusia tuh kalo ngomong pasti nyakitin.
sekitar 20 tahun sampai 40 tahun yang Jadi sekarang gue agak minder
memiliki kriteria gangguan binge eating sama cowo-cowo kan pasti mereka
disorder berdasarkan keterangan dari lihatnya dari fisik aja” (baris ke
Psikolog. 404)
d. Sedih
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah subjek pernah menjadi korban
bullying, subjek sering merasa sedih
Faktor - faktor Kurangnya Keper- karena orang lain melihat subjek
cayaan diri dengan sebelah mata, subjek juga
Faktor - faktor kurangnya keper- merasa sedih ketika subjek mendapat
cayaan diri pada subjek adalah rasa minder, penolakan dari teman-teman, di
merasa tertekan, menjadi korban bullying, hindari oleh teman-teman, tidak di
sedih dan moody. terima dilingkungan dan subjek juga
a. Minder merasa sedih ketika subjek di ejek dan
Subjek minder karena sewaktu SMA di hina oleh orang lain.
subjek merasa bertubuh gemuk. “sedih juga sih digituin, orang
“dulu waktu SMA gue merasa gak anggepnya sebelah mata” (baris ke
berharga aja dan minder di 38)
kalangan teman-teman gue karena “sedih.. kenapa sih mereka
gue gendut, teman-teman gue menolak gue, apa karena gue
kurus.” (baris ke 79) bertubuh gendut” (baris ke 222)
b. Tertekan “kalo dulu gue juga di hindari
Subjek juga merasa tertekan karena sama teman karena pola makan gue
ibu subjek menyuruh subjek untuk diet yaa gue ngerasa sedih pastinya..”
dan subjek juga akan bersikap panik (baris ke 241)
dan menangis ketika subjek merasa “gue sedih banget, kenapa sih
tertekan. lingkungan gue enggak bisa
“iyaa.. kadang gue merasa tertekan menerima gue” (baris ke 399)
ketika nyokap gue dan adik gue “pastinya sedih gue dan otomatis
selalu bilang gue gendut dan gue air mata berlinang sendiri ketika
disuruh diet” (baris ke 442) gue di ejek dan di hina sama orang
“pastinya panik, langsung lain” (baris ke 259)
menangis, dan gue enggak tau e. Moody
harus kaya gimana terus gue hanya Lalu emosi subjek menjadi berubah-
diam kalo lagi tertekan gitu” (baris ubah (moody)
ke 393) “iyaa emang kadang emosi gue
c. Bullying suka berubah-ubah atau orang
Subjek menjadi korban bullying di bilang mah moody, kalo keinginan
sekolah sewaktu SMA, karena teman- gue belom terpenuhi pastinya gue

124 Rukmana, Kepercayaan Diri…


bakalan emosi banget dan gue makan gue yaa gue ngerasa
enggak akan bisa mengendalikan sedih pastinya..” (baris ke 241)
emosi gue” (baris ke 328) “gue sedih banget, kenapa sih
lingkungan gue enggak bisa
Proses Ketidakpercayaan Diri menerima gue” (baris ke 399)
Proses ketidak percayaan diri subjek “pastinya sedih gue dan
adalah subjek pernah mendapat penolakan, otomatis air mata berlinang
yang menyebabkan timbulnya perasaan - sendiri ketika gue di ejek dan
perasaan karena penolakan, subjek juga di hina sama orang lain”
suka memikirkan perkataan orang lain, (baris ke 259)
mengubah pola pikir dan bersifat kon- 2) Tertekan
formitas. Subjek juga merasa tertekan ka-
a. Penolakan rena ibu subjek menyuruh subjek
Subjek pernah mendapat penolakan untuk diet dan subjek juga akan
dari teman-teman karena subjek bersikap panik dan menangis ke-
bertubuh gemuk. tika subjek merasa tertekan.
“iyaa.. pernah tuh gue mendapat “iyaa.. kadang gue merasa
penolakan dari teman-teman gue tertekan ketika nyokap gue dan
karena gue makan banyak dan adik gue selalu bilang gue
bertubuh gendut paling yaa..” gendut dan gue disuruh diet”
(baris ke 208) (baris ke 442)
b. Perasaan - perasaan karena penolakan “pastinya panik, langsung
Akibat dari penolakan tersebut timbul menangis, dan gue enggak tau
perasaan-perasaan karena penolakan harus kaya gimana terus gue
yaitu sedih, tertekan dan merasa kesal. hanya diam kalo lagi tertekan
1) Sedih gitu” (baris ke 393)
Subjek sering merasa sedih karena
orang lain melihat subjek dengan 3) Kesal
sebelah mata, subjek juga merasa Subjek sering merasa kesal ketika
sedih ketika subjek mendapat orang lain melakukan diet, melihat
penolakan dari teman-teman, di orang lain makan dengan porsi
hindari oleh teman-teman, tidak di sedikit, ketika subjek tidak ber-
terima dilingkungan dan subjek hasil melakukan diet dan subjek
juga merasa sedih ketika subjek di merasa kesal ketika orang lain
ejek dan di hina oleh orang lain. mengomentari subjek.
“ada yang anggapnya sebelah “kesel aja bawaannya.. kalau
mata, katanya cewe kok ada orang lain yang berhasil
makannya banyak. Sedih tuh dietnya karena gue diet gak
kalo digituin” (baris ke 38) pernah berhasil.” (baris ke
“sedih.. kenapa sih mereka 148)
menolak gue, apa karena gue “kesel aja.. sok diet.. yaa abis
bertubuh gendut” (baris ke nikmatin aja hidup kadang tuh
222) kalo orang makan dikit tuh
“kalo dulu gue juga di hindari yaa..iihh..sebenernya mungkin
sama teman karena pola karena gue enggak bisa kali
yaa makan dikit jadi gue kesel

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 125


aja kalo ngeliat orang lain inginkan makanan di TV itu jadi
makan dikit” (baris ke 138) pengen ikutan makan dan gue harus
“kesel lah kalo orang-orang dapat..” (baris ke 156)
pada komentarin gue.. bawel “terus kalo di depan gue ada orang
amat.. duit-duit gue yang yang makannya banyak, yaa gue
makan gue..” (baris ke 300) seneng aja.. sama suka kepengen
jadi ikutan makan kalo ngeliat kaya
c. Memikirkan perkataan orang lain gitu..” (baris ke 122)
Subjek juga suka memikirkan per- “kadang kesel juga, kenapa sih gue
kataan orang lain seperti teman subjek ikut-ikutan orang lain.. tapi yaa..
yang menegur karena subjek makan kayak kepengen aja..” (baris ke 132
banyak.
“iyaa.. gue suka dengerin dan PEMBAHASAN
mikirin apa perkataan teman gue,
misalkan temen gue suka ngomong Penelitian ini bertujuan untuk
kayak.. feb elo makannya banyak mengetahui bagaimanakah gambaran
banget sih gak nyadar badan elo kepercayaan diri pada wanita dewasa awal
ya? Baru tuh gue mikirin.. oh iyaa penderita binge eating disorder dan faktor-
yaa.. gitu” (baris ke 15) faktor apa saja yang menyebabkan ke-
percayaan dirinya, serta bagaimana proses
d. Mengubah pola pikir perkembangan kepercayaan diri subjek.
Lalu setelah itu subjek mengubah pola Berdasarkan hasil penelitian diatas, faktor
pikir seperti subjek pernah berpikir kurangnya kepercayaan diri subjek yaitu
untuk makan dengan normal, namun subjek sempat tidak menghargai diri
subjek juga sempat berpikir untuk sendiri dan merasa minder, namun se-
menjadi orang lain. karang subjek mulai untuk menghargai diri
“untuk berfikir sih pernah.. berfikir sendiri walau subjek masih merasa minder
dengan cara makan gue yang karena teman-teman subjek terutama yang
normal..” (baris ke 359) wanita bertubuh kurus sedangkan subjek
“pernah sih kepikiran pengen jadi merasa bahwa tubuh subjek gemuk. Subjek
seseorang gitu..kaya model-model.. merasa tertekan ketika ibu subjek
abis gue selalu mempertanyakan menyuruh subjek untuk diet, subjek akan
dan merasa kalo gue gendut dan panik dan menangis ketika subjek merasa
suka makan banyak” (baris 253- tertekan.
255) Subjek juga mengalami bullying
sewaktu disekolah, subjek di ejek oleh
e. Konformis teman subjek terutama yang laki-laki. Lalu
Subjek bersikap konformis yaitu sub- subjek sering merasa sedih ketika orang
jek menjadi ingin makan ketika subjek lain menganggap subjek sebelah mata,
melihat tayangan di TV, subjek merasa teman-teman subjek yang tidak mendu-
senang dan subjek merasa ingin ikutan kung subjek, subjek pernah mendapat pe-
makan, namun subjek sering meminta nolakan dari teman-teman subjek karena
dan menghabiskan makanan orang subjek bertubuh gemuk, subjek juga me-
lain, subjek merasa kesal karena rasa sedih ketika subjek mendapat peno-
subjek suka mengikuti orang lain. “gue lakan dari teman-teman subjek dan subjek
langsung ngiler dan gue pasti meng- mengubah pola fikir setelah subjek men-

126 Rukmana, Kepercayaan Diri…


dapat penolakan dari teman-teman subjek, cayaan diri menurut Sujanto yaitu, membe-
subjek juga pernah di hindari oleh teman- baskan diri dari pendapat orang lain, tidak
temannya karena pola makan subjek yang membandingkan diri dengan orang lain dan
berlebihan, lingukungan sekitar sub-jek memiliki kemampuan kuat untuk meng-
yang tidak bisa menerima subjek. atasi masalah (Sujanto, 2008). Karena
Hal tersebut sedikitnya sesuai dengan subjek memiliki kepercayaan diri yang
faktor-faktor yang menyebabkan rendah- kurang menyebab-kan adanya perbedaan
nya kepercayaan diri menurut Fridea yaitu, dengan teori dari Sujanto yang menuliskan
faktor keluarga yang selalu menekan sub- mengenai per-kembangan kepercayaan diri
jek. Faktor lingkungan perlakuan, angga- (Sujanto, 2008).
pan dan penilaian yang diterima seseorang
di dalam sebuah lingkungan yang jauh SIMPULAN DAN SARAN
lebih besar dari keluarga (Sujanto, 2008).
Faktor pengalaman masa lalu, Faktor lingkungan yang tidak
pengalaman yang terjadi di masa lalu dapat mendukung subjek untuk menjadi diri
mem-pengaruhi pola pikir dan pandangan sendiri, subjek tidak menghargai diri sen-
individu tentang berbagai macam hal, baik diri dan merasa minder, namun sekarang
yang berasal dari diri sendiri atau juga subjek mulai untuk menghargai diri sendiri
yang berasal dari orang lain. Namun selain walau subjek masih merasa minder karena
itu peneliti menemukan emosi subjek yang teman-teman subjek terutama yang wanita
berubah-ubah (moody) jika keinginan bertubuh kurus sedangkan subjek merasa
subjek tidak terpenuhi. Proses ketidak bahwa tubuh subjek gemuk. Subjek pernah
percayaan diri subjek yaitu, pernah men- mengalami bullying sewaktu disekolah,
dapat penolakan dari teman-teman karena subjek di ejek oleh teman subjek terutama
bertubuh gemuk. Lalu timbul perasaan- yang laki-laki. Subjek sering merasa sedih
perasaan karena penolakan tersebut, seperti ketika orang lain menganggap subjek
sedih karena teman yang tidak mendukung, sebelah mata, teman-teman subjek yang
sedih karena lingkungan yang tidak bisa tidak mendukung subjek.
menerima, merasa sedih ketika di hindari Faktor keluarga, subjek merasa ter-
oleh teman, merasa tertekan ketika ibu dari tekan ketika ibu subjek menyuruh subjek
subjek mengharuskan subjek untuk diet, untuk diet, subjek akan panik dan me-
dan subjek juga sering merasa kesal ketika nangis ketika subjek merasa tertekan.
melihat orang lain melakukan diet, karena Faktor penolakan, subjek pernah mendapat
subjek tidak berhasil melakukan diet dan penolakan dari teman-teman subjek karena
subjek juga merasa kesal ketika orang lain subjek bertubuh gemuk, subjek juga me-
mengomentari subjek. Setelah itu subjek rasa sedih ketika subjek mendapat peno-
suka memikirkan perkataan orang lain lakan dari teman-teman subjek dan subjek
karena teman-teman subjek banyak yang mengubah pola fikir setelah subjek men-
menegur subjek untuk mengurangi porsi dapat penolakan dari teman-teman subjek,
makan. subjek juga pernah di hindari oleh teman-
Selanjutnya subjek mengubah pola temannya karena pola makan subjek yang
pikir untuk makan dengan normal dan berlebihan, lingukungan sekitar subjek
akhirnya subjek bersikap konformis deng- yang tidak bisa menerima subjek. Namun
an suka mengikuti orang lain agar diterima selain itu peneliti menemukan emosi
di kelompoknya. Namun hal tersebut ber- subjek yang berubah-ubah (moody) jika
beda dengan teori perkembangan keper- keinginan subjek tidak terpenuhi.

Jurnal Psikologi Vol. 10 No. 2 Desember 2017 127


Subjek mendapat penolakan dari kepada penderita gangguan makan tersebut
teman-teman karena bertubuh gemuk. Lalu agar penderita dapat merubah pola makan
timbul perasaan-perasaan karena penolakan tersebut dan untuk membuktikan bahwa
tersebut, seperti sedih karena teman yang mereka sudah menjadi individu yang lebih
tidak mendukung, sedih karena lingkungan baik dari sebelumnya.
yang tidak bisa menerima, merasa sedih Bagi peneliti yang akan melakukan
ketika di hindari oleh teman, merasa penelitian dengan topik serupa diharapkan
tertekan ketika ibu dari subjek meng- dapat mengembangkan penelitian yang
haruskan subjek untuk diet, dan subjek sudah dilakukan untuk perihal gangguan
juga sering merasa kesal ketika melihat makan terutama bulimia.
orang lain melakukan diet, karena subjek
tidak berhasil melakukan diet dan subjek DAFTAR PUSTAKA
juga merasa kesal ketika orang lain
mengomentari subjek. Setelah itu subjek Fairburn, C. G., Doll, H. A., Welch, S. L.,
suka memikirkan perkataan orang lain Hay, P. J., Davies, B. A., &
karena teman-teman subjek banyak yang O'Connor, M. E. (1998). Risk factors
menegur subjek untuk mengurangi porsi for binge eating disorder: a
makan. Selanjutnya subjek mengubah pola community-based, case-control
pikir untuk makan dengan normal dan study. Archives of general psychiatry,
akhirnya subjek bersikap konformis deng- 55(5), 425-432.
an suka mengikuti orang lain agar diterima Haines, J., Neumark-Sztainer, D.,
di kelompoknya. Eisenberg, M. E., & Hannan, P. J.
Untuk Subjek Penelitian diharapkan (2006). Weight teasing and
dapat lebih baik di segala aspek, antara lain disordered eating behaviors in
harus adanya pemikiran optimis dari dalam adolescents: longitudinal findings
diri sehingga subjek tidak merasa rendah from Project EAT (Eating Among
diri. Subjek juga harus aktif berinteraksi Teens). Pediatrics, 117(2), e209-
sesama masyarakat dan lingkungan. Kon- e215.
sisten dalam perubahan itu dibutuhkan Kay, J., & Tasman, A. (2006). Essentials
karena sikap subjek yang selalu ikut-ikutan of psychiatry. West Sussex. UK:
namun tidak di jalani dengan baik. Wiley.
Merubah pola fikir untuk ke depannya agar Kristeller, J. L., & Wolever, R. Q. (2011).
subjek tidak berfikiran negatif terhadap Mindfulness-based eating awareness
sesama. Mencoba untuk bersikap tenang treatment (MB-EAT): Conceptual
agar emosi subjek tidak gampang berubah- basis. Eating Disorders: The Journal
ubah agar linkungan dan teman-teman of Treatment Ö Prevention, 19, 49-
subjek merasa nyaman di dekat subjek. 61.
Serta diharapkan juga bagi subjek untuk Rooslain. (2013). Hati-hati gangguan
dapat merubah pola makan subjek yang makan. Tanggal Akses 25 Agustus
berlebihan, agar indikasi binge eating yang 2015
di alami subjek tidak semakin parah. http://www.gracejudio.com/?p=886
Bagi keluarga diharapkan dapat Schulherr, S. (2008). Eating disorders for
memberikan dukungan moral kepada sub- dummies. New York: Wiley
jek serta tidak memberikan stigma negatif Publishing,Inc.
ke penderita gangguan makan (binge Sujanto, A. (2008). Psikologi kepribadian.
eating) dan memberikan pemikiran positif Jakarta: PT. Bumi Aksara

128 Rukmana, Kepercayaan Diri…

Anda mungkin juga menyukai