Anda di halaman 1dari 7

Forgetting

ONESHOOT ALTERNATE UNIVERSE KISS IN BERLIN

Violette terburu-buru merapikan penampilan didepan cermin setelah dirasa rapih ia segera menyambar
tas slempang dan mantel nya yang tergantung dan menuju pintu kamar.

Begitu pintu terbuka sosok yang memiliki tinggi tubuh tidak jauh darinya menghalangi jalan. Wajah
sosok itu memandang datar pada Violette setelah memindai penampilan wanita itu dari atas sampai
bawah.

“Dae… bisa kamu minggir? Aku ada urusan yang sangat penting dan ini sudah cukup terlambat.” Desak
Violette. Jika ia memberontak melawan sosok yang ada dihadapan nya maka urusannya akan semakin
panjang.

Ia memilih negosiasi sebagai jalur melarikan diri,sekalipun hal ini juga memakan waktu yang sebenarnya
ia sudah terlambat dengan acara nya pagi ini.

“Kau mau kemana?” Tanya sosok itu dengan nada sarkas nya.

“Aku harus ke perpustakaan sekarang juga Kim Jongdae. Seminar yang aku katakan tempo hari
dilaksanakan hari ini. Jadi bisa kamu minggir dan biarkan aku pergi kesana? Ku mohon…”

Sedikit menambahkan nada memelas tidak ada salah nya bukan?

Lagipula makhluk yang berdiri didepan Violette lumayan keras kepala.

Jongdae menghela napas panjang bahkan Violette bisa melihat dada pria itu yang naik kemudian turun
dibalik sweater turtleneck nya.

Lalu pria itu berbalik berjalan menuju pintu rumah sambil mengatakan, “Aku antar,tunggu.”

Violette mengernyit kebingungan. Tidak biasanya pria yang sekarang sudah berstatuskan sebagai
kekasih nya itu mau mengantar nya ketika hendak pergi. Biasanya pria itu akan membiarkan nya pergi
sendiri sekalipun itu ke Amazon.

Ia mengendikkan bahu tanda tidak memerdulikan. Segera ia mengikuti langkah kaki pria itu namun
pandangan nya terhenti pada objek yang berada diatas meja makan.

Dua piring pancake dan dua cangkir teh beraroma jasmine yang asap nya masih mengepul ke langit-
langit atap rumah.

Violette dibuat bingung kembali,karena tidak mungkin pria berahang tajam itu membuat pancake untuk
nya di pagi hari. Jika teh,maka masih masuk di akal nya. Namun pancake?
Pikiran nya kemballi ketika mendengar bunyi klakson mobil yang begitu riuh didepannya. Ia
mengerjapkan matanya beberapa kali lalu sedikit berlari ke arah pintu dan mengunci dengan cepat
kemudian meluncur ke mobil yang masih setia membunyikan klakson nya.

Sinting.

Sekarang masih pagi,tapi sudah berani membuat berisik. Ia hanya takut mengganggu tetangga,bukan
takut karena membuat Jongdae menunggu didalam mobil.

Segera setelah Violette duduk di kursi penumpang,Jongdae refleks menginjak pedal gas hingga
membuat mobil melaju pada kecepatan rata-rata.

Seolah mengerti kalau wanita-nya sedang terburu-buru.

Violette sejujurnya sedikit terkejut atas tindakan Jongdae yang mendadak. Namun ia segera
mengenakan seatbelt nya karena ia tahu kalau Jongdae sudah membawa mobil seperti orang kesetanan
begini maka apapun yang menghadang jalan yang ada didepan nya akan diterjang dan apa atau siapa
pun yang menganggu nya akan mendapat semprotan gunung berapi.

Untungnya pagi di jalanan kota Berlin belum terlalu ramai,jadi Jongdae masih bisa dengan mudah
membawa mobil nya.

Mudah karena ia bisa membawa mobil nya dengan cepat dan mudah karena ia bisa sambil mencuri
pandang ke arah wanita yang duduk disebelahnya.

Di benaknya terbesit rasa kecewa karena wanita itu malah menghapalkan bahan-bahan untuk presentasi
nya dibandingkan mengatakan hal yang ingin ia dengar sejak pagi tadi. Tapi ia juga mendoakan semoga
hari wanita-nya lancar.

Karena ia tahu seminar hari ini sangat penting bagi Violette.

Sesampainya dihalaman perpustakaan Violette membuka seatbelt,mengucapkan terima kasih,dan


keluar dari mobil menujju pintu besar berukiran kayu disana.

Itu saja.

Jongdae lama terdiam di jendela mobil nya memandang Violette yang semakin jauh dan menghilang
dibalik pintu besar itu.

Mendadak tubuhnya bergerak sendiri untuk keluar dari mobil lalu mengunci mobil. Ia berjalan menuju
perpustakaan.

Akal sehat nya tidak turut berkontribusi kali ini.

Dan langkah nya kali ini murni dari relung hati yang paling dalam. Tidak ada salahnya bukan kalau ia ikut
duduk bersama peserta lainnya? Ia hanya ingin melihat Violette.
Sudah dua hari ini Violette lumayan sibuk untuk ditemui. Jika saja pagi tadi ia membangunkan Violette
lebih pagi maka ia bisa mewujudkan harapan untuk bisa sarapan berdua bersama. Tapi ia tak tega
melihat wajah Violette yang begitu lelah dalam tidurnya.

Jongdae mengeratkan mantel dan sedikit berlari menuju perpustakaan.

Ketika sampai di ruangan seminar,lampu sudah dipadamkan dan hanya tersisa lampu sorot yang sedang
menyorot seseorang dibawah sana. Jongdae tidak tahu dan tidak peduli siapa itu,tujuan nya kemari
hanya ingin melihat Violette.

Sejujurnya ia ingin duduk di kursi dekat panggung,namun disini ia berposisi sebagai peserta gelap. Mata
nya memindai seluruh ruangan mencari kursi untuk ditempati,akhirnya ia menemukan kursi kosong
yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Ketika ia duduk ia merasa mengenali sosok yang duduk disampingnya,namun hal itu ia hilangkan dan
fokus untuk memandang seseorang yang baru muncul dari belakang panggung.

Ujung bibirnya terangkat sedikit,begitu menyukai melihat Violette yang bersinar dibawah lampu sorot.
Dan ia menyayangkan bahwa pesona wanita itu akan dilihat banyak orang disini,sedikit tidak rela tapi ia
cukup menikmati pemandangan nya.

Jongdae tidak menampilkan ekspresi apapun namun setiap Violette berbicara dan bergerak walau se-
inci akan diikuti mata elang nya. Ia tahu perjuangan Violette seperti apa demi seminar hari ini,makanya
ia tidak mengganggu wanita itu sejak kemarin.

Padahal ada hal yang ingin ia pastikan,meskipun akan terdengar kekanakan jika ia yang bertanya.

Lalu tiba saatnya untuk sesi tanya jawab. Seseorang yang duduk disebelahnya dengan semangat
mengangkat tangan lebih dulu dibanding peserta lain nya. Ia sadar namun malas untuk menoleh karena
pandangan nya sudah terkunci pada Violette.

Seketika ada lampu sorot lain yang mengarah pada orang disebekahnya. Ia sedikit terganggu karena ia
jadi terkena silau nya lampu sorot itu. setelah penglihatan nya normal kembali,ia bisa melihat kalau
Violette juga sedang melihat ke arah nya dengan wajah lumayan terkejut.

Violette tersenyum lebar mengeluarkan eye smile yang begitu disukai Jongdae. Didalam hati nya ia takut
membuat kesalahan dihadapan Jongdae.

“Halo,Violette Ellery Wagner.” Kata orang yang sudah berdiri tadi memecah keheningan yang sebentar
tercipta. “Nama ku Lee Howon.”
Violette sedikit terkejut dengan kehadiran orang yang tengah berdiri itu. Seingatnya,nama Lee Howon
tidak ada dalam daftar peserta seminar. “Ha-halo Lee Howon.”

“Aku ingin mengoreksi mengenai presentasi mu sekaligus bertanya tentang beberapa hal. Bolehkah?”
Tanya nya.

Jongdae menggeram kesal,ia tahu nama pria itu. Nama yang pernah mengisi hati Violette-nya.

Berani sekali pria itu mengoreksi tindakan Violette. Hanya dirinya yang berhak melakukan itu. Bahkan
apa yang akan dikatakan nya nanti pada Violette sama persis dengan apa yang pria itu ucapkan.

Brengsek.

10.00 pm

Seminar sudah selesai dari dua jam yang lalu dan dilanjutkan rapat evaluasi. Sekarang penderitaan
begadang nya sudah berakhir.

Tapi,ia lumayan khawatir dengan keadaan Jongdae saat ini. Ia tahu ketika Lee Howon bertanya tadi,ia
bisa melihat tatapan Jongdae yang seperti ingin menghabisi pria itu.

“Violette! Selamat atas presentasi mu!” Seru Arianne yang mendadak muncul ketika ia membuka pintu
ruang istirahat untuk membereskan barang-barang nya. “Meskipun sudah membuat kepanikan tapi kau
tetap melakukan yang terbaik. Kau memang teman ku!”

Wanita itu mengacungkan kedua jempol nya tepat didepan wajah Violette. Violette mengangguk
berterima kasih.

“Mengapa kau belum pulang? Ini sudah larut.” Tanya Violette tanpa menoleh ke arah Arianne karena
sedang membereskan kertas-kertas yang tadi digunakan nya.

Arianne mengambil kursi untuk duduk disampingnya. “Jangan pedulikan itu. Omong-omong,apa yang
tadi itu Lee Howon yang pernah kau bicarakan?”

Violette berhenti sebentar dari kegiatan beres-beresnya guna mengendalikan napasnya,lalu ia menoleh
pada Arianne. “Ya. Dan Jongdae ada disana.”

Arianne menahan gelak tawa nya melihat wajah Violette yang begitu memprihatinkan. “Mati kau.”

Violette mendengus kesal. Ia meraih ponsel nya yang berada didalam tas. Begitu dinyalakan ia sedikit
heran mengapa tiga bayi besar menelpon dan mengirim pesan begitu banyak.
Jangan tanya siapa tiga bayi besar. Yang jelas Kim Jongdae tidak masuk ke dalam nya,karena Jongdae
termasuk kategori bayi Tyrex yang suka mengaum keras.

Ia membuka satu persatu pesan mereka dan seketika sebuah ingatan muncul ke dalam kepala nya.

Pesta ulang tahun Kim Jongdae.

“Arianne…”

“Ya?”

“Jam berapa sekarang?”

“Sepuluh lewat lima menit. Me---“

“Kau mau kemana?!”

Violette tidak peduli dengan Arianne yang terus meneriaki nya. Pikiran nya kini hanya tertuju pada Kim
Jongdae.

Pantas saja pagi tadi pria itu mengantar nya dan jangan lupakan pancake yang ada diatas meja. Mustahil
memang jika Jongdae yang membuat,tapi ia perkataan Jongdae bahwa makanan yang bisa ia masak
hanya mie instan dan pancake.

Ponsel yang berada di genggaman nya bordering. Terdapat nama Sehun disana. Ia memencet tombol
hijau kemudian mendekatkan benda tipis itu ke telinga kiri nya, “Halo? Oh Sehun? Bagaimana dengan
pesta nya? Apa Jongdae ada disana?”

Terdengar helaan napas diseberang sana.

Violette menghentikan langkah sebelum menggapai gagang pintu utama. “Ada apa? Cepat katakan.”

“Jongdae hyung menelpon mengatakan ia tidak mau pulang malam ini dan menyuruh kami
membubarkan pesta. Noona… sepertinya dia merajuk.”

Violette mengumpat didalam hati. Sifat bayi Tyrex yang suka merengek nya sudah keluar.

Sudah pukul 11.45 dan Jongdae masih belum terlihat dimanapun. Violette sempat mencari ke Café yang
pernah mereka datangi saat sebelum menjadi kekasih dan bodohnya ia tidak berpikir terlebih dahulu
kalau Café itu sudah tutup dari jam 09.00
Ketika di taksi ia mendapat kabar dari Chanyeol bahwa Jongdae pulang dengan selamat tapi tidak
membuka suara kepada siapapun yang mengajaknya untuk mengeluarkan suara.

Violette paham.

Segera setelah ia sampai di kediaman Jongdae,tiga bayi besar menyambutnya dengan pertanyaan dan
berbagai aduan. Untungnya Junmyeon datang membantu menyelamatkan suasana dan membertiahu
kalau Jongdae berada dikamar nya. Violette berterima kasih lalu berjalan cepat menuju tempat Jongdae
merajuk.

Ia mengetuk pintu tiga kali lalu terdengar suara dari dalam kamar,sebuah deham-an. Masalah ia akan
dimarahi itu nanti saja,yang terpenting kondisi Jongdae saat ini. Kamar gelap tanpa pencahayaan sedikit
pun,sekilas ia melihat siluet seorang pria yang berjalan ke arah balkon.

Setelah meletakkan barang bawaan diatas meja Violette menyusul siluet itu. kemudian ia melihat
punggung pria yang tengah membelakangi nya,perasaan bersalah mendadak menyeruak dari dalam
dirinya.

“Dae… Mengapa membubarkan pesta ulang tahun mu sendiri? Teman-teman mu sudah kesusahan
kurasa untuk mendekorasi taman sampai seperti itu.” Kata nya sedikit berhati-hati. Takut menyinggung
perasaan Jongdae. Ia berjalan mendekati nya dan berdiri tepat disamping nya.

Pandangan nya tertuju ke teman-teman Jongdae dibawah sana yang masih melakukan pesta
barbeque,sedangkan Jongdae… Ia tidak berani melihat wajah tegas itu.

Violette menumpukan kedua tangan nya diatas pagar balkon,meremat ujung lengan mantel nya. “Aku
minta maaf Dae… Aku terlalu sibuk dengan tugas ku.”

“D-dan juga.. terima kasih untuk---“

“Ucapkan.”

“Ha?”

“Hanya kau yang belum mengucapkan.” Sahut Jongdae masih dengan tatapan lurus ke depan.

Violette menghadapkan seluruh tubuh nya ke arah Jongdae kemudian sebelah tangan nya merogoh saku
mantel nya. Ia menyodorkan sebuah kotak. “Selamat ulang tahun Kim Jongdae si bayi Tyrex yang suka
merengek,mencerca,menghina,dan… Mau ku sebutkan lagi?”

Tiba-tiba Jongdae meraih nya ke dalam dekapan. “Sial. Aku masih kesal dengan Lee Brengsek Howon.
Juga kau.”

Violette melemaskan bahu nya dan membalas pelukan,menyalurkan rasa dingin nya pada Jongdae agar
api emosi nya padam. “Maafkan aku…”
Pelukan nya semakin melemah hingga Jongdae melepaskan namun sebelah tangan nya masih hinggap di
pinggang Violette. Sebelah tangan nya lagi sedang memegang benda yang baru saja dipasang di leher
Violette. “Cocok.”

Violette mengangkat sebelah alisnya,ia mengikuti arah mata Jongdae. “KJD? Mengapa ada istilah nama
mu di kalung ini? Apa ini kalung milik mu?”

“Mengapa kau begitu polos?” Tanya Jongdae langsung menatap ke manik mata Violette.

“Apa? Aku polos? Aku sudah dewasa Dae.” Sanggah nya tidak menerima pernyataan dari Jongdae.

“Ya.. Ya.. Terserah.. Mana hadiah ku?”

“Jawab dulu pertanyaan ku Dae.”

“Kapan kau bertanya?”

“Tadi Dae. Tadi. Apa kau habis terbentur sesuatu Kim Jong Dae?”

“Tidak terdengar seperti pertanyaan bagi ku.”

“Berhenti mempermainkan ku atau aku teriak kau melakukan pelecehan seksual hingga terdengar oleh
tetangga.”

Jongdae mengangkat sebelah alisnya,ia mendekatkan bibir nya disamping telinga Violette. “Aku tidak
akan tanggung kalau begitu..”

Violette bergidik merinding. “Kim Jongdae!”

END

Anda mungkin juga menyukai